Amazake, Minuman Tradisional Jepang yang Kaya Khasiat
Hai Minasan~! Di tengah keramaian kehidupan modern, Jepang tetap teguh memelihara cara pandang tradisionalnya. Salah satu harta karun yang mulai dilirik kembali oleh dunia adalah Amazake. Bukan minuman yang biasa, amazake adalah perwujudan kebijaksanaan leluhur. Fermentasi ajaib yang menawarkan kenikmatan manis alami sekaligus segudang manfaat bagi kesehatan.
Amazake hadir dalam suasana perayaan tahun baru, menghangatkan tubuh di musim dingin, dan menjadi teman setia di festival-festival musim panas. Pandai Kotoba pada artikel kali ini akan membahas minuman tradisional amazake yang kaya khasiat mulai dari definisinya, terbuat dari apa, siapa saja yang boleh meminumnya, hingga asal-usulnya bagaimana. Yuk, kita simak di bawah ini.

delishkitchen.tv
Amazake, Minuman Tradisional Jepang yang Kaya Khasiat
A. Apa Itu Amazake?
Sekilas, nama “amazake” (甘酒) terlihat sederhana. Namun, di balik dua karakter kanji itu tersembunyi sebuah paradoks, sejarah yang panjang, dan kompleksitas rasa yang mengejutkan. Memahami amazake sepenuhnya berarti menjelajahi lebih dari sekadar definisi kamus.
1. Dekonstruksi Nama: “Sake Manis” yang (Biasanya) Bukan Sake
Mari kita urai namanya yang terdapat dua kata, yaitu “ama” (甘) yang berarti “manis”. Namun, dalam konteks kuliner Jepang, “ama” sering mencakup lebih dari sekadar rasa gula. Ia bisa merujuk pada rasa yang umai (lezat) dan menyenangkan secara keseluruhan, sebuah kenikmatan yang mendalam dan alami, bukan manis yang klise.
Sedangkan “sake” (酒) ini yang sumber kebingungan utama. Dalam bahasa Jepang modern, “sake” paling sering merujuk pada minuman beralkohol hasil fermentasi beras yang dikenal di Barat sebagai Nihonshu. Namun, makna asli “sake” sebenarnya lebih luas, mencakup segala jenis minuman yang difermentasi atau minuman beralkohol pada umumnya.

flickr.com
Jadi, Amazake secara harfiah berarti “minuman fermentasi manis”. Istilah ini membedakannya dari “karakuchi” (辛口) yang berarti “kering” atau “tidak manis”, yang digunakan untuk menggambarkan sake beralkohol. Paradoksnya, sekitar 90% amazake yang dikonsumsi sehari-hari di Jepang khususnya jenis yang dibuat dengan koji adalah non-alkoholik. “Sake” hanya dalam arti proses fermentasinya, bukan dalam kandungan alkoholnya.
Ini membuat amazake menjadi sebuah kategori unik berupa minuman fermentasi kompleks layaknya anggur atau bir, tapi ditujukan untuk dinikmati semua orang, kapan saja, di mana saja, tanpa efek memabukkan.
2. Deskripsi Sensori, Seperti Apa Rasanya?
Untuk membayangkan amazake, Minasan harus melampaui ide “minuman” biasa. Konsistensinya lebih mirip bubur yang sangat halus, smoothie kental, atau bahkan saus custard. Tekstur kental ini berasal dari pati beras yang dipecah secara enzimatis tetapi tidak disaring.
Rasanya adalah yang pertama, manis alami yang kompleks. Bukan manisnya gula pasir yang datar, tapi manis yang bulat, mendalam, dan sedikit seperti malty, hasil dari pemecahan pati menjadi glukosa dan maltosa. Rasanya seperti rasa alami beras yang dimanifestasikan dalam bentuknya yang paling murni dan terkonsentrasi.
Yang kedua, asam Lembut (acidity). Terdapat nuansa asam laktat yang sangat halus di belakang rasa manisnya, memberikan keseimbangan dan kesegaran, mencegahnya menjadi terlalu cloying atau membosankan. Yang ketiga, umami yang mendalam. rasa inilah khasnya. Berkat kerja enzim dari koji, asam amino seperti glutamat dilepaskan, memberikan rasa gurih, creamy, dan memuaskan yang melekat di lidah. Rasa umami inilah yang membuat amazake terasa “berisi” dan nutritif.
Sedangkan, dari aromanya harum, menggugah selera, sering digambarkan seperti aroma ragi yang segar, sedikit seperti buah-buahan matang, dan hangat—mirip dengan aroma roti yang baru dipanggang atau malt. Secara keseluruhan, profil rasanya sangat mirip dengan horchata atau orgeat tetapi dengan lapisan umami dan kompleksitas fermentasi yang tidak dimiliki kedua minuman itu.
3. Status Budaya
Amazake bukan minuman komersial biasa seperti soda atau jus. Minuman ini membawa alat budaya yang signifikan. Ia adalah minuman yang awalnya dari rakyat dan elite. Pada zaman Edo, minuman ini adalah energi bagi rakyat jelata, tapi juga hadir dalam upacara-upacara istana sebagai persembahan.
Minuman ini diminum untuk tujuan kesehatan yang sangat praktis, tapi juga menjadi bagian dari perayaan tahun baru dan festival musim panas. Minuman ini juga menjadi ikon washoku atau makanan tradisional Jepang yang telah diadopsi oleh gerakan kesehatan modern dan kafe-kafe trendy.

matcha-jp.com
Amazake disebut sebagai “Minuman Drip Infus” atau 点滴飲料 (tenteki inryou) bukan tanpa alasan. Julukan ini menempatkannya selain sebagai minuman pelepas dahaga biasa, tapi juga sebagai suplemen makanan cair, sebuah “makanan penyembuh” yang diberikan melalui mulut. Ini mencerminkan keyakinan budaya Jepang bahwa makanan dan obat-obatan berasal dari sumber yang sama atau 医食同源 (ishoku dougen).
4. Perbandingan dengan Minuman Lain
Untuk memperjelas posisi unik amazake, ayo kita bandingkan amazake dengan minuman lainnya dalam tabel berikut di bawah ini:
Fitur | Amazake (Koji) | Sake (Nihonshu) | Jus atau Smoothie |
---|---|---|---|
Alkohol | 0% (Non-alkohol) | 15-20% | 0% |
Rasa Manis | Manis alami dari fermentasi | Kering hingga semi-manis | Manis dari gula buah atau tambahan |
Rasa Dominan | Manis, Umami, sedikit Asam | Alkohol, Asam, Umami | Manis, Asam (buah) |
Proses | Fermentasi Enzimatis | Fermentasi Enzimatis & Alkoholik | Pengepresan/Pemblenderan |
Tujuan | Kesehatan, Energi, Tradisi | Rekreasi, Sosial, Upacara | Pelepas dahaga, Kenikmatan |
B. Terbuat dari Apa Amazake Itu?
Pembuatan amazake adalah bentuk seni mikrobiologis yang elegan. Rahasia keunikan rasanya terletak pada pemilihan bahan dan metode fermentasinya. Secara fundamental, terdapat dua jalur pembuatan yang berbeda, masing-masing menghasilkan karakter, rasa, dan kandungan yang berlainan. Memahami perbedaan ini sangat penting, terutama bagi mereka yang menghindari alkohol. Berikut di bawah ini penjelasan lebih lengkapnya ya.
1. Amazake dari Koji atau 麹甘酒 (Kouji Amazake): Si Manis Alami Non-Alkohol
Ini adalah metode yang paling tradisional, paling sehat, dan yang benar-benar bebas alkohol. Proses ini tidak melibatkan fermentasi alkohol sama sekali, melainkan fermentasi enzimatis.
Bahan-bahannya berikut ini:
- Beras biasanya nasi Jepang (japonica) yang dikukus. Pati dalam nasi adalah bahan baku utama yang akan diubah menjadi gula.
- Koji Kin (麹菌) atau nama ilmiahnya Aspergillus oryzae adalah sejenis kapang atau jamur yang telah dibudidayakan dan dipelihara dengan hati-hati oleh orang Jepang selama berabad-abad. Koji kin dijual dalam bentuk butiran (rice koji) di mana jamur telah ditumbuhkan pada butiran nasi kukus, memberikannya penampakan seperti nasi yang ditabuhi bubuk putih.

sciencemeetsfood.org
Proses pembuatan yang detailnya seperti:
1. Pengukusan Beras.
Beras dicuci, direndam, dan kemudian dikukus, bukan direbus. Pengukusan membuat pati dalam beras lebih mudah diakses oleh enzim.
2. Pendinginan.
Nasi kukus didinginkan hingga mencapai suhu yang sangat spesifik, biasanya sekitar 58-62°C. Pengontrolan suhu adalah kunci kesuksesan mutlak. Suhu ini cukup hangat untuk mengaktifkan enzim dalam koji, tapi tidak terlalu panas yang akan membunuhnya.
3. Pencampuran dengan Koji.
Rice koji dicampurkan secara merata ke dalam nasi kukus yang telah didinginkan. Campuran ini sering ditambahkan air dengan perbandingan sekitar 1:1 dengan nasi untuk menciptakan konsistensi seperti bubur.
4. Fermentasi Enzimatis atau 糖化 (touka).
Campuran kemudian ditempatkan dalam panci atau rice cooker yang diatur pada mode “keep warm” atau dalam yutanpo (botol air panas tradisional) yang dibungkus selimut untuk mempertahankan suhu sekitar 60°C selama 6 hingga 12 jam. Dalam periode ini, keajaiban terjadi kapang koji menghasilkan enzim-enzim kuat, terutama amylase.
Enzim amylase ini bekerja seperti gunting molekuler, memotong-motong rantai panjang pati (polisakarida) dalam nasi menjadi molekul gula sederhana seperti glukosa dan maltosa. Proses ini disebut sakarifikasi. Inilah sumber rasa manis alami yang mendalam pada amazake. Tidak ada gula tambahan dan semua manisnya berasal dari pati beras itu sendiri.
5. Penghentian Proses
Setelah 8-10 jam, campuran akan menjadi sangat manis dan kental. Proses dihentikan dengan memanaskan campuran hingga suhu tinggi (merebusnya) untuk menonaktifkan enzim, atau dengan mendinginkannya secara cepat untuk dikonsumsi segera.
Pada karakteristik akhirnya, yaitu meliputi rasanya manis murni, bersih, dan kompleks dengan aroma koji yang harum dan nuance umami. Lalu, kandungan alkoholnya 0%. Sepenuhnya aman untuk anak-anak, ibu hamil, dan siapa pun yang menghindari alkohol. Untuk kandungan nutrisinya sangat kaya. Proses ini menghasilkan vitamin B kompleks (B1, B2, B6, asam folat, biotin), asam amino, dan oligosakarida yang berfungsi sebagai prebiotik.
2. Amazake dari Sake Lees atau 酒粕甘酒 (Sakekasu Amazake): Si Kaya Rasa dengan Jejak Alkohol
Jenis ini adalah produk sampingan yang genius dari industri pembuatan sake. Ia memanfaatkan sake kasu (酒粕) yang merupakan ampas padat yang tersisa setelah moromi (adonan fermentasi sake) dipres dan sarinya diambil untuk menjadi sake.
Bahan-Bahannya berikut ini:
- Sake kasu (酒粕) yaitu ampasan ini masih mengandung pati yang tidak terfermentasi, protein, serat, serta ragi (yeast) dan sejumlah kecil alkohol yang tersisa. Teksturnya padat seperti dempul dan memiliki aroma sake yang kuat.
- Air
- Gula ditambahkan biasanya dalam jumlah yang signifikan karena pati dalam sake kasu sudah banyak yang terkonsumsi selama fermentasi sake, sehingga rasa manis alaminya jauh lebih rendah dibandingkan amazake koji.

e-hakutsuru.com
Proses Pembuatan yang Detail seperti:
1. Melunakkan Sake Kasu.
Sake kasu yang padat dihancurkan atau diiris-iris untuk memudahkan pelarutan.
2. Perebusan
Sake kasu, air, dan gula dimasukkan ke dalam panci dan dipanaskan dengan api kecil sambil diaduk terus-menerus. Tujuannya adalah untuk melarutkan sake kasu sepenuhnya ke dalam air dan melarutkan gula. Yang terpenting adalah campuran tidak boleh direbus hingga mendidih keras karena dapat merusak rasa dan aromanya.
3. Penyaringan (Opsional).
Terkadang campuran yang telah matang disaring untuk menghilangkan bagian yang terlalu kasar, menghasilkan tekstur yang lebih halus.
Pada karakteristik akhirnya, yaitu meliputi rasanya lebih kuat, lebih kompleks, dan lebih “dewasa” dengan aroma sake yang jelas dan aftertaste yang sedikit pahit (koku). Rasa manisnya berasal dari gula tambahan, bukan dari konversi pati. Kandungan alkohol biasanya <1% – 2%, tapi bisa lebih tinggi. Kadarnya bervariasi tergantung pada jenis sake kasu yang digunakan. Yang versi ini tidak dianggap non-alkohol dan harus dihindari oleh anak-anak, ibu hamil, dan yang tidak mengonsumsi alkohol.
Untuk kandungan Nutrisi juga sama-sama bergizi, kaya akan serat dan sisa-sisa nutrisi dari proses pembuatan sake, tapi kadar vitamin B-nya umumnya lebih rendah daripada amazake koji karena ragi sake telah mengonsumsi banyak nutrisi tersebut selama fermentasi alkohol.
Berikut adalah tabel Perbandingan antara koji amazake dan sake kasu amazake:
Aspek | Amazake Koji (麹甘酒) | Amazake Sake Kasu (酒粕甘酒) |
---|---|---|
Bahan Dasar | Nasi + Koji Kin (Aspergillus oryzae) | Sake Kasu (ampas sake) + Air + Gula |
Proses Utama | Fermentasi Enzimatis (Sakarifikasi) pada 60°C | Peleburan dan Pemanasan |
Sumber Rasa Manis | Alami dari pemecahan pati menjadi gula | Ditambahkan (gula) dan sisa gula dari kasu |
Kandungan Alkohol | 0% (Non-alkohol) | <1% – 2% (Mengandung alkohol) |
Profil Rasa | Manis alami, bersih, harum, ber-umami | Kuat, seperti sake, sedikit pahit, kompleks |
Konsumen | Semua usia (anak-anak, ibu hamil, dll.) | Dewasa (yang tidak masalah dengan alkohol) |
Konteks | Minuman kesehatan, energi, pengganti makan | Minangan musim dingin, penghangat tubuh, bahan masak |
C. Siapa yang Boleh Meminum Amazake?
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, amazake khususnya jenis koji sering dijuluki sebagai “minuman untuk semua usia”. Julukan ini cerminan dari sifat alaminya yang aman, bergizi, dan mudah dicerna. Namun, seperti halnya banyak makanan dan minuman, selalu ada pertimbangan khusus untuk kelompok tertentu. Berikut di bawah ini penjelasan secara detailnya ya.
1. Kelompok yang Dapat Menikmati Amazake dengan Aman dan Manfaat Maksimal:
a) Bayi dan Balita (Mulai MPASI)
Untuk alasan alasan keamanan, Amazake koji yang dipasteurisasi (dipanaskan untuk menghentikan fermentasi) memiliki tekstur yang sangat halus, lembut, dan bebas dari alkohol. Ini membuatnya sangat cocok untuk diperkenalkan sebagai bagian dari Menu Makanan Pendamping ASI (MPASI) setelah bayi berusia di atas 6 bulan.
Manfaat nutrisi adalah sumber energi yang mudah dicerna, berkat gula sederhana (glukosa) yang langsung dapat digunakan oleh tubuh untuk aktivitas dan tumbuh kembang. Lalu, kaya akan vitamin B kompleks, yang penting untuk perkembangan sistem saraf, kesehatan kulit, dan metabolisme energi. Selain itu, mengandung enzim pencernaan dan bakteri baik yang dapat membantu memperkuat mikrobiota usus si kecil.
Cara Penyajiannya adalah selalu pilih amazake koji murni tanpa tambahan gula atau perasa. Encerkan dengan air matang (dengan perbandingan 1:1 atau lebih encer) dan hangatkan hingga suhu yang nyaman. Dapat dicampurkan ke dalam bubur puree buah atau sayuran. Yang terpenting adalah Selalu konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter anak sebelum memperkenalkan makanan baru.
b) Anak-Anak dan Remaja
Sebagai minuman non-alkohol dan non-kafein, amazake adalah pilihan yang jauh lebih aman dan sehat dibandingkan minuman ringan kemasan, soda, atau minuman energi yang banyak dikonsumsi anak-anak.

shonai-nippo.co.jp
Manfaat nutrisi, yaitu di antaranya alternatif camilan sehat. Rasa manis alaminya sangat disukai anak-anak, memuaskan keinginan mereka akan gula tanpa menyebabkan “sugar rush” yang drastis berkat pelepasan energi yang lebih stabil. Lalu, terdapat juga nutrisi untuk pertumbuhan dan belajar. Vitamin B kompleks dan asam amino esensial mendukung konsentrasi, fungsi otak, dan pertumbuhan fisik yang pesat pada masa remaja. Selain itu, menjadi prebiotik untuk kekebalan tubuh. Kesehatan usus yang didukung oleh oligosakarida dalam amazake berkorelasi langsung dengan sistem imun yang kuat, mengurangi risiko anak mudah sakit.
c) Dewasa Sehat dan Pecinta Gaya Hidup Sehat
Untuk orang dewasa tanpa kondisi medis tertentu, amazake aman dikonsumsi kapan saja. Manfaat nutrisi di antaranya adalah minuman pemulihan olahraga. kandungan glukosa cepat dan elektrolit alami menjadikannya minuman isotonik alami yang sempurna untuk memulihkan energi dan hidrasi setelah berolahraga.
Kemudian, bisa juga dijadikan pengganti makan atau camilan. Secangkir amazake dapat memberikan rasa kenyang dan energi yang tahan lama, cocok untuk mereka yang sedang mengontrol berat badan atau membutuhkan asupan nutrisi yang padat namun cepat. Selain itu, bisa juga dijadikan Minuman Kecantikan atau bihada. Biotin dan vitamin B lainnya dalam amazake dikenal sebagai nutrisi penting untuk kesehatan kulit, rambut, dan kuku, mendukung penampilan dari dalam.
d) Ibu Hamil dan Menyusui (Dengan Catatan Penting!)
Ibu hamil dan menyusui hanya boleh mengonsumsi Amazake Koji (non-alkohol). Mereka harus menghindari secara ketat Amazake Sake Kasu karena kandungan alkoholnya, sekecil apapun, berisiko bagi janin dan bayi yang disusui. Manfaat nutrisinya adalah sebagai sumber energi dan mual. Rasa manis dan asamnya yang lembut sering kali dapat membantu meredakan mual di pagi hari (morning sickness). Energi yang mudah dicerna juga vital bagi ibu yang cepat lelah.
Kemudian, ada asam folat alami. Amazake kaya akan asam folat, nutrisi yang sangat kritikal untuk mencegah cacat tabung saraf pada janin di trimester pertama. Selain itu, kandungan nutrisinya yang padat dan cairannya membantu dalam produksi dan kualitas ASI.
e) Lansia
Teksturnya yang kental dan lembut membuatnya mudah ditelan (easy to swallow) bagi lansia yang mungkin mengalami kesulitan mengunyah atau menelan makanan padat. Manfaat nutrisi yang didapat adalah nutrisi yang mudah diserap. Tubuh lansia sering kali mengalami penurunan efisiensi penyerapan nutrisi. Gula sederhana, peptida, dan vitamin dalam amazake sangat mudah diserap dan langsung dimanfaatkan oleh tubuh.

supercourt.jp
Kemudian, untuk kesehatan pencernaan. Prebiotik dan enzimnya membantu melancarkan pencernaan dan mengatasi masalah konstipasi yang umum dialami lansia. Selain itu, bisa jadi penjaga energi. Sebagai sumber energi cepat yang tidak membebani sistem pencernaan, amazake cocok untuk dikonsumsi di pagi hari atau sebagai selingan.
2. Kelompok yang Perlu Berhati-hati atau Menghindari:
a) Penderita Diabetes Mellitus
Meskipun manisnya alami, amazake koji tetap memiliki indeks glikemik (IG) yang cukup tinggi karena kandungan glukosa dan maltosa yang merupakan karbohidrat sederhana. Ini dapat menyebabkan peningkatan gula darah secara signifikan jika dikonsumsi dalam jumlah yang tidak terkontrol.
Maka dari itu, bukan berarti penderita penyakit ini tidak boleh sama sekali, tapi konsumsinya harus sangat dibatasi, dihitung sebagai bagian dari total asupan karbohidrat harian, dan dikonsultasikan dengan dokter atau ahli gizi. Mengonsumsi dalam porsi kecil (50-100 ml) yang diencerkan mungkin dapat ditoleransi oleh sebagian orang.
b) Orang dengan Kondisi Medis Tertentu yang Membatasi Gula
Individu yang menjalani diet khusus untuk mengelola kondisi seperti PCOS, resistensi insulin, atau obesitas perlu menyadari kandungan gula alami yang tinggi dalam amazake. Oleh karena itu, perhatikan porsi dan frekuensi konsumsi. Alternatifnya adalah menggunakan amazake sebagai pemanis alami pengganti gula dalam resep, sehingga total konsumsinya lebih sedikit.
c) Orang dengan Alergi atau Intoleransi Terhadap Bahan Dasarnya
Amazake terbuat dari beras dan koji (jamur) yang pada kasus yang sangat langka dapat memicu reaksi pada individu yang memiliki alergi terhadap jamur atau produk fermentasi. Oleh karena itu, selalu baca label kemasan dengan cermat untuk memastikan tidak ada bahan tambahan yang dapat memicu alergi.
D. Mengapa Orang Jepang Meminum Amazake? Bagian dari Ritual dan Kesehatan
Orang Jepang meminum amazake tidak hanya karena rasanya yang enak. Setiap tegukan adalah sebuah tindakan yang penuh makna dari interaksi yang mencerminkan keyakinan budaya yang dalam tentang hubungan antara makanan, tubuh, musim, dan spiritualitas. Alasannya berlapis-lapis, seperti lapisan umami dalam minuman itu sendiri. Yuk, kita simak lagi di bawah ini.
1. Sebagai Eliksir Kesehatan dan Kecantikan Alami atau 薬酒 (Kusurizake)
Ini adalah alasan paling fundamental dan semakin populer di era modern. Orang Jepang memandang amazake sebagai “functional food” alami, jauh sebelum istilah itu menjadi tren. Sejak zaman Edo, amazake dikenal sebagai shiru yoku (汁欲) atau “pengganti makanan berkuah” bagi para pedagang dan pekerja. Kandungan glukosa dan maltosa yang sederhana menyediakan energi yang cepat diserap dan langsung, sementara karbohidrat kompleks yang tersisa dan nutrisi lainnya memberikan pelepasan energi yang berkelanjutan. Ini menjadikannya minuman sarapan yang sempurna atau pemulih energi di sore hari tanpa menyebabkan “sugar crash“.

jfc.com
Kesehatan pencernaan adalah kunci. Dalam pengobatan tradisional Jepang (serta Timur), usus yang sehat dianggap sebagai pusat dari seluruh kesejahteraan tubuh. Amazake kaya akan:
- Enzim Pencernaan dari koji yang membantu memecah makanan dan menyerap nutrisi.
- Oligosakarida berfungsi sebagai prebiotik, yaitu makanan bagi bakteri baik (probiotik) dalam usus besar. Dengan memberi makan bakteri baik, amazake membantu menyeimbangkan mikrobiota usus, yang terkait langsung dengan imunitas, sintesis vitamin, dan bahkan kesehatan mental.
- Serat pangan dapat membantu kelancaran pencernaan.
Kandungan Vitamin B Kompleks pada minuman ini juga luar biasa. Proses fermentasi oleh koji secara dramatis meningkatkan kandungan vitamin B. Vitamin B2 (Riboflavin) dan B6 (Pyridoxine) penting untuk kesehatan kulit dan selaput lendir, sehingga menjadikan amazake “minuman kecantikan”. Biotin mencegah kerontokan rambut dan dermatitis. Asam folat sangat penting untuk pembelahan sel dan kesehatan reproduksi.
Minuman minuman ini juga bisa menjadi detoks alami. Amazake membantu menghidrasi dan memasok elektrolit alami. Vitamin B kompleks, terutama B1, memainkan peran penting dalam metabolisme alkohol dan lemak, menjadikannya minuman pemulihan yang populer setelah minum alkohol, sehingga sering dijuluki yawaragi no mizu (水を和らげる) yang artinya “air yang meredakan”.
2. Sebagai Penanda Musim dan Penyeimbang Iklim
Amazake adalah minuman yang sangat musiman dan orang Jepang menghargainya dalam dua konteks iklim yang berlawanan. Pada musim dingin dijadikan penghangat jiwa dan tubuh. Di warung-warung jalanan seperti yatai yang muncul selama bulan-bulan terdingin, amazake panas disajikan dalam cangkir keramik tebal. Uapnya yang harum dan rasa manisnya yang menghangatkan memberikan kehangatan dari dalam yang menenangkan melawan hawa dingin.
Ritual menikmati amazake panas setelah bermain salju atau mandi di onsen atau pemandian air panas adalah kenikmatan hidup yang sederhana tapi mendalam. Ia berfungsi sebagai hojou (補償) atau “penyeimbang” terhadap dinginnya unsur yin di musim dingin.
Sedangkan, pada musim panas minuman ini sebagai pengembali energi dan pencegah heatstroke. Ini mungkin tampak kontra-intuitif bagi budaya lain, tapi minuman panas/hangat justru dikonsumsi di musim panas di banyak budaya Asia untuk mengatur suhu internal tubuh. Di festival musim panas (natsu matsuri), amazake dingin justru lebih umum.
Orang Jepang percaya bahwa kelelahan akibat panas (netsubyou) disebabkan oleh hilangnya energi dan keringat. Gula alami dalam amazake dengan cepat mengisi kembali energi yang hilang, sementara vitamin B membantu mengembalikan vitalitas. Minuman ini juga dikenal sebagai shochuu yobou (暑中予防) atau “pencegah heatstroke“. Ini adalah praktik 医食同源 (ishoku dougen) dalam tindakan yang menggunakan makanan sebagai obat untuk menangkal kondisi eksternal.
3. Sebagai Bagian dari Ritual dan Tradisi
Amazake telah terintegrasi dalam kain spiritual dan budaya Jepang selama berabad-abad. Berikut beberapa ritualnya:
a) Tahun Baru (Shougatsu)
Pada malam tahun baru (oomisoka) atau selama perayaan, amazake sering disajikan. Ia disebut sebagai oso-zake atau toso, meskipun toso tradisional mengandung herbal tertentu. Rasa manisnya melambangkan harapan untuk tahun baru yang “manis” dan berbahagia.

ama-sake.com
b) Ritual Shinto
Dalam beberapa kuil, amazake dipersembahkan kepada Kami (dewa) dan kemudian didistribusikan kepada jemaat sebagai omiki (persembahan suci yang diberkati) untuk diminum, membawa keberkahan dan kesehatan.
c) Festival dan Perayaan
Kehadiran amazake dalam festival, baik musim panas maupun dingin capat menghubungkan orang modern dengan nenek moyang mereka. Ini adalah rasa tradisi yang hidup dan benang merah yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.
4. Sebagai Bahan Masakan Serbaguna dan Pemanis Alami
Di luar sebagai minuman, amazake adalah “rahasia dapur” orang Jepang yang peduli kesehatan. Yang pertama, pengganti gula rafinasi. Amazake koji digunakan untuk mempermanis segala sesuatu mulai dari kue, puding, es krim, hingga saus salad. Rasa manisnya yang kompleks dan bulat dianggap lebih unggul daripada gula putih.
Yang kedua, penambah Umami dan creaminess. Rasa umami alaminya dan tekstur kentalnya membuatnya menjadi bahan dasar yang bagus untuk saus, marinade daging (melunakkan dan memberi rasa), sup krim, dan smoothie, menambah kedalaman rasa dan tubuh tanpa perlu tambahan MSG atau krim yang berat.
E. Bagaimana Asal-Usul dari Amazake?
Asal-usul amazake tidak dapat dipisahkan dari sejarah fermentasi itu sendiri di Jepang. Jejaknya adalah jejak perkembangan peradaban Jepang, dari teknik primitif yang dipuja para dewa hingga menjadi komoditas sehari-hari bagi rakyat jelata. Setiap tahap dalam perjalanannya meninggalkan bekas yang masih dapat kita rasakan hingga hari ini. Yuk, kita simak lagi di bawah ini.
1. Akar Purba: “Sake Kunyah” atau 口噛みの酒 (Kuchikami no Sake) dan Kelahiran Fermentasi
Perjalanan amazake dimulai jauh sebelum adanya koji yang dibudidayakan. Teknik fermentasi paling kuno di Jepang, dan banyak budaya Polinesia adalah Kuchikami no Sake. Prosesnya adalah ara gadis muda atau pendeta wanita (miko) akan mengunyah nasi, chestnut, atau milet, lalu meludahkan pasta yang sudah dikunyah ke dalam sebuah wadah bersama.
Terdapat sains di baliknya, yaitu enzim amilase yang terdapat dalam air liur manusia (ptyalin) memecah pati dalam nasi menjadi gula sederhana. Ragi alami yang ada di udara kemudian akan memfermentasi gula-gula ini menjadi alkohol.
Hubungan dengan amazake adalah minuman yang dihasilkan dari proses ini pasti memiliki fase di mana pati telah dipecah menjadi gula (manis seperti amazake) sebelum sepenuhnya berfermentasi menjadi alkohol. Sangat mungkin bahwa “amazake” dalam bentuknya yang paling purba adalah suatu tahap dalam produksi kuchikami no sake. Proses ini memiliki signifikansi religius yang besar dan dianggap suci saat air liur dipandang sebagai medium yang mentransfer kekuatan spiritual.
2. Revolusi Koji: Zaman Nara (710-794) dan Heian (794-1185)
Lompatan besar terjadi dengan diperkenalkan dan dikuasainya teknik penggunaan koji kin (Aspergillus oryzae) dari daratan China. Ini menjadi revolusi dalam teknologi fermentasi Jepang.
Teknik menggunakan kapang untuk memfermentasi kacang kedelai dan biji-bijian dibawa oleh para biksu Buddha dari Cina ke Jepang. Koji adalah “jamur nasional” Jepang yang sebenarnya adalah hasil domestikasi dan penyempurnaan yang luar biasa selama berabad-abad.

fusingrice.com.tw
Dokumen historis tertua yang menyebut minuman seperti amazake adalah Harima no Kuni Fudoki (713 M) yang menyebutkan sebuah minuman manis yang disebut “amazake”. Dalam Engishiki (延喜式). sebuah buku hukum dan prosedur upacara dari tahun 927 M tercatat resep minuman yang disebut Dan Sake (段酒) yang mana nasi dan koji difermentasi secara bertahap, menghasilkan minuman yang sangat manis dan rendah alkohol yang sangat mirip dengan amazake modern.
Pada era ini, karena prosesnya yang rumit dan berharga, minuman fermentasi seperti ini terutama dikonsumsi oleh kalangan bangsawan istana dan upacara keagamaan di kuil-kuil Buddha dan Shinto. Ia dipersembahkan kepada para dewa (Kami) sebagai omiki sebelum kemudian dibagikan kepada jemaat.
3. Era Popularisasi: Zaman Edo (1603-1868) Jadi Minuman Rakyat Jelata
Zaman Edo adalah era ketika amazake bertransformasi dari minuman elite menjadi minuman rakyat yang sesungguhnya. Beberapa faktor mendorong hal ini, yaitu di antaranya:
a) Urbanisasi dan Kelas Pedagang
Kota Edo (Tokyo zaman dulu) menjadi salah satu kota terpadat di dunia. Muncul kelas pedagang dan pengrajin (chounin) yang makmur namun tidak memiliki status sosial samurai. Mereka membutuhkan makanan dan minuman yang lezat, bergizi, dan terjangkau.
b) Penjual Amazake Keliling (Amazakeya)
Figur ikonik dari zaman Edo adalah penjual amazake keliling. Mereka berkeliling di jalan-jalan pada malam hari, musim dingin, membawa tong amazake panas dan meneriakkan “Amazake ee, amazake ee〜” (甘酒ええ、甘酒ええ〜) yang khas. Suara mereka menjadi bagian dari soundscape kota Edo dan bahkan disebut dalam haiku masa itu.
c) Minuman Energi untuk Pekerja
Amazake dijuluki shiru yoku (汁欲) yang berarti “pengganti sup”. Bagi para pekerja, buruh, dan pedagang, ia adalah sumber energi yang murah, mudah didapat, dan mengenyangkan. Mereka meminumnya untuk menghangatkan tubuh dan mengisi tenaga tanpa perlu makan berat. Praktik ini menunjukkan bahwa konsep “functional food” atau “makanan utilitarian” sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu di Jepang.
d) Pencegah Heatstroke di Musim Panas
Menariknya, pada zaman Edo juga, kebiasaan meminum amazake dingin di musim panas untuk mencegah natsubate (kelelahan akibat panas) sudah populer. Orang-orang pada zaman itu secara empiris memahami bahwa amazake mengembalikan energi dan vitalitas yang hilang akibat cuaca panas.
4. Modernisasi dan Kebangkitan Kembali: Zaman Meiji hingga Sekarang
Pada Zaman Meiji dan Taisho, dengan modernisasi dan westernisasi, popularitas amazake sempat meredup. Minuman Barat seperti bir, kopi, dan minuman ringan mulai dianggap lebih modern. Namun, beberapa dekade terakhir, terjadi gelombang besar minat kembali pada makanan tradisional Jepang (washoku) dan kesehatan alami. Amazake mengalami renaissance yang signifikan.

shinmai.co.jp
Amazake memperoleh status superfood modern. Berkat ilmu gizi modern, manfaat amazake yang selama ini diketahui secara tradisional kini dapat dijelaskan secara ilmiah seperti vitamin B, oligosakarida, enzim, asam amino. Minuman ini dipasarkan sebagai minuman drip infus atau (点滴飲料), minuman kecantikan (ビタミン飲料), dan minuman probiotik.
Kini, amazake tidak hanya ditemukan di warung tradisional, tapi juga di antaranya adalah di supermarket dijual dalam kemasan botol atau tetra pack, baik pasteurisasi maupun segar. Lalu, di kafe kesehatan dijadikan smoothie, latte, atau dessert parfait. Sedangkan, di bar modern sebagai base untuk koktail non-alkohol yang kreatif. Selain itu, di dapur rumah Sebagai pemanis alami dalam masakan dan kue.
Amazake adalah warisan budaya yang telah teruji oleh waktu. Di dalam secangkir amazake yang sederhana, terkandung kecerdasan nenek moyang dalam memanfaatkan kekuatan alam melalui fermentasi. Minuman ini menawarkan kenikmatan rasa manis yang tulus, tanpa tipu daya gula rafinasi. Ia adalah paket lengkap nutrisi yang menjawab kebutuhan tubuh dan jiwa, baik di musim dingin yang membekukan maupun di musim panas yang terik.
Dari ritual kerajaan hingga pedagang keliling di zaman Edo, hingga para health enthusiast di kota-kota modern hari ini, amazake terus membuktikan relevansinya. Minuman ini menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, antara tradisi dan ilmu pengetahuan, antara kenikmatan dan kesehatan. Jika Minasan sedang berada di Jepang, jangan sungkan-sungkan untuk mencoba amazake ya.
Nah, cukup segitu yang bisa Pandai Kotoba berikan pada artikel kali ini mengenal minuman tradisional amazake yang kaya khasiat. Jika Minasan ini tahu kuliner Jepang lainnya, di website tersedia banyak lho. Salah satunya ini nih: Ramune, Minuman Soda Ikonik yang Menyegarkan. Klik untuk membacanya ya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

