8 Fakta tentang Tato Jepang yang Memiliki Sejarah Panjang
Tato memiliki sejarah yang cukup panjang di Jepang. Tak hanya motif dan gaya tato yang kaya akan jenis, namun juga memiliki makna yang mendalam. Nah, terdapat ragam fakta tentang tato Jepang yang menarik dan mungkin beberapa di antaranya baru Minasan ketahui.
Yuk, kita simak apa saja hal menarik terkait fakta tentang tato Jepang yang jarang diketahui.
Fakta tentang Tato Jepang yang Tak Banyak Orang Ketahui
1. Tato Memiliki Banyak Istilah dalam Bahasa Jepang
Fakta tentang tato Jepang yang pertama adalah soal istilah. Seperti yang sudah kita tahu bersama, tato adalah kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu tattoo. Nah, faktanya tato memiliki beberapa istilah dalam bahasa Jepang.
Dalam bahasa Jepang tato bisa diartikan ‘irezumi’, ‘shisei’, dan ‘horimono’. Meskipun ketiga istilah tersebut memiliki makna yang sama, yaitu tato, namun jika ditilik lebih dalam setiap kata tersebut memiliki makna dan asal usulnya masing-masing.
Irezumi bisa jadi merupakan istilah yang paling populer untuk mengartikan tato dalam bahasa Jepang. Secara harfiah, irezumi berarti memasukan tinta ke dalam kulit. Sementara itu, shisei lebih merujuk pada istilah tato yang lebih literatif karena berasal dari cerita pendek karya Junichiro Tanizaki yang berjudul Shisei (The Tattoer) yang terbit tahun 1910.
Sedangkan istilah horimono secara harfiah berarti ukiran. Istilah ini sempat menjadi istilah umum untuk mengartikan tato selama zaman Edo (1603-1867).
2. Tato Muncul Ribuan Tahun Lalu di Jepang
Fakta tentang tato Jepang berikutnya terkait sejarah tato yang ternyata pertama kali muncul ribuan tahun yang lalu.
Sebuah naskah Cina yang menuliskan tentang kehidupan Jepang Kuno yang disebut “wajinden”, menuliskan bahwa penduduk Jepang kuno pria memiliki tato di tubuh dan di bagian wajahnya.
Beberapa abad kemudian, menurut Kojiki dan Nihon Shoki yang merupakan salah satu naskah tertua di Jepang abad ke-8, menyatakan bahwa tato pada masyarakat Jepang berkembang menjadi suatu bentuk tradisi tertentu dan sebagai bentuk hukuman bagi para pelanggar aturan.
3. Tato Menjadi Tradisi Penting di Okinawa dan Hokkaido selama Berabad-abad
Fakta tentang tato Jepang berikutnya berdasarkannaskah kuno yang disebut Ryukyu tahun 1534. Tercatat bahwasanya memasang tato menjadi bagian dari tradisi penting yang harus dilakukan di daerah Okinawa dan Hokkaido.
Di Okinawa tradisi tato disebut dengan istilah ‘hachiji’. Para perempuan suku Ryukyu harus memiliki tato pada bagian lengan sebagai tanda bahwa seorang perempuan telah dewasa. Tato dipercaya menjadi pelindung seorang perempuan dewasa ketika hidup bahkan setelah mati.
Sementara itu, perempuan suku Ainu di Hokkaido juga memiliki tato sebagai simbol kecantikan dan jimat pelindung. Berbeda dengan di Okinawa yang ditato pada bagian lengan saja, suku Ainu di Hokkaido diharuskan ditato pada bagian lengan dan bibir.
Kedua budaya tato tersebut lambat laun menghilang karena ada aturan pemerintah Jepang terkait pelarangan memakai tato pada abad ke-19.
4. Ukiyo-e Menjadi Inspirasi Tato pada Zaman Edo
Ukiyo-e adalah semacam karya seni Jepang berupa cetakan balok kayu dengan gambar dan motif yang indah. Ketika zaman Edo, motif Ukiyo-e menjadi inspirasi bagi orang-orang untuk menato tubuh mereka dengan motif serupa.
Selain itu, kelas pekerja di Jepang juga kerap menato tubuh mereka untuk menutupi tubuhnya yang kerap bertelanjang dada ketika bekerja. Pada periode ini, karena inspirasi dari Ukiyo-e, gambar tato berkembang dari gambar dan motif sederhana ke motif yang lebih rumit dan kompleks.
5. Tato sebagai Hukuman Bagi Para Kriminal
Seiring berkembangnya zaman, tato pun sempat menjadi bentuk hukuman bagi para kriminal di negeri Jepang saat itu.
Dengan tujuan agar para kriminal merasa malu akan perbuatannya, maka mereka ditato sebagai bentuk hukuman.
Tak tanggung-tanggung, ditatonya pun tidak di lengan atau bagian tubuh lain yang biasa ditato, namun khusus bagi para kriminal mereka ditato tepat di bagian dahi.
Di beberapa daerah di Jepang, tato hukuman di dahi bisa berupa bentuk menyerupai huruf X. Atau kanji ichi, yang berarti satu juga menjadi gambar tato hukuman bari para kriminal yang melakukan kejahatan untuk pertama kali.
Nah, bagi para kriminal yang sudah langganan menjadi penjahat dan siap-siap dihukum mati karena perbuatannya, biasanya tato hukuman di dahi berbentuk kanji inu yang berarti anjing.
6. Tato Identik dengan Yakuza
Fakta tentang tato Jepang yang ini tentu sudah bukan fakta baru lagi ya, Minasan. Tato memang identik dengan yakuza.
Seperti yang disebutkan pada poin sebelumnya, bahwa para kriminal mendapat tato hukuman di lengan dan dahi mereka, maka para Yakuza menjadikan sejarah tersebut menjadi bagian dari warisan organisasi mereka yang memang bergerak di bawah tanah.
Tato seakan-akan menjadi tradisi penting bagi yakuza. Pasalnya, tato dianggap sebagai simbol kesetiaan dan dedikasi anggota yakuza pada organisasinya. Singkatnya, tato adalah bukti kesetiaan, dan kesetiaan itu membutuhkan waktu, kesabaran dan toleransi pada rasa sakit, seperti halnya ketika seseorang ditato.
Tato yakuza memiliki makna tersendiri, karena itulah setiap anggota yakuza memiliki motif tato yang berbeda-beda tergantung perjalanan hidup mereka. Sebelum ditato, anggota yakuza akan berkonsultasi terlebih dahulu dengan ‘horishi’ (seniman tato Jepang) terkait motif tato apa yang cocok bagi setiap anggota yakuza.
7. Tato Dianggap Melanggar Hukum pada Periode Meiji
Pada periode Meiji (1868-1912), tepatnya pada tahun 1872 tato dilarang oleh pemerintah Jepang. Pasalnya, pada periode Meiji Jepang mulai membuka diri pada dunia setelah mengisolasi diri selama kurang lebih 200 tahun.
Karena mulai membuka diri pada dunia, pemerintah Jepang takut jika tradisi tato di Jepang dianggap sebagai sebuah keterbelakangan bagi dunia luar, khususnya dunia Barat yang lebih maju.
Aturan pemerintah pada periode Meiji ini pula yang membuat tradisi tato di Okinawa dan Hokkaido menjadi hilang. Orang-orang yang sudah terlanjur memiliki tato bahkan sebisa mungkin menyembunyikan tato agar tidak terlihat oleh petugas pemerintah.
Pada periode tersebut Horishi (seniman tato Jepang) juga terkena imbasnya. Mereka bekerja sembunyi-sembunyi dan menutup identitas mereka sebagai Horishi. Setelah 70 tahun larangan tato diberlakukan selama periode Meiji, akhirnya larangan tato dicabut pada tahun 1948 ketika Jepang diduduki Amerika Serikat.
8. Orang Jepang Jarang Menato Dirinya dengan Kanji
Bagi orang luar Jepang, termasuk Indonesia barangkali, menato tubuh dengan huruf kanji dianggap keren dan kekinian.
Namun bagaimana menurut orang Jepang sendiri? Bisa jadi, karena kanji begitu dekat dengan kehidupan mereka, huruf kanji dipandang menjadi biasa saja, termasuk tato bergambar huruf kanji.
Bahkan, beberapa video eksperimen sosial di internet menyatakan bahwa orang Jepang terheran-heran dengan orang asing yang memutuskan untuk menato dirinya dengan huruf kanji.
Demikian Minasan, sejumlah fakta tentang tato Jepang yang mungkin beberapa di antaranya jarang diketahui.
Ternyata tato memiliki sejarah panjang di Jepang, dan telah melalui berbagai macam zaman yang turut memengaruhi perkembangan tato itu sendiri.
Nah, bagi Minasan yang tertarik dengan berbagai budaya Jepang ikuti terus artikel di pandaikotoba.net ya, dan jangan lupa untuk mengikuti terus update tentang Jepang lainnya di Instagram Pandai Kotoba!
Mata ne..