Pemakaman di Jepang: Tradisi dan Perkembangannya
Jepang memiliki tradisi pemakaman yang unik dan terus berkembang seiring dengan perubahan zaman. Secara tradisional, masyarakat Jepang lebih banyak memilih kremasi dibandingkan pemakaman secara konvensional. Hal ini dipengaruhi oleh ajaran Buddha yang telah lama dianut di Jepang serta keterbatasan lahan pemakaman.

Tradisi Pemakaman di Jepang
1. Kremasi sebagai Metode Utama
Sebagian besar orang Jepang memilih kremasi sebagai metode pemakaman utama. Setelah proses kremasi selesai, abu jenazah akan ditempatkan dalam guci dan disimpan di makam keluarga atau kuil Buddha. Tingginya angka kremasi ini juga didukung oleh kebijakan pemerintah yang mengutamakan efisiensi ruang dan sanitasi.
2. Upacara Otsuya dan Kokubetsu-shiki
- Otsuya merupakan upacara berjaga semalaman yang dilakukan sebelum prosesi pemakaman. Keluarga dan kerabat datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum.
- Kokubetsu-shiki adalah upacara pemakaman utama yang sering diadakan di kuil atau rumah duka. Upacara ini dipimpin oleh biksu Buddha yang membacakan sutra dan memberikan doa untuk arwah yang telah meninggal.

3. Penyimpanan Abu di Makam Keluarga
Setelah upacara pemakaman selesai, abu almarhum akan ditempatkan dalam sebuah guci dan disimpan di makam keluarga. Makam ini biasanya berada di kompleks pemakaman yang dikelola kuil atau pemerintah setempat.
4. Ritual Hōji (Peringatan Arwah)
Keluarga yang ditinggalkan akan mengadakan peringatan arwah secara berkala, seperti pada hari ke-49, tahun pertama, ketiga, ketujuh, hingga tahun ke-33 setelah kematian. Hal ini bertujuan untuk memastikan arwah yang telah meninggal mendapatkan ketenangan di alam baka.
Etiket Menghadiri Pemakaman di Jepang
Jika minasan menghadiri pemakaman di Jepang, ada beberapa etiket dan aturan yang perlu diperhatikan:
1. Pakaian yang Digunakan
Umumnya, pakaian serba hitam adalah standar untuk menghadiri pemakaman.
- Pria: Setelan hitam, dasi hitam, sepatu hitam.
- Wanita: Gaun atau setelan hitam yang sederhana, tanpa aksesori mencolok.
- Anak-anak: Jika memungkinkan, pakaian hitam atau warna gelap.

2. Ucapan Belasungkawa
Hindari mengucapkan frasa seperti “Omedetou gozaimasu” (selamat) atau “ganbatte” (semangat) karena dianggap tidak pantas.
Sebagai gantinya, gunakan frasa sopan seperti:
- ご愁傷様でございます (Goshūshō-sama de gozaimasu) – Saya turut berduka cita.
- お悔やみ申し上げます (Okuyami mōshiagemasu) – Saya mengucapkan belasungkawa saya.
3. Memberikan Uang Duka (Kouden – 香典)
Sumbangan belasungkawa adalah bentuk dukungan dan penghormatan kepada keluarga yang sedang berduka. Biasanya, tamu membawa uang duka dalam amplop khusus (koden-bukuro). Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyiapkan sumbangan belasungkawa:
A. Kisaran Jumlah untuk Sumbangan Belasungkawa
Jumlah sumbangan belasungkawa dapat bervariasi tergantung pada hubungan dengan almarhum atau keluarganya serta norma sosial setempat. Berikut kisaran umum:
- Kerabat dekat: Rp500.000 – Rp1.000.000 atau lebih
- Teman baik/rekan kerja dekat: Rp200.000 – Rp500.000
- Tetangga/rekan kerja biasa: Rp100.000 – Rp300.000
- Hubungan lebih jauh: Rp50.000 – Rp100.000
Jika acara dihadiri oleh kelompok atau organisasi, biasanya sumbangan dikumpulkan bersama untuk diserahkan dalam jumlah yang lebih besar atas nama kelompok.
B. Amplop yang Digunakan
- Gunakan amplop putih atau amplop polos dengan warna netral (seperti krem atau abu-abu) sebagai tanda kesopanan.
- Hindari warna mencolok atau amplop dengan motif yang terlalu ramai.
- Jika memungkinkan, tuliskan nama pemberi sumbangan di bagian luar amplop agar keluarga dapat mengetahui dan mengungkapkan terima kasih.
- Beberapa orang juga menambahkan pesan belasungkawa singkat di dalam amplop.

4. Mengikuti Ritual dengan Sopan
- Selama upacara, peserta biasanya memberikan penghormatan dengan membakar dupa (osenkō).
- Ambil dupa dengan tangan kanan, letakkan di tempat pembakaran, lalu berdoa sejenak sambil menundukkan kepala.
5. Makanan Setelah Upacara
- Setelah kremasi, biasanya ada waktu makan bersama keluarga dan kerabat.
- Jika minasan diundang, sebaiknya tetap tinggal sebentar sebagai tanda penghormatan.
Pengaruh Sistem Danka dalam Pemakaman Jepang Modern
Apa Itu Sistem Danka
Sistem Danka (檀家制度) adalah sistem hubungan antara kuil Buddha (Jiin, 寺院) dan keluarga pemeluk agama Buddha di Jepang. Sistem ini berkembang sejak periode Edo (1603–1868), di mana setiap keluarga diharuskan untuk menjadi patron atau pengikut tetap sebuah kuil tertentu (Danna-dera, 檀那寺). Sebagai imbalannya, kuil tersebut akan menangani berbagai upacara keagamaan, termasuk pemakaman dan peringatan arwah leluhur.
Pengaruh Sistem Danka dalam Pemakaman Jepang Modern
Meskipun Jepang telah mengalami sekularisasi yang pesat dan banyak orang tidak lagi terikat secara ketat dengan kuil tertentu, sistem Danka masih memiliki pengaruh dalam pemakaman modern, terutama dalam aspek berikut:
Peran Kuil dalam Pemakaman
- Kuil Buddha masih menjadi institusi utama dalam prosesi pemakaman tradisional di Jepang.
- Banyak keluarga masih mengandalkan kuil Danka mereka untuk menyediakan biksu yang memimpin ritual pemakaman dan memberikan nama anumerta (Kaimyō, 戒名) kepada almarhum.
Tradisi Upacara Peringatan (Hōji, 法事)
- Setelah pemakaman, keluarga sering melakukan upacara peringatan (Shijūkunichi, 七七日 atau peringatan 49 hari) yang dipimpin oleh kuil mereka.
- Upacara ini berlanjut dengan peringatan tahunan hingga tahun ke-33, tergantung pada tradisi keluarga.
Sistem Makam Keluarga (Bodaiji, 菩提寺)
- Banyak keluarga masih menggunakan tanah pemakaman kuil yang telah diwariskan turun-temurun.
- Ini membuat banyak orang tetap terikat dengan kuil tertentu meskipun mereka tidak aktif dalam kehidupan beragama sehari-hari.
Biaya dan Kewajiban Keuangan
- Keluarga Danka secara tradisional diharapkan memberikan donasi atau iuran ke kuil mereka, terutama dalam bentuk dana pemakaman (Ofuse, お布施) untuk upacara pemakaman dan peringatan.
- Biaya pemakaman Buddha bisa cukup tinggi, dan ini membuat beberapa keluarga memilih alternatif seperti kremasi sederhana tanpa upacara keagamaan.
Perubahan dalam Masyarakat Modern
Banyak keluarga muda atau individu di Jepang saat ini tidak lagi memiliki keterikatan dengan kuil dan memilih pemakaman yang lebih sederhana atau bahkan pemakaman tanpa agama (mushūkyō sōshiki, 無宗教葬式).
Sistem pemakaman modern seperti “sōsōbijinesu” (bisnis pemakaman komersial) kini banyak menawarkan layanan pemakaman tanpa keterlibatan kuil, sehingga mengurangi ketergantungan pada sistem Danka.

Perkembangan Modern dalam Pemakaman Jepang
1. Pemakaman Vertikal dan Kolumbarium
Karena keterbatasan lahan, banyak pemakaman modern di Jepang yang menggunakan sistem kolumbarium atau pemakaman vertikal, di mana abu jenazah disimpan dalam loker atau ruangan khusus di gedung pemakaman.
2. Pemakaman Ramah Lingkungan
Dalam beberapa tahun terakhir, muncul tren pemakaman ramah lingkungan seperti tree burial (penguburan dengan pohon sebagai penanda) dan penyebaran abu di laut atau gunung.
3. Teknologi dalam Pemakaman
Beberapa kuil dan rumah duka mulai menggunakan teknologi seperti pemakaman digital, di mana keluarga dapat mengunjungi makam virtual almarhum atau menggunakan layanan streaming untuk mengikuti upacara pemakaman secara online.
Pemakaman dalam Agama Lain di Jepang
Meskipun mayoritas pemakaman di Jepang mengikuti tradisi Buddha, ada beberapa variasi sesuai dengan agama yang dianut oleh mendiang.
1. Pemakaman Shinto
- Berbeda dari Buddha, pemakaman Shinto jarang dilakukan karena kematian dianggap “kegare” (najis).
- Jika ada, pemakaman dilakukan dengan upacara penyucian, dipimpin oleh seorang pendeta Shinto (Kannushi).
- Tidak menggunakan dupa, tetapi tamu biasanya berdoa dengan membungkuk dua kali dan bertepuk tangan satu kali tanpa suara.
2. Pemakaman Kristen
- Pemakaman Kristen di Jepang biasanya dilaksanakan di gereja, dengan doa dan nyanyian rohani.
- Tidak ada pembakaran dupa, tetapi bunga sering diberikan kepada keluarga yang berduka.
- Pakaian hitam tetap merupakan standar, tetapi beberapa pemakaman Katolik menggunakan pakaian yang lebih sederhana.

3. Pemakaman Muslim
- Meskipun jumlah Muslim di Jepang sedikit, pemakaman Islam tetap diadakan sesuai dengan syariat Islam.
- Jenazah tidak dikremasi, melainkan dikuburkan sesuai dengan aturan Islam.
- Biasanya dilakukan doa bersama (salat jenazah) sebelum penguburan.
Cara dan Makna Mendoakan Keselamatan Jiwa Orang yang Meninggal di Jepang
Di Jepang, mendoakan keselamatan jiwa orang yang meninggal adalah bagian penting dari budaya dan tradisi keagamaan, terutama dalam ajaran Buddha dan Shinto. Praktik ini bertujuan untuk memberikan penghormatan kepada arwah leluhur dan memastikan mereka mencapai kedamaian di alam baka.
1. Cara Mendoakan Keselamatan Jiwa Orang yang Meninggal
a. Upacara Pemakaman (Sōshiki, 葬式)
- Pemakaman di Jepang umumnya mengikuti tradisi Buddha, dipimpin oleh seorang biksu (obōsan, お坊さん) dari kuil keluarga.
- Dalam upacara ini, keluarga dan pelayat berdoa sambil menyalakan dupa (senkō, 線香) dan menyatukan kedua tangan dalam posisi berdoa (gasshō, 合掌).
- Nama anumerta (Kaimyō, 戒名) diberikan kepada almarhum oleh biksu untuk membantunya mencapai kedamaian di alam baka.

b. Upacara Peringatan (Hōji, 法事)
- Setelah kematian, berbagai upacara peringatan dilakukan, termasuk:
- Shijūkunichi (七七日): Peringatan 49 hari setelah kematian, dipercaya sebagai waktu di mana roh mencapai alam akhirat.
- Peringatan tahunan: Dilakukan pada tahun ke-1, ke-3, ke-7, ke-13, ke-33, dan ke-50, tergantung pada tradisi keluarga.
c. Kunjungan ke Makam (Ohakamairi, お墓参り)
Ohakamairi adalah tradisi mengunjungi makam leluhur untuk membersihkan batu nisan, menyalakan dupa, dan mempersembahkan bunga.
Biasanya dilakukan saat:
- Obon (お盆, pertengahan Agustus): Roh leluhur diyakini kembali ke dunia ini selama Obon, sehingga keluarga berkumpul untuk berdoa dan mempersembahkan makanan atau minuman favorit almarhum.
- Shunbun no Hi (春分の日, Hari Equinox Musim Semi) dan Shūbun no Hi (秋分の日, Hari Equinox Musim Gugur): Hari-hari ini digunakan untuk menghormati leluhur.

d. Persembahan Dupa dan Makanan
- Menyalakan dupa (senkō, 線香) dipercaya membantu roh menemukan jalan ke alam baka.
- Persembahan makanan, buah, atau sake sering diletakkan di altar rumah (butsudan, 仏壇) sebagai tanda penghormatan.
e. Doa dan Mantra Buddha
- Beberapa keluarga melafalkan sutra Buddha (Okyō, お経) seperti Sutra Hannya Shingyō (般若心経) yang dipercaya membawa kedamaian bagi jiwa yang telah tiada.
- Selain itu, pengulangan nama Buddha (Nembutsu, 念仏) seperti “Namu Amida Butsu” (南無阿弥陀仏) sering digunakan dalam sekte Jōdo-shū (浄土宗) untuk mendoakan keselamatan roh.

2. Makna Mendoakan Keselamatan Jiwa Orang yang Meninggal di Jepang
a. Menghormati Arwah Leluhur
- Tradisi ini mencerminkan rasa hormat dan bakti kepada leluhur (kansha, 感謝).
- Orang Jepang percaya bahwa leluhur tetap menjadi bagian dari keluarga dan perlu dihormati.
b. Membantu Roh Mencapai Kedamaian
- Dalam kepercayaan Buddha Jepang, roh yang belum mendapatkan doa bisa menjadi yūrei (幽霊, arwah gentayangan).
- Doa dan upacara peringatan membantu roh mencapai alam pencerahan (Gokuraku Jōdo, 極楽浄土) atau kehidupan berikutnya yang lebih baik.
c. Keterkaitan dengan Konsep Karma
- Kepercayaan bahwa perbuatan baik keluarga yang masih hidup dapat mempengaruhi roh almarhum.
- Melakukan hōji atau memberikan donasi ke kuil (ofuse, お布施) dianggap dapat memberikan kebajikan kepada roh yang telah tiada.
d. Simbol Ketenangan dan Kedamaian
- Ritual seperti menyalakan dupa atau mengunjungi makam memberikan ketenangan bagi keluarga yang ditinggalkan.
- Memberikan rasa penyelesaian emosional (kokoro no yasuragi, 心の安らぎ) bagi yang berduka.
Kesimpulan
Pemakaman di Jepang merupakan perpaduan antara tradisi dan inovasi modern. Meskipun kremasi tetap menjadi metode utama, perkembangan seperti pemakaman vertikal, kolumbarium, serta pemakaman ramah lingkungan semakin banyak digunakan.
Seiring dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat, tradisi pemakaman di Jepang akan terus berkembang tanpa menghilangkan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Yuk, terus semangat latihan dan jangan malu buat coba-coba berbagai contoh kalimat! Sampai ketemu lagi di materi seru berikutnya bareng Pandaikotoba. Oh iya, jangan lupa follow Instagram-nya juga ya, Minasan!
Belajar bahasa Jepang itu asyik banget, lho. がんばってね!!
