Orang Jepang, Serangga, dan Kicau Burung Hototogisu
Sejak dulu orang Jepang bersahabat dengan alam, mencintai alam, dan menikmati alam. Salah satu contoh budaya orang Jepang dalam mencintai alam adalah dengan menikmati suara serangga atau burung.
Menikmati Suara Serangga
Di negara lain, saya pernah mendengar ada orang yang merasa terganggu ketika mendengar suara serangga atau yang lainnya. Tetapi, orang Jepang justru menikmati suara serangga dan burung.
Dan ketika mereka mendengar suara tersebut, contohnya serangga, mereka akan teringat akan pendeknya umur serangga dan akan merasa betapa tidak kekalnya kehidupan manusia.
Anak-anak Jepang memiliki pengetahuan yang sangat baik tentang serangga. Setiap sekolah dasar di Jepang selalu memiliki mata pelajaran tentang penelitian serangga, dan dengan demikian anak-anak Jepang mengembangkan kesukaan terhadap serangga sejak kecil.
Jepang memiliki empat musim. Di setiap musimnya kita dapat mendengarkan suara serangga yang berbeda-beda. Musim gugur adalah musim ketika orang Jepang paling suka mendengarkan suara serangga.
Orang Jepang juga dapat merasakan musim hanya dengan mendengarkan suara serangga, yang dapat pula membangkitkan bermacam kenangan. Karena itu, orang Jepang sangat paham dan sensitif dengan suara serangga.
Jangkrik merupakan salah satu contohnya. Mereka dapat mengetahui dan membedakan jenis jangkrik hanya dengan mendengar suaranya saja. Suara korogi (sejenis jangkrik) dapat dengan mudah dibedakan dengan suara serangga lain yang serupa dengan jangkrik tetapi agak berbeda, yang disebut semi di Jepang.
Orang Jepang mana pun mengenal lagu pengantar tidur (lagu anak-anak) yang di dalamnya terdapat lirik tentang “suara serangga”. Lagu ini menceritakan betapa senangnya hati seseorang ketika di malam musim gugur dapat mendengarkan suara-suara serangga matsumushi, suzumushi, dan korogi, yang semuanya juga adalah jangkrik tetapi dari jenis yang berbeda-beda.
Kicau Burung Hototogisu
Di Jepang hototogisu adalah salah satu burung yang paling disukai, burung yang mengabarkan akan datangnya musim panas. Ketika burung hototogisu datang, orang Jepang akan menjadikannya sebagai pertanda untuk mulai menanam padi.
Burung hototogisu juga sering muncul dalam waka. Dalam kumpulan waka tertua Jepang yang disebut “manyoushu” yang ditulis dari abad ke-7 sampai ke-8, lebih dari 150 kali kata hototogisu muncul dalam bait.
Tampaknya, di antara burung yang ada di Jepang, burung hototogisu-lah yang paling sering disebut. Ketika mendengar kicauan burung hototogisu, di benak mereka akan muncul berbagai hal. Begitulah betapa mereka sangat menyukai suara burung hototogisu.
Kalau begitu, apa yang akan terjadi jika burung hototogisu tidak berkicau?
Pada zaman perang ada tiga orang komandan militer Jepang yang sangat terkenal, dan tiga haiku yang dibuat dengan membayangkan apa yang akan dilakukan ketika komandan militer itu apabila burung hototogisu tidak berkicau. Hampir sebagian orang Jepang mengetahui syair tersebut. Berikut adalah syairnya.
“Jika dia adalah komandan militer yang mudah marah seperti Oda Nobunaga, maka dia akan membunuhnya (burung hototogisu).
Jika dia adalah komandan militer pekerja keras dan penguasa negara seperti Toyomi Hideyoshi, maka dia akan berusaha sekuat tenaga untuk membuatnya berkicau.
Jika dia adalah komandan militer yang sangat sabar dan penguasa negara seperti Tokugawa Ieyasu, maka dia akan terus menunggunya sampai kembali berkicau.”
Lucunya, Matsushita Konosuke (pendiri Panasonic) pernah mengutarakan ucapan yang juga mengenai burung tersebut, bunyinya “tidak apa-apa jika hototogisu tidak berkicau”.
Baca juga artikel lainnya tentang Budaya Jepang hanya di Pandai Kotoba!
One Comment
Pingback: