Mengenal Zaman Jomon, Kehidupan Awal Zaman Purba Jepang
Hai, Minasan~! Zaman Jomon atau Joumon Jidai (縄文時代) adalah salah satu periode paling menarik dalam sejarah Jepang. Zaman ini adalah zaman prasejarah ketika masyarakat pemburu dan pengumpul mulai menetap dan mengembangkan budaya yang unik. Nama “Jomon” sendiri berarti “pola tali” atau “pola anyaman” yang merujuk pada desain keramik khas zaman ini.
Zaman Jomon berlangsung selama ribuan tahun dan meninggalkan banyak peninggalan arkeologis yang membantu kita memahami kehidupan masyarakat Jepang purba. Pandai Kotoba pada artikel kali ini akan membahas secara mendalam tentang kehidupan masyarakat purba Jepang pada Zaman Jomon, mulai kapan Zaman Jomon terjadi, kondisi kehidupan saat itu, aktivitas manusia, peninggalan budaya, sampai perkembangannya hingga berakhir. Yuk, kita simak di bawah ini.

tongil-net.org
Mengenal Zaman Jomon, Kehidupan Awal Zaman Purbakala Jepang
A. Kapan Zaman Jomon Terjadi?
Zaman Jomon merupakan salah satu periode terpanjang dalam sejarah prasejarah Jepang yang diperkirakan berlangsung dari sekitar 14.500 tahun sebelum Masehi (SM) hingga 300 SM. Periode ini mencakup hampir 14.000 tahun yang menjadikannya salah satu era kebudayaan tembikar tertua di dunia. Zaman Jomon tidak berlangsung secara statis, tapi mengalami perkembangan bertahap yang dapat dibagi menjadi beberapa fase berdasarkan temuan arkeologis dan perubahan budaya.
Fase Awal Jomon (14.500–8.000 SM) dimulai ketika manusia di kepulauan Jepang mulai membuat tembikar sederhana dengan teknik pijat tangan (hand-pressed pottery). Pada masa ini, iklim bumi masih dalam fase pasca-Zaman Es, sehingga lingkungan Jepang mulai menghangat dan memungkinkan berkembangnya hutan yang kaya akan sumber daya.

commons.wikimedia.org
Memasuki fase Awal Tengah Jomon (8.000–5.000 SM), masyarakat Jomon mulai menunjukkan tanda-tanda pemukiman semi-permanen. Mereka membangun rumah pit-dwellings atau disebut dengan Tateana Juukyo (竪穴住居) dan mengembangkan teknik pembuatan keramik yang lebih kompleks dengan pola anyaman tali (cord-marked) yang menjadi ciri khas zaman ini.
Fase Pertengahan Jomon (5.000–3.500 SM) dianggap sebagai puncak kebudayaan Jomon, di mana permukiman menjadi lebih besar dan terorganisir. Situs-situs seperti Sannai-Maruyama di Aomori menunjukkan adanya struktur bangunan yang lebih permanen, termasuk menara kayu dan gudang penyimpanan. Pada masa ini, produksi tembikar mencapai tingkat artistik yang tinggi dengan bentuk-bentuk yang rumit dan dekoratif.
Selanjutnya, fase Akhir Tengah Jomon (3.500–2.500 SM) ditandai dengan perubahan pola permukiman, di mana beberapa komunitas mulai berkurang karena faktor lingkungan, seperti penurunan sumber makanan. Namun, budaya material tetap berkembang, termasuk pembuatan patung Doguu yang semakin detail.

commons.wikimedia.org
Fase Akhir Jomon (2.500–1.000 SM) memperlihatkan pergeseran ke arah kehidupan yang lebih nomaden, meskipun beberapa kelompok tetap menetap di daerah pesisir. Teknologi alat batu dan tulang semakin halus, dan perdagangan antardaerah meluas, terbukti dari penyebaran obsidian dan batu giok.
Akhirnya, fase Final Jomon (1.000–300 SM) menjadi masa transisi menuju Zaman Yayoi. Pengaruh dari daratan Asia, seperti teknik pertanian padi dan penggunaan logam, mulai masuk ke Jepang melalui migrasi atau difusi budaya. Hal ini mengakhiri Zaman Jomon dan membawa perubahan besar dalam struktur sosial dan ekonomi masyarakat Jepang prasejarah.

jomon-japan.jp
B. Kondisi Lingkungan dan Kehidupan pada Zaman Jomon
Zaman Jomon berkembang dalam lanskap alam yang mengalami transformasi signifikan seiring berakhirnya Zaman Es. Pada fase awal sekitar 14.500 SM, kepulauan Jepang masih terhubung dengan daratan Asia melalui jembatan darat akibat permukaan laut yang lebih rendah.
Namun, ketika iklim global mulai menghangat, es mencair dan memisahkan Jepang dari benua Asia, membentuk geografi kepulauan yang kita kenal sekarang. Perubahan iklim ini membawa dampak mendalam bagi ekosistem, seperti hutan berdaun lebar seperti ek, chestnut, dan beech mulai menggantikan vegetasi tundra yang sebelumnya dominan.

jomon-japan.jp
Lingkungan alam yang kaya ini mendukung pola kehidupan masyarakat Jomon yang awalnya bersifat nomaden, tapi perlahan berubah menjadi semi-sedenter. Mereka memanfaatkan sumber daya alam secara cerdas dengan membangun permukiman di lokasi-lokasi strategis dekat pantai, sungai, atau dataran tinggi.
Daerah pesisir menyediakan berlimpahnya kerang dan ikan, sementara hutan memberikan bahan makanan seperti kacang-kacangan, buah-buahan liar, dan hewan buruan. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa beberapa kelompok bahkan mungkin telah mempraktikkan bentuk awal pengelolaan lingkungan, seperti membuka area hutan secara terkendali untuk mendorong pertumbuhan tanaman yang berguna.

commons.wikimedia.org
Rumah-rumah mereka yang disebut Tateana Juukyo (竪穴住居) mencerminkan adaptasi terhadap iklim Jepang yang bervariasi. Struktur ini dibangun dengan menggali lubang sedalam sekitar 50 cm hingga 1 meter, kemudian diberi kerangka kayu dan atap dari bahan organik seperti jerami atau kulit kayu.
Desain ini memberikan insulasi alami, yaitu hangat di musim dingin dan sejuk di musim panas. Permukiman biasanya terdiri dari beberapa unit rumah yang dikelilingi oleh area aktivitas bersama, termasuk tempat pembuatan alat, pengolahan makanan, dan lokasi pembuangan sampah yang kemudian membentuk tumpukan kerang (shell middens) yang menjadi sumber informasi berharga bagi para arkeolog.
Kehidupan sosial masyarakat Jomon tampaknya terorganisir dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari beberapa keluarga dengan pembagian kerja berdasarkan gender dan usia. Meskipun belum memiliki sistem hierarki sosial yang kompleks, temuan seperti perhiasan dari batu giok dan obsidian yang tersebar luas menunjukkan adanya jaringan pertukaran antar komunitas yang cukup maju. Pola permukiman dan distribusi artefak juga mengindikasikan bahwa beberapa situs mungkin berfungsi sebagai pusat aktivitas ritual atau pertemuan antar kelompok.
Adaptasi terhadap lingkungan yang berubah terus berlangsung sepanjang Zaman Jomon. Pada periode pertengahan ketika iklim mencapai kondisi optimal, populasi tampaknya meningkat dan permukiman menjadi lebih permanen. Namun, pada fase akhir Jomon, beberapa wilayah mengalami penurunan populasi yang mungkin terkait dengan perubahan lingkungan atau tekanan sumber daya. Kemampuan beradaptasi inilah yang memungkinkan budaya Jomon bertahan selama ribuan tahun sebelum akhirnya berubah dengan kedatangan pengaruh baru dari daratan Asia.
C. Aktivitas dan Kebudayaan Masyarakat Jomon
Kehidupan masyarakat Jomon berkembang dalam suatu sistem ekonomi subsisten yang kompleks dan beradaptasi secara dinamis dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai masyarakat pemburu dan pengumpul yang maju, mereka menciptakan pola kehidupan yang jauh lebih kompleks daripada gambaran tradisional tentang masyarakat prasejarah. Untuk lebih detailnya seperti apa aktivitas dan kebudayaannya, yuk kita lanjut lagi di bawah ini.
1. Sistem Mata Pencarian yang Beragam
Masyarakat Jomon mengembangkan strategi pemanfaatan sumber daya alam yang sangat canggih. Di daerah pesisir, aktivitas mengumpulkan kerang mencapai tingkat yang sangat terorganisir, terbukti dari banyaknya tumpukan kerang (shell middens) yang ditemukan di seluruh Jepang. Mereka tidak hanya mengumpulkan kerang secara pasif, tapi mungkin telah mengelola sumber daya ini dengan metode tertentu untuk memastikan keberlanjutannya. Teknik memancing mereka pun cukup maju, menggunakan berbagai alat seperti kail dari cangkang kerang, pemberat jaring dari batu, dan perangkap ikan dari anyaman bambu.

jomon-japan.jp
Di daerah pedalaman, aktivitas berburu difokuskan pada rusa dan babi hutan dengan menggunakan busur dan anak panah yang dilengkapi mata panah dari batu. Menariknya, mereka tampaknya telah mengembangkan sistem pengelolaan hewan buruan yang canggih, mungkin dengan metode penggiringan atau pembakaran terkendali untuk mengarahkan hewan ke lokasi tertentu. Kegiatan mengumpulkan tumbuhan liar mencapai tingkat selektivitas yang tinggi, terutama dalam memanen kacang-kacangan seperti chestnut dan walnut yang kemudian disimpan dalam lubang penyimpanan atau wadah keramik.

jomon-japan.jp
2. Revolusi Teknologi Keramik
Pencapaian teknologi yang paling menakjubkan dari masyarakat Jomon adalah pengembangan keramik yang sangat awal. Teknik pembuatan tembikar Jomon bersifat fungsional dan juga artistik. Mereka menciptakan berbagai bentuk wadah seperti pot bulat untuk penyimpanan, wajan untuk memasak, dan bejana berkaki untuk upacara. Proses pembuatannya melibatkan teknik pilin (coiling) yang rumit, diikuti dengan penghalusan permukaan dan dekorasi menggunakan tali atau alat ukir.
Yang lebih mengesankan adalah perkembangan gaya dekoratif yang berbeda di setiap wilayah dan periode. Hal ini menunjukkan adanya identitas kultural lokal yang kuat. Beberapa keramik dari periode pertengahan Jomon memiliki bentuk yang begitu ekspresif dan dekoratif sehingga dianggap sebagai salah satu pencapaian seni keramik prasejarah terbaik di dunia.
3. Sistem Kepercayaan dan Ekspresi Spiritual
Masyarakat Jomon mengembangkan sistem kepercayaan yang kompleks yang terefleksikan dalam berbagai artefak ritual. Patung Doguu yang dibuat dari tanah liat ini menunjukkan pemahaman mendalam tentang anatomi manusia meski dalam bentuk yang distilisasi. Beberapa ahli berpendapat bahwa patung-patung ini mungkin terkait dengan praktik penyembuhan atau ritual kesuburan.

