Culture

Teater Tradisional Kabuki, Masa Lalu Sarat Kontroversi

Teater tradisional Kabuki adalah seni pertunjukan yang memikat dan mempesona dan telah menjadi simbol budaya Jepang yang tak terlupakan. Kabuki telah menghadirkan drama yang mendalam, tarian yang anggun, dan kostum yang megah selama berabad-abad lamanya.

Kesenian ini tidak hanya menghipnotis penonton dengan penampilan visualnya yang luar biasa, tetapi juga mengandung makna yang mendalam. Juga, teater tradisional Kabuki bukan hanya pertunjukan biasa, melainkan jendela ke dalam budaya dan sejarah yang begitu kaya. 

Mari Minasan, kita selami dunia teater tradisional Kabuki, ketika tradisi bertemu dengan karya seni yang mengagumkan.

Apa itu Kabuki?

teater tradisional kabuki

Secara harfiah kabuki tersusun dari tiga karakter kanji yang digabung dan membentuk kata kabuki (歌舞伎). Jika dipisah, kanji (歌) berarti nyanyian, kanji (舞) berarti tarian, dan kanji (伎) berarti keterampilan. Jika merujuk pada artinya secara harfiah, kabuki bisa diartikan seni keterampilan bernyanyi dan menari. 

Pendapat lain mengartikan kabuki dengan merujuk kata tersebut dari kata “kabuku”, yang salah satu maknanya adalah “di luar kebiasaan”. Ini juga bisa menjadi makna kabuki lainnya, yaitu seni “di luar kebiasaan” yang bisa dikaitkan dengan seni avant garde.

Intinya, teater tradisional Kabuki adalah bentuk seni pertunjukan tradisional Jepang yang menggabungkan unsur-unsur drama, tarian, musik, dan kostum yang bisa dikatakan spektakuler.

Sejarah Teater Tradisional Kabuki

Kabuki pertama kali muncul pada awal abad ke-17 di Jepang, tepatnya pada tahun 1603. Awalnya, pertunjukan teater tradisional Kabuki dilakukan oleh wanita dan pria di lokasi-lokasi yang lebih kecil dan tidak resmi. Pertunjukan ini memiliki unsur-unsur tarian, musik, dan terkadang diselingi komedi.

Pada tahun 1629, pemerintah Tokugawa mengeluarkan larangan bagi wanita untuk tampil dalam pertunjukan Kabuki karena khawatir tentang kehidupan malam yang semakin marak. Sejak saat itu, semua peran dalam Kabuki, termasuk peran wanita, harus diperankan oleh aktor laki-laki yang disebut “onnagata.”

Meskipun awalnya dianggap kontroversial, Kabuki mulai mendapatkan popularitas yang besar pada abad ke-17 dan ke-18. Teater-teater Kabuki permanen mulai dibangun, dan pertunjukan ini menjadi semakin mengesankan dalam hal kostum, tarian, dan cerita.

Abad ke-19 adalah periode ketika teater tradisional Kabuki mulai bereksperimen dan berinovasi dalam seni pertunjukannya. Penambahan elemen-elemen seperti penggunaan peralatan mekanis untuk efek panggung yang lebih dramatis hingga penggunaan efek suara yang semakin kompleks.

Seiring berjalannya waktu, Kabuki menghadapi berbagai tantangan dan perubahan. Era Meiji (1868-1912) yang sarat akan modernisasi turut memengaruhi teater tradisional Kabuki. Sehingga, memasuki abad ke-20, Kabuki mulai menerima pengaruh dari teater Barat dengan menggabungkan unsur-unsur baru dalam pertunjukannya.

Kabuki terus menjadi bagian penting dari budaya Jepang dan bahkan diakui sebagai Warisan Budaya oleh UNESCO pada tahun 2005. Upaya pelestarian seni ini terus berlanjut, dan teater tradisional Kabuki tetap menjadi salah satu bentuk seni pertunjukan yang paling terkenal dan sangat penting di Jepang.

Masa Lalu Kabuki yang Kontroversial

Di tengah perjalanan teater tradisional Kabuki menjadi salah satu seni pertunjukkan yang terbaik, juga tidak terlepas dari hal-hal yang kontroversial. Hal kontroversif yang paling melekat dengan kabuki adalah soal skandal seksual dan prostitusi yang cukup marak terjadi ketika itu.

Beberapa skandal seksual yang pernah terjadi dan mencoreng wajah teater tradisional Kabuki, di antaranya:

  • Skandal Yoshizawa Ayame (Abad Ke-18)

Salah satu skandal seksual terkenal melibatkan aktor Kabuki Yoshizawa Ayame pada abad ke-18. Yoshizawa Ayame dikenal sebagai aktor onnagata yang sangat populer. Ia terlibat dalam pertunjukan “Saruwaka-mai,” di mana dia menari dengan kostum yang terbuka di bagian dada.

Penampilannya yang provokatif ini menarik perhatian banyak penggemar wanita. Skandal ini mencapai puncaknya ketika Yoshizawa Ayame terlibat dalam hubungan dengan seorang wanita dari kalangan bangsawan. Skandal ini menyebabkan kontroversi besar dan memancing banyak keraguan tentang aspek moralitas dan kesopanan dalam teater tradisional Kabuki.

  • Skandal Danjuro (Awal Abad Ke-19)

Aktor terkenal Ichikawa Danjuro, yang dikenal karena memerankan peran-peran pahlawan dalam Kabuki, juga terlibat dalam skandal seksual. Ia terlibat dalam hubungan dengan seorang perempuan yang sudah menikah, yang mengakibatkan keributan besar di masyarakat. Skandal ini merusak citra Danjuro sebagai aktor Kabuki terkemuka.

  • Prostitusi dalam Kabuki

Pada masa lalu, beberapa aktor Kabuki sering kali terlibat dalam praktik prostitusi. Mereka sering kali memiliki penggemar wanita yang menjadi pelanggan mereka di luar panggung. Praktik ini membuat teater tradisional Kabuki sering kali dikaitkan dengan dunia malam dan merusak citra seni pertunjukan tersebut.

Kontroversi-kontroversi tersebut menciptakan persepsi negatif tentang Kabuki pada saat itu. Meskipun begitu, teater tradisional Kabuki tetap berkembang dari waktu ke waktu dan berhasil melewati kontroversi-kontroversi tersebut untuk tetap menjadi salah satu bentuk seni pertunjukan yang paling terkenal di Jepang.

Peran-Peran dalam Teater Tradisional Kabuki

youtube.com

Dalam seni pertunjukan teater tradisional Kabuki, terdapat berbagai jenis peran atau karakter yang diperankan oleh aktor-aktor (setelah abad ke-17 semua aktornya laki-laki).

Para aktor Kabuki sering kali menghabiskan bertahun-tahun untuk melatih dan mengembangkan keterampilan mereka dalam memerankan peran tertentu. Nah, apa saja perannya? Berikut ini di antaranya:

1. Tachiyaku

Tachiyaku adalah salah satu peran dalam seni pertunjukan teater tradisional Kabuki. Peran-peran yang dimainkan oleh tachiyaku mencakup berbagai jenis karakter dan emosi, mulai dari pahlawan yang gagah berani hingga karakter yang komikal..

Aktor Tachiyaku sering kali memiliki penampilan yang kuat dan maskulin dengan mengenakan kostum samurai dengan hakama atau kimono yang mencerminkan karakter pria dewasa. Rambutnya sering kali dikuncir dalam gaya yang sesuai dengan karakter yang mereka perankan.

Tachiyaku sering kali memerankan peran utama dalam cerita Kabuki. Seperti tokoh pahlawan, tokoh sejarah terkenal, atau karakter yang memiliki peran penting dalam perkembangan plot. Kemampuan akting sang aktor pun harus sangat baik karena peran mereka biasanya memiliki beragam emosi dan tuntutan cerita yang dramatis.

Meskipun peran Tachiyaku sering kali serius, ada juga peran komikal yang dimainkan oleh aktor ini. Mereka dapat memerankan karakter komikal yang menghadirkan humor dalam pertunjukan.

Beberapa peran Tachiyaku, terutama karakter samurai atau petarung, memerlukan kemampuan seni bela diri dan koreografi pertarungan yang canggih. Mau tak mau, seorang aktor Tachiyaku harus melatih kemampuan seni bela diri mereka dengan baik.

Aktor Tachiyaku biasanya memiliki karier yang lebih panjang dibandingkan dengan aktor muda seperti Wakashu. Mereka sering mengembangkan identitas panggung yang kuat dan dikenal karena kemampuan akting mereka yang mendalam.

2. Onnagata

Onnagata adalah aktor laki-laki yang mengkhususkan diri dalam memerankan peran perempuan. Mereka adalah ahli dalam tampil sebagai karakter perempuan dalam Kabuki. Onnagata sering memerankan peran utama perempuan, seperti geisha, putri, atau wanita muda dalam cerita.

Onnagata mengenakan kostum yang sangat indah dan kimono yang dirancang khusus untuk peran perempuan. Riasan mereka juga sangat rumit dan harus memakai pakaian yang dirancang khusus untuk menciptakan bentuk tubuh perempuan yang disebut “koshimaki”.

Seorang aktor onnagata harus memiliki kemampuan untuk menguasai gerakan dan ekspresi tubuh yang khas layaknya perempuan, seperti gerakan anggun, gestur, dan ekspresi wajah yang memadukan kelembutan dan kecantikan.

Onnagata juga harus mampu mengubah suara mereka untuk menyerupai suara perempuan. Mereka sering memiliki pelatihan khusus dalam menghasilkan nada yang lembut dan feminin.

Onnagata memiliki banyak penggemar yang mengagumi keterampilan mereka dalam memerankan peran perempuan. Beberapa onnagata yang paling terkenal bahkan mendapatkan penghargaan  sebagai “Living National Treasures” di Jepang karena kontribusi mereka terhadap seni Kabuki.

3. Wakashu

Dalam seni pertunjukan teater tradisional Kabuki, “wakashu” adalah istilah yang merujuk pada aktor laki-laki yang mengkhususkan diri dalam memerankan peran pria muda atau remaja.

Wakashu biasanya memiliki penampilan yang anggun dan tampan, dengan rambut panjang yang terikat dengan gaya yang khas. Sebisa mungkin para aktor harus menciptakan tampilan yang muda dan menggoda, yang mencerminkan peran mereka sebagai pria muda atau remaja.

Peran wakashu menampilkan karakter pria muda yang memiliki berbagai peran dalam cerita. Mereka dapat memainkan peran romantis sebagai pangeran muda, kekasih, atau pembawa pesan cinta. Karakter wakashu juga dapat menjadi karakter pendukung atau sahabat sang pemeran utama untuk mengembangkan alur cerita.

Wakashu mengenakan kostum yang sesuai dengan karakter pria muda atau remaja. Kostumnya mengenakan hakama dan kimono dengan warna-warna cerah yang mencerminkan karakter jiwa muda. Riasannya juga dibuat untuk menghasilkan tampilan yang muda belia.

Terdapat elemen unik yang melekat pada pakaian wakashu yang menjadi ciri khasnya. Yaitu semacam ikat pinggang khusus yang disebut tsurumaki yang penuh dengan hiasan indah dan menarik perhatian.

4. Katakiyaku

Katakiyaku adalah jenis peran dalam seni pertunjukkan teater tradisional Kabuki yang khusus memerankan peran antagonis atau penjahat dalam cerita. Katakiyaku memiliki peran penting dalam menciptakan konflik dalam plot karena menentang karakter-karakter utama dalam pertunjukan Kabuki.

Biasanya peran ini mengenakan kostum mencolok berwarna gelap dengan aksesoris tambahan yang menegaskan bahwa peran ini adalah peran penjahat.

Katakiyaku sering kali menggunakan atribut khas yang disebut “nohogi,” yang merupakan alat kecil yang untuk menghasilkan efek suara dramatis seperti risauan atau tawa jahat selama pertunjukan.

Peran katakiyaku adalah kunci untuk menggerakkan plot dalam teater tradisional Kabuki dan menciptakan ketegangan dalam cerita. Peran ini sering kali menampilkan pertarungan atau konfrontasi dengan karakter utama, yang menjadi momen penting dan seru dalam pertunjukan.

5. Koyaku

Koyaku adalah salah satu jenis peran pendukung dalam cerita Kabuki. Koyaku muncul dengan berbagai jenis karakter, mulai dari teman, pelayan, orang desa, hingga peran-peran kecil lainnya. 

Meskipun peran Koyaku tidak selalu menjadi sorotan utama seperti peran tachiyaku (peran utama) atau katakiyaku (peran antagonis), koyaku adalah elemen penting dalam membangun cerita. Koyaku bisa mengungkapkan informasi penting, memberikan nasihat kepada karakter utama, atau terlibat dalam konflik sekunder yang membantu memperdalam plot.

Selain sebagai peran pendukung, Koyaku juga bisa berperan sebagai pengisi adegan untuk menciptakan atmosfer yang sesuai untuk latar adegan. Seperti adegan keramaian di desa, istana, atau tempat-tempat lain yang menjadi latar cerita.

6. Kouken

Dalam seni pertunjukan teater tradisional Kabuki, “kouken” adalah istilah yang mengacu pada aktor yang memerankan peran hantu atau roh dalam cerita. 

Aktor kouken menampilkan karakter-karakter yang memiliki aspek supranatural, seperti hantu, roh, atau makhluk gaib. Mereka sering kali menggunakan riasan dan kostum khusus untuk menciptakan penampilan yang menyeramkan.

Untuk memerankan karakter-karakter supranatural, aktor yang memerankan kouken harus memiliki kemampuan akting yang kuat. Mereka harus mampu menghasilkan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan suara yang menciptakan ketegangan dan ketakutan.

Tak hanya menampilkan kesan menyeramkan, kouken pun memiliki peran yang penting dalam perkembangan plot. Mereka bisa muncul sebagai hantu yang menghantui karakter utama, memberikan pesan dari alam baka, atau menjadi bagian dari konflik supranatural yang harus diatasi.

Peran kouken dalam Kabuki memiliki hubungan dengan teater tradisional Noh, bentuk seni pertunjukan lainnya di Jepang yang juga kerap menampilkan karakter supernatural. Namun, dalam Kabuki, peran kouken sering kali lebih dramatis dan lebih menghibur daripada dalam Noh yang sering kali lebih serius dan kontemplatif.

Gerakan “Mie” dalam Kabuki

“Mie” adalah istilah yang merujuk pada gerakan khusus yang dilakukan oleh aktor Kabuki untuk menonjolkan ekspresi emosional atau dramatis dalam sebuah adegan.

Mie adalah gerakan tubuh dan pose yang khas dan mengesankan. Aktor akan berhenti sejenak dalam pose yang dramatis yang menunjukkan perasaan atau karakteristik yang dimaksud. Mie bisa berupa ekspresi kemarahan, kegembiraan, keputusasaan, atau perasaan lain yang berkaitan dengan karakter dan situasi.

Kadang-kadang, aktor juga menggunakan suara atau teriakan yang kuat saat melakukan gerakan mie. Teriakan ini meningkatkan intensitas emosi yang sedang dipentaskan. 

Beberapa mie dalam Kabuki telah menjadi sangat terkenal dan fenomenal. Contohnya adalah “Mie of Osan,” yang menggambarkan karakter perempuan yang penuh kasih, atau “Mie of Benten Kozo,” yang menggambarkan karakter penjahat yang sombong.

Ketika aktor kabuki melakukan gerakan mie, sering kali mendapat respon yang cukup riuh dari penonton dengan sorakan dan tepuk tangan. Ini adalah bukti dari pengaruh dan kekuatan emosional yang diciptakan oleh mie.

Alat Musik di Pertunjukkan Kabuki

Pertunjukan teater tradisional Kabuki didukung oleh berbagai alat musik tradisional Jepang yang turut menciptakan suasana adegan dan mengiringi tarian dalam pertunjukan.

Berikut ini adalah sejumlah alat musik yang terdapat dalam pertunjukan kabuki:

  • Shamisen

Shamisen adalah alat musik senar khas Jepang yang memiliki tiga senar dan dimainkan dengan teknik petikan. Ini adalah alat musik yang sangat penting dalam pertunjukan Kabuki, terutama dalam pengiringan musik.

  • Taiko

Taiko adalah jenis drum Jepang yang besar dan memiliki suara yang keras dan kuat. Drum taiko sering digunakan dalam pertunjukan Kabuki untuk menciptakan efek dramatis dan mendukung aksi panggung.

  • Nohkan

Nohkan adalah seruling bambu yang juga digunakan dalam teater Noh, tetapi kadang-kadang juga digunakan dalam pertunjukan Kabuki. Ini digunakan untuk memainkan musik latar yang mengiringi tarian dan adegan.

  • Koto

Koto adalah salah satu alat musik petik khas tradisional Jepang yang populer. Koto digunakan untuk memainkan musik latar yang mengiringi adegan dan tarian dalam pertunjukan Kabuki.

  • Shakuhachi

Shakuhachi adalah seruling bambu yang digunakan dalam berbagai bentuk musik tradisional Jepang. Kadang-kadang digunakan dalam pertunjukan Kabuki untuk menciptakan efek suara khusus atau mengiringi tarian.

  • Biwa

Biwa adalah alat musik senar yang mirip dengan lute dan memiliki peran penting dalam pengiringan musik dalam pertunjukan Kabuki. Ada beberapa jenis biwa, seperti Satsuma biwa dan Chikuzen biwa.

  • Hyoshigi

Hyoshigi adalah sepasang kayu yang digunakan sebagai instrumen perkusi dalam pertunjukan Kabuki. Mereka sering digunakan untuk memberikan efek suara yang unik atau menandakan peralihan adegan.

  • Narimono

Narimono adalah berbagai jenis instrumen perkusi kecil, seperti cymbal, gong kecil, dan sebagainya, yang digunakan untuk memberikan efek suara dramatis.

  • Shouko

Shouko adalah lonceng perunggu yang digunakan untuk memberikan efek suara yang digunakan dalam momen-momen penting dalam cerita.

  • Kane

Kane adalah gong atau lonceng kecil yang digunakan untuk memberikan efek suara dan memberi tahu penonton tentang peralihan adegan atau kejadian penting.


Demikian Minasan, ulasan tentang Kabuki mulai dari sejarah, kontroversi, hingga jenis-jenis peran dalam pertunjukan teater tradisional Jepang ini.

Kabuki, dengan segala kekayaan sejarah, budaya, dan seni yang dimilikinya, tetap menjadi salah satu seni teater tradisional yang mengagumkan. Dari gerakan tarian yang megah hingga peran-peran karakter yang mendalam, dari kostum yang mencolok hingga musik yang khas, Kabuki memiliki daya tarik yang bisa dibilang spektakuler.

Bagi Minasan yang ingin tahu info lain tentang dunia Jepang, baik bahasa maupun budayanya, bisa ikuti terus artikel pandaikotoba.net, dan update konten kami di Instagram Pandai Kotoba dan chanel Youtube Pandai Kotoba.

Mata!

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *