Culture

Tradisi Namahage, Memburu Anak-Anak Nakal saat Pergantian Tahun

Minasan, coba bayangkan jika pada malam tahun baru seseorang mengetuk pintu rumah dengan menggunakan topeng menyeramkan, sambil berkata “apa ada anak nakal di rumah ini”? Yup, itulah tradisi Namahage.

Tradisi yang biasa dilakukan di pedalaman Prefektur Akita, Jepang, yang telah berlangsung selama berabad-abad ini, begitu mempesona sekaligus menakuti penduduk setempat pada saat yang sama. Tradisi Namahage, dengan topeng mengerikannya dan pesan moral yang mengiringinya, telah menjadi simbol budaya yang kaya dan dinamis.

Nah, pada artikel kali ini, Pandai Kotoba akan mengulas tradisi Namahage dengan menjelajahi akar sejarah serta makna mendalam di balik tradisi Namahage yang berlanjut hingga hari ini.

Dari pertunjukan yang menegangkan hingga perayaan Tahun Baru yang unik, kita akan mengungkap keindahan dan kekuatan tradisi ini yang melekat pada masyarakat Oga, dan mengapa tradisi Namahage terus menjadi daya tarik yang tak terlupakan bagi wisatawan yang ingin memahami esensi sejati Jepang.

Kisah Legenda Namahage

tradisi namahage

Kisah Namahage adalah salah satu cerita legendaris yang melekat pada tradisi Namahage di wilayah Oga, Prefektur Akita, Jepang. Kisah ini menceritakan asal usul sosok mengerikan yang disebut Namahage dan mengapa mereka mengunjungi rumah-rumah penduduk setempat selama malam Tahun Baru.

Dahulu kala, di sebuah desa kecil di wilayah Oga, terjadi banyak kejadian buruk. Orang-orang di desa tersebut sering kali berperilaku buruk dan tidak sopan, dan mereka tidak menjaga tata krama yang baik dalam kehidupan sehari-hari mereka. Penduduk desa tersebut semakin lalai dalam menjalankan aturan sosial dan etika yang dianut masyarakat tersebut.

Lalu kemudian muncul makhluk mengerikan yang disebut Namahage. Mereka datang dari hutan pegunungan pada malam Tahun Baru. Perawakannya mengerikan, besar, dengan wajah mengerikan seperti Oni. Namahage datang dari gunung untuk meneror dan mengancam anak-anak yang berperilaku nakal dan juga untuk mengingatkan orang dewasa tentang pentingnya berperilaku baik sepanjang tahun.

Dalam beberapa versi cerita, Namahage mengancam akan membawa anak-anak yang nakal dan membawanya pergi ke hutan atau pegunungan. Mereka menggunakan suara seram dan tampilan menakutkan untuk menciptakan perasaan takut di antara penduduk desa. Namun, di balik penampilan menakutkan mereka, Namahage juga membawa pesan moral tentang pentingnya sikap yang baik dan sopan.

Setelah Namahage menjalankan tugas mereka, mereka kembali ke pegunungan dan hutan, dan meninggalkan desa dengan harapan bahwa penduduk setempat akan belajar dari pesan mereka dan berperilaku lebih baik sepanjang tahun.

Legenda Namahage adalah bagian dari budaya dan tradisi wilayah Oga, dan cerita ini telah digunakan selama berabad-abad untuk mendidik dan menghibur penduduk setempat serta mengingatkan mereka tentang nilai-nilai etika dan tata krama yang penting dalam masyarakat Jepang.

Apa itu Tradisi Namahage?

Tradisi Namahage biasanya diselenggarakan pada malam Tahun Baru, meskipun di beberapa daerah di Prefektur Akita juga bisa terjadi pada tanggal-tanggal tertentu sepanjang tahun. Dalam tradisi dan festival, sosok Namahage diperankan oleh sekelompok orang yang mengenakan topeng mengerikan dan pakaian tradisional yang menyerupai oni.

Selama perayaan Namahage, sekelompok pria yang berperan sebagai Namahage berkumpul dan melakukan ritual di rumah-rumah penduduk setempat. Mereka mengenakan topeng-topeng mengerikan dan pakaian seram untuk menakut-nakuti anak-anak dan menanyakan apakah mereka telah berperilaku dengan baik sepanjang tahun itu. Namahage sering mengancam untuk membawa anak-anak yang nakal pergi ke hutan di gunung.

Tujuan dari tradisi Namahage adalah untuk mengusir roh-roh jahat, mendorong perilaku baik, dan mengingatkan anak-anak untuk selalu berperilaku sopan dan baik sepanjang tahun. Meskipun terlihat menakutkan, Namahage sebenarnya merupakan bagian dari budaya dan tradisi yang kaya di wilayah Oga dan sering kali dianggap sebagai hiburan tahun baru yang menyenangkan bagi penduduk setempat.

Sejarah Tradisi Namahage

Tradisi Namahage memiliki akar yang dalam dalam sejarah Jepang dan telah berlangsung selama berabad-abad di wilayah Oga, Prefektur Akita. 

Tradisi ini memiliki beberapa versi sejarah yang berbeda, tetapi pendapat umum menyatakan bahwa tradisi Namahage muncul pada periode pertengahan hingga awal zaman Edo (abad ke-15 hingga 17). 

Salah satu teori mengatakan bahwa Namahage awalnya muncul sebagai bagian dari tradisi agraris di daerah Oga. Pada musim dingin, ketika penduduk setempat tidak dapat bekerja di ladang, mereka akan mengadakan ritual untuk menghibur diri.

Sebagai bagian dari ritual tersebut, beberapa orang akan berperan sebagai Namahage, yang menggambarkan makhluk menyeramkan dari hutan yang datang ke desa untuk memeriksa apakah penduduk desa berperilaku baik atau tidak.

Sebuah teori lain mengaitkan Namahage dengan budaya Ainu, suku pribumi di Jepang Utara yang memiliki tradisi kepercayaan terkait roh-roh dan makhluk supranatural. Beberapa elemen dari Namahage, seperti topeng mengerikan dan kostum, kemungkinan besar terinspirasi oleh budaya Ainu.

Beberapa sejarawan juga berpendapat bahwa Namahage memiliki pengaruh dari tradisi Tiongkok kuno yang membawa konsep roh-roh jahat yang harus diusir pada malam Tahun Baru.

Seiring berjalannya waktu, tradisi Namahage berkembang menjadi apa yang kita kenal saat ini. Yaitu sekelompok pria yang mengenakan kostum seram dan topeng mengerikan yang mengunjungi rumah-rumah penduduk setempat selama malam Tahun Baru. Mereka mengancam anak-anak yang nakal dan menegur orang dewasa untuk memastikan bahwa mereka telah menjalani hidup dengan baik sepanjang tahun.

Namahage adalah salah satu contoh dari bagaimana budaya dan tradisi dapat berkembang dan bertahan selama berabad-abad di wilayah tertentu, dan terus menjadi bagian penting dari warisan budaya Jepang, khususnya di wilayah Oga. Tradisi ini juga menunjukkan bagaimana budaya dapat digunakan untuk mendidik dan mengingatkan anak-anak tentang pentingnya berperilaku baik dan sopan.

Festival Namahage

Festival ini biasanya diselenggarakan pada tanggal 31 Desember, menjelang Tahun Baru, dan berlangsung hingga awal Januari. Festival Namahage menampilkan berbagai acara dan pertunjukan yang menampilkan sosok-sosok Namahage yang mengenakan kostum seram dan topeng mengerikan

Selama festival, para pria berperan sebagai Namahage. Mereka mengenakan kostum dan topeng yang menyerupai makhluk seram tersebut. Para Namahage ini kemudian mengunjungi rumah-rumah penduduk setempat untuk menghibur anak-anak, mengancam mereka yang tidak berperilaku baik, dan memberikan pesan tentang pentingnya sikap yang baik dan sopan.

Di tengah festival biasanya terdapat api unggun. Sebuah api unggun besar sering dinyalakan sebagai bagian dari festival. Semua orang berkumpul mengelilingi api unggun ini yang digunakan untuk menghangatkan dan merayakan semangat Tahun Baru.

Festival Namahage juga sering menampilkan tarian dan pertunjukan seni tradisional Jepang lainnya, termasuk taiko (gendang Jepang), tarian rakyat, dan pertunjukan musik.

Festival pun dimeriahkan dengan menampilkan pameran budaya yang memamerkan warisan dan tradisi lokal, termasuk kerajinan tangan, makanan dan minuman tradisional, serta barang-barang yang terkait dengan Namahage.

Berperan sebagai Namahage

Biasanya seorang pria yang berperan sebagai Namahage adalah pria yang tumbuh di Akita dan melewatkan masa kecil di Akita dan pernah mengalami bagaimana rasanya ditakut-takuti Namahage. 

Beranjak dewasa, barulah pria-pria Akita ini mengambil peran sebagai Namahage untuk memeriahkan festival. Dengan memakai kostum dan topeng Namahage, mereka berparade keliling desa dan mengunjungi rumah-rumah untuk beraksi sebagai Namahade. Rumornya, untuk menjadi seorang Namahage pun harus pemuda yang masih perjaka, lho.

Untuk berperan sebagai Namahage pun harus mengenakan kostum yang terdiri dari:

  • Men 面. Men adalah topeng dalam bahasa Jepang. Topeng Namahage bisa terbuat dari kayu, kertas, atau plastik. Ragam topengnya pun bervariasi. Kebanyakan topeng Namahage menampilkan muka menyeramkan dengan taring yang panjang seperti Oni pada umumnya.
  • Kede ケデ. Kede adalah mantel atau jubah yang terbuat dari jerami.
  • Habaki ハバキ. Habaki adalah pelindung kaki di bagian tulang kering yang terbuat dari jerami.
  • Waragutsu わらぐつ.  Waragutsu adalah sepatu bot dari jerami.
  • Deba-bouchou 出刃包丁. Deba-bouchou adalah pisau berukuran besar seperti golok yang terbuat dari kayu dan dicat sedemikian rupa agar menyerupai aslinya.
  • Gohei 御幣. Tongkat kayu yang mirip tongkat penganut Shinto yang digunakan untuk ritual.

Setelah memakai kostum lengkap, para Namahage mulai berkumpul sebelum melaksanakan aksinya: “mencari anak-anak nakal”. Sebelum beraksi, para Namahage biasanya berkumpul di kuil setempat (yang paling terkenal adalah Kuil Shinzan) untuk melakukan ritual, minum-minum sake, dan memakan makanan yang sudah dihidangkan khusus untuk Naminage.

Minum sake dan mengisi perut sebelum beraksi menjadi Namahage sangat penting. Karena festival diselenggarakan saat musim dingin, maka minum sake menjadi cara untuk menghangatkan tubuh selama festival berlangsung.

Karena tradisi Namahage adalah bagian dari tradisi Shinto, maka beberapa ritual tradisi Shinto pun dilakukan sebelum beraksi, di antaranya adalah menghentakkan kaki layaknya pesumo sebelum bertanding. Pemaknaan simbolnya pun sama seperti olahraga Sumo, yaitu untuk mengusir roh-roh jahat dari arena pertandingan.

Setelah ritual selesai, para Namahage pun mulai beraksi, mengelilingi rumah-rumah untuk mencari anak yang berkelakuan nakal di sepanjang tahun. Rumah-rumah yang akan dikunjungi Namahage pun sudah direncanakan sebelumnya. Dan, Namahage tidak akan mengunjungi rumah yang terdapat kematian dan kelahiran pada tahun sebelumnya. Dan pastinya rumah yang dikunjungi harus ada anak kecilnya.

Pastinya anak-anak akan ketakutan ketika Namahage muncul di depan rumah mereka. Tak sedikit yang menangis dan menganggap bahwa Namahage yang ada di depan mereka adalah setan atau iblis betulan.

Nah demikian Minasan, beberapa hal tentang tradisi Namahage yang unik, menyenangkan, meriah, namun memiliki makna mendalam di baliknya.

Di balik topeng yang menakutkan ada pesan moral untuk terus berkelakuan baik dan tidak melakukan hal-hal buruk di tahun berikutnya. Jadi, kebayang ya Minasan, jika ada orang tua yang kesal karena kenakalan anaknya, orang tua di Akita pasti akan bilang: “Jangan nakal, nanti didatangi Namahage!”


Nah, bagi Minasan yang ingin tahu informasi lainnya tentang dunia Jepang, baik bahasa atau budaya, simak informasi dan edukasi lainnya di pandaikotoba.net, Instagram Pandai Kotoba, dan channel Youtube Pandai Kotoba.

Mata ne~

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *