Undangan Pernikahan di Jepang: Apa yang Harus & Jangan Dilakukan?
Menghadiri upacara pernikahan di Jepang adalah pengalaman unik yang penuh dengan adat dan tradisi. Jika minasan mendapatkan undangan untuk menghadiri pernikahan orang Jepang, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan agar minasan tidak salah langkah. Artikel ini akan membahas apa yang perlu disiapkan serta etika berpakaian yang harus diperhatikan.
Membalas Undangan Pernikahan
Di Jepang, undangan pernikahan dikirim sekitar dua bulan sebelum acara dan disertai kartu pos untuk konfirmasi kehadiran. Tamu diharapkan segera mengisi kartu tersebut dengan memilih “Hadir” atau “Tidak Hadir”, mencantumkan nama serta alamat, lalu mengirimkannya kembali sebelum batas waktu yang ditentukan.
Biasanya, pasangan pengantin akan memberi tahu tamu terdekat sebelum mengirim undangan resmi, sehingga sebagian besar orang akan menjawab “Hadir”. Jika minasan menyatakan akan hadir, maka minasan diharapkan benar-benar datang, kecuali dalam kondisi darurat seperti sakit.
Upacara dan resepsi pernikahan berlangsung sekitar 2–3 jam, dan tamu harus mengikuti acara sampai selesai. Jika tempatnya terbatas, hanya keluarga yang menghadiri upacara pernikahan, sementara tamu lainnya bergabung saat resepsi. Oleh karena itu, penting untuk membaca isi undangan dengan baik agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Menyiapkan Kado Pernikahan di Jepang
Di Jepang, memberikan kado pernikahan memiliki aturan dan etika tersendiri yang berbeda dengan budaya lain. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan kado pernikahan di Jepang:
1. Goshugi (ご祝儀) – Uang dalam Amplop Khusus
Di Jepang, tradisi utama dalam memberikan kado pernikahan adalah goshugi (ご祝儀), yaitu sejumlah uang yang diberikan dalam amplop khusus yang disebut goshugi-bukuro (ご祝儀袋).

Jumlah Uang yang Dianjurkan
Besarnya uang yang diberikan tergantung pada hubungan dengan pasangan pengantin:
- Teman biasa: ¥10,000 – ¥30,000
- Sahabat dekat / kolega: ¥30,000 – ¥50,000
- Saudara atau keluarga dekat: ¥50,000 – ¥100,000
- Atasan, bawahan, kolega mempelai: ¥30.000 – ¥50.000
- Kakak atau adik mempelai: ¥30.000– ¥50.000 (lebih dari ¥50.000 jika usia di atas 30 tahun).
- Sepupu mempelai: ¥30.000 (atau ¥50.000 untuk yang berusia 30 tahun lebih).
- Teman mempelai: ¥20.000 – ¥50.000
Jika minasan diundang sebagai teman atau kolega kerja pengantin, jumlah yang umum diberikan adalah ¥30.000. Jika minasan lebih senior, biasanya memberikan ¥50.000. Untuk pasangan suami istri yang diundang bersama, mereka dapat memberikan ¥50.000 – ¥70.000. Tambahan jumlah uang yang diberikan biasanya dalam angka ganjil (seperti ¥30,000 atau ¥50,000) karena angka genap dianggap bisa “dibagi dua,” yang melambangkan perpisahan.
Aturan dalam Memilih Uang
- Gunakan uang baru (baru dicetak dan tidak lecek) untuk menunjukkan penghormatan.
- Jangan memberikan jumlah seperti ¥40,000 atau ¥90,000 karena angka 4 (四, shi) dan 9 (九, ku) memiliki konotasi negatif (kematian dan penderitaan).

2. Memilih Kado Pernikahan (Hikidemono)
Jika ingin memberikan hadiah fisik selain uang, ada beberapa aturan yang harus diperhatikan:
Hadiah yang Dianjurkan
- Barang rumah tangga berkualitas tinggi (peralatan makan, piring, gelas, atau set teh).
- Peralatan dapur seperti rice cooker atau set pisau dapur berkualitas.
- Handuk premium atau perlengkapan tidur yang nyaman.
- Voucher belanja atau kartu hadiah dari department store terkenal.
Hadiah yang Dihindari
- Pisau atau gunting: Melambangkan “memutus hubungan.”
- Barang dengan angka 4 atau 9: Seperti jumlah piring atau gelas dalam set.
- Jam atau arloji: Bisa diartikan sebagai “waktu kebersamaan yang terbatas.”
- Barang putih polos: Warna putih polos sering dikaitkan dengan pemakaman.
3. Cara Memberikan Kado dengan Etika yang Benar
- Jika memberikan goshugi, serahkan dengan kedua tangan saat bertemu pengantin atau diterima di meja resepsi.
- Jika memberikan kado fisik, sebaiknya dikirim ke rumah pengantin sebelum hari pernikahan atau setelah acara selesai.
- Saat memberikan kado, ucapkan “Omedetou gozaimasu” (おめでとうございます) yang berarti “Selamat!” dengan nada sopan dan hormat.
4. Menerima Hikidemono (Hadiah Balasan)
Di Jepang, pengantin biasanya memberikan hikidemono (引き出物) atau hadiah balasan kepada tamu yang memberikan goshugi. Hadiah ini biasanya berupa:
- Makanan ringan premium atau kue khas Jepang.
- Barang pecah belah elegan seperti piring atau cangkir.
- Handuk berkualitas tinggi atau barang yang berguna di rumah.

Amplop yang Digunakan untuk Kado Pernikahan di Jepang
Di Jepang, saat memberikan kado pernikahan berupa uang (goshugi, ご祝儀), tidak boleh menggunakan sembarang amplop. Amplop khusus yang digunakan disebut goshugi-bukuro (ご祝儀袋).
1. Jenis-Jenis Goshugi-Bukuro
a) Goshugi-Bukuro Sederhana
- Digunakan untuk pernikahan dengan skala kecil atau jika hubungan dengan pengantin tidak terlalu dekat.
- Memiliki desain minimalis dengan pita mizuhiki (水引) yang sederhana.
b) Goshugi-Bukuro Mewah
- Digunakan jika memberikan jumlah uang yang lebih besar (¥30,000 atau lebih).
- Biasanya memiliki desain yang lebih elegan dengan pita mizuhiki berbentuk simpul khusus.
2. Aturan dalam Memilih Goshugi-Bukuro
a) Desain dan Warna
- Amplop harus memiliki warna cerah seperti putih, emas, atau merah.
- Hindari warna hitam atau abu-abu, karena terkait dengan pemakaman.
b) Mizuhiki (Tali Hiasan pada Amplop)
Mizuhiki adalah tali dekoratif yang mengikat amplop, memiliki makna tersendiri:
- Musubikiri (結び切り) → Pita simpul mati yang tidak bisa dibuka lagi, melambangkan pernikahan yang hanya terjadi sekali seumur hidup.
- Awaji-musubi (あわじ結び) → Bentuk pita yang kuat dan sulit dilepas, melambangkan hubungan yang langgeng.
X Jangan gunakan bunga simpul Cho-Musubi (蝶結び), karena simpul ini bisa dengan mudah dilepas dan biasanya digunakan untuk acara yang bisa terjadi berulang kali seperti ulang tahun, bukan pernikahan.
3. Cara Mengisi dan Menulis Goshugi-Bukuro
a) Memasukkan Uang ke dalam Amplop
- Gunakan uang baru (baru dicetak, tidak lecek) sebagai simbol doa baik.
- Masukkan uang dengan sisi depan menghadap ke atas dan angka di bagian bawah.

b) Menulis Nama di Amplop
- Di bagian depan amplop, tulis nama pemberi dengan huruf Kanji atau Hiragana yang jelas.
- Jika diberikan oleh pasangan suami-istri atau keluarga, tuliskan nama kepala keluarga terlebih dahulu.
- Untuk perusahaan, gunakan nama perusahaan di bagian atas dan nama perwakilan di bawahnya.
4. Cara Memberikan Goshugi-Bukuro
- Saat menyerahkan amplop, gunakan kedua tangan sebagai tanda hormat.
- Jangan menyerahkannya secara langsung ke tangan pengantin, tetapi berikan di meja penerimaan tamu.
- Jika ingin menambahkan ucapan, cukup katakan “Omedetou gozaimasu” (おめでとうございます) dengan sopan.
Pakaian yang Digunakan untuk Pernikahan di Jepang
Di Jepang, menghadiri pernikahan memiliki aturan berpakaian yang cukup ketat sesuai dengan etika dan budaya. Pakaian yang dikenakan harus formal dan sopan, dengan mempertimbangkan status sosial serta hubungan dengan pengantin. Berikut adalah panduan pakaian yang sesuai untuk menghadiri pernikahan di Jepang.
1. Pakaian untuk Pria
a) Tamu Umum
- Setelan jas hitam atau gelap (abu-abu tua atau navy) dengan kemeja putih.
- Dasi warna terang atau perak (hindari dasi hitam karena terkait dengan pemakaman).
- Sepatu formal berwarna hitam atau cokelat gelap.
- Hindari pakaian kasual seperti celana jeans, sneakers, atau pakaian dengan warna mencolok.

b) Keluarga Pengantin atau Tamu Penting
- Montsuki Haori Hakama (紋付き羽織袴), yaitu kimono formal pria dengan lambang keluarga.
- Biasanya dikenakan oleh ayah pengantin atau tamu dengan status tinggi dalam keluarga.
2. Pakaian untuk Wanita
a) Tamu Umum
- Gaun formal dengan warna lembut seperti pastel, biru, atau hijau.
- Rok dengan panjang minimal selutut atau lebih panjang.
- Hindari warna putih (karena warna ini khusus untuk pengantin).
- Hindari gaun dengan belahan tinggi, terlalu ketat, atau transparan.
- Gunakan sepatu hak tinggi dengan warna netral.
- Jika mengenakan gaun tanpa lengan, gunakan bolero atau syal untuk menutupi bahu.
b) Keluarga Pengantin atau Tamu Penting
- Tomesode (留袖), yaitu kimono formal untuk wanita yang sudah menikah, biasanya dikenakan oleh ibu pengantin.
- Furisode (振袖), yaitu kimono berlengan panjang untuk wanita lajang yang menghadiri pernikahan.

3. Pakaian untuk Anak-Anak
- Anak laki-laki mengenakan jas kecil atau kemeja dengan celana panjang rapi.
- Anak perempuan mengenakan gaun formal yang sopan dengan warna lembut.
4. Hal yang Harus Dihindari dalam Berpakaian
X Jangan memakai warna putih (hanya pengantin wanita yang boleh mengenakan warna ini).
X Hindari pakaian terlalu mencolok atau penuh payet/glitter yang berlebihan.
X Jangan memakai pakaian serba hitam karena menyerupai pakaian untuk pemakaman.
X Hindari pakaian kasual seperti jeans, kaos, sandal, atau sneakers.
Etika Selama Upacara Pernikahan di Jepang
Menghadiri upacara pernikahan di Jepang tidak hanya soal berpakaian yang tepat, tetapi juga memahami etika dan tata krama yang berlaku. Dengan mengikuti etika ini, kita bisa menunjukkan rasa hormat kepada pasangan pengantin dan keluarganya.
1. Datang Tepat Waktu
- Sangat penting untuk datang tepat waktu atau bahkan sedikit lebih awal.
- Keterlambatan dianggap tidak sopan dan bisa mengganggu jalannya upacara.
2. Menyapa dengan Sopan
- Saat tiba, sapa tuan rumah atau penerima tamu dengan “Omedetou gozaimasu” (おめでとうございます) yang berarti “Selamat!”
- Lakukan reigi (礼儀) atau sikap hormat dengan membungkuk sebagai tanda penghormatan.
3. Menyerahkan Goshugi (Hadiah Uang)
- Serahkan goshugi-bukuro di meja penerimaan tamu dengan kedua tangan.
- Jangan menyerahkannya langsung ke tangan pengantin, kecuali diminta.
4. Duduk dengan Posisi yang Tepat
- Ikuti panduan tempat duduk yang telah disediakan.
- Keluarga dan kerabat dekat biasanya duduk di depan, sementara teman dan rekan kerja di belakang.
- Duduk dengan posisi seiza (正座) atau duduk bersimpuh jika menggunakan tatami, atau duduk tegak dengan kaki rapat jika menggunakan kursi.
5. Sikap Selama Upacara
- Dengarkan dengan khidmat selama upacara, baik itu upacara Shinto, Buddha, atau Kristen.
- Hindari berbicara atau menggunakan ponsel selama upacara berlangsung.
- Jika diizinkan mengambil foto, lakukan dengan tenang tanpa mengganggu.
6. Makan dengan Etika yang Benar
- Pada resepsi, biasanya disajikan hidangan kaiseki atau hidangan khas Jepang lainnya.
- Tunggu hingga semua tamu duduk dan pengantin memberikan pidato sebelum mulai makan.
- Ucapkan “Itadakimasu” (いただきます) sebelum makan sebagai tanda terima kasih.
- Hindari meninggalkan makanan di piring sebagai tanda penghargaan terhadap tuan rumah.

7. Berpartisipasi dalam Acara Hiburan
- Resepsi sering kali diisi dengan hiburan seperti pidato, permainan, atau video.
- Berikan tepuk tangan pada saat yang tepat dan tunjukkan antusiasme.
- Jika diminta memberikan pidato atau berpartisipasi dalam permainan, lakukan dengan semangat dan penghormatan.
8. Mengucapkan Selamat Tinggal dengan Sopan
- Saat akan meninggalkan acara, ucapkan selamat sekali lagi kepada pengantin dengan “Omedetou gozaimasu” (おめでとうございます).
- Ucapkan terima kasih kepada keluarga pengantin dan staf acara dengan “Arigatou gozaimashita” (ありがとうございました).
- Jangan lupa mengambil hikidemono (hadiah balasan) yang telah disiapkan untuk tamu.
9. Hindari Hal-Hal yang Tidak Sopan
X Jangan menggunakan ponsel selama upacara atau resepsi, kecuali untuk keperluan mendesak.
X Hindari minum berlebihan hingga mabuk, karena akan dianggap tidak menghormati acara.
X Jangan membicarakan hal-hal negatif tentang pengantin, keluarga, atau acara.
Kesimpulan
Menghadiri pernikahan di Jepang memerlukan persiapan dan pemahaman tentang adat yang berlaku. Dengan memberikan goshugi yang tepat, mengenakan pakaian yang sesuai, serta mengikuti etika selama acara, minasan akan menunjukkan rasa hormat kepada pasangan pengantin dan keluarganya.
Semoga pengalaman minasan menghadiri pernikahan di Jepang menjadi kenangan yang menyenangkan! Yuk, terus semangat latihan dan jangan malu buat coba-coba berbagai contoh kalimat! Sampai ketemu lagi di materi seru berikutnya bareng Pandaikotoba. Oh iya, jangan lupa follow Instagram-nya juga ya, Minasan!
Belajar bahasa Jepang itu asyik banget, lho. がんばってね!!

