Culture

Oyaji Gyagu: Jokes Bapak-Bapak ala Jepang

Humor bapak-bapak atau jokes bapak-bapak, kamu suka atau tidak, ya tidak bisa dipungkiri bahwa jokes tersebut berasal dari hasil pemikiran yang bisa dibilang cerdas. Kata demi kata yang diplesetkan bak permainan kata-kata yang dirangkai oleh Shakespeare. Lol.

jokes bapak bapak ala jepang
Foto: Silent Manga

Saat ini jokes bapak-bapak lebih cenderung direspon dengan jawaban: “Apaan sih? Jokes bapak-bapak!” Atau direspon dengan helaan napas dan cukup direspon: “iya,deh.” Atau masih banyak juga yang merespon dengan tawa, dan sayangnya kebanyakan dari yang tertawa itu adalah sesama bapak-bapak!

Nah, di Jepang jokes semacam ini pun ada. Istilah Jepang menyebutnya: Oyaji Gyagu.

Apa sebenarnya Oyaji Gyagu itu?

Oyaji Gyagu berasal dari kata Oyaji  (おやじ) yang berarti bapak-bapak, dan (ギャグ) yang berarti lelucon.

Oyaji Gyagu lebih cenderung berisi lelucon yang mempermainkan kata, yang dalam bahasa Jepang disebut dajare. Dajare adalah sejenis hiburan yang muncul sejak jaman dahulu di Jepang. Dajare biasa dijadikan tontonan hiburan untuk para tuan tanah di jaman feodal Jepang.

Namun, saat ini dajare tidak mendapat sambutan seantusias dahulu. Bahkan reaksi penonton pada umumnya akan menanggapinya sebagai lelucon yang “garing”. Atau orang Jepang menggunakan kata “samui” yang berarti “dingin” ketika mendengar lelucon yang dianggap tidak lucu.

Oyaji Gyagu mulai populer sejak tahun 1970-an di Jepang. Ditandai dengan munculnya duo penyanyi Anonenone yang menyuguhkan lagu-lagu dengan liriknya yang mempermainkan kata. Lagu berjudul Sakanaya no Ossan no Uta menjadi hits kala itu dan populer di kalangan generasi baby boomers di Jepang.

Permainan Kata Oyaji Gyagu

Ada beberapa pola khas dari lelucon Oyaji Gyagu. Yaitu:

  • Bunyi Mirip Beda Arti
  • Ambiguitas Pemisahan Kata (Ginata Yomi)
  • Dimainkan Dalam Ungkapan Salam

Bunyi Mirip Beda Arti

Tipe Oyaji Gyagu ini mempermainkan kata dengan cara menggunakan dua kata dengan bunyi yang sama namun dengan arti yang sama sekali berbeda.

Sebagai contoh, kata New York dalam bahasa Jepang dilafalkan: nyuuyooku (ニューヨーク).

Kata nyuuyooku sangat mirip pelafalannya dengan kata “nyuuyoku” (入浴) yang berarti mandi.

Ketika menggunakan dua kata tersebut secara bersamaan, menjadi: nyuuyooku de nyuuyoku (ニューヨークで入浴), yang berarti “mandi di New York.”

Contoh lain dari tipe lelucon ini sebagai berikut:

栄養がええよ〜
eiyō ga ēyo~
“Nutrisinya bagus.”

片思いで肩重い
kataomoi de kataomoi
“Bahuku berat karena cinta yang tak terbalas.”

カレーは辛え〜
karē wa karē~
“Kari ini pedas.”

イスに座っても、いいっすか。
isu ni suwattemo, issu ka
“Apakah boleh duduk di kursi ini?”

Ginata Yomi

Bahasa Jepang bisa sangat mengecoh dalam hal pemisahan kata: mana awal kata dan mana akhirnya.

Hal tersebut dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat lelucon dalam Oyaji Gyagu. Jadi, dengan memisahkan kata yang tidak seharusnya (digeser) lalu dipasangkan dengan kata lain akan memunculkan makna yang juga lain.

Inilah yang disebut Ginata Yomi.

Contoh:

パン、作った
pan, tsukutta
“Membuat roti.”

Cukup dengan menggeser salah satu suku kata di atas, maka makna bisa sangat berubah.

パンツ、食った
pantsu, kutta
“Makan celana.”

Nah, bisa dilihat kan? Perubahan sangat kecil bisa berpengaruh besar dalam bahasa Jepang.

Mari kita lihat contoh yang lain:

うーん、こまったぞ
uun, komattazo
“Hmm…membingungkan.”

Digeser salah satu suku katanya dan dilekatkan dengan kata sebelumnya menjadi:

うんこ、まったぞ
unko, mattazo
“Aku sudah menunggu untuk buang air besar.”

ブラシ、忘れた。
burashi, wasureta
“Aku lupa kuasku.”

ブラ、し忘れた。
bura, shiwasureta
“Aku lupa memakai bra.”

倒産か、 辛かったな。
tōsan ka, tsurakatta na
“Bangkrut? Itu pasti berat ya.”

父さん、カツラ買ったな
tōsan, katsura katta na
“Sepertinya ayah membeli rambut palsu.”

Dimainkan Dalam Ungkapan Salam

Ungkapan salam dalam bahasa Jepang (挨拶/ aisatsu) bunyinya akan selalu begitu-begitu saja. Kita akan mengucapkan “ohayou gozaimasu” ketika masuk kantor di pagi hari, dan diakhiri dengan ucapan salam “ostukaresama desu”, saat jam kantor berakhir.

Lalu beberapa orang “unik” mencoba membuat lelucon dari ungkapan salam yang repetitif dan membosankan itu.

Caranya dengan melekatkan kata lain yang memiliki suku kata pertama yang sama. Contohnya:

ありがとう
arigatō
“Terima kasih.”

Kata yang umum ketika mengucapkan “terima kasih”. Mari kita lihat bagaimana lelucon bapak-bapak membongkarnya,

ありがトウガラシ
arigatōgarashi
“Terima kasih + bumbu pedas”.

Kata arigatou memiliki pelafalan “tou” di suku kata paling akhir. Suku kata “tou” diubah menjadi suku kata pertama untuk kata berikutnya yaitu “tougarashii”, yang berarti bumbu pedas.

Mari kita lihat contoh lain, ketika lelucon bapak-bapak memodifikasi frase-frase umum menjadi “samui”(dingin)” atau “garing”.

行ってきます
ittekimasu
“Saya berangkat.”

行ってきマッスル
ittekimassuru
“Saya berangkat” + Massuru (otot)

行っておいで
itteoide
“Sampai jumpa.”

行っトイレ
ittoire
“Sampai jumpa” + Toire (toilet)

すみません
sumimasen
“Maaf.”

すみま扇風機
sumimasenpūki
“Maaf” + Senpuki (kipas angin)

こんばんは
konbanwa
“Selamat malam.”

こんばんワイン
konbanwain
“Selamat malam” + wain (wine)

Terlepas dari garing atau tidaknya Oyaji Gyagu, namun ini bisa dipakai untuk menambah kosakata bahasa Jepang kita. Ini cara yang bagus untuk bereksperimen dalam hal permainan kata. Gimana, mau coba?

Tapi Oyaji Gyagu ini jangan sampai keseringan dipraktikkan ya, karena bisa-bisa kamu akan dicap sebagai orang dengan lelucon yang “samui”.


Referensi:

Gaijinpot

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *