9 Seni Bela Diri Jepang, Mengolah Tubuh dan Jiwa
Seni bela diri Jepang banyak digeluti dan diminati banyak orang dari seluruh dunia. Dari karate yang kuat hingga aikido yang lembut, seni bela diri Jepang telah memberikan kontribusi yang berharga terhadap pembentukan karakter dan disiplin diri, sehingga tidak heran jika seni bela diri Jepang menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia.
Nah Minasan, pada artikel ini, mari kita selami berbagai jenis seni bela diri Jepang yang paling populer.
Asal Usul Seni Bela Diri Jepang
Asal usul seni bela diri Jepang tak terlepas dari peran samurai, kelas ksatria pada abad pertengahan di Jepang.
Memang samurai identik dengan senjata khasnya yaitu katana, namun dalam praktik penggunaan katana dibutuhkan latihan ketat agar dapat menggunakan katana dengan benar ketika bertempur.
Seorang samurai pun memiliki filosofi yang mengharuskan mereka untuk menguasai seni bela diri. Filosofi ini disebut Bushido atau secara harfiah dapat diartikan sebagai “Jalan Ksatria”.
Bushido memiliki beberapa prinsip yang harus diterapkan oleh seorang samurai dalam kehidupannya. Yaitu, kesederhanaan, kehormatan, dan penguasaan seni bela diri. Filosofi ini pun melatih kedisiplinan dalam latihan.
Pada periode Meiji (1868-1912), kelas samurai dihapuskan dan penggunaan pedang oleh masyarakat sipil pun dilarang. Namun demikian, mereka tetap melatih tubuh dan pikiran melalui berbagai seni bela diri Jepang.
Mengingat pelarangan penggunaan pedang, maka latihan pun lebih berfokus pada latihan bertarung dengan tangan kosong dengan memanfaatkan tenaga lawan.
Istilah “Do”
Ada yang menarik ketika membahas perihal seni bela diri Jepang dalam konteks kata, yaitu penggunaan kata “do” yang berarti “jalan” yang digunakan dalam banyak istilah yang berhubungan dengan seni bela diri Jepang.
Bela diri Jepang disebut “budo”, “bu” bisa diartikan pertempuan dan “do” adalah “jalan”. Jadi jika disatukan “budo” berarti “jalan pertempuran”. Contoh lainnya adalah bushido yang berarti jalan ksatria, judo yang berarti jalan kelembutan, dan lain sebagainya. Bahkan tempat latihan seni bela diri disebut dojo, yang dibentuk dari dua karakter kanji yaitu “do” yang berati jalan, dan “jo” yang berarti tempat.
Lantas, mengapa kata “do” banyak digunakan dalam istilah terkait seni bela diri Jepang?
Nah, berikut adalah beberapa alasan mengapa kata “do” sering digunakan dalam istilah terkait seni bela diri Jepang.
- Aspek Filosofis dan Moral
Seni bela diri Jepang tidak hanya tentang pertahanan diri atau teknik bertarung. Mereka juga mengajarkan nilai-nilai moral seperti disiplin, penghormatan, kesabaran, dan etika. Penggunaan kata “do” menekankan pentingnya mengikuti “jalan” atau “cara” yang benar dalam kehidupan sehari-hari.
- Pengembangan Karakter
Seni bela diri Jepang sering kali memasukkan pengembangan karakter dan pertumbuhan pribadi sebagai bagian integral dari latihan. Penggunaan kata “do” menggarisbawahi aspek ini dan menunjukkan bahwa seni bela diri adalah cara untuk mencapai pertumbuhan spiritual dan kepribadian.
- Harmoni dan Kebijaksanaan
Penggunaan kata “do” juga mencerminkan konsep harmoni, kesatuan, dan kebijaksanaan. Banyak seni bela diri Jepang, seperti Aikido dan Judo, menekankan ide untuk bertarung dengan memanfaatkan kekuatan lawan.
- Pemisahan dari Teknik Pertempuran Lain
Penggunaan kata “do” dapat membedakan seni bela diri Jepang dari teknik pertempuran (bujutsu) atau olahraga pertarungan lainnya. Ini menunjukkan bahwa seni bela diri Jepang lebih dari sekadar keterampilan fisik, bela diri Jepang adalah sarana untuk pertumbuhan spiritual dan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan.
Jenis-Jenis Seni Bela Diri Jepang
1. Aikido
Dikembangkan oleh Morihei Ueshiba pada abad ke-20, Aikido memiliki prinsip-prinsip yang berbeda dari seni bela diri lainnya.
Salah satu prinsip dasar Aikido adalah mengenali dan mengikuti aliran energi atau serangan lawan daripada melawan dengan kekerasan. Dalam Aikido, diajarkan untuk menggunakan teknik yang dapat mengendalikan lawan tanpa harus menyakiti.
Seperti banyak seni bela diri Jepang yang menggunakan kata “do” dalam namanya, Aikido memiliki aspek filosofis dan spiritual yang kuat. Ini mencakup konsep harmoni, kesatuan, dan pengembangan karakter.
2. Jujutsu
Jujutsu bermula dari zaman Feodal Jepang dan awalnya dikembangkan oleh samurai sebagai teknik pertahanan diri ketika bertempur di medan perang. Seni bela diri Jepang ini berfokus pada penggunaan teknik penguncian sendi, lemparan lawan, dan teknik-teknik jarak dekat lainnya untuk mengatasi musuh bersenjata atau tak bersenjata.
Jujutsu mengandalkan prinsip bertarung dengan menerapkan kelembutan dan efisiensi. Praktisi Jujutsu belajar untuk menggunakan kekuatan lawan dengan beragam teknik menghindar untuk mengatasi serangan. Hal ini pula yang memungkinkan seseorang yang bertubuh lebih kecil bisa mengalahkan lawan yang lebih besar dan kuat.
3. Judo
Judo diciptakan oleh Jigoro Kano pada akhir abad ke-19 di Jepang. Prinsip dasar Judo adalah “Seiryoku Zenyo” yang berarti memaksimalkan efektivitas dengan usaha minimal dan “Jita Kyoei” yang berarti saling membantu untuk kebaikan bersama.
Seni bela diri Jepang ini pun memiliki teknik untuk mengendalikan lawan dengan cara memanfaatkan kekuatan lawan melalui teknik lemparan dan penguncian sendi.
Seperti banyak seni bela diri Jepang, Judo menekankan etika dan moralitas. Di antaranya penghormatan kepada pelatih (sensei) dan lawan, serta pentingnya disiplin diri, kesopanan, dan kejujuran.
4. Karate
Kata “Karate” (空手) dapat diuraikan menjadi “Kara” (空), yang berarti “kosong,” dan “Te” (手), yang berarti “tangan.” Jadi, secara harfiah, “Karate” berarti “seni bela diri tangan kosong,” mengacu pada penggunaan tangan dan kaki sebagai senjata utama.
Karate mengandalkan teknik pukulan, tendangan, dan blok untuk pertahanan diri. Prinsip-prinsip dasarnya meliputi kekuatan, kecepatan, kelincahan, dan konsentrasi. Karate juga mengajarkan etika, dan pengendalian diri.
Latihan dalam Karate terdiri atas gerakan-gerakan dasar yang disebut “kihon” dan serangkaian gerakan terstruktur yang disebut “kata.” Kata adalah rangkaian gerakan berurutan yang mencerminkan berbagai teknik bela diri dan digunakan untuk melatih pengembangan teknis dan mental.
5. Sumo
Seni bela diri Sumo memiliki akar sejarah yang sangat tua dan dapat ditelusuri kembali hingga lebih dari 1.500 tahun yang lalu di Jepang. Seni bela diri Jepang ini adalah salah satu bentuk olahraga paling tertua di dunia.
Sumo adalah pertandingan gulat dengan tujuan untuk menjatuhkan atau mendorong lawan keluar dari arena tanding (dohyo). Pertandingan dimenangkan oleh pegulat yang pertama kali menjatuhkan lawan atau membuat lawan menyentuh tanah di luar dohyo.
Sumo memiliki serangkaian tradisi yang kental. Pesumo mengenakan seragam tradisional yang disebut “mawashi” (sabuk sumo) dan melakukan serangkaian ritual sebelum pertandingan, termasuk tata cara masuk ke dalam dohyo dan harus melakukan hantaman kaki untuk mengusir roh jahat.
6. Kendo
Seni bela diri Jepang selanjutnya adalah Kendo yang berasal dari teknik latihan pedang (kenjutsu) yang diterapkan samurai dalam peperangan.
Prinsip dasar Kendo adalah “Kikentai no Ichi,” yang berarti kesatuan pikiran, tubuh, dan pedang. Kendo menekankan pengembangan karakter, disiplin diri, etika, serta penggunaan pedang.
Kendo sangat menekankan etika dan budaya. Praktisi Kendo diajarkan untuk menghormati pelatih dan lawan, serta mematuhi kode etik yang dikenal sebagai “Kendo no Katachi” yang mencakup prinsip-prinsip seperti kesopanan, kejujuran, dan semangat yang kuat.
7. Kyudo
Kyudo adalah seni bela diri panahan tradisional Jepang yang memiliki prinsip dasar yang disebut “kyu-jin-kan” (九箭館), yang berarti “pikiran, tubuh, dan busur yang bersatu dalam sembilan panah.”
Prinsip dasar tersebut menekankan pentingnya kesatuan pikiran, tubuh, dan alat (busur dan panah) untuk melakukan tembakan yang sempurna.
Perlengkapan utama dalam Kyudo adalah busur (yumi) dan panah (ya). Busur Kyudo sangat panjang dan memiliki tampilan yang unik. Panah Kyudo juga berbeda dari panah pada olahraga panahan lainnya.
8. Naginata
Naginata adalah seni bela diri Jepang yang menggunakan senjata tradisional yang disebut “naginata,” yaitu sebuah tombak yang memiliki pisau tajam di ujungnya.
Awalnya, Naginata digunakan sebagai senjata oleh samurai wanita pada zaman Feodal Jepang yang kemudian berkembang menjadi seni bela diri.
Naginata menggabungkan teknik serangan, pertahanan, dan kontrol menggunakan senjata naginata. Prinsip dasar Naginata adalah mengatasi lawan dengan menggunakan teknik-teknik naginata yang efektif.
Serangkaian teknik tersebut, di antaranya pukulan, tusukan, dan putaran senjata Naginata.. Teknik-teknik ini diajarkan dalam mengatasi berbagai situasi, baik untuk pertahanan diri maupun dalam pertarungan seni bela diri.
9. Iaido
Iaido adalah salah satu jenis seni bela diri Jepang yang berfokus pada kecepatan menarik pedang dan merespon serangan mendadak.
Prinsip dasar Iaido adalah “iai,” yang mengacu pada tindakan menarik pedang dari sarungnya, serta “do,” yang mengacu pada jalan atau cara. Iaido mengajarkan cara menarik pedang dengan cepat dan efisien untuk merespons serangan yang tak terduga. Praktisi Iaido juga belajar untuk menjaga ketenangan pikiran dalam situasi yang penuh tekanan.
Latihan Iaido berupa serangkaian gerakan yang sangat terstruktur dan ritualistik yang disebut “kata.” Kata adalah serangkaian langkah-langkah yang mencerminkan situasi pertempuran yang mungkin terjadi. Praktisi Iaido berlatih berulang kali untuk memperbaiki teknik mereka demi meningkatkan kecepatan dan akurasi.
Tingkatan dalam Seni Bela Diri Jepang
Cara paling umum dan banyak diasumsikan orang, peringkat dalam seni bela diri dibedakan dengan cara melihat warna sabuk. Misalnya, warna sabuk putih untuk tingkat dasar sampai sabuk warna hitam untuk tingkat lanjut. Namun hal ini tidak berlaku untuk semua seni bela diri.
Sebagian besar seni bela diri Jepang yang dibahas sebelumnya menggunakan sistem peringkat/penilaian yang disebut “kyu” (kelas) dan “dan” (derajat).
Peringkat kyu biasanya berurutan dari tingkat kyu ke-6 yang berarti tingkat dasar, kyu ke-5 menengah bawah dan seterusnya.. Setelah seorang praktisi memperoleh semua kyu, mereka dapat melanjutkan ke level Dan.
Peringkat Dan bersifat lanjutan dan digolongkan dalam urutan menaik. Misalnya, Dan ke-1 berarti tingkat lanjutan, Dan ke-2 berarti lanjutan atas, dan seterusnya. Tingkatan ini bisa ditampilkan dengan warna sabuk, garis tambahan, atau cara lainnya tergantung pada jenis bela diri dan perguruannya.
Demikian Minasan, beberapa hal tentang seni bela diri Jepang sebagai warisan budaya Jepang yang menjangkau seluruh dunia.
Bisa dikatakan bahwasanya seni bela diri Jepang adalah lebih dari sekadar mengolah tubuh, namun juga perjalanan yang mendalam untuk mencapai ketenangan pikiran dan keseimbangan jiwa. Terlepas dari latar belakang budaya atau bahasa, seni bela diri Jepang mengajarkan kita bahwa belajar dan terus bertumbuh adalah sebuah perjalanan tanpa akhir yang layak ditempuh.
Bagi Minasan yang ingin tahu informasi lain yang mengulas tentang bahasa dan budaya Jepang, bisa terus ikuti artikel-artikel lain di pandaikotoba.net, ya. Dan jangan lupa untuk follow Instagram Pandai Kotoba dan subscribe channel Youtube Pandai Kotoba.
Mata!
One Comment
Pingback: