Bahasa Jepang,  Culture

Setsubun: Ritual Mengusir Roh Jahat dan Tradisi Melempar Kacang

Setiap tahun, menjelang awal musim semi, orang-orang di Jepang merayakan Setsubun (節分), sebuah tradisi kuno yang memiliki makna mendalam dalam budaya Jepang. Kata “Setsubun” secara harfiah berarti “pergantian musim,” dan ritual ini diyakini dapat mengusir roh jahat serta mendatangkan keberuntungan untuk keluarga dan rumah tangga.

Salah satu tradisi paling terkenal adalah mame-maki (まめまき), yaitu melempar kacang kedelai sambil mengucapkan “Oni wa soto! Fuku wa uchi!” (Iblis keluar! Keberuntungan masuk!). Selain itu, banyak keluarga juga menikmati ehou-maki (恵方巻き), sushi gulung yang dimakan menghadap arah keberuntungan. Melalui perayaan ini, Setsubun tidak hanya menjadi momen seru, tetapi juga sarana untuk menjaga tradisi dan nilai-nilai budaya Jepang.

Pengertian Setsubun (節分)

Setsubun (節分) adalah tradisi Jepang yang dirayakan setiap tahun pada akhir musim dingin, menjelang awal musim semi menurut kalender lunar Jepang. Secara harfiah, “Setsubun” berarti “pergantian musim,” dan ritual ini awalnya dilakukan untuk menandai transisi dari musim dingin ke musim semi.

Tujuan utama Setsubun adalah mengusir roh jahat (oni) yang dipercaya dapat membawa sial atau penyakit, sekaligus mendatangkan keberuntungan bagi keluarga. Tradisi ini biasanya melibatkan mame-maki (まめまき), yaitu melempar kacang kedelai panggang ke luar rumah atau ke arah anggota keluarga yang berpura-pura menjadi oni, sambil mengucapkan mantra “Oni wa soto! Fuku wa uchi!” (Iblis keluar! Keberuntungan masuk!).

Selain itu, Setsubun juga sering diwarnai dengan ritual lain seperti makan ehou-maki (恵方巻き), sushi gulung yang dimakan menghadap arah keberuntungan, serta pemasangan dekorasi tertentu untuk melindungi rumah dari energi negatif. Dengan demikian, Setsubun bukan hanya sebuah festival, tetapi juga simbol perlindungan, kebersamaan keluarga, dan harapan untuk tahun yang lebih baik.

Sejarah dan Asal-usul Setsubun

Tradisi Setsubun (節分) sudah ada sejak periode Heian (794–1185) di Jepang, meskipun awal mulanya berbeda dengan bentuk yang kita kenal sekarang. Pada masa itu, Setsubun bukan hanya merayakan pergantian musim, tetapi juga termasuk bagian dari ritual keagamaan dan kepercayaan Tionghoa yang dibawa ke Jepang, yang disebut “tsuina” (追儺). Tsuina dilakukan untuk mengusir roh jahat dan bencana agar keluarga dan istana tetap aman.

Seiring waktu, ritual ini menyebar ke masyarakat umum dan beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Pada periode Edo (1603–1868), praktik melempar kacang kedelai (mame-maki, まめまき) mulai populer di kalangan rakyat biasa sebagai cara yang sederhana namun efektif untuk mengusir oni (iblis/roh jahat) dan mendatangkan keberuntungan.

Selain mame-maki, tradisi lain seperti ehou-maki (恵方巻き) memakan gulungan sushi menghadap arah keberuntungan juga muncul kemudian, khususnya di era modern, sebagai tambahan praktik yang membawa kesenangan sekaligus simbol keberuntungan. Dengan kata lain, Setsubun merupakan kombinasi dari ritual keagamaan kuno, kepercayaan lokal, dan tradisi masyarakat, yang terus dipertahankan hingga kini sebagai bagian dari budaya Jepang.

Setsubun
Tradisi Setsubun (節分)

Makna Filosofis dan Budaya Setsubun

Setsubun (節分) bukan sekadar ritual atau tradisi seru; ia memiliki makna filosofis dan budaya yang dalam bagi masyarakat Jepang. Secara filosofis, kegiatan seperti mame-maki (まめまき) dan ehou-maki (恵方巻き) mencerminkan konsep perlindungan, pembersihan, dan pembaruan diri. Melempar kacang kedelai sambil mengucapkan “Oni wa soto! Fuku wa uchi!” (“Iblis keluar! Keberuntungan masuk!”) melambangkan usaha untuk mengusir energi negatif, kesialan, atau pengaruh buruk, sehingga memulai musim baru dengan semangat dan harapan yang positif.

Dari sisi budaya, Setsubun menekankan nilai kebersamaan keluarga dan komunitas. Perayaan ini biasanya dilakukan di rumah bersama anggota keluarga atau di kuil bersama masyarakat, sehingga menjadi momen untuk menguatkan ikatan sosial dan menjaga tradisi turun-temurun. Selain itu, Setsubun juga menjadi sarana pendidikan budaya bagi anak-anak, mengenalkan mereka pada simbolisme oni, keberuntungan, dan perilaku sopan dalam ritual tradisional Jepang.

Lebih jauh lagi, tradisi ini menegaskan keterkaitan manusia dengan alam dan musim, karena Setsubun bertepatan dengan pergantian musim dingin ke musim semi, yang menandai awal pertumbuhan baru, kesuburan, dan perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, Setsubun bukan hanya festival semata, tetapi juga simbol refleksi diri, harapan, dan keseimbangan antara manusia dan alam.

Ritual Utama dalam Setsubun

Perayaan Setsubun (節分) identik dengan berbagai ritual yang dilakukan untuk mengusir roh jahat (oni) dan mendatangkan keberuntungan. Berikut beberapa ritual utama yang paling dikenal:

1. Mame-maki (まめまき) – Melempar Kacang

  • Deskripsi: Tradisi melempar kacang kedelai panggang ke luar rumah atau ke arah anggota keluarga yang berpura-pura menjadi oni.
  • Ucapan yang diucapkan: “Oni wa soto! Fuku wa uchi!” (Iblis keluar! Keberuntungan masuk!)
  • Makna: Kacang dianggap memiliki kekuatan simbolis untuk mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan bagi keluarga.
  • Pelaksanaan: Biasanya dilakukan oleh kepala keluarga, anak-anak, atau di kuil yang menyelenggarakan festival publik.

2. Ehou-maki (恵方巻き) – Makan Gulungan Keberuntungan

  • Deskripsi: Sushi gulung yang dimakan utuh tanpa berbicara, menghadap arah keberuntungan tahun itu (ditentukan berdasarkan astrologi Jepang).
  • Makna: Dengan makan ehou-maki, seseorang dipercaya dapat mengundang keberuntungan dan kesehatan di sepanjang tahun.
  • Kebiasaan modern: Banyak toko dan restoran menjual ehou-maki khusus pada hari Setsubun, sehingga ritual ini menjadi populer di kalangan masyarakat perkotaan.

3. Dekorasi dan Simbol Lain

  • Hiiragi (daun holly) dan sardine: Dipasang di pintu rumah untuk menjaga dari roh jahat.
  • Topeng Oni: Digunakan anak-anak atau orang dewasa saat mame-maki untuk menambahkan keseruan dan simbolisasi pengusiran roh jahat.

4. Ritual di Kuil

  • Di kuil besar, biasanya diadakan acara mame-maki publik dengan selebritas atau pendeta yang melempar kacang kepada masyarakat.
  • Ritual ini menjadi festival sosial sekaligus spiritual, memperkuat nilai kebersamaan dan budaya lokal.
  • Melalui berbagai ritual ini, Setsubun menggabungkan unsur spiritual, simbolik, dan sosial, sehingga bukan hanya sekadar festival, tetapi juga momen untuk merefleksikan diri, menjaga tradisi, dan merayakan pergantian musim.
2311 627e6b1ac9c5e
Mame-maki (まめまき)

Karakter Oni dalam Setsubun

Salah satu elemen paling ikonik dari Setsubun (節分) adalah oni (鬼), yang sering digambarkan sebagai iblis atau roh jahat dalam budaya Jepang. Oni biasanya digambarkan memiliki tanduk di kepala, wajah menyeramkan, dan membawa pentungan besar, meskipun tampilannya bisa bervariasi tergantung wilayah dan cerita rakyat setempat.