oyustonecircles.explorekazuno.jp
Lingkaran batu (stone circles) yang ditemukan di beberapa situs seperti Oyu menunjukkan kemungkinan adanya observasi astronomi atau kalender primitif. Temuan tengkorak yang sengaja dimodifikasi dan penguburan dengan bekal kubur yang kaya menunjukkan konsep kehidupan setelah mati yang berkembang.
4. Jaringan Pertukaran dan Hubungan Antarwilayah
Masyarakat Jomon menciptakan jaringan pertukaran yang luas untuk bahan-bahan berharga seperti obsidian, giok, dan cangkang kerang tertentu. Obsidian dari Pulau Kozushima dibawa hingga sejauh 300 km ke daratan utama yang menunjukkan adanya sistem perdagangan yang terorganisir. Bahan-bahan ini kemudian diolah menjadi alat, senjata, dan perhiasan dengan teknik yang semakin halus seiring waktu.
5. Organisasi Sosial yang Kompleks
Meskipun tidak mencapai tingkat stratifikasi sosial seperti di zaman perunggu, masyarakat Jomon menunjukkan tanda-tanda pembagian kerja dan organisasi sosial yang cukup maju. Pembangunan struktur besar seperti yang ditemukan di Situs Sannai-Maruyama membutuhkan koordinasi tenaga kerja yang terorganisir. Temuan rumah-rumah dengan ukuran berbeda dan distribusi artefak tertentu menunjukkan kemungkinan adanya perbedaan status dalam masyarakat.
Kebudayaan Jomon pada akhirnya bukan hanya masyarakat pemburu danpengumpul sederhana, tapi juga suatu peradaban prasejarah yang unik dengan pencapaian teknologi, organisasi sosial, dan ekspresi seni yang mengagumkan. Kemampuan mereka untuk bertahan dan berkembang selama lebih dari 10.000 tahun merupakan bukti keberhasilan adaptasi budaya terhadap lingkungan yang terus berubah.
D. Peninggalan Zaman Jomon yang Masih Ada Hingga Sekarang
Warisan Zaman Jomon selain menjadi bahan kajian arkeologis, tapi juga terus hidup dalam berbagai bentuk yang mempengaruhi budaya Jepang modern. Peninggalan dari periode prasejarah yang panjang ini dapat kita temukan dalam tiga bentuk utama: situs arkeologi yang terpelihara, koleksi museum yang mengagumkan, dan tradisi budaya yang bertahan. Yuk, kita lanjut lanjut lagi bawah ini.
1. Situs Arkeologi, Jendela ke Masa Lalu
Beberapa situs Jomon yang paling spektakuler telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2021. Situs Sannai-Maruyama di Aomori merupakan permukiman Jomon terbesar yang pernah ditemukan, seluas 35 hektar dengan rekonstruksi bangunan-bangunan megah termasuk sebuah menara kayu setinggi 15 meter. Yang bikin menakjubkan lagi, situs ini menunjukkan perencanaan tata ruang yang canggih dengan zona pemukiman, area ritual, dan tempat pembuangan yang teratur.

ukiuki-chiba.com
Di Prefektur Akita, Kompleks Lingkaran Batu Oyu menampilkan formasi batu misterius dengan diameter hingga 50 meter. Situs ini dilengkapi dengan museum canggih yang menggunakan teknologi augmented reality untuk merekonstruksi kegiatan ritual yang mungkin pernah dilakukan di tempat ini. Kemudian, ada Tumpukan Kerang Kasori di Chiba yang mengungkapkan pola makan masyarakat pesisir selama ribuan tahun melalui lapisan-lapisan kerang yang terawetkan sempurna.
2. Koleksi Museum, Mahakarya Seni Prasejarah
Museum-museum di seluruh Jepang menyimpan koleksi artefak Jomon yang mengagumkan. Tokyo National Museum memiliki galeri khusus yang memamerkan Doguu dari periode Pertengahan Jomon dengan detail yang luar biasa. Patung-patung ini seperti “Doguu dengan Mata Salju” yang terkenal menunjukkan tingkat artistik yang sangat tinggi untuk masa prasejarah.

commons.wikimedia.org
Museum Hakodate Jomon Culture Center di Hokkaido menyimpan replika tepat ukuran dari tembikar Jomon terbesar yang pernah ditemukan, dengan tinggi lebih dari 1 meter. Uniknya lagi, beberapa museum seperti Aomori Museum of Art mengadakan workshop untuk pengunjung dapat mencoba membuat replika tembikar Jomon menggunakan teknik asli.
3. Warisan Budaya yang Hidup
Yang paling menarik warisan Zaman Jomon adalah bagaimana tradisi Jomon masih hidup dalam budaya Jepang modern. Teknik anyaman dengan pola tali (joumon) yang menjadi ciri khas tembikar Jomon kini diadaptasi dalam seni keramik kontemporer. Beberapa komunitas di daerah Tohoku masih mempraktikkan metode berburu dan mengumpulkan makanan yang mirip dengan teknik Jomon.
Festival-festival lokal seperti “Jomon Fire Festival” di Aomori menghidupkan kembali ritual api masyarakat Jomon. Bahkan dalam masakan modern, beberapa restoran khusus menawarkan “Jomon cuisine” yang mencoba merekonstruksi pola makan zaman itu menggunakan bahan-bahan alami setempat.
4. Pengaruh pada Seni dan Arsitektur Modern
Gaya seni Jomon yang organik dan dinamis banyak menginspirasi seniman kontemporer Jepang. Arsitek ternama seperti Tadao Ando mengakui pengaruh struktur rumah lubang (pit-dwelling) pada beberapa karyanya. Desain perhiasan modern sering mengambil motif dari ornamen Jomon yang ditemukan di berbagai situs arkeologi.
Yang lebih mengejutkan lagi, teknologi modern membantu mengungkap lebih banyak tentang peninggalan Jomon. Analisis DNA pada residu makanan di tembikar kuno mengungkapkan resep masakan Jomon, sementara pemindaian 3D membantu merekonstruksi artefak yang rapuh tanpa merusaknya.
5. Pelestarian dan Tantangan Masa Kini
Upaya pelestarian peninggalan Jomon menghadapi tantangan modern. Perubahan iklim mengancam situs-situs pesisir, sementara pembangunan perkotaan terus menekan lokasi arkeologi yang belum tereksplorasi. Namun, kesadaran akan nilai warisan ini semakin kuat, dengan program edukasi di sekolah-sekolah dan proyek citizen science yang melibatkan masyarakat dalam pelestarian.
Peninggalan Zaman Jomon bukan sekadar benda mati dari masa lalu, melainkan warisan hidup yang terus berbicara tentang kemampuan adaptasi, kreativitas, dan ketahanan manusia. Setiap temuan baru dari periode ini tidak hanya mengubah pemahaman kita tentang masa lalu, tetapi juga memberikan perspektif berharga untuk menghadapi tantangan masa depan.
E. Perkembangan dan Akhir Zaman Jomon, Transformasi Budaya yang Berliku
1. Masa Keemasan dan Kemajuan Teknologi (Pertengahan Jomon, 5.000-2.500 SM)
Puncak perkembangan kebudayaan Jomon terjadi pada periode pertengahan, ketika iklim Jepang mencapai kondisi optimal yang dikenal sebagai Holocene Climatic Optimum. Suhu yang lebih hangat dan stabil mendorong ledakan produktivitas ekologis dan memungkinkan populasi masyarakat Jomon meningkat secara signifikan.
Permukiman seperti Sannai-Maruyama di Aomori berkembang menjadi semipurban prasejarah dengan struktur sosial yang kompleks. Permukiman ini menampilkan bangunan-bangunan monumental seperti menara kayu setinggi 15 meter dan jaringan jalan kayu.

commons.wikimedia.org
Pada masa ini terjadi revolusi teknologi tembikar dengan munculnya gaya-gaya regional yang khas. Di wilayah Tohoku berkembang gaya flame pottery dengan bentuk-bentuk dramatis yang menyerupai nyala api, sementara di Kyushu muncul gaya black pottery yang halus. Teknik pembuatan alat batu mencapai puncaknya dengan produksi mata panah dan kapak yang presisi dan sering kali menggunakan obsidian yang didatangkan melalui jaringan perdagangan jarak jauh.
2. Krisis Ekologis dan Adaptasi (Akhir Jomon, 2.500-1.000 SM)
Periode akhir Jomon menyaksikan tantangan lingkungan yang serius. Penurunan suhu global (neoglaciation) menyebabkan perubahan ekosistem hutan, sementara eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya kerang di pesisir mulai menunjukkan dampaknya. Analisis paleobotani menunjukkan penurunan signifikan pada populasi chestnut dan walnut yang merupakan tanaman pokok masyarakat Jomon.

