Culture

Inilah 8 Jenis Pedang Jepang, Tidak Hanya Katana lho!

Tak hanya katana, ternyata terdapat jenis pedang Jepang lainnya yang memiliki keunikan dan karakteristiknya sendiri. Dari yang paling terkenal seperti Katana yang elegan hingga pedang belati yang kuat seperti Tanto, setiap pedang memiliki sejarahnya sendiri yang menarik dan memiliki simbol yang mendalam sebagai bagian dari budaya Jepang yang kaya.

Jenis pedang Jepang hadir dalam berbagai jenis dengan perbedaan pada ukuran, bentuk, dan penggunaannya. Berbagai jenis pedang tersebut ditempa oleh para pembuat pedang dengan keterampilan khusus dengan detail yang sangat diperhatikan.

Lantas, apa saja jenis pedang Jepang tersebut, yuk kita simak Minasan!

Jenis-Jenis Pedang Jepang

jenis pedang jepang katana

1. Katana

Siapa yang tak kenal Katana, jenis pedang Jepang paling populer yang identik dengan samurai ini. Katana terkenal dengan ukurannya yang panjang, biasanya sekitar 60-90 cm, dengan punggungan pedang yang tebal, bilah mata satu yang tajam, dan gagang yang dirancang untuk digenggam dengan kedua tangan. 

Material pembuatannya sering kali menggunakan baja berkualitas tinggi, yang diklaim memiliki kekuatan dan ketahanan yang luar biasa. Selain kemampuannya sebagai senjata tajam, katana juga memiliki makna simbolis dalam budaya Jepang, yaitu simbol yang mewakili kehormatan, keberanian, dan keterampilan tinggi dalam seni bela diri pedang. Keahlian dan keterampilan khusus yang dibutuhkan untuk menempa katana membuatnya tidak hanya dibuat untuk sebuah senjata, tetapi juga sebagai sebuah karya seni yang patut dihargai.

Pada awalnya, katana bukanlah senjata utama, melainkan sebuah pedang cadangan untuk samurai yang mengenakan tachi. Namun, pada abad ke-16, dengan berkembangnya pertempuran jarak dekat, katana mulai digunakan sebagai senjata utama dalam pertempuran.

Pada abad ke-16, pedang Jepang mengalami evolusi besar dalam pembuatannya, di mana teknik pembuatan baja yang lebih maju digunakan untuk meningkatkan kualitas pedang. Beberapa periode seperti Momoyama (1573-1615 Masehi) dan Edo (1603-1868 Masehi) menyaksikan puncak kejayaan katana dalam sejarah seni pedang Jepang.

Pada zaman feodal Jepang, katana yang berukuran panjang memang cocok digunakan dalam teknik menebas dan memotong. Karena pegangannya yang cukup untuk digenggam oleh kedua tangan, membuat teknik tebasan dan potongan menjadi lebih maksimal secara kekuatan dan keseimbangan.

Selain itu, bilah katana yang melengkung menambah kecepatan ketika menghunusnya sehingga menjadi senjata yang efektif ketika menyerang maupun bertahan.

Selain sebagai senjata, katana menjadi simbol status, kehormatan, dan prestise di kalangan samurai. Ketajaman pedang ini tidak hanya menjadi keunggulan teknis, tetapi juga sebuah simbol kehormatan bagi para samurai.

Seiring dengan modernisasi Jepang pada abad ke-19, penggunaan pedang semakin berkurang, dan tradisi katana mulai memudar. Namun, warisan budaya dan seni pembuatannya terus dihargai, terbukti dengan banyak seniman bela diri dan kolektor seni yang masih mempelajari dan mengagumi keindahan katana sebagai sebuah karya seni.

Selain sebagai senjata ikonik samurai dan bagian dari budaya tradisional Jepang, katana kerap ditemukan dalam beragam media budaya populer Jepang, seperti film, anime, atau video game.

Misalnya, dalam film Kill Bill, sang tokoh utama, Beatrix Kiddo, menggunakan katana yang disebut Hattori Hanzo, sebagai senjata yang ampuh dan mematikan. Atau yang paling populer lainnya adalah serial anime dan manga “Rurouni Kenshin” yang memiliki katana bermata terbalik (Sakabato) sebagai pernyataannya yang tidak ingin lagi membunuh siapapun dengan katana-nya.

Seiring berjalannya waktu, katana terus dikembangkan yang menghasilkan beragam katana dengan karakteristiknya masing-masing. Variasi katana yang paling populer berdasarkan gaya penempaannya, di antaranya:

  • Shobu Zukuri

Katana Shobu Zukuri adalah salah satu gaya dalam pembuatan katana. Shobu Zukuri secara harfiah berarti “tangkai iris”, yang merujuk pada desain khas dari sisi samping pada bilahnya.

Ciri khas dari Shobu Zukuri adalah bentuknya yang ramping dengan garis tengah yang agak melengkung ke ujungnya. Gaya ini sering kali memberikan kesan kesan elegan dan efisien.

Katana Shobu Zukuri umumnya memiliki hampir setengah lebar bilah di bagian atas dan kemudian secara bertahap mengecil hingga ke ujungnya. 

Pada beberapa desain, garis tengahnya dapat sedikit melengkung ke atas, menciptakan kesan estetika yang indah dan keseimbangan yang baik antara kekuatan dan kemudahan ketika menggunakannya.

  • Kissaki Moroha Zukuri

Katana Kissaki Moroha Zukuri adalah gaya khas dalam pembuatan pedang Jepang (katana) yang memiliki ujung bilah (kissaki) yang berbeda dari desain katana pada umumnya. Kata “Moroha” sendiri dalam bahasa Jepang berarti “dua tepi”. Desain ini menampilkan ujung bilah yang tajam pada kedua sisinya, mirip dengan bentuk pisau belati.

Kissaki Moroha Zukuri secara khas menonjolkan ujung bilah yang memiliki dua sisi yang tajam, memberikan kesan visual yang unik dan sedikit berbeda dari desain kissaki yang konvensional. Gaya ini sering dianggap menarik karena memberikan sentuhan estetika yang menonjol, dengan kedua sisi ujung yang tajam memperlihatkan keahlian dan keterampilan khusus yang dimiliki pembuatnya.

Dalam sejarah seni pedang Jepang, Kissaki Moroha Zukuri merupakan salah satu variasi yang menarik dan unik, menunjukkan kompleksitas dan kekayaan dalam teknik pembuatan pedang tradisional Jepang.

  • Shinogi Zukuri

Katana Shinogi Zukuri adalah salah satu gaya pembuatan pedang Jepang yang cukup terkenal. Istilah “Shinogi” mengacu pada punggung segitiga pedang yang membentang dari pangkal hingga ujung bilah.

Gaya Shinogi Zukuri menggambarkan desain bilah yang memiliki garis tengah yang jelas, dengan pangkal yang lebih tebal dan semakin menipis hingga ke arah ujung bilah.

Karakteristik Shinogi Zukuri memungkinkan pedang untuk memiliki struktur yang kokoh dan kuat, serta memiliki keseimbangan dan daya tusuk yang efektif. Hal ini membuatnya menjadi pilihan populer di kalangan samurai dan penggemar seni pedang Jepang karena efisiensi dan keseimbangannya dalam pertempuran.

  • Unokubi Zukuri

Unokubi Zukuri secara harfiah berarti “leher kuda yang pincang”, istilah ini menggambarkan lengkungan khas pada bagian tengah mata pedang. 

Ciri khas dari Unokubi Zukuri adalah bagian tengah bilah yang sedikit melengkung, menyerupai leher yang pincang, memberikan kesan visual yang menarik dan berbeda dari desain katana lainnya. Gaya ini pun membuktikan keunggulan estetika dan dianggap sebagai teknik yang mengesankan dalam seni pembuatan katana.

2. Wakizashi

Wakizashi adalah jenis pedang Jepang berukuran pendek yang sering kali dianggap sebagai senjata pendamping bagi katana yang lebih panjang. Wakizashi memiliki panjang sekitar 30 hingga 60 cm, yang lebih pendek daripada katana, namun tetap memiliki karakteristik yang sama dengan pedang Jepang pada umumnya.

Wakizashi umumnya digunakan oleh samurai sebagai senjata cadangan atau sebagai pasangan untuk katana mereka. Pedang ini sering kali merupakan simbol status dan kehormatan dalam budaya samurai Jepang. Wakizashi juga menjadi bagian penting dari serangkaian senjata samurai yang dikenakan pada saat itu.

Selain digunakan dalam pertempuran, wakizashi juga menjadi bagian dari upacara  dan tradisi Jepang, serta merupakan salah satu senjata yang paling dihormati dalam sejarah seni pedang Jepang. Keindahan dan keunggulan teknis wakizashi tetap menjadi daya tarik bagi para kolektor seni pedang dan penggemar budaya samurai di seluruh dunia.

Seperti halnya katana, wakizashi juga memiliki tsuba, yang merupakan pelindung antara gagang dan bilah. Tsuba bisa bervariasi dalam desain, kadang-kadang dihiasi dengan berbagai motif dan ukiran yang indah. Gagang wakizashi dirancang untuk digenggam dengan satu tangan, dengan bahan yang sering terbuat dari kayu yang dilapisi dengan kulit atau anyaman agar menjadi pegangan yang kokoh. Sedangkan, ujung bilah wakizashi, atau yang dikenal sebagai kissaki, sering kali memiliki bentuk yang meruncing, meskipun tidak sepanjang atau setajam katana.

Jenis pedang Jepang Wakizashi ini biasanya digunakan untuk pertarungan jarak dekat. Para samurai biasanya lebih memilih menggunakan wakizashi dalam pertarungan dalam ruangan yang sempit, sehingga wakizashi yang berukuran lebih pendek memungkinkan melakukan gerakan dan teknik penyerangan dan pertahanan yang lebih solid. Selain pertarungan, Wakizashi juga sering kali digunakan untuk tujuan seremonial tradisional Jepang, salah satunya adalah seppuku.

Sama halnya seperti katana, jenis pedang Jepang Wakizashi memiliki sejumlah varian dilihat dari gaya pembuatannya, yaitu variasi Shobu Zukuri Wakizashi, Hirazukuri Wakizashi, dan Moroha Zukuri Wakizashi.

Saat ini, wakizashi masih digunakan dalam berbagai seni bela diri, seperti iaido dan kenjutsu, yang berfokus pada disiplin, teknik, dan aspek spiritual dari ilmu pedang. Para praktisi seni bela diri ini sering berlatih dengan katana dan wakizashi untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang teknik pertarungan pedang tradisional Jepang.

3. Tanto

Tanto ada jenis pedang Jepang lainnya yang berukuran pendek yang menurut catatan sejarah pertama kali digunakan pada zaman Heian. Tanto adalah pedang kecil pendamping katana bersanding dengan wakizashi.

Tanto khusus dirancang sebagai senjata tajam khusus untuk menerapkan teknik tikaman dan tusukan, menjadikannya pedang kecil yang efektif untuk pertarungan jarak dekat.

Pada awalnya, tanto digunakan oleh berbagai kelas masyarakat Jepang, dari samurai hingga petani. Seiring berjalannya waktu, tanto menjadi semakin identik dengan kelas samurai, terutama sebagai senjata cadangan atau sebagai senjata seremonial. Tanto juga digunakan sebagai alat perlindungan diri dalam situasi sehari-hari.

Selama periode Edo di Jepang (1603-1868), perdagangan dan budaya berkembang pesat, termasuk seni pembuatan tanto yang semakin rumit dan indah. Tanto menjadi lambang kehormatan bagi pemiliknya dan juga sering digunakan sebagai hadiah untuk menunjukkan penghargaan dan hubungan sosial.

Tanto umumnya memiliki panjang antara 15 hingga 30 cm, menjadikannya pedang terpendek dibandingkan katana atau wakizashi. Ujung bilah tanto, yang dikenal sebagai kissaki, sering kali memiliki bentuk yang meruncing, namun tidak sepanjang atau setajam seperti pada katana. Tanto biasanya disimpan dalam sarung, yang disebut “saya”, yang terbuat dari kayu atau bahan lainnya. “Saya” memiliki peran penting dalam melindungi bilah tanto serta memudahkannya ketika penggunaan dan penyimpanan.

Jenis pedang Jepang tanto hadir dengan sejumlah variasi yang memiliki ciri khasnya masing-masing, di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Aikuchi Tanto

Aikuchi Tanto adalah jenis pedang pendek Jepang yang memiliki ciri khas yaitu gagangnya yang menyatu dengan sarungnya, tanpa adanya tsuba (pelindung tangan). Karakteristik inilah yang membedakan Aikuchi Tanto dengan jenis tanto lainnya. 

Aikuchi Tanto dikenal karena desainnya yang sederhana namun elegan. Karena tidak adanya tsuba tersebut, Aikuchi Tanto memiliki tampilan yang simpel dan ramping, dengan fokus pada kesederhanaan dan kemudahan penggunaan. Gagangnya sering terbuat dari bahan-bahan berkualitas tinggi seperti kayu yang dihiasi dengan lapisan kulit atau anyaman sehingga menciptakan pegangan yang kokoh dan nyaman.

  • Kogatana

Kogatana yang secara harfiah berarti “katana kecil” adalah jenis Tanto yang digunakan sebagai pisau serbaguna, dab sering kali digunakan untuk pekerjaan sehari-hari seperti memotong kertas, kulit, atau kayu.

Meskipun Kogatana umumnya lebih pendek daripada tanto yang biasanya, fungsinya yang serbaguna membuatnya menjadi alat yang penting dalam kehidupan sehari-hari di Jepang pada masa lalu.

  • Sunobi Tanto

Sunobi Tanto adalah salah satu jenis pedang pendek tradisional Jepang yang memiliki ciri khas bilah yang lebih panjang dari tanto biasanya. Sunobi Tanto umumnya memiliki panjang antara 30 hingga 60 cm, menjadikannya lebih panjang daripada ukuran standar tanto yang lebih pendek. Hal ini memberikan Sunobi Tanto tampilan yang unik dan menonjol di antara jenis-jenis pedang Jepang lainnya.

Sunobi Tanto sering kali dikenakan oleh kelas samurai yang lebih tinggi dan digunakan dalam berbagai situasi, baik sebagai senjata pertahanan diri maupun sebagai simbol status. Desainnya yang lebih panjang dari tanto standar memberikan Sunobi Tanto keunggulan dalam pertempuran jarak dekat.

  • Yoroi Toshi Tanto

Yoroi Toshi Tanto adalah jenis pedang pendek atau belati tradisional Jepang yang dirancang khusus untuk menembus lapisan perisai atau baju besi pada zaman peperangan di era samurai. Karakteristik yang membedakan Yoroi Toshi Tanto adalah bilahnya yang lebih tebal dan ujungnya yang lebih kuat dan tajam, yang memungkinkan untuk menembus lapisan pelindung yang sangat keras sekalipun.

Yoroi Toshi Tanto sering digunakan sebagai senjata pelengkap oleh samurai dalam pertempuran jarak dekat, terutama dalam situasi di mana perisai atau baju besi digunakan oleh lawan. Desainnya yang kokoh dan ujungnya yang kuat membuatnya menjadi senjata yang efektif dalam situasi pertempuran yang sulit.

  • Kai Gunto Tanto

Kai Gunto adalah jenis pedang Jepang yang dirancang khusus untuk digunakan oleh militer Jepang selama era modernisasi di abad ke-19 dan ke-20.

Tanto versi Kai Gunto umumnya memiliki desain yang disesuaikan dengan kebutuhan militer, dengan gagang yang lebih kokoh dan tahan lama, serta bahan yang lebih tahan lama dan efisien. Perbedaan utama antara Tanto Kai Gunto dengan Tanto tradisional lainnya adalah penekanan pada aspek fungsionalitas dan kepraktisan, sejalan dengan kebutuhan militer Jepang pada masa itu.

Meskipun memiliki ciri-ciri yang berbeda dari Tanto tradisional, Kai Gunto Tanto tetap menjadi bagian penting dari warisan seni bela diri Jepang dan sejarah militer Jepang. Desainnya yang unik dan keterkaitannya dengan periode modernisasi menjadikannya sebagai contoh yang menarik dari evolusi seni pedang Jepang dari masa ke masa.

4. Tachi

Jenis pedang Jepang Tachi adalah salah satu senjata samurai tradisional Jepang yang berasal dari zaman pertengahan. Tachi umumnya memiliki panjang sekitar 60 hingga 80 cm dan memiliki lengkungan pada bilahnya yang lebih besar daripada pedang Jepang lainnya seperti katana. 

Ciri khas lainnya adalah gagang yang lebih panjang, yang dirancang untuk digenggam dengan kedua tangan, dan memungkinkan penggunaan yang efektif ketika berkuda. Tachi juga sering dilengkapi dengan tsuba, pelindung tangan antara gagang dan bilahnya.

Pada awalnya, Tachi digunakan sebagai senjata utama oleh kelas samurai dalam pertempuran medan terbuka. Namun, seiring perkembangan zaman, Tachi digantikan oleh Katana sebagai senjata utama pada pertengahan periode feodal Jepang.

Jenis pedang Jepang Tachi memiliki sejumlah variasi dengan masing-masing fitur, kegunaan, dan tujuan estetika yang berbeda-beda. Berikut adalah varian dari jenis pedang Jepang Tachi, di antaranya:

  • Kiriha Zukuri Tachi

Kiriha-zukuri Tachi adalah salah satu teknik pembuatan pedang Jepang Tachi dengan menempa bilah tunggal dengan satu sisi yang diasah (single-edged). Gaya pembuatan ini ditandai dengan satu sisi bilah yang diasah menjadi tajam, sementara sisi lainnya dibiarkan datar atau rata. Istilah “Kiriha” secara harfiah berarti “tajam di satu sisi” dalam bahasa Jepang, yang merujuk pada karakteristik utama dari desain Tachi ini.

Dengan menggunakan gaya Kiriha-zukuri, Tachi memiliki kemampuan potong yang efektif dan kuat, sehingga memungkinkan samurai untuk melakukan serangan yang mematikan dalam pertempuran. Desain ini memberikan keunggulan dalam pertempuran di medan terbuka dan pertempuran jarak dekat. 

  • Kogarasu Maru Tachi

Secara harfiah, “Kogarasu Maru” merujuk pada bentuknya yang menyerupai burung gagak kecil. Pedang ini dikenal karena memiliki desain unik sehingga membuat jenis pedang Jepang ini menjadi legendaris.

Kogarasu Maru Tachi diyakini berasal dari abad ke-12 dan memiliki ciri khas bilah yang tajam dengan lengkungan yang elegan. Pedang ini dikenal karena kemampuan potongnya yang luar biasa dan keseimbangan yang sempurna antara kekuatan dan keindahan. Karena sejarahnya yang kaya dan desainnya yang luar biasa, Kogarasumaru Tachi sering dianggap sebagai salah satu karya seni pedang terbaik dalam budaya samurai Jepang.

  • Kenuki Gata Tachi

Kenuki Gata Tachi adalah salah satu dari beberapa bentuk atau gaya pembuatan pedang Jepang yang memiliki karakteristik yang unik. Gaya ini menampilkan sebuah dekorasi unik yang dikenal sebagai “Kenuki”. “Kenuki” secara harfiah berarti “penusuk” dalam bahasa Jepang yang merujuk pada sebuah dekorasi berbentuk tusuk jarum yang dipasang di tengah sarung pedang.

Kenuki Gata Tachi secara khusus menonjolkan dekorasi Kenuki tersebut, yang sering kali terbuat dari bahan-bahan berharga seperti emas, perak, atau logam mulia lainnya. Dekorasi Kenuki ini ditambahkan sebagai elemen estetika tambahan pada pedang Tachi, meningkatkan nilai seni dan keindahan pada tampilan keseluruhan pedang ini.

5. Nodachi

Nodachi adalah jenis pedang Jepang yang memiliki panjang yang luar biasa, bahkan lebih panjang dari katana biasa. Nodachi memiliki panjang antara 90 hingga 120 cm, menjadikannya salah satu pedang terpanjang dalam sejarah pedang Jepang.

Nodachi umumnya dipegang dengan kedua tangan dan digunakan oleh samurai untuk memberikan serangan yang kuat dan mematikan. Pedang ini sering digunakan dalam pertempuran medan terbuka atau pertempuran dengan pasukan besar, di mana kekuatan dan kecepatan menjadi sangat penting.

Varian dari jenis pedang Nodachi adalah sebagai berikut:

  • Odachi

Odachi adalah jenis pedang Jepang dengan versi ukuran yang lebih besar dari Nodachi, dengan panjang bilah yang dapat mencapai 120 cm. Karakteristik utama dari Odachi adalah ukurannya yang ekstrem, menjadikannya salah satu pedang terpanjang dalam sejarah seni pedang Jepang.

Odachi digunakan oleh samurai dalam pertempuran medan terbuka dan sering kali dianggap sebagai senjata yang menakutkan. Karena ukurannya yang besar, Odachi biasanya dipegang dengan kedua tangan untuk memberikan kekuatan dan kelincahan yang dibutuhkan dalam pertempuran.

  • Kiryu Nodachi

Kiryu Nodachi, sering kali disebut sebagai Kiryu no Tachi, merujuk pada jenis pedang Nodachi yang terkenal dalam sejarah seni bela diri pedang Jepang. “Kiryu” secara harfiah berarti “naga”, sedangkan “Nodachi” mengacu pada pedang Jepang yang memiliki ukuran yang luar biasa panjangnya.

Kiryu Nodachi terkenal karena desainnya yang elegan dan ukurannya yang panjang. Pedang ini sering kali dikaitkan dengan kemegahan dan kekuatan, dan digunakan oleh samurai kelas atas dalam pertempuran medan terbuka. Selain itu, Kiryu Nodachi menjadi simbol keberanian dan kekuatan dalam budaya samurai Jepang.

  • Soshu Kitae Nodachi

Soshu Kitae Nodachi adalah jenis pedang Jepang Nodachi yang dibuat dengan menggunakan metode khas pembuatan bilah yang dikenal dengan istilah “Soshu Kitae.” Metode ini melibatkan penggunaan berbagai jenis material baja yang dikombinasikan dengan cara khusus untuk menciptakan bilah pedang yang memiliki kekuatan, ketajaman, dan ketahanan yang luar biasa.

Dengan menggunakan metode Soshu Kitae, membuat bilah pedang Nodachi menjadi sangat kuat dan tangguh, yang menjadikannya senjata yang efektif dan dapat diandalkan dalam pertempuran. Keunggulan teknis dalam pembuatan pedang ini mempertegas bahwa pedang Nodachi memiliki kualitas yang luar biasa dan merupakan karya seni yang memukau.

6. Nagamaki

Nagamaki adalah jenis pedang Jepang yang merupakan gabungan antara pedang dan tombak. Jenis pedang Jepang ini terdiri dari bilah panjang yang ditempatkan pada gagang yang panjang juga, mirip dengan gagang tombak. Ciri khas utama Nagamaki adalah panjangnya yang luar biasa, menjadikannya senjata yang mematikan dalam pertempuran jarak jauh dan dekat.

Nagamaki awalnya dikembangkan pada era pertengahan Jepang dan digunakan oleh samurai sebagai senjata serbaguna dalam pertempuran. Keunggulan utama Nagamaki adalah kemampuannya dalam mengendalikan medan perang dengan rentang serangan yang panjang, sehingga memungkinkan samurai untuk mengatasi berbagai situasi pertempuran.

Dalam pertempuran, Nagamaki biasanya digunakan oleh prajurit pejalan kaki atau pasukan berkuda karena jangkauan serangan pedang ini yang sangat panjang. Gagangnya yang panjang tersebut membuat serangan menjadi lebih kuat, dan bilahnya yang melengkung memudahkan tebasan dan teknik potongan yang kuat dan tepat.

Nagamaki pun memiliki sejumlah varian dengan karakternya masing-masing, di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Koshizori Nagamaki

Koshizori Nagamaki adalah jenis Nagamaki yang memiliki ciri khas lengkungan pada bilahnya. “Koshizori” secara harfiah berarti “lekukan” atau “lengkungan” dalam bahasa Jepang, yang mengacu pada lengkungan khas pada bentuk bilah dari jenis pedang Jepang Nagamaki ini.

  • Toriizori Nagamaki

Toriizori Nagamaki adalah jenis Nagamaki yang memiliki lengkungan atau lengkungan terbalik pada bagian depan bilahnya. “Toriizori” bisa diartikan “melengkung ke atas” dalam bahasa Jepang, yang mengacu pada bentuk lengkungan khas yang menjadikan pedang Nagamaki memiliki tampilan yang unik.

7. Naginata

Naginata pertama kali muncul pada periode Heian (794-1185). Senjata ini menjadi terkenal selama periode Kamakura (1185-1333) dan menjadi senjata yang populer selama periode Muromachi (1336-1573). Awalnya Naginata sering digunakan oleh para prajurit samurai wanita, atau yang dikenal sebagai “onna bugeisha.”

Naginata, dengan bilah panjang yang melengkung pada ujungnya, dikenal karena kemampuannya yang luar biasa dalam mengendalikan situasi pertempuran, baik dalam pertempuran jarak dekat maupun jarak jauh.

Naginata memiliki bilah panjang yang melekat pada gagang yang panjangnya bisa melebihi 2 meter. Desainnya yang fleksibel dengan berat yang seimbang memungkinkan pengguna untuk memanfaatkan kekuatan penuhnya dalam berbagai situasi pertempuran. Gagang yang panjang memberikan pegangan yang stabil, sehingga memungkinkan pengguna untuk melakukan serangan dan pertahanan dengan kecepatan yang tinggi.

8. Yari

Yari, tombak tradisional Jepang, muncul pada zaman Heian (794-1185) dan mulai digunakan secara luas pada zaman Kamakura (1185-1333) dan Muromachi (1336-1573). Yari menjadi senjata favorit di kalangan samurai dan prajurit pejalan kaki karena keefektifannya dalam berbagai situasi pertempuran serta proses pembuatannya yang relatif sederhana.

Yari terdiri dari bilah lurus bermata dua yang dipasang pada sebatang kayu. Panjang bilahnya bisa bervariasi mulai dari 15 hingga 45 cm, sedangkan gagangnya (ebu) biasanya berukuran antara 180 hingga 270 cm. Yari dirancang dengan mengutamakan daya dobrak dan penetrasi ketika melakukan serangan, sehingga sangat efektif untuk merusak perisai lawan.

Terdapat sejumlah variasi Yari, yang dibedakan berdasarkan bentuk tempaan bilah pedangnya. Beberapa yang paling populer di antaranya adalah:

  • Sankaku Yari

Varian ini adalah Yari yang memiliki bilah berbentuk segitiga dengan ketajaman di setiap sisinya. Sesuai namanya, “Sankaku” secara harfiah berarti “segitiga” yang merujuk pada bentuk khas dari bilah pada senjata tajam ini.

Sankaku Yari terkenal karena desainnya yang unik dan tidak konvensional, yang memberikan keuntungan tambahan dalam pertempuran. Dengan ujung yang tajam di ketiga sisinya, Sankaku Yari memungkinkan serangan yang lebih efektif dari berbagai sudut, serta memaksimalkan kemungkinan untuk mengenai target dengan tepat.

  • Ryo shinogi Yari

Variasi Yari ini memiliki bilah dengan dua tonjolan paralel (shinogi) di bagian tengahnya. Dengan dua shinogi pada bilahnya, senjata ini memberikan kekuatan tambahan dan stabilitas pada struktur bilahnya, sehingga meningkatkan keefektifan dalam pertempuran.

  • Jumonji Yari

Yari berbentuk salib ini memiliki bilah horizontal tambahan yang tegak lurus dengan bilah utama, sehingga meningkatkan kemampuan ketika melakukan teknik penebasan. “Jumonji” secara harfiah berarti “sepuluh tanda” dalam bahasa Jepang, yang merujuk pada penampilan unik dari bilah senjata ini. Dengan ujung-ujung bilah yang melebar, senjata ini dapat memberikan serangan dengan jangkauan yang luas sehingga memungkinkan pengguna untuk mengatasi berbagai situasi pertempuran.

Demikian Minasan, pembahasan terkait jenis-jenis pedang Jepang yang ternyata memiliki banyak ragam dengan ciri khasnya masing-masing. 

Meskipun jenis-jenis pedang Jepang di atas sudah melampaui peran aslinya yaitu sebagai senjata dalam pertempuran, namun pesona seni pedang Jepang terus memikat hati para pecinta seni bela diri dan sejarah di seluruh dunia yang ingin mengabadikan karya seni dari  masa yang telah lalu dan ingin terus menghidupkannya dalam ingatan.


Bagi Minasan yang ingin tahu informasi lebih banyak terkait dunia Jepang, jangan lupa untuk ikuti Instagram Pandai Kotoba dan tonton kontennya di Youtube Pandai Kotoba.

Mata!

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *