Culture

Mengenal Yabusame, Seni Panahan Berkuda Khas Jepang

Yabusame (流馬) adalah salah satu bentuk seni memanah berkuda khas Jepang yang menjadi bagian dari tradisi dan budaya Jepang sejak berabad-abad lalu. Yabusame bukan sekadar pertunjukan memanah biasa, tetapi merupakan suatu bentuk seni yang menggabungkan keterampilan memanah dengan estetika yang memukau. 

Di artikel ini, Pandai Kotoba akan mengulas tentang seni panahan berkuda tradisional Jepang ini, mulai dari asal usul hingga keberadaan yabusame di era modern sekarang ini. Penasaran? Yuk langsung simak Minasan!

Apa itu Yabusame? 

yabusame sani memanah tradisional jepang

Secara harfiah, “Yabusame” (流し馬) terdiri dari dua kata dalam bahasa Jepang.  Yabu (流)dapat diartikan “mengalir” atau “mengalirkan.” Dalam konteks Yabusame, ini merujuk pada gerakan kuda yang berlari saat penunggang kuda melepaskan panah dari busurnya. Sedangkan Same (馬) berasal dari kanji uma yang berarti “kuda.” Kuda memainkan peran sentral dalam Yabusame, karena seni ini melibatkan pemanah yang menunggang kuda sambil menembakkan panah ke target sasaran.

Jadi, secara harfiah, Yabusame dapat diartikan sebagai “mengalirkan kuda” atau “kuda yang mengalir,” mencerminkan gerakan kuda yang berlari layaknya air yang mengalir, sementara itu sang penunggang kuda harus memiliki keterampilan khusus untuk melepaskan anak panah ke sasaran sambil menunggang kuda yang sedang berlari.

Asal Usul Yabusame

Termasuk di Jepang, memanah di atas kuda telah menjadi aspek yang tak terhapuskan dalam peperangan dan perburuan selama berabad-abad di berbagai budaya. Sebelum yabusame muncul, bangsa Jepang telah terlebih dahulu mengenal seni memanah yang disebut kyudo

Asal usul Yabusame dapat ditelusuri hingga periode Heian (794-1185) di Jepang. Pada awalnya, Yabusame muncul sebagai bentuk latihan perang untuk meningkatkan keterampilan memanah sambil menunggang kuda. Prajurit pada zaman itu mempraktikkan Yabusame sebagai bagian dari latihan perang mereka, di mana para prajurit harus menembakkan panah dengan akurat sambil menunggang kuda dalam kecepatan tinggi.

Selama perkembangannya, Yabusame tidak hanya dijadikan sebagai latihan perang, tetapi juga menjadi bagian dari festival dan upacara keagamaan. Upacara Yabusame pada waktu itu diadakan untuk tujuan keberuntungan, melibatkan elemen keagamaan Shinto dan diyakini bisa membawa berkah kepada masyarakat. Misalnya, pada abad ke-6, Kaisar Kinmei memerintahkan untuk menembakkan tiga anak panah dari atas kuda sebagai persembahan perdamaian kepada para dewa. 

Pada zaman Kamakura, yabusame dikenal sebagai cara untuk menjaga semangat bela diri para pejuang ketika pertempuran. Para samurai menghabiskan waktu berjam-jam dengan kuda mereka untuk berlatih. Pemanah, atau ite (射手) yang gagal menembak ketiga target dipaksa untuk melakukan ritual bunuh diri, atau seppuku. Meditasi Zen juga dimasukkan ke dalam yabusame dan masih dipraktikkan sampai sekarang.

Seiring waktu, Yabusame berubah menjadi suatu bentuk seni dan hiburan yang lebih terstruktur. Pada periode Edo (1603-1868), Yabusame mulai ditampilkan dalam festival-festival dan perayaan lokal di seluruh Jepang. Dalam bentuknya yang lebih modern, Yabusame menjadi atraksi yang menarik bagi penonton, dan pemanah berkuda dihargai atas keterampilan mereka dalam mengendalikan kuda dengan keterampilan memanah yang akurat.

Hingga saat ini, Yabusame terus diwariskan dan dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya Jepang. Meskipun telah mengalami evolusi selama berabad-abad, Yabusame masih mempertahankan elemen-elemen tradisionalnya dan menjadi simbol penting dari kekayaan budaya Jepang.

Perlengkapan Yabusame

Perlengkapan yang digunakan dalam Yabusame terdiri dari serangkaian elemen tradisional yang menciptakan estetika yang khas dan  juga mempertimbangkan faktor keamanan. Semua perlengkapan ini tidak hanya berfungsi sebagai alat praktis untuk melakukan Yabusame, tetapi juga menciptakan penampilan yang spektakuler dan menggambarkan keindahan seni tradisional Jepang.

Berikut adalah beberapa perlengkapan utama dalam Yabusame:

  • Yumi (弓): Ini adalah busur panjang yang digunakan dalam Yabusame. Yumi dalam Yabusame lebih besar dan lebih panjang dibandingkan dengan busur tradisional Jepang lainnya. Yumi dirancang khusus untuk menyesuaikan teknik memanah dari pemanah berkuda.
  • Ya (矢): Ini adalah panah yang digunakan dalam Yabusame. Panah Yabusame biasanya lebih panjang dan lebih berat daripada panah standar, dan ujungnya terbuat dari bambu yang tajam. Panah ini juga sering dihias dengan warna-warna cerah atau simbol-simbol tertentu..
  • Kamiko (纸子): Ini adalah potongan-potongan kertas yang digunakan sebagai target. Kamiko ditempatkan pada sasaran bundar kecil yang diletakkan di sepanjang lintasan pemanah berkuda. Pemanah mencoba menembakkan panah mereka sehingga dapat mengenai dan memotong Kamiko.
  • Makiwara (巻藁): Ini adalah buntalan jerami yang ditempatkan di bawah Kamiko sebagai bagian dari sasaran. Fungsinya adalah untuk memperlambat panah dan memberikan umpan balik yang jelas kepada pemanah saat mereka berhasil memanah dengan tepat.
  • Hakama (袴): Ini adalah rok tradisional yang dikenakan oleh pemanah berkuda. Hakama memberikan perlindungan dan memastikan kenyamanan bagi pemanah saat menunggang kuda.
  • Jinbaori (陣羽織): Ini adalah mantel atau rompi yang dikenakan oleh pemanah untuk memberikan penampilan yang megah dan memberikan kesan tradisional pada pertunjukan Yabusame.
  • Kasa (笠): Pemanah juga sering mengenakan topi bulu yang disebut Kasa selama pertunjukan. Kasa memberikan elemen dramatis dan tradisional pada penampilan pemanah.
  • Tabi (足袋) dan Zori (草履): Tabi adalah kaus kaki tradisional yang dipakai dengan Zori, jenis sandal Jepang, untuk memberikan kenyamanan dan penampilan yang sesuai dengan tradisi.

Tata Cara Yabusame

Yabusame memiliki serangkaian peraturan dan tata cara yang harus diikuti selama pelaksanaannya untuk menjaga keselamatan, integritas acara, dan keberlanjutan warisan tradisionalnya.

Berikut adalah beberapa peraturan umum yang berlaku dalam Yabusame:

  • Yabusame biasanya dilakukan di lintasan yang panjang dan lurus. Lintasan ini sering kali melibatkan jalan setapak yang ditandai dengan portal khusus yang disebut “matoi.”
  • Rute harus dijaga dengan cermat, dan peserta harus mengikuti lintasan yang telah ditentukan.
  • Sasaran Yabusame adalah potongan-potongan kertas (kamiko) yang ditempatkan di sepanjang lintasan.
  • Panah yang digunakan harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, dan ujungnya terbuat dari bambu yang tajam. Panah juga sering dihias dengan warna-warna cerah.
  • Pemanah berkuda harus menembakkan panah mereka dari atas kuda dalam gerakan yang lancar dan alami.
  • Pemanah harus memanah dalam kecepatan tinggi, dan panah harus dilepaskan dengan tepat untuk mengenai sasaran.
  • Pemanah berkuda harus mengenakan pakaian tradisional seperti hakama, jinbaori, dan kasa.
  • Busur (yumi) dan panah (ya) harus memenuhi standar tertentu yang ditetapkan untuk acara Yabusame.
  • Keselamatan pemanah dan kuda harus menjadi prioritas utama. Pemanah berkuda harus memiliki kendali yang baik atas kuda mereka, dan kuda harus dilatih dengan baik untuk mengikuti lintasan dengan aman.
  • Penyelenggara acara bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua aspek keamanan telah diperhatikan dan disiapkan dengan baik.
  • Yabusame sering dimulai atau diakhiri dengan upacara adat yang melibatkan doa dan tata cara keagamaan, terutama jika Yabusame diadakan dalam konteks upacara festival atau keagamaan.
  • Pemanah berkuda yang berpartisipasi dalam Yabusame harus menjalani pelatihan khusus dan mendemonstrasikan keterampilan mereka sebelum diizinkan untuk tampil dalam pertunjukan resmi.

Peraturan Yabusame

Peraturannya cukup sederhana: tembakkan tiga anak panah ke tiga target kayu sambil mengendarai kuda dengan kecepatan penuh menyusuri lintasan sempit yang panjangnya sekitar 250 meter atau lebih, sambil meneriakkan Inyo (陰陽) dengan penuh semangat, yang berarti yin dan yang, yang berarti terang dan gelap.

youtube.com

Sekolah Yabusame

Di Jepang, terdapat beberapa sekolah atau organisasi yang mengajarkan seni Yabusame kepada calon pemanah berkuda. Beberapa di antaranya terlibat dalam melestarikan dan mengajarkan Yabusame sebagai bagian dari warisan budaya Jepang. Beberapa sekolah Yabusame yang terkenal antara lain:

1. Ogasawara-ryu Yabusame

Ogasawara-ryu adalah salah satu aliran (ryu) tertua dalam seni militer dan etika Jepang. Mereka dikenal karena keterlibatan mereka dalam seni memanah berkuda, termasuk Yabusame. Sekolah ini memiliki sejarah yang panjang dan terus melestarikan tradisi Yabusame.

2. Takeda-ryu

Takeda-ryu adalah aliran bela diri klasik yang melibatkan berbagai seni bela diri, termasuk Yabusame. Mereka memiliki cabang yang mengajarkan teknik-teknik Yabusame yang otentik.

3. Iizasa-ryu Yabusame

Iizasa-ryu adalah salah satu aliran seni bela diri tradisional Jepang, dan cabang dari aliran ini juga mengajarkan Yabusame. Mereka berfokus pada pelestarian aspek-aspek historis dari seni memanah berkuda ini.

4. Tsurune Shadan Hojinkai

Ini adalah organisasi yang mempromosikan dan mengajarkan seni panahan tradisional, termasuk Yabusame. Mereka terlibat dalam berbagai kegiatan untuk memperkenalkan dan melestarikan warisan budaya Jepang di bidang seni panahan berkuda.

5. Katori Shinto-ryu

Katori Shinto-ryu adalah aliran bela diri tertua di Jepang dan melibatkan berbagai seni bela diri, termasuk seni panahan. Mereka juga terlibat dalam Yabusame sebagai bagian dari warisan budaya Jepang.

Penting untuk dicatat bahwa keanggotaan dalam sekolah Yabusame sering kali melibatkan proses pelatihan yang ketat dan berkelanjutan. Pemanah berkuda yang ingin menguasai seni ini harus melewati serangkaian latihan, ujian, dan pembelajaran yang mendalam di bawah bimbingan instruktur yang berpengalaman. Sekolah-sekolah ini berperan penting dalam menjaga tradisi Yabusame agar tetap hidup dan terus berkembang seiring perubahan zaman.


Nah, itulah Minasan sekilas tentang seni memanah berkuda khas Jepang yang disebut yabusame. 

Yabusame merupakan perpaduan antara keterampilan memanah berkuda yang luar biasa dan keindahan tradisi Jepang. Seni ini bukan sekadar pertunjukan memanah, melainkan suatu perwujudan dari warisan budaya yang kaya dan mendalam. Dalam sorotan cahaya matahari terbenam, Yabusame melambangkan keabadian dan keanggunan, mengingatkan kita akan kekayaan warisan budaya Jepang yang terus hidup, seakan melaju bersama kuda yang gagah perkasa di atas lintasan sejarah.

Ikuti Instagram Pandai Kotoba dan channel Youtube Pandai Kotoba untuk mengetahui informasi seputar Jepang lainnya, mata!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *