Karaage, Nikmatnya Gorengan Khas Jepang yang Renyah
Hai Minasan~! Dalam potret kuliner Jepang yang beraneka ragam, ada satu hidangan yang telah melampaui statusnya sebagai makanan sehari-hari untuk menjadi fenomena global, yaitu karaage. Bukan sebuah gorengan biasa, karaage mewakili perpaduan sempurna antara teknik, rasa, dan tekstur yang telah memikat hati dan perut banyak orang di seluruh dunia.
Pandai Kotoba pada artikel kali membahas kuliner lagi tentang karaage, mulai dari karaage ini seperti apa, jenis hidangan ini apa saja, bagaimana asal-usulnya, dan perkembangannya saat ini baik dalam maupun luar negeri. Yuk kita cari tahu di balik lezatnya karaage di sini, simak di bawah ini ya.

commons.wikimedia.org
Karaage, Nikmatnya Gorengan Khas Jepang yang Renyah
A. Apa Itu Karaage?
Pada dasarnya karaage (空揚げ atau から揚げ) mengacu pada metode memasak ala Jepang yaitu bahan makanan dilapisi tepung dan digoreng dalam minyak. Namun, mengurangi pengertian karaage menjadi hanya “gorengan Jepang” sama seperti menyebut lukisan Mona Lisa sebagai “gambar seorang wanita”, teknisnya benar tapi gagal menangkap esensi sebenarnya.
Karakteristik karaage yang membedakannya di antaranya yang pertama adalah tekstur. Kulit luar yang renyah, ringan, dan hampir transparan yang memberikan jalan kepada bagian dalam yang juicy. Yang kedua adalah bumbu. Marinasi yang dalam dan kompleks biasanya berbahan kecap asin, sake, jahe, dan bawang putih.
Yang ketiga adalah teknik. Penggorengan ganda (double frying) yang sering digunakan untuk mencapai kerenyahan maksimal. Terakhir adalah penampilan. Warna keemasan yang menarik dengan bintik-bintik kecokelatan dari bumbu yang meresap.
B. Macam-Macam Jenis Karaage
Karaage Ayam atau Tori no Karaage (鶏のから揚げ) adalah hidangan karaage yang telah mendunia, tapi menyamakan karaage hanya dengan ayam adalah kekeliruan yang menyempitkan dunia kuliner Jepang. Karaage itu sendiri pada dasarnya adalah sebuah metode memasak yang dapat diterapkan pada hampir semua bahan yang memiliki struktur padat dan kandungan air yang tidak berlebihan. Berikut di bawah penjelasan beberapa jenis karaage yang tak kalah nikmatnya ini.
1. Karaage Ayam atau Tori no Karaage (鶏のから揚げ)
Jenis karaage ini yang paling populer dan ikonik. Namun, di dalam pembuatan hidangan ini terdapat variasi yang menarik. Untuk pemilihan bagian ayamnya seperti paha adalah juaranya. Lemak dan jaringan ikat yang tinggi menjadikannya paling toleran terhadap kesalahan penggorengan, selalu menghasilkan daging yang juicy dan beraroma.

park.ajinomoto.co.jp
Untuk bagian dada jadi tantangan bagi para ahli memasak. Karena rendah lemak, dada ayam mudah menjadi kering. Kuncinya adalah marinade yang tepat sering ditambahi sedikit gula atau susu untuk melembutkannya, dan kontrol suhu minyak yang sangat presisi. Hasilnya, jika berhasil, ada tekstur yang bersih dan padat.
Sedangkan, untuk bagian sayap ayam jadi hidangan favorit di bar atau izakaya. Kulit yang lebih banyak memberikan rasio kerenyahan yang tinggi. Versi sayap ayam ala Nagoya style adalah legendanya tersendiri dengan lapisan yang sangat tipis dan bumbu garlic-pepper yang kuat.
Untuk menggoreng ayam ini, banyak restoran khusus karaage di Jepang menggunakan ayam dengan kulit. Kulit ayam yang digoreng dengan teknik karaage menghasilkan lapisan renyah ekstra yang meleleh di mulut, sementara lemak kulitnya meleleh dan membasahi daging yang membuat semakin nikmatan.
3. Karaage Ikan Aji atau Aji no Karaage (鯵のから揚げ)
Menu ini menjadi contoh sempurna bagaimana teknik karaage menghormati kesegaran bahan baku. Ikan Aji atau Japanese Horse Mackerel adalah ikan yang sangat dihargai di Jepang. Jenis ikan seperti ikan aji ini sering digoreng utuh dengan tulangnya. Tulang yang digoreng kering hingga renyah ini menjadi sumber kalsium dan memberikan sensasi renyah yang memuaskan yang kontras dengan daging ikan yang lembut.

erecipe.woman.excite.co.jp
Rasa ikannya berminyak seperti menghasilkan rasa laut yang gurih dan kompleks. Marinasinya biasanya sederhana, cukup garam dan sedikit jeruk sudachi, karena tujuan utamanya adalah menikmati kesegaran ikan itu sendiri. Lapisan potato starch yang tipis hanya berfungsi sebagai pelindung agar ikan tidak hancur dan tetap lembap.
4. Karaage Cumi-Cumi atau Ika no Karaage (イカのから揚げ)
Karaage cumi-cumi ini bermain dengan teksturnya. Memasaknya di tangan yang tepat, hasilnya jadi luar biasa enak. Tekstur yang enak ini tujuannya adalah mencapai bagian luar yang renyah dan bagian dalam yang lembut namun kenyal (chewy but tender), bukan alot seperti karet.

mamma.coop
Namun, cumi-cumi menjadi keras jika digoreng terlalu lama. Suhu minyak harus tepat dan waktu menggoreng harus singkat. Sering kali cumi yang sudah direndam bumbu hanya dilapisi potato starch dan langsung digoreng dengan minyak panas untuk “mengunci” kelembapannya. Biasanya cumi-cumi ini dipotong menjadi cincin atau persegi panjang.
5. Karaage Sayuran atau Yasai no Karaage (野菜のから揚げ)
Bahan ini jadi bukti terbesar bahwa karaage adalah sebuah metode universal. Sayuran yang diaplikasikan teknik karaage berubah menjadi camilan renyah yang bikin nagih. Jenis sayuran yang cocok di antaranya adalah:
A. Renkon (Akar Teratai).
Pilihan terbaik untuk jadi karaage. Teksturnya yang renyah alami menjadi semakin eksklusif setelah digoreng. Pola lubangnya yang indah juga menjebak bumbu dengan sempurna.

kurashiru.com
B. Shishito Pepper.
Sayur ini populer untuk dijadikan hidangan ini. Cukup dilapisi tepung tipis dan digoreng. Rasanya manis dan tidak pedas dengan satu dari sepuluh mungkin memiliki “kick” pedas yang mengejutkan.
C. Satsumaimo (Ubi Jepang).
Manis alami ubi keluar setelah digoreng dan menciptakan paduan manis-gurih yang sempurna. Sering ditaburi garam laut.
D. Kabocha (Labu Jepang).
Teksturnya yang lembut dan rasanya yang manis seperti kastanye membuatnya cocok untuk karaage, sering ditemukan dalam bento.
E. Jamur Shiitake.
Jamur shiitake besar yang digoreng menghasilkan rasa umami yang sangat intens dan tekstur seperti daging.
Ada teknik khusus untuk sayuran berair dan tidak perlu marinasi basah. Cukup dibumbui dengan garam, dilapisi potato starch, lalu digoreng.
6. Variasi Karaage Unik dari Daerah Lainnya
Dunia karaage bahkan lebih luas lagi dengan kreasi yang mencerminkan kekayaan lokal setiap daerah di Jepang. Zangi dari Hokkaido adalah sebutan untuk karaage di Hokkaido, terutama wilayah Sapporo. Seringnya mengacu pada karaage ayam dengan marinasi bawang putih yang kuat dan lapisan yang sedikit lebih tebal, biasanya disajikan dengan saus celup khusus.

hokkaidolikers.com
Lalu, di daerah Hokkaido dan daerah pegunungan dengan tradisi berburunya, daging hewan buruan seperti rusa atau beruang juga bisa dibuat karaage. Rasanya yang unik membutuhkan marinasi yang lebih kuat dan lama. Ada juga kerang scallop besar atau hotate yang digoreng sebentar hingga luar renyah dan dalamnya masih lembut dan juicy, mempertahankan rasa manis lautnya.
C. Asal-Usul dari Karaage
Setelah mengetahui bentuk dan segala jenis karaage di atas, kurang rasanya nih kalau kita tidak cari tahu tentang asal-usul hidangan renyah ini. Melacak sejarah karaage juga ibarat melakukan arkeologi kuliner. Kita tidak menemukan satu titik awal yang jelas, tapi lapisan-lapisan pengaruh, adaptasi, dan inovasi yang bertumpuk selama berabad-abad. Kisahnya menjadi perpaduan antara teknologi, politik, dan budaya. Berikut di bawah ini penjelasannya.
1. Akar Kuno di Benua Asia (Abad ke-7 hingga ke-16)
Hidangan ini mendapat pengaruh teknik dari Cina yang terletak pada dua teknik fundamental. Yang pertama, You Chun (揚春) adalah sebuah teknik menggoreng dengan lapisan tepung yang sudah ada sejak zaman Dinasti Tang (618-907 M). Teknik ini dibawa ke Jepang oleh biksu Buddha dan pedagang yang juga membawa ajaran Buddha dan tulisan Kanji.
Yang kedua, teknik “Zha” (炸). Dalam kuliner Cina, “Zha” merujuk pada metode deep-frying. Banyak hidangan Tiongkok klasik, seperti “Zha Ji” (ayam goreng), menggunakan metode ini. Adaptasi awal di Jepang dengan menggunakan Shojin Ryori dan Minyak Nabati. Awalnya, teknik ini tidak digunakan untuk daging. Shoujin Ryouri atau masakan Buddhist vegetarian yang melarang produk hewani, mengadopsi teknik menggoreng ini untuk bahan nabati. Mereka menggoreng sayuran seperti terong dan lobak dengan lapisan tepung.
Pada era ini, minyak dari wijen, rapeseed, atau camellia adalah komoditas mewah yang diproduksi dengan susah payah secara manual. Penggunaannya sangat terbatas untuk kalangan atas dan kuil, bukan untuk masakan sehari-hari rakyat jelata. Deep-frying dalam minyak banyak adalah sebuah kemewahan pada saat itu.
2. Fondasi di Zaman Edo (1603-1868), “Age” Mulai Berakar
Zaman Edo adalah periode fondasi ketika banyak budaya Jepang modern, termasuk kuliner, mulai terbentuk. Periode damai yang panjang ini di bawah Keshogunan Tokugawa memungkinkan perdagangan dan budaya konsumen berkembang. Kota-kota seperti Edo (sekarang Tokyo) dan Osaka tumbuh pesat.
Produksi minyak menjadi lebih efisien pada zaman ini. Minyak nabati terutama minyak bunga camellia/zabon dan rapeseed/natane menjadi lebih mudah diakses oleh kelas pedagang dan perajin yang sedang naik daun. Akhirnya, istilah “age” (揚げ) sebagai metode memasak mulai populer. Hidangan seperti “age-dofu” (tahu goreng) dan “tempura” (yang awalnya merupakan adaptasi dari teknik menggoreng Portugis) menjadi makanan jalanan dan rumah makan yang umum.
Pada titik ini, “age” masih didominasi oleh seafood dan sayuran. Daging mamalia dan unggas masih tabu secara budaya dan jarang dikonsumsi akibat pengaruh Buddhist dan dekret keshogunan.
3. Revolusi Modern di Zaman Meiji (1868-1912)
Zaman ini menjadi titik balik paling krusial. Restorasi Meiji membawa Jepang keluar dari isolasi dan dengan sengaja mendorong westernisasi. Kaisar Meiji secara simbolis mendorong konsumsi daging terutama daging sapi dan unggas untuk memperkuat tubuh bangsa Jepang dan mengejar ketertinggalan dari Barat. “Sukiyaki” menjadi fenomena nasional.
Industri peternakan ayam komersial mulai berkembang. Ayam yang sebelumnya lebih berharga untuk telurnya, kini mulai dibudidayakan secara massal untuk dagingnya, membuatnya lebih terjangkau. Dengan semangat anti-asing pasca Restorasi Meiji, karakter “唐” (“kara” artinya Cina) mulai mendapat konotasi negatif. Ini yang memunculkan penulisan alternatif “空揚げ” (“kara” artinya kosong). Perubahan ejaan ini bukan hanya permainan kata, tapi sebuah upaya “Dijepangkan” dan penyempurnaan teknik yang diimpor untuk menekankan filosofi lapisan yang ringan dan “kosong” pada hidangan ini.
4. Kelahiran Karaage Modern (1920-an – 1950-an), Dari Restoran Khusus ke Masakan Rumahan
Di sinilah semua elemen menyatu menjadi hidangan yang kita kenal sekarang. Ada dua pionir restoran khusus untuk karaage ini. Pertama, Rairaiken (来々軒) di Tokyo (1910) sering disebut sebagai restoran yang pertama kali mencantumkan “Age-dori” (ayam goreng) di menunya yang ditujukan untuk pelanggan asing.

commons.wikimedia.org
Kedua, Shinkaen (震軒) di Tokyo (1930-an) sering dikreditkan sebagai “rumah spiritual” karaage modern. Mereka memopulerkan formula sukses, yaitu potongan ayam biasanya paha yang dimarinasi dengan shoyu, bawang putih, dan jahe, kemudian dilapisi tepung (sering campuran terigu dan potato starch) dan digoreng. Resep ini yang menjadi blueprint bagi kebanyakan restoran karaage di Jepang hingga kini.
Pada periode ini juga mengalami periode yang sulit seperti dampak Perang Dunia II dan Pendudukan Amerika Serikat. Walaupun begitu, justru menjadi keajaiban tak terduga. Pasukan Amerika membawa ransumnya dan budaya konsumsi daging ayam mereka dalam skala besar. Mereka memperkenalkan potongan ayam seperti paha dan sayap dan metode deep-frying yang lebih modern.
Selain itu, ada juga pengaruh dari Southern Fried Chicken. Teknik marinasi susu buttermilk dan tepung beremah dari Amerika Selatan tidak langsung ditiru, tapi filosofi di baliknya yaitu ayam yang juicy di dalam dan renyah di luar memperkuat arah perkembangan karaage di Jepang.
5. Ledakan Popularitas (1960-an hingga Sekarang) dan Menjadi Makanan Nasional
Dengan meningkatnya kemakmuran ekonomi pascaperang, lemari es menjadi barang umum di rumah tangga Jepang. Ibu rumah tangga bisa menyimpan ayam dan membuat karaage di rumah dengan mudah. Karaage menjadi andalan “Ochazuke” dalam masakan ibu rumah tangga dan bintang utama dalam sekotak makan bento.
Restoran khusus karaage atau Karaage-ya (専門店) bermunculan di seluruh Jepang, bersaing dengan resep rahasia, bumbu marinasi, dan campuran tepung mereka sendiri. Franchise seperti “Karaage-Kun” menyebar dan memopulerkan karaage sebagai makanan cepat saji yang lezat dan terjangkau.
Gelombang popularitas makanan Jepang seperti sushi dan ramen membuka jalan bagi karaage dalam ekspansi global di abad ke-21. Kehadiran restoran Izakaya di seluruh dunia memperkenalkan karaage sebagai camilan bir yang nikmat dan akhirnya mengarah pada pengakuan globalnya sebagai hidangan ikonik Jepang.
D. Mengapa Orang Jepang Suka dengan Karaage?
Pada bagian ini, kita akan membahas alasan sukanya orang Jepang terhadap karaage. Alasan di baliknya adalah sebuah pelipur lara emosional dan juga simbol identitas budaya. Kecintaan ini berakar pada lapisan-lapisan psikologis dan sosiologis yang kompleks dirasakan. Berikut di bawah ini kita lanjut lagi ya.
1. Nostalgia dan Rasa Kenangan atau Aji no Omoide (味の思い出)
Alasan ini paling mendalam dan personal yang ada. Bagi hampir setiap orang Jepang, karaage adalah masakan rumahan dan masakan ibu. Aroma bawang putih dan jahe yang mengepul dari dapur, suara mendesis ayam digoreng, dan antisipasi menunggu karaage dingin untuk dimasukkan ke dalam bento adalah memori panca indra yang kuat yang tertanam sejak kecil.

mag.mogumo.jp
Seorang ibu membuat karaage adalah tindakan kasih sayang darinya. Karena prosesnya membutuhkan usaha seperti memarinasi, melumuri, menggoreng yang macam-macam, hal tersebut dianggap sebagai sebuah tindakan kasih sayang dalam memberikan makan kepada anaknya. Setiap keluarga memiliki resep turun-temurun seperti mungkin lebih banyak bawang putih, sedikit lebih manis, potongan yang lebih kecil, semuanya menjadi cita rasa khas “rumah” bagi anak-anak mereka.
Karaage juga salah satu hidangan pertama yang diajarkan dari ibu ke anak, melestarikan rasa dan tradisi keluarga. Hidangan ini bertindak sebagai jangkar emosional yang menghubungkan seseorang dengan masa lalu mereka yang paling hangat.
2. Kepuasan Indra yang Universal
Karaage menyentuh naluri dasar manusia akan kenikmatan makanan. Faktor dari tekstur ini adalah kuncinya. Renyahnya yang terdengar “koro koro” menggambarkan kerenyahan luar yang ringan dan berbutir-butir dari potato starch. Lembutnya yang terasa “fuwa fuwa”m enggambarkan daging dalam yang lembut, lembap, dan nyaris meleleh.
Kontras ini menciptakan pengalaman makan yang dinamis dan sangat memuaskan bagi otak, mirip dengan kenikmatan makan coklat dengan lapisan renyah atau kopi susu dengan boba. Ledakan rasa umami juga bisa dirasakan. Marinasi dengan bahan dasar shoyu tidak hanya asin., tapi juga menciptakan fondasi umami yang kokoh yang diperdalam oleh glutamat dalam shoyu dan inosinat dalam daging ayam. Rasa ini “memenuhi” lidah dengan kepuasan yang bertahan lama dan membuatnya sangat “cocok dengan nasi”.
3. Pilar Yoshoku (洋食) dan Identitas Kuliner Jepang Modern
Karaage adalah contoh bagus dari Yoshoku atau masakan Barat yang diadaptasi dan disempurnakan oleh Jepang hingga menjadi milik mereka sendiri. Hidangan renyah ini mewakili kemampuan Jepang untuk mengambil sebuah konsep asing (gorengan ala Cina atau Barat), lalu menyaringnya melalui estetika dan selera lokal untuk menciptakan sesuatu yang secara unik “Jepang”. Proses ini mencerminkan perjalanan modernisasi Jepang itu sendiri: belajar dari luar, lalu mengadaptasinya dengan lebih baik.
Karaage menyeimbangkan rasa dari minyak dan rasa gurih dengan rasa “kebersihan”. Lapisan yang tidak berminyak dan marinasi yang gurih tapi tidak berat membuatnya terasa “lebih ringan” dan kurang membuat enek dibandingkan banyak varian ayam goreng lainnya, yang selaras dengan preferensi kuliner Jepang secara umum.
4. Aksesibilitas dan Kenikmatan yang Mudah Dijangkau
Karaage adalah makanan rakyat dalam arti yang sebenarnya. Kita bisa membeli karaage dengan harga 100 yen di supermarket untuk dimasak di rumah atau membelinya dengan harga 500 yen dari tempat Karaage-ya khusus yang terkenal. Aksesibilitas ini berarti setiap orang, terlepas dari kelas sosial atau usia, dapat menikmatinya.
Sebagai lauk bento, karaage juga hampir tak tertandingi. Ia tetap renyah atau setidaknya tetap enak saat dingin, tidak berantakan, dan memberikan kesan “mewah” dan penuh perhatian pada makan siang seseorang. Sekotak bento dengan karaage di tengahnya adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa.
5. Fleksibilitas dan Kontekstualisasi
Karaage adalah hidangan “serba bisa” yang dapat menyesuaikan diri dengan berbagai peran. Bisa jadi hidangan utama yang disajikan dengan nasi, sup miso, dan salad untuk makan malam keluarga. Lalu, bisa juga jadi camilan di izakaya yang diisajikan dengan irisan lemon dan mayones sebagai teman minum bir atau sake yang segar. Asinnya dan umaminya merangsang rasa haus dan melengkapi minuman.
Kemudian, bisa jadi comfort food untuk semua orang. Makanan yang dicari setelah hari yang berat atau saat merasa tidak enak badan. Terakhir, menu makanan yang sering ada di festival dengan stand “yatai” selama festival musim panas atau matsuri.
6. Elemen Komunitas dan Kompetisi
Karaage juga telah melampaui hidangan individu untuk menjadi fenomena komunitas. Setiap tahunnya diadakan B-1 Grand Prix, sebuah festival yang menentukan makanan lokal terpopuler di Jepang. Kota-kota yang terkenal dengan karaage-nya seperti Nakatsu di Oita atau Amakusa di Kumamoto yang bersaing dengan sengit, memamerkan varian regional mereka. Kegiatan ini menciptakan kebanggaan lokal dan semangat “meibutsu” atau makanan terkenal suatu daerah.
Keberadaan toko khusus karaage atau disebut Karaage-ya menciptakan budaya toko favorit seseorang. Orang akan berdebat panas tentang toko karaage mana yang terbaik, misalnya yang satu dengan kulit yang paling renyah, yang lain dengan marinasi yang paling meresep, dan lain sebagainya. Hal ini menciptakan keterlibatan dan komunitas para penggemar.
E. Variasi Karaage dari Beberapa Wilayah di Jepang
Di Jepang, karaage bukan hidangan yang seragam. Hidangan renyah ini di setiap daerahnya diisi dengan cita rasa, bahan, dan teknik lokal. Setiap varian regional menceritakan sebuah kisahnya sendiri tentang tempat asalnya. Yuk kita menjelajahi kekayaan rasa karaage di bawah ini.
1. Zangi (ザンギ) dari Hokkaido, Sang Legenda Utara yang Kokoh
Zangi adalah bukti bahwa sebuah nama dan rasa yang berbeda dapat menciptakan identitas yang kuat. Karaage ala Hokkaido menjadi sebuah entitas kuliner tersendiri. Teori asal-usul nama yang paling populer adalah nama ini berasal dari kata Mandarin “Zha Ji” (炸鸡) yang berarti “ayam goreng”. Pengaruh Cina yang kuat di Hokkaido pada masa perkembangan awal pulau ini diduga menjadi sumber namanya.
Karakteristik khas dari Zangi sebagai berikut:
A. Marinade yang Kuat dan Manis.
Potongan ayam biasanya lebih besar direndam dalam campuran shoyu, bawang putih, jahe, dan yang khas adalah gula atau mirin dalam porsi yang lebih banyak dibanding karaage biasa. Ini memberikan rasa gurih-manis yang lebih jelas.
B. Lapisan yang Lebih Tebal dan Bertekstur.
Lapisannya sering menggunakan campuran tepung terigu dan tepung maizena atau potato starch yang menghasilkan kulit lebih renyah, padat, dan bertekstur. Teksturnya lebih mendekati “kriuk” daripada “krispi”.
C. Disajikan dengan Saus.
Berbeda dengan karaage biasa yang sering dimakan begitu saja atau dengan lemon, Zangi hampir selalu disajikan dengan saus celup khusus, seperti saus tartar atau saus ponzu (citrus soy sauce).
Zangi juga mencerminkan karakter masyarakat Hokkaido yang lugas dan hangat. Rasa yang kuat dan porsi yang besar cocok dengan iklim dingin dan citra “terdepan” pulau tersebut.
2. Tebasaki no Karaage (手羽先のから揚げ) dari Nagoya, Seni Kulit yang Sempurna
Jika kebanyakan karaage berfokus pada dagingnya, Tebasaki Nagoya adalah ide untuk kulit ayamnya. Hidangan renyah ini yang mengubah bagian yang sering diabaikan kini menjadi bintang utama. Tebasaki berarti “ujung sayap”. Yang digunakan adalah bagian sayap ayam utuh (whole wings) yang terdiri dari tiga bagian yang dipotong menjadi dua.

recipe.rakuten.co.jp
Karakteristik khas dari Tebasaki no Karaage sebagai berikut:
A. Hampir Tanpa Tepung.
Rahasia utama Tebasaki adalah lapisan tepung yang sangat tipis, hampir tidak kasat mata. Fokusnya adalah menggoreng kulitnya sendiri hingga mencapai tingkat kerenyahan maksimal. Hasilnya adalah kulit yang renyah seperti kerupuk tipis yang menyelimuti daging yang juicy.
B. Bumbu Kering yang Tajam.
Setelah digoreng, Tebasaki dibumbui dengan campuran lada hitam kasar dan garam (kadang dengan bawang putih bubuk) yang ditaburkan dengan secukupnya. Rasa pedas, asin, dan gurih ini langsung menerpa lidah.
C. Teknik Penggorengan Ganda (Nidou-age).
Teknik ini sangat krusial di menu ini. Gorengan pertama untuk memasak daging hingga matang, gorengan kedua dengan suhu tinggi untuk membuat kulitnya meletup-letup dan super renyah.
Tebasaki no Karaage adalah jiwa dari budaya izakaya dari Nagoya. Hidangan ini adalah teman minum bir yang nikmat. Rasa asin dan gurihnya merangsang rasa haus, sementara bentuknya yang kecil membuatnya cocok untuk dicemil sambil mengobrol.
3. Nanban (南蛮) dari Miyazaki dan Seluruh Jepang, Cita Rasa Eropa Kuno
Nanban adalah varian yang sangat berbeda yang menunjukkan pengaruh perdagangan awal dengan orang Eropa. Nanban ini sebutan lama untuk orang Eropa selatan, seperti Portugis dan Spanyol. Teknik memasak ini diyakini berasal dari hidangan Portugis bernama “Galinha à Africana” atau “ayam gaya Afrika” yang dibawa oleh misionaris dan pedagang ke Kyushu.

benridesu.jp
Karakteristik khas dari Nanban sebagai berikut:
A. Marinasi Asam setelah Digoreng.
Ini yang menjadi pembedanya. Ayam yang sudah digoreng direndam atau dilumuri dengan saus cuka yang asam dan segar, biasanya berbahan dasar togarashi atau cabai Jepang, bawang bombay, dan kadang wortel.
B. Lapisan yang Berbeda.
Sebelum digoreng, ayam sering dilapisi dengan tepung terigu saja bukan potato starch yang menghasilkan tekstur yang lebih halus dan kurang berpori, cocok untuk menyerap saus asam.
C. Disajikan dengan Saus Tartar.
Nanban hampir selalu disajikan dengan saus tartar yang kaya dan creamy menciptakan keseimbangan sempurna antara asam, gurih, dan creamy.
Meski berasal di Miyazaki, Nanban telah menjadi hidangan yang populer di seluruh Jepang dan sering ditemukan di izakaya dan restoran keluarga.
4. Tori no Misuji Karaage (鶏の身すじから揚げ) dari Fukuoka, Kelezatan dari Bagian yang Terlupakan
Fukuoka yang terkenal dengan Hakata Ramen-nya, juga memiliki keistimewaan karaage yang unik, yaitu Misuji. Misuji merujuk pada otot-otot interkostal (di antara tulang rusuk) dan jaringan ikat di sekitar tulang dada ayam. Bagian ini sebelumnya sering dibuang atau digunakan untuk kaldu.
Karakteristik khas dari Tori no Misuji Karaage sebagai berikut:
A. Tekstur yang Unik.
Karena terdiri dari banyak otot kecil dan jaringan ikat, Misuji memiliki tekstur yang sangat kenyal, berumbai, dan penuh rasa. Ia tidak punya serat daging yang panjang seperti paha atau dada.
B. Rasa Ayam yang Intens.
Jaringan ikat yang kaya kolagen menghasilkan rasa ayam yang sangat terkonsentrasi.
C. Biasanya Dibumbui Garam.
Untuk menghargai keunikan tekstur dan rasa aslinya, Misuji seringnya hanya dibumbui dengan garam dan sedikit bawang putih, bukan marinasi shoyu yang kuat.
Hidangan renyah ini adalah contoh baik dari filosofi Jepang “mottainai” atau “menyesali pemborosan”. Ia mengubah bagian yang diabaikan menjadi sebuah cita rasa yang bernilai tinggi.
5. Hokke No Karaage (ホッケのから揚げ) dari Hokkaido dan Wilayah Tohoku
Sementara Zangi mewakili ayam di Hokkaido, Hokke no Karaage mewakili kekayaan lautnya. Ikan Hokke atau jenis ikan Atka Mackerel atau Okhotsk Atka mackerel adalah ikan berminyak yang sangat populer di Jepang utara.

ameblo.jp
Karakteristik Khas Hokke No Karaage sebagai berikut:
A. Menggorengnya Secara Utuh.
Ikan hokke berukuran kecil sering digoreng utuh dengan lapisan potato starch yang tipis.
B. Rasa Laut yang Kaya.
Sebagai ikan berminyak, ikan Hokke memiliki daging yang gurih, padat, dan penuh rasa laut. Lapisan karaage yang renyah melindungi kelembapan dan minyak alaminya.
C. Sederhana dan Langsung.
Biasanya hanya dibumbui dengan garam, memungkinkan rasa segar ikan itu sendiri yang menjadi lebih keluar. Disajikan dengan irisan lemon dan daikon oroshi atau parutan lobak Jepang untuk memotong rasa minyak.
6. Varian Lainnya dalam Peta Karaage Jepang
Pada daerah pedalaman seperti di Nagano, Gunma), karaage dari daging hewan buruan seperti rusa atau babi hutan. Dagingnya yang lebih kuat membutuhkan marinasi yang lebih lama lagi dan sering menggunakan miso atau mirin untuk menetralkan aroma khasnya.
Sedangkan, di Okinawa, Agarā adalah sebutan lokal untuk karaage di sana. Dipengaruhi oleh budaya Amerika, sering menggunakan potongan yang lebih besar dan kadang menggunakan bumbu Barat seperti rosemary dan thyme.
F. Bagaimana Karaage Menaklukkan Dunia?
Terakhir, perjalanan karaage ke panggung dunia dapat dipetakan dalam beberapa gelombang yang masing-masing didorong oleh faktor sosial, ekonomi, dan kuliner yang berbeda. Kisah tentang bagaimana sebuah hidangan renyah dan sederhana naik pangkat menjadi duta besar kuliner Jepang. Yu, kita lanjut di bawah ini ya.
1. Gelombang 1: Diaspora dan Jembatan Budaya Awal (Sebelum 1990-an)
Gelombang ini adalah fondasi yang diam-diam membangun pengenalan awal. Komunitas imigran Jepang di negara seperti Brazil yang juga menjadi rumah bagi diaspora Jepang terbesar di luar Jepang, Peru, Amerika Serikat khususnya Hawaii dan California, dan Kanada, karaage telah lama menjadi bagian dari masakan rumah tangga komunitas imigran. Ia hadir di acara keluarga, festival Obon, dan restoran kecil yang melayani komunitas tersebut.

miyazaki.top
Pada fase ini, karaage belum disebut sebagai “karaage”. Hidangan ini dulu hanya menjadi “ayam goreng ala Mama” atau bagian dari bento yang dijual di toko kelontong Jepang. Fungsinya adalah sebagai penghubung nostalgia dari rasa kampung halaman di perantauan.
2. Gelombang 2: Ledakan Popularitas Jepang dan Jalur Restoran (1990-an hingga Awal 2000-an)
Gelombang ini adalah penentu utama yang dibuka oleh kesuksesan besar masakan Jepang lainnya. Kesuksesan global sushi pada 1980 hingga 1990-an dan ramen pada 2000-an membuka jalan bagi karaage. Kedua hidangan ini membuat lidah global akrab dengan rasa Jepang. Shoyu atau kecap Jepang, dashi, mirin, dan miso menjadi semakin tidak asing.
Kemudian, menciptakan Infrastrukturnya. Bermunculannya distributor bahan makanan Jepang, supplier ikan, dan tenaga koki yang terlatih. Selain itu, membangun ekspektasi konsumen. Orang mulai memahami dan menghargai estetika kuliner Jepang yaitu terdapat kesegaran, keseimbangan, dan presentasi.
Menu di restoran Jepang di luar negeri pada saat itu mulai berkembang dari hanya sushi dan teriyaki. Izakaya mulai menjadi tren dan di menu izakaya seperti karaage adalah salah satu menu utamanya dan sering dijuluki “Japanese Fried Chicken” atau “JFC”. Menu ini menjadi teman minum minum yang nikmat dari sebuah konsep yang mudah dipahami oleh budaya bar global.
3. Gelombang 3: Strategi Waralaba dan Demokratisasi (2000-an hingga 2010-an)
Gelombang ini membuat karaage menjadi mudah diakses, terjangkau, dan konsisten. Kedatangan waralaba (franchise) seperti Yoshinoya, Sukiya, dan Ootoya ke pusat-pusat kota dunia terutama Asia dan AS menempatkan karaage sebagai lauk populer dalam teishoku atau set menu. Konsumen yang mungkin takut mencoba restoran Jepang “high-end” merasa nyaman dengan model waralaba yang familiar.
Brand khusus karaage seperti Karaage-ken melakukan ekspansi internasional. Yang lebih penting, pengusaha lokal melihat peluang dan menciptakan brand Karaage-ya mereka sendiri, menawarkan “Japanese Fried Chicken” sebagai pilihan makanan cepat saji yang lebih “mewah” dan “sehat” secara persepsikan dibandingkan ayam goreng Barat.
4. Gelombang 4: Era Digital dan Adaptasi Kreatif (2010-an hingga Sekarang)
Gelombang ini mempercepat penyebaran dan menciptakan variasi baru yang lahir dari proses akulturasi. Karaage adalah hidangan yang sangat fotogenik. Tampilannya yang keemasan, teksturnya yang renyah yang hampir bisa “didengar” melalui foto, dan penyajiannya yang sering sederhana tapi elegan, membuatnya sangat viral di platform seperti Instagram, TikTok, dan Pinterest. Food blogger dan influencer menjadi duta makanan yang powerful.
Platform seperti YouTube juga dipenuhi dengan video tutorial “How to make authentic Japanese Karaage“. Chef seperti (Just One Cookbook) membuat resep yang mudah diikuti, memudahkan tekniknya dan membuatnya bisa direplikasi di dapur rumah di seluruh dunia. Bahan kunci seperti potato starch kini mudah ditemukan di supermarket Asia bahkan supermarket besar lainnya.

justonecookbook.com
Selanjutnya, ada adaptasi dan percampuran dengan menu lokal. Tahap ini tahap krusial di mana karaage benar-benar “diterima” dan dijadikan milik oleh budaya lokal. Proses ini melahirkan variasi baru. Di Korea, karaage dengan marinasi gochujang atau dilapisi dengan tepung tempura yang lebih renyah.
Di Amerika Serikat, disajikan dengan ranch sauce, buffalo sauce, atau diletakkan di atas waffle yang mengadaptasi Chicken & Waffles. Sedangkan, di Asia Tenggara, ditemani dengan sambal atau saus asam-pedas lokal. Terakhir, di Brasil, mungkin disajikan dengan farofa (tepung maniok sangrai) dan irisan lemon.
5. Gelombang 5: Posisi di Pasar Global Modern
Saat ini, karaage telah menemukan pasar yang unik dalam lanskap kuliner global. Japanese Fried Chicken sebagai Kategori Baru, istilah ini sekarang dipahami sebagai kategori yang berbeda dari Southern Fried Chicken, Korean Fried Chicken, atau Taiwanese Popcorn Chicken. Konsumen mulai menghargai perbedaannya, yaitu lapisan yang lebih tipis dan ringan, rasa umami yang dalam dari marinasinya, dan kesannya “tidak berminyak”.
Karaage juga memenuhi tren konsumen yang menginginkan makanan cepat saji yang terasa dibuat dengan keterampilan, menggunakan bahan berkualitas, dan memiliki cerita di baliknya (storytelling). Ini menjadi jawaban bagi Permintaan “Premium Fast Casual”. Selain itu, pada Pasca-pandemi, dunia mencari makanan yang menenangkan dan familiar, tapi tetap menarik. Karaage dengan statusnya sebagai comfort food Jepang ternyata memenuhi kriteria ini dengan sempurna.
Karaage mewakili yang terbaik dari masakan Jepang. Kemampuan untuk mengambil konsep sederhana dan menyempurnakannya melalui perhatian yang cermat terhadap detail, keseimbangan rasa, dan tekad tanpa henti untuk peningkatan. Perjalanannya dari teknik menggoreng yang diimpor menjadi ikon budaya dan ekspor kuliner global adalah bukti daya tarik universalnya.
Dalam dunia yang semakin terhubung, hidangan renyah ini berfungsi sebagai pengingat yang menghibur bahwa terkadang kenikmatan paling dalam datang dari hal-hal sederhana, yaitu potongan ayam goreng yang sempurna, renyah di luar, juicy di dalam, dan penuh dengan rasa dan sejarah.
Jadi, jika Minasan ingin mencoba makanan khas Jepang, bisa pilih karaage yang renyah ini ya. Rasakan warisan kuliner yang kaya dan perjalanan globalnya ini yang membawa kita ke dalam kenikmatan sederhana ini ke piring
Cukup segitu yang bisa Pandai Kotoba berikan untuk artikel mengenai karaage yang nikmat dan renyah ini. Jika Minasan ingin tahu kuliner Jepang lainnya, di website ini tersedia banyak, Ada salah satu rekomendasinya nih: Nori, Selembar Rumput Laut yang Menggugah Selera Makan. Klik untuk membacanya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!


