Culture

Tourou Nagashi, Lentera Renungan Kehidupan dan Kematian

Tourou Nagashi adalah tradisi Jepang yang dilakukan pada malam hari, khususnya selama festival Obon. “Tourou” berarti lentera, sedangkan “Nagashi” berarti mengalir. Dalam acara ini, lentera-lentera yang terbuat dari kertas dan bambu dinyalakan, kemudian dilepaskan ke aliran sungai atau laut.

Tradisi Tourou Nagashi menyuguhkan perspektif yang dalam tentang kehidupan dan kematian. Dengan lentera-lentera bercahaya redup yang mengapung dan mengalir di atas sungai atau laut, seakan-akan mengingatkan kita bahwa kehidupan terus bergerak dengan segala perubahan yang tak terelakkan sambil mengingat roh-roh leluhur yang terlebih dahulu sudah meninggalkan dunia.

Pada artikel ini, Pandai Kotoba akan mengulas tentang tradisi Tourou Nagashi yang menjadi bagian rutin dari festival obon di Jepang. Langsung simak, Minasan!

Apa itu Tourou Nagashi?

tourou nagashi

Secara harfiah, Tourou Nagashi dalam bahasa Jepang berarti “lentera yang mengalir.” “Tourou” berarti lentera atau lampu yang terbuat dari kertas, sedangkan “Nagashi” berarti mengalir atau mengapung di atas air. Jadi, secara harfiah, istilah ini mengacu pada tradisi melepas lentera-lentera kertas ke sungai atau laut, yang merupakan inti dari perayaan dan ritual Tourou Nagashi.

Tourou adalah lentera tradisional Jepang yang terbuat dari bingkai bambu dengan kertas untuk melapisi bagian dalamnya. Secara harfiah Tourou dibentuk dari dua karakter kanji, yaitu To yang berarti cahaya dan Ro yang bermakna keranjang. Bentuk tourou memang menyerupai keranjang dengan cahaya lilin di dalamnya.

Asal Usul Tourou Nagashi

Asal usul Tourou Nagashi dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno di Jepang, ketika kepercayaan tentang hubungan antara alam semesta dan dunia roh sangat kuat. Meskipun asal usulnya tidak sepenuhnya jelas, namun diyakini bahwa praktik melepas lentera ke sungai atau laut dalam upacara peringatan nenek moyang telah ada sejak zaman kuno. Hal ini terkait erat dengan keyakinan bahwa roh-roh nenek moyang kembali ke dunia manusia selama festival Obon.

Seiring waktu, ritual ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perayaan Obon, yang memadukan kepercayaan agama Buddha dengan tradisi Jepang kuno. Tourou Nagashi kemudian berkembang menjadi simbol kesucian, perdamaian, dan harapan, serta menjadi cara bagi orang Jepang untuk menghormati dan mengenang para leluhur mereka. Meskipun asal usulnya masih diperdebatkan, Tourou Nagashi telah menjadi bagian penting dari warisan budaya yang kaya di Jepang dan terus dihormati dan dirayakan hingga saat ini.

Kapan Tourou Nagashi Dilakukan?

Tourou Nagashi biasanya dilaksanakan selama festival Obon di Jepang. Festival Obon sendiri umumnya diadakan pada pertengahan bulan Agustus. Pada malam hari tertentu selama festival, masyarakat mempersiapkan lentera-lentera kertas untuk dilepaskan ke sungai atau laut, dalam apa yang dikenal sebagai ritual Tourou Nagashi. 

Apa Makna Tradisi Tourou Nagashi?

Tourou Nagashi dilakukan sebagai penghormatan kepada arwah nenek moyang yang telah meninggal, di mana lentera-lentera yang dilepaskan di sungai atau laut diyakini bisa mengantarkan roh-roh nenek moyang mereka kembali ke alam roh setelah datang ke dunia selama festival Obon.

Selama obon, dipercayai bahwa arwah para leluhur akan kembali ke rumah mereka dalam waktu yang singkat. Mukaebi atau ‘api sambutan’ dinyalakan sehingga para leluhur dapat menemukan jalan pulang dengan mudah. Masyarakat Jepang berbagi cerita pada para leluhur mereka mengenai kejadian apa saja yang terjadi pada mereka selama tahun itu dengan cara mengunjungi kuburan mereka dan meninggalkan persembahan makanan di sana.

Tradisi Tourou Nagashi secara resmi dimulai pada saat para leluhur mulai kembali ke dunia roh. Seluruh anggota keluarga berkumpul untuk membimbing roh-roh menuju laut dengan menggunakan lampion (tourou) yang dihanyutkan ke sungai yang mengarah ke laut. Dalam kepercayaan Jepang, semua manusia berasal dari air, sehingga lampion yang dihanyutkan ke sungai ini mewakili kembalinya para roh ke tempat asalnya.

Ritual ini juga dianggap sebagai bentuk pembersihan diri dari dosa dan kesalahan, serta sebagai harapan dapat menjalani hidup dengan penuh ketenangan. Lentera-lentera yang menerangi kegelapan malam dan mengalir bersama air juga melambangkan harapan akan masa depan yang lebih baik dan damai.

Tourou Nagashi juga mencerminkan penghormatan terhadap siklus alam yang terus berlanjut, serta menekankan pada pentingnya menerima perubahan dalam kehidupan.

Jenis-Jenis Tourou

Selain Tourou Nagashi, juga terdapat lentera-lentera lain dengan bentuk dan peruntukkan yang berbeda-beda. Nah, berikut ini adalah jenis-jenis Tourou yang banyak ditemui di Jepang, di antaranya:

1. Kondo Dourou

Kondo dourou adalah jenis lentera batu yang ditemukan di taman Jepang tradisional. Lentera ini memiliki desain yang khas, dengan empat sisi datar yang melambangkan empat musim, dan kadang-kadang dihiasi dengan pola-pola yang rumit. Kondo dourou biasanya memiliki bagian atas yang menyerupai atap bangunan tradisional Jepang, memberikan kesan arsitektur yang elegan dan klasik. Kondou dourou sering ditempatkan di sekitar taman, kuil, atau bangunan lainnya, menambahkan sentuhan estetika yang khas pada lingkungan sekitarnya. Kondo dourou merupakan salah satu jenis lentera batu yang ikonik dalam arsitektur taman tradisional Jepang.

2. Tsuri Dourou

Tsuri dourou adalah jenis lentera batu yang digantung di atas jalan setapak atau area taman Jepang tradisional. “Tsuri” dalam bahasa Jepang berarti “gantung,” dan “dourou” adalah istilah untuk lentera batu. Lentera ini sering kali digantung pada tiang-tiang bangunan, memberikan nuansa yang elegan dan anggun pada lingkungan sekitarnya. Tsuri dourou sering dihiasi dengan ornamen-ornamen artistik, dan cahaya yang dipancarkannya memberikan suasana yang tenang dan indah pada lingkungan sekitarnya. Bentuk dan desain tsuri dourou memainkan peran penting dalam menciptakan atmosfer tradisional yang khas.

3. Dai Dourou

Dai dourou adalah jenis lentera batu yang berukuran besar yang sering kali ditemukan di taman, kuil, atau penginapan-penginapan tradisional di Jepang. Kata “dai” dalam bahasa Jepang berarti “besar,” yang menggambarkan ukuran lentera jenis ini. Dai dourou biasanya memiliki desain yang rumit dan ornamental, serta sering kali terdiri dari beberapa bagian yang saling terkait dan dirangkai secara artistik. Lentera ini sering ditempatkan sebagai elemen dekoratif yang menonjol di taman-taman tradisional Jepang, memberikan sentuhan arsitektur yang menakjubkan dan estetika yang khas. Dai dourou memiliki peran penting dalam menciptakan suasana yang tenang dan suci di sekitar kuil atau taman di mana lentera ini ditempatkan.

4. Kasuga Dourou

Kasuga dourou adalah jenis lentera batu yang memiliki ciri khas tertentu dan sering dijumpai di sekitar Kuil Kasuga di Nara, Jepang. Kasuga-dourou umumnya memiliki bentuk silinder yang elegan dengan bagian atas dan bawah yang lebar.

Lentera ini sering dihiasi dengan gambar-gambar atau pola-pola simbolis yang berhubungan dengan tradisi dan keyakinan Shinto, seperti gambar rusa atau motif bunga sakura. Kasuga-dourou dibuat dengan bahan yang kokoh dan tahan lama, sering kali dari batu alam yang dikerjakan dengan teliti dan cermat. Bagian atas lentera sering kali dirancang dengan atap bersusun yang rumit, memberikan kesan arsitektur yang artistik dan indah.

5. Ikekomi Dourou

Ikekomi dourou adalah jenis lentera batu yang umumnya ditemukan di sekitar taman tradisional Jepang. “Ikekomi” secara harfiah berarti “menyelipkan” dalam bahasa Jepang, yang mengacu pada bagian bawah lentera yang dimasukkan ke dalam tanah. 

Lentera ini memiliki desain yang sederhana dan elegan, dengan bentuk silinder atau persegi panjang yang khas. Ikekomi dourou sering dihiasi dengan ornamen-ornamen yang sederhana namun artistik, menambahkan sentuhan estetika yang tenang dan alami pada taman tempatnya ditempatkan. Dengan penempatannya yang menyatu dengan alam, ikekomi dourou menunjukkan harmoni antara seni dan alam dalam tradisi taman Jepang.

6. Oribe Dourou

Oribedourou adalah jenis lentera batu yang berasal dari zaman Edo di Jepang. Lentera ini dinamai dari seniman dan arsitek terkenal pada periode tersebut, Furuta Oribe. Oribe dourou dikenal dengan desain yang inovatif dan berbeda dari lentera-lentera tradisional Jepang lainnya. Lentera ini sering kali memiliki bentuk yang lebih artistik, dengan ornamen yang mencolok dan gaya yang lebih ekspresif. Oribe dourou dapat memiliki kombinasi berbagai bentuk geometris dan garis yang mencolok, serta motif-motif yang rumit dan beragam.

7. Sanko Dourou

Sanko dourou adalah jenis lentera batu yang berasal dari Prefektur Niigata, Jepang. “Sanko” secara harfiah berarti “tiga tingkat” yang mengacu pada desain khas lentera ini yang terdiri dari tiga susunan bertingkat. 

Sanko dourou seringkali menampilkan struktur yang kokoh dan stabil, dengan ornamen-ornamen yang mencerminkan keindahan alam dan kehidupan pedesaan di Prefektur Niigata. Lentera ini sering ditempatkan di sekitar kuil, taman, atau area penginapan tradisional, menambahkan nuansa keanggunan dan keseimbangan pada lingkungan sekitarnya. 

Itulah Minasan sekilas mengenai Tourou Nagashi yang sudah menjadi warisan tradisi Jepang yang masih dilakukan hingga kini. Selain tourou nagashi juga terdapat jenis lentera lain dengan bentuk dan peruntukannya yang berbeda-beda.

Ketika membicarakan tradisi Tourou Nagashi, seolah mengingatkan kita bahwa lentera yang dilepaskan di sungai atau laut mencerminkan siklus keabadian alam semesta. Seperti air yang terus mengalir, tradisi ini juga mengingatkan kita bahwa kehidupan adalah suatu siklus yang terus berlanjut, di mana kematian adalah bagian yang tak terpisahkan dan tak terelakkan.


Jangan lupa untuk follow Instagram Pandai Kotoba dan Youtube Pandai Kotoba untuk mendapatkan informasi menarik tentang dunia Jepang lainnya.

Mata!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *