Anjing dalam Sejarah dan Budaya Jepang, Teman Hidup yang Setia!
Hai Minasan~! Ada beberapa hewan yang hubungan erat dengan masyarakat Jepang, salah satu hewan tersebut adalah anjing. Di tengah ramainya Stasiun Shibuya di Tokyo, ada sebuah patung perunggu kecil menjadi titik pertemuan paling terkenal di dunia, yaitu patung seekor anjing jenis Akita bernama Hachiko.
Selama hampir satu dekade, ia setia menunggu sang majikan yang tak pernah kembali, kisahnya menyentuh hati dan sebagai jiwa dari nilai yang paling dijunjung tinggi di Jepang, kesetiaan tanpa batas. Namun, kisah Hachiko hanya satu kisah dalam narasi persahabatan yang jauh lebih panjang lagi.
Hubungan antara bangsa Jepang dan anjing mereka telah ada sejak berabad-abad lamanya, meresap ke dalam setiap lapisan kehidupan dari mitologi suci dan lapangan berburu samurai hingga apartemen minimalis di kota besar. Pandai Kotoba pada artikel kali ini membahas bagaimana anjing punya peran lebih dari hewan peliharaan biasa dan menjadi sahabat yang membentuk sejarah, budaya, dan hati masyarakat Jepang dari zaman kuno hingga era modern. Yuk, kita simak di bawah ini.

pexels.com
Anjing dalam Sejarah dan Budaya Jepang
A. Asal-Usul Kedatangan ke Kepulauan Jepang
Kedatangan anjing ke Jepang merupakan sebuah cerita migrasi yang sejajar dengan perjalanan manusia itu sendiri. Anjing bukan fauna asli kepulauan ini. Anjing adalah pendatang yang dibawa oleh manusia purba dalam gelombang migrasi mereka dari daratan Asia. Pemahaman kita tentang proses ini sebagian besar dibangun di atas fondasi bukti arkeologis yang terus bertambah. Berikut di bawah ini akan dijabar berdasarkan beberapa masa.
1. Jalan Masuk dari Jembatan Darat dan Teknologi Maritim
Pada puncak Zaman Es terakhir sekitar 20.000 tahun yang lalu, permukaan laut global jauh lebih rendah. Penurunan muka air laut ini menyebabkan menyatunya beberapa pulau dengan daratan Asia melalui “jembatan darat”. Pertama, lewat Jalur Barat Daya, jalur ini jadi satu jalur utama diduga melalui daratan yang menghubungkan Korea dengan Jepang bagian barat. Kedua lewat Jalur Utara, jalur ini mungkin ada yang menghubungkan Pulau Sakhalin dengan Hokkaido dan daratan Rusia melalui wilayah yang dikenal sebagai Tanah Genting Tatar.
Manusia dari periode Paleolitikum dan periode Jomon berikutnya dipercaya menyeberangi jembatan darat ini atau melakukan perjalanan laut pendek dengan perahu primitif. Dalam migrasi inilah, mereka membawa serta mitra domestikasi mereka yang paling awal, yaitu anjing.
2. Bukti Arkeologi dari Periode Jomon (sekitar 14.000 – 300 SM)
Periode Jomon merupakan era pemburu-pengumpul yang maju dan semi-sedenter. Bukti dari situs-situs penguburan Jomon memberikan gambaran paling jelas tentang hubungan awal manusia dengan anjing. Ditemukan beberapa temuan arkeologis yang menjadi bukti keberadaan anjing di periode ini.
Pertama, penguburan bersama yang disengaja. Penemuan paling signifikan adalah kerangka anjing yang dikuburkan dengan cara yang sama seperti manusia. Contohnya yang terkenal adalah dari Situs Penguburan Kamikuroiwa di Prefektur Ehime. Di situs tersebut terdapat tengkorak anjing ditemukan bersama tengkorak manusia yang diperkirakan berasal dari sekitar 7.000-8.000 tahun yang lalu.

