Culture,  Kisah,  News

Fenomena Isolasi Diri Ekstrim Jepang “Hikikomori” : 10 Tahun Tidak Keluar Rumah?!

Hikikomori
Photo By : Amanha.com

Hai mina san! Terhitung sejak artikel ini dibuat kita sudah bisa bersyukur karena bisa menghirup udara segar dan terbebas dari kewajiban menggunakan masker dikarenakan wabah covid yang pernah kita lalui.

Jika kita kilas balik apakah mina san masih ingat tentang isolasi mandiri yang pernah saudara saudari atau bahkan kita lakukan? Di Jepang sendiri ada fenomena sejenis yang sudah ada bahkan sebelum adanya wabah penyakit, fenomena tersebut bernama 引きこもり “dibaca : Hikikomori”.

Jika diterjemahkan fenomena diatas memiliki arti “orang yang menarik diri dari kehidupan bersosial” yaitu keadaan dimana seseorang tidak keluar rumah/kamar sama sekali.

Fenomena ini sebenarnya banyak dimulai oleh anak muda pada tahun 1990 dikarenakan terjadinya kesulitan ekonomi dan banyak dari mereka yang terhambat atau kesulitan meraih mimpi, dibandingkan merasa malu dan tertekan banyak dari pemuda yang melakukan “isolasi mandiri” ini.

Dr. Tamaki Saito adalah doktor psikiater yang mencetuskan istilah ini dari kata 引き yang berarti menarik dan こもり dari dalam (yang dimaksudkan adalah menutup diri dari dalam). Bahkan menurut survei yang dilakukan 内閣府 (dibaca : Naikakufu) yaitu Kantor Kabinet Jepang, sampai dengan tahun 2023 setidaknya ada 1,4 juta orang dengan kisaran umur 15 tahun sampai 64 tahun yang melakukan Hikikomori.

Sampai saat ini pemerintah Jepang juga berusaha menanggap fenomena sosial ini dengan serius dan mencoba menanggulanginya dengan berbagai macam cara.

Salah satunya seperti yang terdapat dalam situs resmi 厚生労働省 (dibaca : Kouseroodosyoo) atau kementrian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan memiliki 引きこもり 支援 ポータル サイト (dibaca : Hikikomori Shien Pootaru saito) yaitu portal dukungan pada “pengidap Hikikomori”.

Untuk lebih mengenal bagaimana atau seperti apa orang-orang yang melakukan fenomena sosial ini, Pandai Kotoba sudah mencoba mengumpulkan setidaknya 5 fakta mengenai fenomena menarik diri dari kehidupan bersoasialisasi ini, berikut rangkumannya.

Hikikomori : Orang Yang Mengurung Diri Dalam Kamarnya

image 1

5 Fakta Fenomena Hikikomori

1. Tidak Keluar Rumah Dalam Waktu Yang sangat Lama

Salah satu indikator utama dari pelaku fenomena ini adalah sama sekali tidak keluar rumah dan hanya menghabiskan waktunya untuk melakukan hal-hal yang dapat dilakukan di dalam kamar atau rumahnya saja.

Salah satu pelaku fenomena sosial yang dapat mina san cek informasinya adalah Nito Souji yang dapat mina san tonton video dokumenternya di bawah.

Dalam video dokumenter diperlihatkan kehidupan Nito yang benar-benar berada dalam satu kamar saja, seperti makan, olahraga, dan lain-lain.

Nito hanya keluar rumah untuk melakukan pangkas rambut sekitar dua bulan sekali dan dalam satu tahun sekali pengecekan kesehatan ke dokter. Untuk makanan dia melakukan layanan pesan antar yang menurutnya dirasa praktis.

2. Biaya Hidup Ditanggung Kerabat atau Keluarga

Karena banyak dari pelaku fenomena ini adalah orang-orang yang memang gagal dalam mencapai pekerjaan impian mereka, mereka lebih memilih tidak melakukan apa-apa bahkan untuk melakukan pekerjaan yang seharusnya digunakan untuk menghidupi kehidupan pribadi mereka.

Salah satu portal berita juga menceritakan seorang pria berumur 43 tahun yang memulai Hikikomori 20 tahun silam setelah lulus kuliah dan ditipu oleh kekasihnya. Pria yang tidak disebutkan namanya ini mendapatkan bantuan dana sehari-hari dari dana pensiun ibunya yang sekarang sudah berumur 80 tahun lebih.

Karena hal tersebut, banyak dari mereka yang tersadar dan akhirnya berusaha untuk keluar dari kondisi isolasi mandiri tersebut dan mulai bersosialisasi kembali demi mendapatkan pekerjaan.

3. Melakukan Pekerjaan Bebas “Freelance

Walaupun mayoritas tapi tidak semua dari “Pelaku Hikikomori” bergantung kepada kerabat atau keluarganya saja dalam hal kebutuhan mereka sehari-hari. Ada juga yang melakukan pekerjaan yang tak terikat dan hanya melakukannya dengan sistem remote sehingga mereka tidak perlu melakukan pekerjaan diluar dari kamar mereka.

Kembali kepada Nito yang walaupun kehidupannya disokong oleh bibinya, tetapi dia juga melakukan beberapa pekerjaan seperti membuat Doujin dan membuat Game secara pribadi sehingga mendapatkan pemasukan yang terbilang lumayan untuk bisa membantu kebutuhannya sehari-hari.

4. Memutus Hubungan Dengan Dunia Luar

Seperti yang sudah dikatakan pada awal artikel, banyak dari pelaku fenomena ini melakukan Hikikomori karena adanya rasa kecewa, malu dan hilangnya kepercayaan diri dari kehidupan bersosial sebelumnya karena Jepang masih memiliki budaya diri sendiri yang beberapa orang tidak ingin terlihat sangat berbeda atau sangat buruk di mata masyarakat.

Oleh karena itu memutus hubungan dengan kerabat, teman, atau rekan kerja adalah salah satu hal yang pasti akan dilakukan oleh pelaku Hikikomori.

Biasanya dalam sehari-hari mereka hanya akan berselancar di Internet untuk membaca berita, menikmati hiburan, atau bahkan bermain game. Tidak menutup kemungkinan mereka juga belajar kemampuan-kemampuan baru seperti belajar bahasa lain ataupun keterampilan lain yang sesuai dengan keinginan mereka.

5. Merasa Tertekan Karena Harapan Orang-Orang

Salah satu organisasi Non-Profit berlokasi di Tokyo bernama New Start yang berfokus untuk membantu pelaku Hikikomori dan NEET untuk bisa kembali hidup seperti sedia kala menyebutkan, bahwa banyak dari pelaku Hikikomori yang merasa gagal dan tertekan karena tidak dapat memenuhi harapan orang tua atau bahkan orang yang disayanginya.

Tekanan ini membuat para pelaku Hikikomori merasa tidak aman dan takut untuk berusaha agar seragam dengan orang lain karena faktanya masyarakat Jepang masih menganggap keseragaman dan tampilan reputasi masih menjadi hal yang dijunjung tinggi bagi beberapa orang.


Itulah mina san hal-hal mengenai Hikikomori yang sudah Pandai Kotoba coba rangkum dan perkenalkan ke mina san.

Secara garis besar sebenarnya fenomena sosial ini terjadi karena trauma masa lalu yang terjadi dan Hikikomori menjadi cara yang dirasa efektif bagi para pelaku untuk mengobati luka masa lalu tersebut.

Sampai saat ini banyak kasus dari para pelaku yang akhirnya sadar bahwa kondisi tersebut tidak baik dan mulai membuka diri kembali, walaupun akhirnya mereka kesulitan dalam memulai komunikasi dengan banyak orang.

Berkat adanya berbagai macam program dukungan untuk pelaku Hikikomori, semoga fenomena sosiasl ini bisa diatasi dan bagi para pelaku dapat menghilangkan traumanya sehingga dapat kembali hidup normal ya mina san.

Sebelum kita mengakhiri artikel ini yuk kita review kotoba atau kosakata baru yang ada di artikel ini yuk mina san!

  • 引きこもり (Hikikomori) = Fenomena Menarik diri dari masyarakat
  • 引き (Hiki) = Menarik
  • こもり (Komori) = Mengurung diri (dari kata 篭る/Komoru)
  • 内閣府 (Naikakufu) = Kantor Kabinet
  • 厚生労働省 (Kouseroodosyoo) = kementrian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan
  • 支援 (Shien) = Dukungan
  • ポータル サイト (Pootaru saito) = Situs Portal

Semoga artikel tentang Hikikomori kali ini bisa menjadi pengetahuan baru dan bermanfaat untuk mina san ya, saran Pandai Kotoba jangan sampai mina san terjerumus menjadi seorang Hikikomori ya hehehe, sampai berjumpa di artikel berikutnya mina san! mata ne!

Bagi mina san yang ingin melihat Hikikomori dalam drama Jepang bisa coba baca artikel berikut disini ya! : Kochira Desu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *