Culture

Bangkitnya Jepang Pasca Perang Dunia

Ketekunan Jepang yang paling mengejutkan adalah bangkitnya mereka pasca Perang Dunia II.

Jepang menjadi rata dengan tanah setelah kalah dalam Perang Dunia II. Seluruh negeri hancur dan kegiatan perekonomian menjadi kacau balau. Jepang membangun kembali semuanya dari nol.

Jepang hanya mempunyai daratan yang sempit dan sumber daya alam yang tidak sebaik Indonesia. Yang mereka miliki hanyalah ketekunan, keuletan, dan kejujuran penduduknya. Dengan kata lain, sumber daya manusia yang mumpuni.

Ketekunan penduduk Jepang dibuktikan dengan cepatnya pembangunan ekonomi pasca perang. Pada tahun 1968, bertepatan dengan pembubaran Jerman Barat, pendapatan bruto per kapita Jepang mencapai dua kali lipat.

Dari tahun 1955 sampai 1973, tingkat rata-rata pertumbuhan ekonomi per tahunnya mencapai lebih dari 10 persen. Fenomena pertumbuhan ekonomi Jepang ini digadang-gadang sebagai “keajaiban”.

Yang berperan penting dalam bangkitnya pertumbuhan ekonomi Jepang pasca perang tersebut terutama adalah para pekerja pria, yang bekerja kera untuk perusahaan di mana mereka bekerja.

Tetapi tentu saja peran kaum perempuan juga tidak boleh dipandang sebelah mata. Merekalah yang bertanggung jawab mengurus rumah tangga sementara kaum pria bekerja keras sampai pulang larut malam.

Pada periode pertumbuhan ekonomi Jepang yang pesat tersebut, pasangan suami istri pekerja tidak terlalu banyak.

Suami-Istri Pekerja

Pada umumnya, setelah menikah, wanita berperan penuh sebagai istri yang mengurus anak, termasuk berperan penting dalam pendidikan dan pendisiplinan anak. Pembangunan Jepang disangga oleh pembagian peran kaum pria dan wanita seperti yang telah dipaparkan di atas.

Beberapa tahun terakhir, di Jepang terjadi peningkatan pada kasus wanita yang kembali bekerja setelah menikah. Jika melihat data dari pemerintah Jepang, di tahun 1980, ada 11,14 juta rumah tangga yang hanya suaminya saja yang bekerja, sedangkan ada peningkatan luar biasa untuk rumah tangga yang suami-istri sama-sama bekerja, yakni menjadi 6,14 juta rumah tangga.

Perbedaan jumlah tersebut terus mengecil. Di tahuan 1992, jumlah rumah tangga yang suami dan istrinya sama-sama bekerja malah meningkat. Pada tahun 2010, terdapat 7,97 juta rumah tangga dengan suami pekerja dan istri ibu rumah tangga.

Sedangkan ada peningkatan luar biasa untuk rumah tangga yang suami-istrinya sama-sama bekerja, yakni menjadi 10,12 juta rumah tangga. Jumlah tersebut menunjukkan perubahan besar yang terjadi pada masyarakat Jepang.

Baca artikel tentang Budaya Jepang lainnya hanya di Pandai Kotoba!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *