Mengulik Lebih Mendalam Budaya dan Sejarah Teh di Jepang
Hai Minasan~! Teh dan kebiasaan meminum teh telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya Jepang selama berabad-abad. Selain dikenal dengan seni kulinernya yang mendetail, Jepang juga memiliki hubungan mendalam dengan teh, terutama melalui upacara minum teh yang disebut dengan chanoyu.
Tidak hanya diminum sebagai minuman harian, teh di Jepang melibatkan unsur spiritual, kesehatan, dan seni. Teh secara umum secara umumnya memiliki khasiat sangat baik untuk tubuh dan berfungsi juga untuk relaksasi agar tubuh menjadi lebih tenang.
Pandai Kotoba pada artikel ini akan membahas budaya teh di Jepang, jenis teh Jepang apa saja yang terkenal, fakta unik tentang tehnya, serta budaya meminum teh di Jepang ini seperti apa. Tak perlu lama-lama lagi, yuk kita simak di bawah ini.
Mengulik Budaya dan Sejarah Teh di Jepang Lebih Mendalam
1. Sejarah Teh di Jepang
Sejarah teh di Jepang dimulai pada abad ke-8, ketika biarawan Buddha membawa daun teh dari Tiongkok. Pada masa itu, teh digunakan lebih sebagai obat daripada minuman sosial. Namun, perubahan besar terjadi pada abad ke-12 ketika Biksu Eisai memperkenalkan teh bubuk atau matcha ke Jepang dan menyarankan konsumsi teh untuk kesehatan tubuh dan pikiran. Beliau bahkan menulis sebuah buku berjudul Kissa Youjouki (喫茶養生記) yang berarti “Meminum Teh untuk Kesehatan”.
Pada era Muromachi (1336-1573), seni minum teh mulai berkembang di kalangan kaum samurai dan aristokrat. Mereka mengembangkan tradisi minum teh sebagai bentuk meditasi dan penghormatan terhadap alam. Selama era ini, seniman seperti Murata Jukou dan Sen No Rikyuu menyempurnakan filosofi Wabi Sabi, yaitu kesederhanaan dan keindahan yang tak sempurna yang menjadi dasar dari chanoyu atau upacara minum teh.
2. Jenis-Jenis Teh di Jepang
Setiap jenis teh di Jepang memiliki karakteristik yang unik nih, mulai dari sejarah asal-usulnya, cita rasa khas, hingga manfaat kesehatan bagi tubuh. Nah, berikut ini penjelasan lebih detail mengenai teh-teh apa saja yang terkenal di Jepang.
A. Matcha (抹茶)
Matcha diperkenalkan ke Jepang pada abad ke-12 oleh Biksu Eisai yang membawa biji teh dari Tiongkok. Awalnya, matcha digunakan dalam ritual keagamaan oleh para Biksu Zen untuk meningkatkan konsentrasi selama meditasi. Teh ini kemudian diadopsi oleh kalangan samurai dan aristokrat pada era Muromachi (1336-1573) dan menjadi bagian penting dari chanoyu atau upacara minum teh yang disempurnakan oleh Sen no Rikyuu.
Matcha memiliki rasa umami yang kuat, sedikit pahit, dan juga sedikit manis. Teksturnya kental dengan aroma rumput laut atau sayuran hijau karena tingginya kandungan klorofil. Matcha memiliki khasiat kaya akan antioksidan, terutama katekin yang membantu melawan radikal bebas dan mencegah penuaan.
Kandungan L-teanin dalam matcha juga memberikan efek relaksasi sekaligus meningkatkan konsentrasi. Selain itu, matcha dipercaya membantu menurunkan kolesterol dan meningkatkan metabolisme tubuh.
B. Sencha (煎茶)
Sencha pertama kali muncul pada abad ke-17 dan dengan cepat menjadi teh hijau paling populer di Jepang. Berbeda dengan matcha yang digiling, daun teh sencha diseduh langsung. Sencha banyak diminum oleh masyarakat sebagai minuman harian dan mencerminkan kesederhanaan dalam budaya Jepang.
Sencha memiliki rasa segar dengan perpaduan antara manis dan pahit. Aroma daun teh yang baru diseduh memberikan sensasi menenangkan dan rasa umaminya lebih ringan dibandingkan matcha.
Sencha berkhasiat kaya akan vitamin C dan katekin yang membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menjaga kesehatan jantung. Minum sencha secara teratur dipercaya membantu menurunkan berat badan dan menjaga kadar gula darah.
C. Gyokuro (玉露)
Gyokuro adalah salah satu jenis teh hijau premium yang diperkenalkan pada abad ke-19. Daunnya ditanam di bawah naungan selama beberapa minggu sebelum dipanen, mirip dengan metode penanaman matcha. Teknik ini meningkatkan kandungan klorofil dan menghasilkan rasa yang lebih kaya. Gyokuro sering disajikan dalam acara formal dan dianggap sebagai teh mewah.
Gyokuro memiliki rasa umami yang sangat kuat dan sedikit manis. Rasanya halus dan kompleks dengan aroma laut dan rumput. Karena kandungan teaninnya tinggi, gyokuro memberikan rasa lembut di mulut dan tidak terlalu pahit.
Gyokuro berkhasiat mengandung antioksidan tinggi yang membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan. Selain itu, teh ini dikenal dapat meningkatkan konsentrasi dan memberikan efek relaksasi. Gyokuro juga dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung dan meningkatkan fungsi metabolisme.
D. Hojicha (ほうじ茶)
Hojicha pertama kali muncul di Kyoto pada awal abad ke-20 sebagai inovasi untuk memanfaatkan daun teh berkualitas rendah dengan memanggangnya. Dengan proses pemanggangan, teh ini memperoleh aroma dan rasa yang khas. Hojicha menjadi populer karena kandungan kafeinnya rendah, sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan, termasuk anak-anak dan orang lanjut usia.
Soal rasa, Hojicha memiliki aroma panggang yang kuat dan rasa yang ringan, hampir seperti kacang atau karamel. Karena kandungan taeninnya rendah, teh ini tidak meninggalkan rasa pahit di mulut.
Hojicha berkhasiat membantu meredakan stres dan meningkatkan kualitas tidur karena kandungan kafeinnya rendah. Selain itu, teh ini dipercaya membantu melancarkan pencernaan dan menghangatkan tubuh, sehingga populer diminum pada malam hari atau di musim dingin.
E. Genmaicha (玄米茶)
Genmaicha yang dikenal juga sebagai “teh rakyat”. Teh ini terbuat dari campuran sencha dan beras cokelat atau brown rice. Teh ini awalnya dikembangkan oleh masyarakat kelas bawah yang tidak mampu membeli teh murni dan menambahkan beras sebagai pengisi. Di zaman sekarang genmaicha populer di kalangan semua lapisan masyarakat karena rasa dan aromanya yang unik.
Genmaicha memiliki rasa yang ringan dengan aroma kacang atau beras panggang. Perpaduan antara rasa gurih dari beras dan kesegaran teh hijau menciptakan pengalaman minum teh yang unik.
Genmaicha berkhasiat membantu menenangkan perut dan meningkatkan metabolisme. Kandungan karbohidrat dari beras cokelat yang terdapat di dalamnya juga memberikan energi tambahan, sehingga teh ini sering diminum di pagi atau siang hari. Genmaicha juga dipercaya membantu menurunkan stres dan menjaga kadar gula darah tetap stabil.
F. Kukicha (茎茶)
Kukicha dikenal juga sebagai “teh ranting” adalah teh yang terbuat dari batang dan tangkai daun teh. Teh ini muncul sebagai hasil sampingan dari produksi sencha atau gyokuro dan dikenal di kalangan praktisi makrobiotik karena manfaat kesehatan yang terkandung di dalamnya.
Kukicha memiliki rasa yang ringan, sedikit manis, dan juga tidak pahit. Aromanya lembut dan menyenangkan menjadikan salah satu teh yang populer ini di kalangan mereka yang mencari alternatif teh dengan kafein rendah.
Kukicha mengandung kafein rendah dan mineral tinggi, seperti kalsium dan magnesium, sehingga berkhasiat baik untuk kesehatan tulang dan menjaga keseimbangan tubuh. Teh ini juga membantu menyeimbangkan pH tubuh dan mendukung fungsi pencernaan.
3. Budaya Meminum Teh di Jepang
Upacara minum teh disebut dengan atau chanoyu ini lebih dari sekadar minum teh lho. Ini adalah ritual yang melibatkan persiapan dan penyajian teh dengan perhatian penuh pada setiap detail. Tujuan utama dari ucapara ini adalah mencapai ketenangan batin dan menghargai momen saat ini.
Setiap bagian dari upacara teh ini, mulai dari memilih peralatan hingga gerakan tangan, semuanya harus dilakukan dengan penuh kesadaran. Terdapat filosofi juga di dalamnya yang sangat ditekankan dalam upacara ini yaitu filosofi ichi go ichi e (一期一会) yang berarti “sekali bertemu, selamanya dikenang”.
Dalam chanoyu, alat-alat yang digunakan memiliki makna simbolis dan estetika yang mendalam. Beberapa alat yang paling penting dalam upacara ini antara lain:
1. Chashaku (茶杓)
Sendok bambu kecil untuk mengambil bubuk matcha dari wadah. Setiap gerakan saat mengambil matcha dengan chashaku harus dilakukan dengan anggun.
2. Chasen (茶筅)
Pengocok bambu yang digunakan untuk mengaduk matcha hingga berbusa. Alat ini dibuat dengan tangan dan memiliki berbagai jenis bentuk dan kepadatan.
3. Natsume (棗)
Wadah untuk menyimpan bubuk matcha. Bentuk dan bahan natsume sering kali disesuaikan dengan musim dan tema upacara teh.
4. Kama (釜)
Ketel besi untuk merebus air panas. Ketel ini sering kali memiliki desain yang sederhana namun elegan, mencerminkan filosofi Wabi Sabi.
Selain fungsional, alat-alat ini dipilih dengan hati-hati agar sesuai dengan tema, musim, dan suasana hati dalam setiap upacara. Dalam tradisi minum teh, menghargai alat-alat ini juga merupakan bagian dari penghormatan terhadap alam dan seni.
Meskipun upacara teh hanya dilakukan pada momen-momen tertentu, teh tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Kebiasaan menyajikan teh kepada tamu baik dalam negeri maupun luar negeri sebagai bentuk keramahan sangat umum di Jepang.
Kemudian, selain teh hijau yang sangat populer, Jepang juga memiliki kebiasaan minum mugicha. Mugicha adalah teh dari barley panggang. Teh ini biasanya disajikan dingin dan dipercaya membantu mendinginkan tubuh selama cuaca panas, terutama di musim panas.
Teh di Jepang juga berperan dalam konsep Omotenashi atau keramahtamahan khas Jepang. Menyajikan teh kepada tamu bukan hanya sekadar menawarkan minuman, tapi juga menunjukkan rasa perhatian dan penghargaan terhadap tamu.
4. Fakta Unik tentang Teh di Jepang
Teh di Jepang tidak hanya sekadar minuman, tapi juga menyimpan berbagai aspek mulai dari aspek budaya, aspek kesehatan, sampai aspek filosofi yang menarik. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai beberapa fakta unik tentang teh Jepang. Apa saja ya, yuk simak lagi di bawah ini.
A. Pengaruh Meditasi Zen dalam Upacara Teh
Upacara minum teh Jepang atau chanoyu (茶の湯) yang sudah dijelaskan di atas sangat erat kaitannya dengan ajaran Zen. Filosofi Zen mengajarkan tentang kesederhanaan, fokus pada saat ini, dan ketenangan batin. Dalam proses chanoyu, setiap langkah yang dilakukan mulai dari menyiapkan peralatan, menuangkan air panas, sampai menyeruput teh dilakukan dengan perlahan dan penuh kesadaran. Hal ini mencerminkan konsep mindfulness, yaitu seseorang harus sepenuhnya hadir dalam setiap gerakan dan momen.
Filosofi Zen juga mengajarkan bahwa setiap pertemuan memiliki nilai unik dan tak tergantikan. Filosofi ini dikenal dengan istilah ichi go ichi e (一期一会) yang berarti “setiap pertemuan hanya terjadi sekali.” Dalam konteks chanoyu ini, peserta diajak untuk menghargai setiap momen dan interaksi dengan orang lain seolah-olah itu adalah kesempatan terakhir mereka.
B. Matcha Latte dan Tren Kontemporer
Di zaman sekarang, konsumsi teh di Jepang telah melampaui batas tradisi. Matcha yang awalnya disajikan dalam upacara teh dengan cara formal, sekarang menjadi bahan populer dalam berbagai minuman dan makanan. Matcha latte adalah contoh produk tren modern yang digemari, baik di Jepang maupun di luar negeri. Minuman ini memadukan bubuk matcha dengan susu atau alternatif susu nabati yang memberikan rasa lembut dan sedikit pahit yang seimbang.
Selain matcha latte, produk inovasi lainnya yang menggunakan matcha di antaranya es krim matcha, kue matcha, hingga koktail yang menggunakan matcha sebagai bahan dasar. Tren ini menunjukkan bagaimana masyarakat Jepang mampu memadukan tradisi dengan inovasi untuk menciptakan produk baru yang relevan dengan zaman.
Matcha tidak hanya populer di Jepang, tapi juga mendunia sebagai bagian dari tren kesehatan karena kandungan antioksidan dan manfaat yang terkandung di dalamnya dalam meningkatkan konsentrasi.
C. Teh sebagai Simbol Penyucian di Kuil dan Ritual
Teh yang dikenal saat ini tidak hanya dinikmati sebagai minuman harian, tapi juga memiliki peran spiritual dalam beberapa ritual keagamaan di Jepang. Di beberapa kuil Buddha dan Shinto, teh digunakan sebagai bagian dari ritual penyucian. Para biksu sering menyajikan teh untuk para pengunjung sebagai simbol penghormatan dan penyucian jiwa.
Teh yang disajikan dalam ritual ini sering kali berupa teh sederhana, seperti sencha atau matcha yang melambangkan kesederhanaan dan kemurnian. Dalam beberapa festival kuil, pengunjung juga diajak menikmati teh bersama sebagai bentuk berkah dan harapan untuk kesehatan dan kebahagiaan di masa mendatang.
D. Musim Memengaruhi Cara Menyeduh dan Memilih Teh
Di Jepang, cara menyajikan dan memilih teh sangat dipengaruhi oleh musim. Tradisi ini tidak hanya untuk menyesuaikan diri dengan cuaca, tapi juga untuk menciptakan pengalaman minum teh yang harmonis dengan alam. Berikut di bawah cara menyajikan teh menurut musim-musimnya.
1. Musim Panas
Selama musim panas, teh dingin seperti mugicha atau sencha dingin lebih populer. Mugicha yang terbuat dari biji barley panggang, disajikan dalam keadaan dingin dan dipercaya membantu menyejukkan tubuh serta menjaga hidrasi. Selain itu, teh hijau yang diseduh dingin dianggap lebih lembut dan menyegarkan di tengah panasnya musim.
2. Musim Dingin
Di musim dingin, orang Jepang lebih suka minum teh panas seperti hojicha. Aroma panggang yang berasa dari hojicha memberikan rasa hangat dan menenangkan. Kandungan kafein yang rendah juga membuatnya aman dikonsumsi pada malam hari tanpa mengganggu tidur.
3. Musim Semi dan Musim Gugur
Di musim semi, teh dengan rasa ringan seperti sencha sering dipilih untuk mencerminkan suasana awal tahun yang segar. Sementara itu, di musim gugur, teh dengan rasa umami yang kuat seperti gyokuro lebih disukai karena menciptakan kehangatan di tengah suasana yang sejuk.
E. Teh Bagian dari Omotenashi (Keramahtamahan Khas Jepang)
Teh memiliki peran penting dalam konsep Omotenashi, yaitu seni keramahtamahan khas Jepang. Saat menjamu tamu, menyajikan teh bukan hanya menawarkan minuman, tapi juga menunjukkan rasa perhatian dan penghargaan terhadap tamu. Mulai dari jenis teh yang disajikan, suhu air, sampai cara menuangkannya mencerminkan seberapa besar tuan rumah menghormati tamunya.
Bahkan di lingkungan bisnis, minum teh sering menjadi bagian dari etiket profesional. Tuan rumah akan menyajikan teh kepada mitra bisnis sebagai tanda penghormatan dan kesediaan untuk bekerja sama. Setiap detail dalam penyajian teh, seperti pemilihan cangkir dan penempatan peralatan, dirancang untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi tamu.
F. Peran Teh dalam Kesehatan dan Keseimbangan Tubuh
Orang Jepang sangat memperhatikan manfaat kesehatan dari teh. Teh hijau khususnya, kaya akan antioksidan dan katekin yang membantu mencegah berbagai penyakit. Kemudian, matcha juga dikenal dapat meningkatkan konsentrasi karena kandungan L-teanin yaitu asam amino yang memberikan efek menenangkan tanpa membuat mengantuk.
Selain itu, beberapa jenis teh seperti kukicha dan genmaicha dipercaya membantu pencernaan dan menjaga keseimbangan tubuh. Dalam praktik makrobiotik, kukicha sering diminum karena dianggap membantu mengurangi keasaman tubuh dan menjaga keseimbangan energi.
Dengan berbagai fakta unik yang telah disebutkan di atas, teh di Jepang tidak hanya berperan sebagai minuman biasa ya, tapi juga menjadi bagian dari spiritualitas, seni, dan gaya hidup. Setiap cangkir teh, baik itu matcha dalam upacara teh atau secangkir sencha di rumah, keduanya mengandung makna dan nilai yang mendalam dan mencerminkan filosofi Jepang yang menghargai momen dan keseimbangan hidup.
Teh di Jepang ternyata bukan hanya minuman biasa, melainkan bagian dari warisan budaya yang kaya dan mendalam. Dari sejarah panjang yang melibatkan para biksu, samurai, hingga tren zaman sekarang seperti matcha latte, teh terus berkembang seiring waktu.
Budaya minum teh di Jepang mengajarkan kita untuk menghargai momen, menjaga keseimbangan, dan menunjukkan keramahan kepada sesama. Dengan beragam jenis teh dan ritual yang menyertainya, teh di Jepang menjadi simbol keseimbangan antara tradisi dan inovasi.
Nah, cukup segitu artikel kali ini yang bisa Pandai Kotoba berikan. Gimana nih tertarik buat coba jenis teh Jepang lainnya atau ingin mengikuti upacara chanoyu? Semoga nanti ada kesempatan ya buat coba semuanya. Jika Minasan tertarik ingin tahu minuman khas Jepang lainnya, yuk silakan kunjungi artikel 9 minuman tradisional khas Jepang di sini.
Sampai jumpa di artikel selanjutnya!