Gyaru Style, Trensetter Fashion yang Ikonik dan Berani
Hai Minasan~! Siapa yang suka dengan tren fashion dari Jepang? Dari sekian banyak tren fashion yang menarik, gyaru style adalah salah satunya yang menyita perhatian dunia selama bertahun-tahun. Gyaru style adalah salah satu subkultur fashion paling ikonik yang pernah lahir di Jepang. Dengan tampilan mencolok, make-up tebal, rambut pirang, dan pakaian yang berani, gaya ini pernah mendominasi distrik Shibuya dan menjadi simbol pemberontakan terhadap standar kecantikan tradisional Jepang.
Namun, seiring berjalannya waktu, tren fashion terus berubah, dan banyak yang bertanya: apakah gyaru masih eksis hingga sekarang, atau sudah menjadi bagian dari sejarah mode Jepang? Pandai Kotoba pada artikel kali ini menggali lebih dalam tentang asal-usul gyaru, bagaimana perbedaannya dengan tren fashion saat ini, dan apakah gaya ini masih bertahan atau justru sudah memudar dari dunia fashion modern. Bagi yang penasaran, yuk simak di bawah ini.

commons.wikimedia.org
Gyaru Style, Trensetter Fashion yang Ikonik dan Berani
A. Pengertian Gyaru Style
Gyaru (ギャル) adalah salah satu subkultur fashion Jepang yang muncul pada akhir 1980-an dan mencapai puncak popularitasnya pada 1990-an hingga awal 2000-an. Kata gyaru berasal dari bahasa Inggris “gal” yang berarti “gadis.” Gyaru style identik dengan tampilan yang mencolok, mencerminkan kebebasan berekspresi, dan menolak standar kecantikan konvensional di Jepang.
Gyaru dikenal dengan ciri khasnya yang mencolok, seperti berikut:
- Rambut yang diwarnai terang biasanya pirang, cokelat, atau bahkan warna mencolok seperti pink dan ungu.
- Riasan tebal, terutama area mata yang diperbesar dengan eyeliner hitam pekat dan bulu mata palsu.
- Kulit kecokelatan misalnya seperti ganguro dan manba gyaru menggunakan tanning untuk tampilan lebih eksotis.
- Kuku panjang dengan nail art yang berani dan detail.
- Pakaian trendi yang sering kali terinspirasi dari fashion barat, seperti rok mini, boots tinggi, dan aksesori mencolok.

commons.wikimedia.org
Gyaru bukan sekadar gaya berpakaian, tapi juga mencerminkan gaya hidup bebas, penuh percaya diri, dan menentang norma tradisional Jepang yang menuntut wanita untuk tampil sederhana dan patuh.
B. Asal-Usul Gyaru Style: Dari Tren Global ke Subkultur Jepang
Gyaru style lahir pada akhir 1980-an dan berkembang pesat pada 1990-an hingga awal 2000-an. Subkultur ini tidak muncul begitu saja, tapi dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, ekonomi, dan budaya. Berikut di bawah ini penjelasannya.
1. Inspirasi dari Budaya Barat
Salah satu faktor terbesar yang memengaruhi kemunculan gyaru adalah tren mode dan gaya hidup dari Amerika Serikat, khususnya Budaya Pantai California yang terdapat banyak elemen gyaru berasal dari gaya hidup pantai di California, seperti rambut pirang, kulit kecokelatan (tanning), dan pakaian yang lebih santai dan terbuka. Kemudian, dipengaruhi juga model dan selebriti Hollywood. Pada saat itu, ikon mode barat seperti Madonna, Cindy Crawford, dan aktris Hollywood lainnya menjadi panutan fashion bagi remaja Jepang.
Selain itu, budaya night club dan party girl yang membuat banyak gyaru pertama di Jepang yang terinspirasi dari wanita-wanita yang sering datang ke klub malam dan mengenakan pakaian glamor dengan riasan mencolok. Tren fashion barat ini kemudian diadopsi oleh anak muda Jepang yang ingin menonjol dari norma kecantikan tradisional negara mereka.
2. Reaksi terhadap Standar Kecantikan Tradisional Jepang
Pada era 1980-an, standar kecantikan di Jepang masih didominasi oleh konsep kulit putih, rambut hitam lurus, dan penampilan yang sederhana serta feminin. Wanita diharapkan bersikap anggun, berbicara dengan suara lembut, dan tidak terlalu mencolok.
Namun, seiring dengan meningkatnya globalisasi dan pengaruh budaya barat, banyak remaja Jepang—khususnya wanita muda—mulai merasa terkekang oleh norma sosial tersebut. Mereka ingin mengekspresikan diri dengan lebih bebas dan menolak tekanan masyarakat untuk menjadi wanita yang “ideal” menurut standar tradisional Jepang. Gyaru menjadi bentuk pemberontakan terhadap norma tersebut.

palettemagz.com
Mereka dengan sengaja mengadopsi gaya yang bertolak belakang, yaitu di antaranya menggunakan riasan tebal dengan eyeliner dan bulu mata palsu untuk membuat mata lebih besar, mewarnai rambut menjadi pirang atau cokelat terang, berpakaian lebih terbuka atau mencolok yang berbeda dari pakaian sopan yang biasanya dikenakan wanita Jepang, menggunakan bahasa gaul (gyaru-go), yang terdengar lebih ekspresif dan santai dibandingkan bahasa Jepang standar. Dengan ini, gyaru menjadi simbol kebebasan bagi wanita muda Jepang yang ingin keluar dari batasan sosial yang kaku.
3. Ekonomi Jepang dan Meningkatnya Konsumsi Fashion
Era 1980-an hingga awal 1990-an dikenal sebagai masa kejayaan ekonomi Jepang atau bubble economy. Pada masa ini, masyarakat Jepang memiliki daya beli yang tinggi dan industri fashion berkembang pesat. Banyak merek lokal dan internasional mulai masuk ke pasar Jepang, terutama di distrik mode seperti Shibuya dan Harajuku.
Fenomena ini menyebabkan peningkatan besar dalam konsumsi fashion di kalangan anak muda. Banyak remaja perempuan mulai berbelanja lebih sering, mengikuti tren global, dan bereksperimen dengan gaya yang lebih berani. Seiring dengan berkembangnya budaya konsumtif ini, banyak merek yang mulai menargetkan pasar gyaru, di antaranya:
- Shibuya 109 adalah pusat perbelanjaan yang menjadi ikon gyaru, tempat berbagai toko pakaian seperti Liz Lisa, MARS*, dan JSG menjual pakaian dengan gaya yang unik dan mencolok.
- Majalah fashion, majalah seperti EGO System, Popteen, dan Egg menjadi panduan utama bagi para gyaru dalam mengikuti tren terbaru.
- Industri Kecantikan, salon kecantikan dan produk make-up mulai berinovasi untuk memenuhi kebutuhan gyaru, seperti foundation gelap untuk tampilan tanning dan bulu mata palsu yang dramatis.

commons.wikimedia.org
Dengan meningkatnya industri fashion dan kecantikan, gyaru semakin berkembang menjadi fenomena besar di Jepang.
4. Ko-Gal: Subkultur Remaja yang Melahirkan Gyaru
Gyaru pertama kali berkembang di kalangan remaja perempuan SMA atau disebut juga dengan Joshi Kousei yang dikenal sebagai Ko-Gal (高校ギャル) atau Koukou Gyaru. Mereka adalah gadis-gadis sekolah yang menampilkan gaya hidup hedonistik dengan cara:
- Memakai seragam sekolah dengan rok mini yang sangat pendek.
- Menggunakan kaus kaki longgar (loose socks), yang menjadi ciri khas fashion Ko-Gal.
- Sering nongkrong di distrik perbelanjaan seperti Shibuya dan Harajuku.
- Menggunakan bahasa slang dan komunikasi yang khas di antara komunitas mereka.
- Menggunakan ponsel (yang saat itu merupakan teknologi baru) untuk berkomunikasi dengan teman-teman mereka dan mengakses informasi fashion.

modakawa.com
Ko-Gal tidak hanya dikenal karena fashion mereka, tapi juga gaya hidup yang lebih bebas. Mereka sering menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan, restoran cepat saji, dan klub malam. Popularitas Ko-Gal di media membantu menyebarkan tren gyaru ke berbagai kelompok usia.
Seiring waktu, gyaru berevolusi menjadi berbagai subkategori, di antaranya yaitu:
- Ganguro & Yamanba, memiliki kulit gelap akibat tanning, riasan putih di mata dan bibir, serta pakaian warna-warni.
- Hime Gyaru, mengadopsi gaya seperti putri kerajaan dengan gaun elegan dan rambut bergelombang.
- Onee Gyaru, lebih dewasa dengan tampilan glamor, elegan, dan sering ditemukan di kalangan wanita pekerja.

commons.wikimedia.org
5. Media dan Budaya Pop yang Membantu Gyaru Berkembang
Selain berkembang secara organik, gyaru juga mendapatkan dorongan besar dari media dan budaya pop di Jepang. Pertama, datang dari majalah Fashion yang seperti disebutkan sebelumnya, majalah seperti Egg, Popteen, dan Ranzuki memainkan peran besar dalam mempromosikan gaya gyaru. Banyak model gyaru yang muncul dalam majalah-majalah ini menjadi ikon fashion di kalangan anak muda.
Kedua, datang juga dari drama dan film. Beberapa drama dan film Jepang menampilkan karakter gyaru, yang semakin mengukuhkan citra mereka di masyarakat. Ketiga, datang juga dari idol dan penyanyi. Beberapa penyanyi dan grup idol mengadopsi elemen gyaru dalam gaya mereka, membuatnya semakin populer di kalangan penggemar musik. Seiring dengan perkembangan media sosial, gyaru juga mulai menyebar ke luar Jepang dan mendapatkan penggemar internasional.
C. Perbandingan Gyaru Style dengan Fashion Style Saat Ini
Gyaru style mengalami puncak popularitasnya pada tahun 1990-an hingga awal 2000-an, tapi sejak saat itu, tren mode di Jepang terus berkembang. Meskipun gyaru tidak sepopuler dulu, beberapa elemen dari gaya ini masih bisa ditemukan dalam fashion Jepang modern. Berikut adalah perbandingan antara gyaru style dan fashion Jepang saat ini.
1. Perubahan dalam Standar Kecantikan
Pada era kejayaan gyaru, standar kecantikan yang mereka usung sangat berbeda dari norma tradisional Jepang. Mereka memilih kulit gelap (tanning), rambut pirang, dan riasan yang mencolok. Namun, standar kecantikan modern di Jepang kini lebih mengarah pada kulit cerah dan tampilan yang lebih natural. Perbedaan utamanya yaitu:
- Dulu (Gyaru) → Kulit kecokelatan, riasan tebal, rambut terang.
- Sekarang (Tren modern) → Kulit putih alami, riasan minimalis, rambut lebih gelap atau warna-warna pastel lembut.
- Dampak: Banyak wanita muda Jepang saat ini lebih memilih tampilan feminin dan polos dibandingkan gaya gyaru yang berani dan mencolok.
2. Perubahan dalam Riasan
Riasan gyaru dikenal karena keberaniannya seperti bulu mata palsu tebal, eyeliner dramatis, dan lensa kontak besar untuk memberikan efek mata yang lebih besar (me-nuri). Perbedaan utamanya yaitu:
- Dulu (Gyaru make-up) → Foundation gelap, eyeshadow putih di bawah mata, bulu mata palsu tebal, dan lensa kontak warna terang.
- Sekarang (Tren make-up Jepang) → Base makeup yang ringan, blush on natural, soft eyeliner, dan tampilan yang lebih minimalis.
- Dampak: Banyak wanita Jepang saat ini lebih memilih tampilan “no make-up make-up” yang lebih alami dibandingkan riasan berat ala gyaru.
3. Pergeseran dalam Gaya Rambut
Rambut pirang atau cokelat terang adalah ciri khas gyaru, tapi sekarang tren rambut di Jepang telah berubah. Perbedaan utamanya yaitu:
- Dulu (Gyaru hair) → Rambut panjang dengan volume besar, warna pirang atau cokelat terang, dan kadang dikombinasikan dengan ekstensi rambut.
- Sekarang (Tren rambut Jepang) → Rambut lurus atau bergelombang lembut, warna lebih alami seperti hitam, cokelat gelap, atau pastel lembut.
- Dampak: Rambut gyaru yang mencolok kini lebih jarang ditemukan, karena wanita Jepang lebih memilih tampilan yang lebih simpel dan mudah dirawat.
4. Evolusi dalam Fashion Style
Mode gyaru sangat mencolok dan feminin, dengan rok mini, atasan ketat, dan aksesori berlebihan. Namun, tren fashion Jepang saat ini lebih beragam dan mengarah ke tampilan yang lebih sederhana serta kasual.
Perbandingan dengan Beberapa Tren Modern Jepang dan gyaru ada di tabel di bawah ini:
Aspek | Dulu (Gyaru) | Sekarang (Tren Modern) |
---|---|---|
Baju Atas | Tank top ketat, atasan berpayet | Blus longgar, oversized sweater |
Bawahan | Rok mini, celana pendek ketat | Celana wide-leg, rok panjang |
Sepatu | Sepatu hak tinggi, platform shoes | Sneakers, loafers |
Aksesoris | Kalung besar, anting mencolok | Aksesoris minimalis |
Dampaknya adalah saat ini gaya berpakaian di Jepang lebih nyaman dan kasual dibandingkan dengan gyaru yang lebih berani dan mencolok.