dogburial.flet.keio.ac.jp/en
Penguburan seperti ini bukan tindakan yang dilakukan terhadap sumber makanan. Ini menunjukkan adanya ikatan emosional dan spiritual. Anjing-anjing ini mungkin dianggap sebagai teman, pemburu, atau penjaga yang berharga dan pantas mendapatkan upacara penguburan yang layak untuk menemani tuannya dalam perjalanan ke alam baka.
Kedua, dilihat secara analisis tubuh anjing. Analisis terhadap tulang-tulang anjing pada periode Jomon yang ditemukan mengungkapkan ciri-ciri yang membedakan mereka dari serigala dan anjing modern. Anjing Jomon berukuran relatif kecil hingga sedang, dengan tinggi sekitar 45-50 cm, memiliki moncong yang lebih pendek dan gigi yang lebih kecil dibandingkan nenek moyang serigala mereka.
Ciri-ciri ini konsisten dengan proses domestikasi (sindrom domestikasi). Bentuk fisik mereka sangat mirip dengan Shiba Inu atau Shikoku Ken modern yang menunjukkan bahwa ras asli Jepang saat ini adalah keturunan langsung dari anjing-anjing Jomon ini.
Ketiga, bukti gigitan pada tulang. Pada beberapa situs, tulang rusa atau babi hutan menunjukkan bekas tebasan dari alat batu manusia dan diikuti oleh bekas gigitan anjing. Ini adalah bukti langsung bahwa anjing digunakan sebagai hewan aktif dalam berburu. Mereka mungkin digunakan untuk mengarahkan, mengejar, dan menahan mangsa hingga pemburu manusia tiba.
3. Peran Anjing dalam Masyarakat Jomon
Dalam masyarakat pemburu dan pengumpul pada periode Jomon, anjing memainkan peran bermacam-macam yang penting untuk bertahan hidup, di antaranya adalah:
A. Mitra Berburu
Seperti disebutkan di atas, keahlian berburu mereka sangat berharga. Keberadaan mereka meningkatkan efisiensi berburu secara signifikan.
B. Sistem Peringatan Dini
Permukiman Jomon, meski semi-sedenter atau tinggal menetap dan berpindah dengan jangka waktu tertentu, masih rentan terhadap predator seperti beruang, serigala, dan babi hutan. Anjing berfungsi sebagai sistem alarm yang sangat efektif dengan menggonggong untuk memperingatkan penduduk desa akan bahaya yang mendekat.
C. Sumber Bulu dan Kulit
Ada kemungkinan bahwa bulu dan kulit anjing juga digunakan untuk pakaian atau alas, meskipun ini bukan peran utama mereka mengingat penguburan yang terhormat.
D. Makna Spiritual
Penguburan ritualistik menunjukkan bahwa anjing kemungkinan memiliki signifikansi spiritual. Mereka mungkin dianggap sebagai perantara antara dunia manusia dan dunia roh atau sebagai penjaga jiwa di akhirat.
4. Transisi ke Periode Yayoi (300 SM – 300 M) dan Setelahnya
Periode Yayoi menandai revolusi besar dalam sejarah Jepang dengan diperkenalkannya pertanian padi yang intensif dari daratan Asia. Gelombang migran baru disebut orang Yayoi datang, membawa serta pengetahuan pertanian, metalurgi, dan mungkin juga jenis anjing mereka sendiri.
Pada periode Yayoi terjadi perkawinan silang anjing. Anjing yang dibawa oleh orang Yayoi kemungkinan dikawinkan dengan anjing Jomon lokal yang sudah ada dan mengarah pada diversifikasi genetik lebih lanjut. Anjing yang lebih besar dan kuat mungkin mulai dikembangkan untuk peran baru.

sengokudaimyo.com
Kemudian, terjadi pergeseran peran. Dengan berkurangnya ketergantungan pada berburu dan berkumpul, peran anjing mungkin mulai bergeser lebih menuju penjaga. Mereka menjaga pemukiman permanen dari penyusup dan melindungi ladang padi yang berharga dari hewan perusak seperti babi hutan dan rusa. Peran ini menjadi fondasi bagi perkembangan anjing penjaga besar seperti Akita di kemudian hari.
B. Peran Anjing dalam Sejarah dan Budaya Jepang
Setelah mengetahui sejarah kedatangan anjingnya, selanjutnya kita akan lanjut ke peran anjing. Hubungan orang Jepang dengan anjing selalu bersifat simbiosis dan penuh makna. Mereka selain menjadi hewan peliharaan, tapi juga menjadi utusan dewa, simbol status, mitra kerja, dan pahlawan nasional. Peran mereka berevolusi seiring dengan perubahan masyarakat Jepang, tapi nilainya tetap tidak berubah. Berikut di bawah ini penjelasannya.
1. Anjing dalam Kosmologi dan Kepercayaan Shinto
Dalam kepercayaan Shinto, alam dipenuhi dengan Kami (神), yaitu roh atau kekuatan ilahi yang menghuni segala sesuatu, mulai dari batu dan pohon hingga gunung dan sungai. Anjing menempati posisi khusus dalam kosmologi ini. Beberapa anjing yang menjadi perwujudan utusan Kami, yaitu di antaranya:
Pertama, Oinu-sama (お犬様), Sang Anjing Penjaga. Di banyak kuil Shinto, anjing dipuja sebagai perwujudan atau utusan Kami pelindung. Mereka dikenal sebagai Oinu-sama atau “Tuan Anjing yang Terhormat” atau Inu Myojin atau “Dewa Anjing yang Brillian”. Keyakinan umumnya adalah bahwa mereka memberikan perlindungan khusus, seperti:

note.com
A. Melawan Pencuri
Anjing penjaga kuil dipercaya dapat mengusir pencuri dan orang-orang dengan niat jahat.
B. Melawan Kebakaran
Api adalah ancaman bagi arsitektur kayu Jepang. Anjing, terutama yang berwarna putih diyakini memiliki kekuatan magis untuk mencegah kebakaran. Orang-orang akan mempersembahkan patung anjing kecil (ema) ke kuil untuk memohon perlindungan bagi rumah mereka.
C. Kelahiran yang Aman
Karena anjing melahirkan banyak anak dengan relatif mudah, mereka menjadi simbol persalinan yang aman dan mudah. Wanita yang ingin hamil atau mendekati masa kelahiran akan berdoa kepada Oinu-sama.
Kedua, Komainu (狛犬), Sang Penjaga Gerbang. Ini adalah perwujudan paling ikonik dari peran spiritual anjing. Komainu sering diartikan sebagai “anjing singa” adalah sepasang patung penjaga yang hampir selalu ditemukan di pintu masuk kuil Shinto dan kuil Buddha.

kotobank.jp
Pada sepasang patung ini, ada patung pertama punya mulut terbuka membentuk suara “A” (あ), huruf pertama hiragana yang melambangkan kelahiran atau awal segala sesuatu. Sedangkan, patung kedua punya mulut tertutup, membentuk suara “Un” (うん). Huruf ん (n) adalah huruf terakhir hiragana yang melambangkan kematian atau akhir segala sesuatu. Keduanya mewakili siklus hidup dan mati yang lengkap dan mengusir roh jahat di pintu masuk.
Usut punya usut ternyata kepercayaan Komainu bukan asli Jepang. Mereka berasal dari India, lalu menyebar melalui Cina dan Korea. Awalnya mereka lebih mirip singa, tapi selama berabad-abad di Jepang, bentuknya menjadi lebih “mirip anjing” disesuaikan dengan estetika dan kepercayaan lokal.
2. Anjing di Kalangan Bangsawan dan Kelas Samurai
Selama periode Heian (794-1185) dan seterusnya, kepemilikan dan jenis anjing menjadi penanda status sosial yang jelas. Terdapat beberapa anjing utama pada periode ini yaitu:
Pertama, Anjing Pemburu. Bagi kelas samurai, berburu khususnya berburu babi hutan adalah selain dijadikan olahraga, tapi juga sebagai latihan perang dan demonstrasi keberanian. Anjing yang digunakan untuk berburu babi hutan, seperti Kishu Ken dan Shikoku Ken harus memiliki keberanian, loyalitas, dan kekuatan yang luar biasa.
Seekor anjing yang baik dapat menahan seekor babi hutan yang ganas hingga pembunuhnya tiba dengan tombak. Kisah-kisah epik seperti Heike Monogatari menyebutkan anjing pemburu milik para samurai terkemuka. Anjing-anjing ini adalah aset berharga dan simbol marturai seorang prajurit.

commons.wikimedia.org
Kedua, Anjing Pendamping sebagai Simbol Kemewahan Istana. Di dalam dinding istana kekaisaran yang elegan di Kyoto, jenis anjing yang sangat berbeda menjadi mode. Ras seperti Japanese Chin sangat disukai oleh wanita bangsawan. Anjing-anjing kecil yang elegan ini sering disebut “anjing pangkuan” yang diimpor sebagai hadiah diplomatik dari China dan Korea.
Mereka adalah simbol kekayaan dan kehalusan, dimanjakan, dipakaikan pakaian sutra, dan digambarkan dalam seni zaman Heian yang duduk di pangkuan atau berlari di sekitar ruangan istana. Mereka mewakili sisi hedonistik dan estetis kehidupan aristokrat.
3. Anjing Pekerja sebagai Pilar Masyarakat Biasa
Bagi rakyat jelata selama periode Kamakura (1185–1333) hingga Edo (1603–1868), anjing adalah mitra kerja yang penting, dan nilainya diukur dari manfaatnya. Berikut di bawah akan dijelaskan lebih lanjut.
A. Penjaga dan Penggembala
Anjing besar seperti Akita digunakan untuk menjaga rumah dan lumbung pedesaan dari penyusup dan predator. Di beberapa daerah, mereka juga membantu menggembalakan ternak.
B. Anjing Penarik dan Pemburu dari Etnis Ainu
Di pulau utara Hokkaido, suku Ainu mengembangkan Ainu Ken (Hokkaido Inu) yang tangguh. Anjing-anjing ini adalah tulang punggung kehidupan Ainu. Mereka digunakan untuk berburu hewan besar seperti berbungkus dan rusa, dan di musim dingin, mereka menarik kereta luncur yang membawa orang dan barang melintasi medan bersalju yang luas. Ikatan antara keluarga Ainu dan anjing mereka sangat dalam dan penuh hormat.
C. Anjing Pemadam Kebakaran di Edo
Kota Edo adalah kota kayu yang padat dan sangat rentan terhadap kebakaran. Brigade pemadam kebakaran (hikeshi) menggunakan anjing besar dan kuat untuk berlari di depan kereta pemadam kebakaran mereka. Anjing-anjing ini akan menggonggong dengan keras, berfungsi sebagai “sirene” hidup untuk memberitahu penduduk agar menyingkir dari jalan sempit, memungkinkan kru dan peralatan lewat dengan cepat. Mereka adalah bagian integral dari layanan darurat kota.
4. Hachiko sebagai Puncak dari Nilai Bushido yang Terwujud
Kisah Hachiko (1923-1935) adalah cerita menyedihkan tentang seekor anjing yang setia dan menjadi perwujudan sempurna dari nilai-nilai Jepang yang paling dihormati dan membuatnya menjadi legenda nasional yang abadi.
Patung Hachiko yang pertama didirikan pada tahun 1934 dengan Hachiko sendiri hadir pada upacara tersebut. Ia menjadi sensasi nasional. Bahkan hari ini, patung adalah titik pertemuan yang sakral dan kisahnya adalah pelajaran wajib bagi anak-anak sekolah tentang arti kesetiaan. Hachiko telah mengubah Akita Inu menjadi anjing pemburu regional dan menjadi simbol nasional yang diakui di seluruh dunia.