city.yachimata.lg.jp
Menghadapi tantangan ini, masyarakat Jomon mengembangkan strategi adaptasi yang menarik. Di beberapa wilayah seperti Hokkaido, mereka beralih ke pola hidup lebih nomaden dengan permukiman musiman. Di daerah lain muncul teknologi penyimpanan makanan yang lebih canggih, termasuk lubang bawah tanah yang dalam. Kemudian, pada masa sulit ini seni Doguu mencapai puncak ekspresinya dengan figur-figur yang lebih dinamis dan detail.
3. Kontak dengan Daratan Asia dan Transisi (Final Jomon, 1.000-300 SM)
Periode final Jomon menandai awal transformasi budaya besar-besaran. Bukti arkeologi menunjukkan kontak semakin intensif dengan budaya Mumun di Semenanjung Korea. Di Kyushu utara ditemukan tembikar dengan karakteristik hybrid antara gaya Jomon dan Korea. Hal ini menunjukkan proses akulturasi yang kompleks.
Pertanian basah padi sawah mulai diperkenalkan sekitar 900 SM, awalnya di Kepulauan Ryukyu dan Kyushu utara. Namun adopsi teknologi baru ini berlangsung secara bertahap dan tidak merata. Analisis isotop stabil pada kerangka manusia menunjukkan bahwa di banyak daerah, masyarakat tetap bertahan dengan pola makan tradisional Jomon selama berabad-abad setelah kedatangan teknologi pertanian.
4. Proses Akhir yang Berbeda-beda Menurut Wilayah
Proses berakhirnya zaman Jomon sangat bervariasi secara geografis. Penjelasannya sebagai berikut:
- Kyushu dan Jepang Barat: Transisi ke Yayoi terjadi relatif cepat sekitar 1000-400 SM dengan adopsi pertanian padi dan teknologi perunggu secara luas.
- Jepang Tengah: Proses hibridisasi budaya berlangsung lebih lama sekitar 800-300 SM dengan banyak permukiman menunjukkan karakteristik Jomon dan Yayoi secara bersamaan.
- Tohoku dan Hokkaido: Kebudayaan Jomon bertahan lebih lama, berkembang menjadi budaya Epi-Jomon yang berlangsung hingga abad ke-7 M di beberapa daerah.

jomon-japan.jp
5. Warisan yang Bertahan
Meskipun zaman Yayoi melakukan transisi dari Zaman Jomon, mereka membawa perubahan besar. Banyak aspek kebudayaan Jomon tetap bertahan. Penjelasannya sebagai berikut:
- Teknik pembuatan lacquer yang dikembangkan Jomon menjadi dasar industri lacquer Jepang
- Pola permukiman di beberapa daerah mempertahankan karakteristik tata ruang Jomon
- Praktik ritual tertentu seperti penggunaan batu ritual terus berlanjut hingga periode Kofun

jomon-japan.jp
Proses akhir zaman Jomon tidak bisa dibilang kehancuran suatu peradaban, tapi transformasi budaya yang kompleks di mana masyarakat Jomon secara selektif mengadopsi inovasi baru sambil mempertahankan tradisi inti mereka. Studi genomik terbaru menunjukkan bahwa penduduk Jepang modern mewarisi DNA yang signifikan dari populasi Jomon. Ini membuktikan bahwa warisan mereka tetap hidup hingga hari ini dalam gen dan budaya bangsa Jepang.
Zaman Jomon telah berakhir secara resmi sekitar 300 SM, tapi semangatnya tetap hidup berada dalam DNA orang Jepang modern, dalam teknik kerajinan tradisional, dan dalam pelajaran berharga tentang bagaimana manusia beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Peradaban ini mengajarkan kita bahwa akhir suatu zaman tidak selalu berarti kehancuran, tapi bisa dijadikan transformasi menuju sesuatu yang baru. Seperti api unggun Jomon yang terus menyala dalam ingatan kolektif bangsa Jepang, warisan mereka tetap menjadi cahaya yang menerangi pemahaman kita tentang ketahanan budaya manusia.
Nah, cukup segitu aja yang bisa Pandai Kotoba berikan untuk artikel mengenai kehidupan prasejarah Zaman Jomon. Dengen mengetahui hal ini, wawasan kita tentang budaya Jepang tentunya menjadi lebih luas ya. Jika Minasan ini tahu budaya Jepang lainnya, di website ini banyak tersedia lho. Salah satunya ini nih: Osoji, Ritual Kebersihan Jepang. klik untuk membacanya ya.