ryusei.co.id
5. Pergeseran dalam Budaya Fashion Jepang
Gyaru dulu sangat identik dengan distrik Shibuya, terutama pusat perbelanjaan Shibuya 109. Namun, tren mode Jepang saat ini lebih beragam dan tidak lagi terpusat pada satu distrik tertentu. Dulu (eranya gyaru), Shibuya adalah pusat mode gyaru. Namun, sekarang Harajuku lebih dikenal dengan street fashion yang unik, sementara tren mode minimalis berkembang di distrik seperti Ginza dan Omotesando.
Seiring berjalannya waktu, gyaru tidak lagi menjadi pusat perhatian, dan tren mode Jepang kini lebih terbuka terhadap berbagai pengaruh global seperti K-fashion dan gaya minimalis Eropa.
6. Apakah Gyaru Masih Ada Saat Ini?
Meskipun tidak sepopuler dulu, gyaru masih bertahan dalam komunitas kecil dan mengalami beberapa adaptasi. Beberapa gaya gyaru yang masih eksis yaitu di antaranya:
- Onee Gyaru adalah gyaru yang lebih dewasa, elegan, dan sering dikenakan oleh wanita pekerja.
- Hime Gyaru adalah gaya gyaru ala putri kerajaan dengan gaun mewah dan aksesori manis.
- Kuro Gyaru adalah versi modern dari Ganguro, tapi dengan riasan yang lebih halus.

kawaiigazette.com
Selain itu, beberapa influencer dan YouTuber masih mempertahankan gaya gyaru dan memperkenalkannya kembali kepada generasi muda.
D. Faktor Penyebab Menurunnya Popularitas Gyaru
Ada beberapa alasan mengapa gyaru style tidak sepopuler dulu dan mengalami perubahan drastis. Berikut di bawah ini adalah penjelasan lebih lengkapnya.
1. Pergeseran Tren Mode
Tren mode di Jepang terus berkembang dan gaya yang lebih natural serta minimalis kini lebih disukai. Beberapa tren yang menggantikan gyaru antara lain:
- K-fashion (Korean Fashion): Mode dari Korea Selatan yang lebih clean, simpel, dan elegan mulai populer di Jepang.
- Streetwear dan Oversized Fashion: Gaya pakaian yang lebih nyaman dan santai menjadi tren utama, bertolak belakang dengan gyaru yang cenderung ketat dan glamor.
- Natural Makeup Trend: Riasan yang lebih ringan dan alami lebih digemari, sehingga makeup tebal ala gyaru mulai ditinggalkan.

retailnews.asia
2. Perubahan Standar Kecantikan
Dulu, gyaru menantang standar kecantikan Jepang dengan tanning dan riasan mencolok. Namun, saat ini standar kecantikan lebih mengarah pada kulit putih, wajah bersih, dan tampilan yang lebih natural. Banyak wanita muda yang merasa gyaru terlalu berlebihan dan lebih memilih tampilan sederhana.
3. Pergeseran Budaya Populer
Dahulu, majalah seperti Egg dan Popteen yang telah disebutkan di atas berperan besar dalam memopulerkan gyaru. Namun, seiring menurunnya minat terhadap majalah cetak dan munculnya media sosial, tren fashion lebih cepat berubah. Influencer dan selebriti kini lebih banyak dipengaruhi oleh gaya Korea atau Eropa dibandingkan gyaru.
4. Perubahan di Distrik Shibuya
Shibuya dulunya adalah pusat gyaru, tapi kini lebih banyak dipenuhi dengan tren mode global dan streetwear. Butik-butik yang menjual pakaian gyaru juga semakin berkurang dan digantikan oleh merek-merek yang lebih mengikuti tren masa kini.
Gyaru style mungkin tidak lagi mendominasi dunia fashion seperti pada era kejayaannya di tahun 1990-an hingga awal 2000-an, tapi gaya ini masih hidup dalam berbagai bentuk yang lebih modern. Dari komunitas kecil yang terus melestarikan gaya ini hingga adaptasi dalam tren fashion masa kini, gyaru masih memiliki tempat tersendiri bagi para pecinta mode.
Mode selalu berputar, dan dengan meningkatnya nostalgia terhadap fashion era 90-an dan 2000-an, bukan tidak mungkin gyaru akan kembali populer di masa depan. Entah sebagai tren besar atau hanya dalam lingkup komunitas khusus, satu hal yang pasti yaitu gyaru bukan sekadar gaya berpakaian, tapi juga simbol kebebasan berekspresi yang tak akan lekang oleh waktu.
Bagaimana Minasan? Tertarik dengan fashion dari gyaru style? Atau punya fashion favorit lainnya dari Jepang? Apa pun itu asal dilakukan dengan positif ya. Cukup segitu untuk artikel kali ini. Jika baca artikel budaya lainnya, di website ini ada banyak lho. Ada salah satu rekomendasinya nih: Menyingkap Dunia Perselingkuhan di Jepang, klik untuk membacanya ya.
Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