flickr.com
Kesetiaan Hachiko secara langsung mencerminkan kode moral samurai Bushido yang menekankan kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada satu tuan hingga mati. Dalam konteks Jepang pra-Perang Dunia II, pemerintah bahkan menggunakan kisah Hachiko sebagai alat propaganda untuk mempromosikan kesetiaan kepada negara dan Kaisar.
Sering berjalannya waktu, kisahnya menjadi terkenal pada saat Jepang mengalami modernisasi yang cepat dan pergolakan sosialnya. Keteguhan Hachiko yang tak tergoyahkan di Stasiun Shibuya yang sebagai sebuah simbol modernitas dapat menghibur bangsa dan memberikan rasa stabilitas dan nilai tradisional yang abadi di tengah perubahan yang kacau.
C. Mengapa Anjing Sangat Dicintai di Jepang?
Kecintaan masyarakat Jepang pada anjing bukan fenomena sesaat. Ada ikatan yang terpatri melalui sejarah panjang dan diperkuat oleh tekanan sosial modern. Alasan-alasannya saling berjalin, menciptakan sebuah hubungan yang unik dan sangat personal. Berikut di bawah ini penjelasannya.
1. Harmoni Nilai Budaya: Kesetiaan dan Kepatuhan
Nilai-nilai inti budaya Jepang menemukan cermin yang sempurna dalam sifat alami anjing yang terlatih. Nilai yang pertama, Chu atau Loyalitas. Seperti yang dijelaskan sebelumnya mengenai Hachiko, kesetiaan tanpa pamrih adalah kualitas yang paling dihormati dalam filosofi Bushido samurai dan tetap menjadi nilai sosial yang dipegang tinggi.
Anjing pada dasarnya setia kepada “pemimpin” keluarganya atau pemiliknya. Kesetiaan seekor anjing yang tak tergoyahkan, selalu bersemangat untuk menyambut pulang, dan rela melindungi sangat selaras dengan keinginan manusia akan hubungan yang dapat diandalkan dan tanpa syarat dalam masyarakat yang terkadang terasa kompleks dan berubah-ubah.
Nilai yang kedua, Wa atau Harmoni serta Pertimbangan: Masyarakat Jepang sangat menghargai harmoni kelompok dan pertimbangan terhadap orang lain. Anjing-anjing ras Jepang seperti Shiba dan Akita dikenal karena sifatnya yang pendiam, mandiri, dan tidak sering menggonggong secara sembarangan.
Karakteristik ini membuat mereka sangat cocok untuk kehidupan di apartemen yang padat di kota-kota seperti Tokyo, di mana menjadi “warga yang baik” dan tidak mengganggu tetangga adalah hal yang sangat penting. Seekor anjing yang patuh dan tenang mencerminkan pelatihan dan pertimbangan yang baik dari pemiliknya.
2. Jawaban terhadap Tekanan Demografis dan Sosial Modern
Perubahan drastis dalam struktur masyarakat Jepang telah mengubah peran anjing dari mitra kerja menjadi penyedia dukungan emosional yang penting. Jepang memiliki salah satu populasi dengan proporsi tertinggi di dunia dan tingkat kelahiran yang sangat rendah. Banyak lansia yang anak-anaknya telah pindah dan meninggalkan mereka mengalami kesepian. Maka, memelihara anjing memberikan rutinitas, tanggung jawab, dan persahabatan. Aktivitas seperti berjalan-jalan setiap hari juga mendorong olahraga dan interaksi sosial dengan pemilik anjing lainnya.

wancolab.com
Selain itu, bagi generasi muda, tren menikah menjadi lebih lambat atau tidak menikah sama sekali, serta memilih untuk tidak memiliki anak, semakin meningkat. Dalam konteks ini, anjing sering menjadi pengganti anak. Mereka menjadi fokus dari kasih sayang, pengasuhan, dan investasi emosional. Bagi mereka yang mengalami hikikomori, seekor anjing dapat menjadi satu-satunya sahabat yang memberikan koneksi emosional tanpa tuntutan sosial yang menakutkan.
Di sisi lain, kehidupan perusahaan Jepang terkenal dengan jam kerjanya yang panjang dan tingkat stresnya yang tinggi. Kembali ke rumah kepada seekor anjing yang menyambut dengan antusias memberikan kelegaan emosional yang instan dan tanpa syarat. Interaksi fisik seperti membelai anjing telah terbukti scientifically menurunkan tingkat kortisol atau hormon stres dan meningkatkan oksitosin atau hormon ikatan.
3. Estetika Kawaii dan Budaya Konsumen
Budaya kawaii atau lucu yang mendominasi Jepang sangat cocok dengan daya tarik visual dan perilaku anjing. Anjing selain jadi hewan peliharaan, tapi juga menjadi pernyataan mode dan gaya hidup. Industri yang sangat besar telah berkembang di sekitar mereka dengan menawarkan segala sesuatu mulai dari pakaian desainer (jaket, kimono, sepatu bot) hingga aksesori mewah (tas carrier Chanel replica), makanan gourmet, dan perawatan spa. Memperlakukan anjing seperti anggota keluarga yang berpakaian trendi adalah perwujudan dari budaya kawaii dan konsumen.

blog.acworks.co.jp
Bagi penduduk kota yang tidak dapat memelihara anjing sendiri karena larangan apartemen atau jam kerja, kafe anjing menawarkan dosis “terapi” lucu yang sangat dibutuhkan. Layanan yang bahkan lebih menarik adalah dog rental. Dalam layanan tersebut, orang dapat menyewa seekor anjing untuk ditemani berjalan-jalan atau menghabiskan waktu bersama, memenuhi kebutuhan akan kehangatan dan persahabatan hewan tanpa komitmen jangka panjang.
4. Kecocokan dengan Lingkungan Urban
Karakteristik dari banyak ras anjing Jepang secara intrinsik cocok dengan gaya hidup Jepang modern. Sifat mandiri dan seperti kucing dari Shiba Inu, misalnya, cocok untuk pemilik yang bekerja lama, karena anjing-anjing ini tidak selalu membutuhkan perhatian konstan dan lebih mudah ditinggal sendiri untuk periode yang wajar.
Selain itu, orang Jepang sangat menghargai kebersihan. Anjing-anjing yang mudah dilatih untuk buang air di luar atau pada tempat yang ditentukan seperti popok anjing atau rumput sintetis di balkon. Hal ini menjadi sangat disukai.
Anjing yang dipelihara biasanya ras berukuran kecil dan sedang seperti Shiba Inu, Chihuahua, dan Dachshund sangat populer karena ideal untuk ruang hidup yang terbatas dan mudah dibawa-bawa dalam tas carrier di kereta api yang ramai.
D. Apa yang Membuat Anjing Begitu Dikenal di Jepang?
Kehadiran anjing di Jepang terasa sangat jelas dan terintegrasi sehingga hampir mustahil untuk melewatkannya. “Dikenal” di sini berarti mereka adalah bagian yang tak terpisahkan dari pemandangan kota, narasi media, dan percakapan sehari-hari. Popularitas ini didorong oleh dua pilar utama: warisan ras asli yang dilindungi dan dipromosikan dengan bangga, serta mesin tren modern yang dengan cerdas memanfaatkan daya tarik universal mereka. Berikut di bawah ini kita simak lagi ya.
1. Ras Asli Jepang (Nihon Ken)
Enam ras anjing asli Jepang diakui oleh Kennel Club dan secara resmi ditetapkan sebagai Monumen Alam atau 天然記念物 (Tennen Kinenbutsu) oleh pemerintah Jepang sejak tahun 1930-an. Status ini yang juga diberikan kepada tempat, tumbuhan, dan hewan lain, mencerminkan nilai budaya dan sejarah mereka yang sangat besar. Mereka dianggap sebagai warisan nasional yang harus dilestarikan dan dilindungi.
Berikut adalah penjelasan tentang masing-masing ras ini, yang menjadi wajah “anjing Jepang” yang otentik:
A. Shiba Inu (柴犬)
Shiba adalah ras Nihon Ken yang paling populer secara internasional dan menjadi ikon. Postur tubuhnya yang compact, mata yang tajam, dan ekspresi seperti rubah sangat memesonakan. Mereka dikenal karena keberanian, kelincahan, dan sifat independennya yang besar. Sifatnya yang sering digambarkan “seperti kucing” yaitu mandiri, membersihkan diri sendiri, kadang keras kepala dan justru menambah daya tariknya bagi banyak pemilik.

pexels.com
Gelombang popularitas global Shiba Inu mencapai puncaknya berkat meme internet “Doge” pada tahun 2013 yang menampilkan seekor Shiba dengan pikiran internal yang kacau dalam bahasa Inggris yang tidak gramatikal. Ini membuat wajah mereka langsung dikenali oleh miliaran orang di seluruh dunia.
B. Akita Ken (秋田犬)
Akita Ken adalah ras terbesar dari Nihon Ken yang memiliki fisik yang powerful dan berwibawa. Mereka memancarkan aura ketenangan dan martabat. Keterkaitan mereka dengan Hachiko telah mengukuhkan Akita sebagai simbol kesetiaan absolut. Setiap cerita tentang Hachiko otomatis menampilkan gambar Akita, membuat ras ini sangat dikenali dan dihormati.

commons.wikimedia.org
Tradisi memberikan Akita sebagai hadiah simbolis dimulai dengan Helen Keller yang membawa satu pulang ke AS pada tahun 1937. Praktik ini berlanjut hingga hari ini dan memperkuat citra mereka sebagai hadiah nasional yang berharga.
C. Kishu Ken (紀州犬)
Kishu Ken dibiakkan untuk berburu babi hutan dan rusa di daerah pegunungan Jepang. Mereka hampir selalu berwarna putih, yang membantu pemburu melihat mereka di hutan. Sifatnya yang sangat setia kepada satu keluarga dan waspada terhadap orang asing, mencerminkan mentalitas pemburu yang fokus. Penampilan mereka yang elegan dan waspada membuat mereka mudah dikenali oleh penggemar ras.

commons.wikimedia.org
D. Shikoku Ken (四国犬)
Shikoku Ken adalah anjing pemburu yang tangguh dari Pulau Shikoku. Penampilan mereka paling mirip dengan serigala dibandingkan ras Jepang lainnya, dengan tubuh yang ramping, telinga yang tegak, dan mata yang tajam. Mereka dikenal karena stamina dan dorongan berburu yang luar biasa. Penampilan “liar” dan berotot mereka sangat khas.

commons.wikimedia.org
E. Kai Ken (甲斐犬)
Kai Ken terkenal karena pola bulu brindle (belang) yang menakjubkan dan bisa berwarna hitam, merah, atau coklat. Pola ini memberikan kamuflase alami di hutan. Kai termasuk jenis yang langka. Pola bulunya yang unik dan sifatnya yang lincah dan cerdas membuatnya sangat dikenali dan dicari oleh para pecinta anjing.

commons.wikimedia.org
F. Hokkaido Inu (北海道犬)
Dikenal juga sebagai Ainu Ken, ras ini dikembangkan oleh suku Ainu untuk berburu hewan besar seperti berbungkus. Mereka sangat kuat, memiliki bulu ganda yang tebal, dan memiliki daya tahan yang luar biasa terhadap cuaca dingin. Hokkaido Inu terkenal karena keberanian dan keganasannya ketika berburu. Fisiknya yang kekar dan ekspresi waspada mereka mencerminkan ketangguhan lingkungan asalnya.

commons.wikimedia.org
2. Menjadi Bagian Budaya Pop dan Tren Modern
Di luar ras asli, anjing-anjing dari segala jenis menjadi terkenal melalui budaya pop dan tren konsumen di internet. Ada yang menjadi terkenal di media sosial, iklan, media, dan layanan publik. Berikut untuk lebih lengkapnya.
A. Anjing Selebriti dan Influencer
Seekor Shiba Inu bernama Marutaro yang menjadi sensasi internasional di Twitter dan Instagram pada awal 2010-an. Pemiliknya memposting foto-fotonya dengan ekspresi yang sangat emotif dan dalam berbagai kostum, mengumpulkan jutaan pengikut dan memperkuat citra Shiba yang menggemaskan dan fotogenik.

doggyandthecity.com
Berkatnya, banyak anjing Jepang menjadi dog influencer dengan memiliki akun media sosial sendiri yang dikelola oleh pemiliknya. Di akunnya menampilkan kehidupan sehari-hari mereka, produk yang mereka gunakan, dan tempat yang mereka kunjungi. Ini menciptakan pasar influencer yang sangat besar.
B. Anjing dalam Iklan dan Media
Anjing digunakan sebagai wajah iklan untuk menjual segala sesuatu, mulai dari produk keuangan hingga layanan telekomunikasi, makanan, dan mobil. Perusahaan SoftBank misalnya, menggunakan serangkaian iklan yang sangat populer yang menampilkan anjing putih keluarga dan seekor anjing yang berbicara.
Selain itu, kisah Hachiko yang telah difilmkan beberapa kali, banyak film, drama TV, dan acara varietas menampilkan anjing sebagai bintang utama, memperkuat ikatan emosional penonton dengan mereka.
C. Industri dan Layanan yang Diatur untuk Anjing.
Kemunculan kafe anjing memungkinkan orang untuk menikmati waktu bersama anjing tanpa memiliki tanggung jawab penuh. Ini adalah bagian dari pengalaman healing yang sangat populer di perkotaan. Selain itu, banyak taman, department store, dan bahkan restoran yang sekarang ramah anjing. Pusat perbelanjaan sering mengadakan acara khusus untuk anjing, dan terdapat resor dan hotel mewah yang melayani khusus untuk pemilik dan anjing peliharaan mereka.
Dari penguburan ritual di era Jomon hingga fasilitas publik yang ramah anjing, perjalanan anjing dalam peradaban Jepang adalah cerminan dari evolusi bangsa itu sendiri. Mereka telah mengalami perubahan dari wadah spiritual dan pemburu yang tangguh menjadi penjaga hati dan penawar rasa sepi di masyarakat modern.
Ikatan ini dibangun di atas fondasi kesetiaan, harmoni, dan penghormatan mendalam telah terbukti abadi dan terus berevolusi. Anjing-anjing itu berjalan di sisi manusia Jepang dan juga masuk ke dalam mitos, seni, nilai sosial, dan ruang hidup yang paling pribadi. Mereka adalah perwujudan nyata dari sebuah ikatan yang tidak lekang oleh waktu, selalu setia menemani, dari generasi ke generasi.
Cukup segitu yang bisa Pandai Kotoba berikan untuk artikel kali ini mengenai anjing dalam sejarah dan budaya Jepang. Semoga artikel ini bisa membuka wawasan kita lebih mengenai seluk beluk Jepang yang menarik. Jika Minasan ingin baca artikel tentang budaya, Pandai Kotoba punya artikelnya lho di website ini. Salah satunya ini nih: Tatemae vs Honne, Dua Wajah dalam Budaya Jepang. Klik untuk membacanya ya.
Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