1. Makna Oni dalam Tradisi Setsubun

  • Oni melambangkan energi negatif, kesialan, atau penyakit yang ingin diusir dari rumah dan kehidupan keluarga.
  • Dengan menghadapi dan “mengusir” oni melalui mame-maki (melempar kacang), masyarakat Jepang percaya mereka bisa menyingkirkan pengaruh buruk dan menyambut keberuntungan.

2. Peran Oni dalam Festival

  • Anak-anak atau orang dewasa sering memakai topeng oni selama mame-maki, sehingga ritual menjadi interaktif dan menyenangkan.
  • Dalam beberapa kuil, pendeta atau selebritas mengenakan kostum oni untuk acara mame-maki publik, sehingga masyarakat bisa melempar kacang kepada “oni” secara simbolis.

3. Oni dalam Kesenian dan Budaya Pop

  • Oni tidak hanya muncul dalam festival Setsubun, tetapi juga di kisah rakyat, teater tradisional, manga, dan anime.
  • Hal ini membuat karakter oni menjadi simbol budaya yang mudah dikenali, sekaligus menghubungkan tradisi kuno dengan kehidupan modern.
  • Dengan demikian, oni bukan sekadar tokoh menakutkan, tetapi simbol pengusiran kesialan dan perlindungan keluarga, yang menjadi inti dari filosofi dan praktik Setsubun.

Variasi Regional Setsubun

Meskipun Setsubun (節分) dirayakan di seluruh Jepang, ada perbedaan tradisi dan kebiasaan tergantung pada wilayah, yang membuat festival ini semakin kaya dan beragam.

1. Perbedaan Makanan

  • Di beberapa daerah, selain ehou-maki (恵方巻き), masyarakat juga menikmati makanan khas lokal pada hari Setsubun.
  • Contohnya, di Osaka dan wilayah Kansai, gulungan sushi yang dimakan sering lebih besar dan dihias sesuai tradisi lokal.

2. Perbedaan Ritual

  • Di wilayah Tohoku, beberapa komunitas melakukan ritual melempar kacang bersama di luar kuil atau rumah, tetapi menambahkan doa khusus untuk panen yang baik.
  • Di Kyushu, beberapa keluarga menambahkan dekorasi lokal atau bahan simbolis lain seperti ikan sarden panggang untuk melengkapi mame-maki.

3. Ucapan Lokal

  • Ungkapan “Oni wa soto! Fuku wa uchi!” bisa memiliki variasi lokal, misalnya menambahkan kata-kata doa atau salam khusus sesuai tradisi masing-masing daerah.

4. Festival Publik

  • Beberapa kota besar menyelenggarakan acara Setsubun skala besar, di mana selebritas, pendeta, atau tokoh masyarakat berperan sebagai oni untuk ritual mame-maki publik.
  • Kota-kota kecil kadang memiliki pertunjukan unik, seperti parade oni atau lomba melempar kacang, yang mencerminkan kearifan lokal dan kreativitas komunitas.
  • Dengan adanya variasi regional ini, Setsubun tidak hanya menjadi momen ritual keluarga, tetapi juga festival budaya yang menampilkan kekayaan tradisi lokal Jepang.

Setsubun di Era Modern

Di era modern, Setsubun (節分) tetap dirayakan, tetapi praktiknya telah menyesuaikan dengan gaya hidup perkotaan dan tren kontemporer. Meskipun filosofi mengusir roh jahat dan mendatangkan keberuntungan tetap dijaga, beberapa aspek tradisional kini dipadukan dengan kreativitas dan hiburan modern.

1. Perayaan di Rumah

  • Banyak keluarga membeli ehou-maki siap saji dari supermarket atau toko convenience store, sehingga ritual makan gulungan sushi menjadi lebih mudah dilakukan.
  • Anak-anak masih sering mengenakan topeng oni dan ikut mame-maki, tetapi permainan ini juga menjadi aktivitas hiburan keluarga yang menyenangkan.

2. Acara Publik dan Media

  • Kuil-kuil besar di kota-kota seperti Tokyo, Osaka, dan Kyoto tetap mengadakan mame-maki publik, seringkali dihadiri selebritas atau tokoh masyarakat, sehingga acara ini menjadi pertunjukan menarik bagi warga dan turis.
  • Media sosial dan televisi turut mempopulerkan kegiatan Setsubun, seperti video melempar kacang atau tips makan ehou-maki yang benar.

3. Adaptasi Kreatif

  • Beberapa perusahaan atau sekolah mengadakan versi modern mame-maki, misalnya menggunakan kacang cokelat atau hadiah kecil sebagai pengganti kacang kedelai, agar lebih aman dan menarik bagi anak-anak.
  • Festival Setsubun juga sering dijadikan kampanye promosi dan edukasi budaya, sehingga generasi muda tetap mengenal tradisi ini meski dengan cara yang lebih kontemporer.
  • Dengan adaptasi ini, Setsubun tetap relevan bagi masyarakat modern Jepang, sekaligus menjadi sarana menjaga tradisi sambil menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Setsubun di Kuil dan Sekolah

Selain dirayakan di rumah, Setsubun (節分) juga memiliki dimensi publik, terutama di kuil-kuil dan sekolah di seluruh Jepang.

1. Setsubun di Kuil

  • Kuil-kuil besar, seperti Kuil Senso-ji di Tokyo atau Kuil Yasaka di Kyoto, menyelenggarakan acara mame-maki besar.
  • Pendeta, selebritas, atau tokoh masyarakat sering mengenakan kostum oni untuk diusir oleh pengunjung yang melempar kacang.
  • Acara ini tidak hanya ritual spiritual, tetapi juga festival sosial, menarik banyak pengunjung dan memperkuat rasa komunitas.
  • Beberapa kuil menambahkan unsur hiburan, seperti musik, tarian, dan hadiah bagi pengunjung, sehingga Setsubun menjadi lebih meriah.

2. Setsubun di Sekolah

  • Di sekolah dasar, murid-murid diajarkan tentang Setsubun melalui aktivitas interaktif.
  • Anak-anak sering mengenakan topeng oni dan saling melempar kacang kedelai dalam lingkaran kelas, sambil belajar ungkapan tradisional seperti “Oni wa soto! Fuku wa uchi!”.
  • Kegiatan ini bertujuan mengenalkan budaya Jepang kepada anak-anak sejak dini, sekaligus mengajarkan nilai kebersamaan dan permainan yang menyenangkan.
  • Melalui perayaan di kuil dan sekolah, Setsubun menjadi media pembelajaran budaya dan interaksi sosial, menjaga tradisi tetap hidup sambil melibatkan berbagai generasi.
ChatGPT Image 23 Okt 2025 12.25.41
Setsubun di Sekolah

Kosakata dan Ungkapan Terkait Setsubun

Merayakan Setsubun (節分) juga berarti mengenal kosakata dan ungkapan khas yang digunakan dalam ritual dan budaya Jepang. Berikut beberapa kosakata penting:

Bahasa JepangRomajiArti / Keterangan
節分SetsubunPergantian musim, festival untuk mengusir roh jahat
OniIblis atau roh jahat yang diusir dalam ritual
豆まきMame-makiMelempar kacang kedelai untuk mengusir roh jahat
鬼は外! 福は内!Oni wa soto! Fuku wa uchi!“Iblis keluar! Keberuntungan masuk!” — mantra saat melempar kacang
恵方巻きEhou-makiGulungan sushi keberuntungan yang dimakan menghadap arah hoki
HiiragiDaun holly yang dipasang di pintu rumah untuk menolak roh jahat
節分祭Setsubun-saiFestival atau perayaan resmi Setsubun di kuil atau komunitas
MameKacang kedelai yang digunakan dalam mame-maki
FukuKeberuntungan atau nasib baik

Ungkapan Umum Saat Merayakan Setsubun

  • 鬼は外! 福は内! (Oni wa soto! Fuku wa uchi!) – Diucapkan saat melempar kacang untuk simbolis mengusir roh jahat.
  • 今年もよろしくお願いします(Kotoshi mo yoroshiku onegaishimasu) – Ungkapan harapan untuk tahun yang baik, sering diucapkan setelah ritual.
  • 恵方の方角を向いて食べる(Ehou no hougaku o muite taberu) – Mengacu pada kebiasaan makan ehou-maki menghadap arah keberuntungan tahun ini.

Cerita Rakyat dan Legenda Oni

Selain ritual melempar kacang dan makan ehou-maki, Setsubun (節分) juga kaya akan cerita rakyat dan legenda tentang oni (iblis/roh jahat). Cerita-cerita ini membantu menjelaskan makna simbolis dari tradisi dan mengajarkan nilai moral.

1. Oni yang Mengganggu Desa

  • Salah satu legenda populer menceritakan tentang oni jahat yang datang ke sebuah desa, menyebabkan bencana dan kesialan bagi penduduk.
  • Penduduk desa kemudian mengusir oni dengan melempar kacang kedelai, karena kacang dipercaya memiliki kekuatan magis untuk menyingkirkan roh jahat.
  • Kisah ini menjadi dasar dari ritual mame-maki (まめまき) yang dilakukan setiap Setsubun.

2. Oni dan Keberuntungan

  • Dalam beberapa cerita, oni dianggap membawa kesialan pribadi atau penyakit.
  • Dengan ritual Setsubun, masyarakat percaya mereka bisa mengusir pengaruh buruk dan membuka jalan bagi kesejahteraan, kesehatan, dan keberuntungan.

3. Oni dalam Kesenian dan Budaya Populer

  • Legenda oni tidak hanya ada dalam cerita rakyat, tetapi juga muncul dalam teater Noh, Kabuki, manga, dan anime.
  • Anak-anak sering mengenal oni melalui topeng dan ilustrasi warna-warni, sehingga legenda ini tetap hidup dalam budaya populer Jepang.

4. Makna Pendidikan dari Cerita Oni

  • Cerita tentang oni mengajarkan nilai keberanian, kebersamaan, dan refleksi diri, karena ritual mengusir oni dilakukan bersama keluarga atau komunitas.
  • Legenda ini juga membantu anak-anak memahami perbedaan antara baik dan buruk, serta menghargai tradisi budaya.
  • Melalui cerita rakyat dan legenda oni, Setsubun menjadi lebih dari sekadar ritual fisik ia juga sarana untuk menyampaikan nilai budaya, moral, dan filosofi hidup kepada generasi muda.

Aktivitas untuk Anak-anak dalam Setsubun

Setsubun (節分) tidak hanya menjadi ritual keluarga atau festival di kuil, tetapi juga momen edukatif dan menyenangkan bagi anak-anak. Aktivitas ini membantu mereka memahami budaya Jepang, mengenal kosakata tradisional, dan belajar nilai-nilai moral.

1. Mame-maki Mini

  • Anak-anak mengenakan topeng oni dan anggota keluarga lain atau teman bermain melempar kacang kedelai ke arah mereka secara simbolis.
  • Aktivitas ini melatih koordinasi, keberanian, dan interaksi sosial sambil memperkenalkan kosakata seperti “Oni wa soto! Fuku wa uchi!”

2. Membuat Topeng Oni

  • Anak-anak dapat mewarnai dan membuat topeng oni dari kertas atau karton.
  • Kegiatan ini mengembangkan kreativitas, sekaligus mengenalkan karakter oni dan simbolisme mereka dalam budaya Jepang.

3. Bermain Ehou-maki

  • Anak-anak belajar membuat atau makan ehou-maki (gulungan sushi) sesuai arah keberuntungan tahun itu.
  • Aktivitas ini mengajarkan ketelitian, kesabaran, dan pentingnya mengikuti tradisi dengan benar.

4. Cerita dan Drama Oni

  • Guru atau orang tua menceritakan legenda oni, lalu anak-anak berperan sebagai oni atau penduduk desa untuk memerankan cerita.
  • Kegiatan ini membantu anak memahami nilai moral, kerja sama, dan keberanian, sambil bersenang-senang.

5. Kuis dan Permainan Edukatif

  • Sekolah atau rumah dapat mengadakan kuis tentang kosakata Setsubun atau permainan menebak arah ehou-maki.
  • Anak-anak belajar budaya Jepang dengan cara interaktif dan menyenangkan, bukan hanya melalui teori.
ChatGPT Image 23 Okt 2025 12.38.15
Membuat Topeng Oni

Perkembangan Modern dan Pop Culture Setsubun

Seiring waktu, Setsubun (節分) tidak hanya diperingati secara tradisional, tetapi juga menyesuaikan diri dengan budaya modern dan pop culture Jepang. Hal ini membuat festival tetap relevan bagi generasi muda sekaligus menarik perhatian wisatawan dan penggemar budaya Jepang di seluruh dunia.

1. Adaptasi di Kehidupan Modern

  • Banyak keluarga kini membeli ehou-maki siap saji dari supermarket atau convenience store, sehingga ritual makan gulungan sushi lebih praktis.
  • Mame-maki kadang diganti dengan kacang cokelat atau hadiah kecil, agar lebih aman dan menyenangkan bagi anak-anak.
  • Beberapa sekolah atau perusahaan mengadakan versi kreatif mame-maki, seperti permainan edukatif atau lomba kecil, sehingga aktivitas tetap interaktif.

2. Setsubun di Media dan Hiburan

  • Festival Setsubun sering muncul dalam anime, manga, dan drama Jepang, misalnya adegan melempar kacang ke oni atau makan ehou-maki menghadap arah keberuntungan.
  • Media sosial mempopulerkan tantangan Setsubun, tips ritual, dan video kreatif yang menjangkau generasi muda secara digital.

3. Merchandise dan Event Khusus

  • Banyak toko menjual topeng oni lucu, boneka, dan pernak-pernik Setsubun untuk anak-anak maupun kolektor.
  • Beberapa kuil besar mengadakan acara Setsubun skala besar dengan selebritas atau influencer, sehingga ritual menjadi festival hiburan sekaligus budaya.

4. Relevansi Budaya Kontemporer

  • Setsubun di era modern tetap menjaga makna simbolis: mengusir kesialan dan menyambut keberuntungan, namun dikemas dengan cara yang lebih menyenangkan, kreatif, dan aman bagi semua usia.
  • Adaptasi ini menunjukkan bagaimana tradisi Jepang fleksibel namun tetap menghormati nilai-nilai budaya asli.

Hubungan Setsubun dengan Festival Musiman Lain

Setsubun (節分) bukanlah festival tunggal yang berdiri sendiri; ia terkait erat dengan perayaan musiman lain dalam kalender tradisional Jepang. Festival ini menandai pergantian musim dingin ke musim semi, sehingga menjadi momen penting dalam siklus tahunan budaya Jepang.

1. Setsubun dan Hanami

  • Setelah Setsubun, masyarakat Jepang menantikan Hanami (花見), festival melihat bunga sakura yang mekar di musim semi.
  • Kedua perayaan ini sama-sama menghormati alam dan perubahan musim, tetapi dengan cara berbeda: Setsubun fokus pada pembersihan dan keberuntungan, sementara Hanami lebih kepada keindahan alam dan refleksi sosial.

2. Hubungan dengan Oshogatsu dan Tahun Baru

  • Setsubun berlangsung beberapa minggu setelah Tahun Baru Jepang (Oshogatsu).
  • Ritual mengusir roh jahat dan mendatangkan keberuntungan di Setsubun dianggap melengkapi doa dan harapan yang dimulai pada Tahun Baru, sehingga tahun baru dimulai dengan energi positif dan perlindungan keluarga.

3. Kaitan dengan Festival Tradisional Lain

  • Beberapa festival lokal di Jepang juga menandai pergantian musim, seperti festival panen atau ritual pembersihan kuil.
  • Setsubun sering menjadi pembuka rangkaian perayaan musiman, menekankan konsep harmoni dengan alam dan siklus waktu dalam budaya Jepang.

Tips Merayakan Setsubun di Rumah

Merayakan Setsubun (節分) di rumah bisa menjadi pengalaman menyenangkan, edukatif, dan penuh makna, baik untuk keluarga maupun anak-anak. Berikut beberapa tips praktis:

1. Persiapkan Bahan dan Alat

  • Siapkan kacang kedelai panggang (mame) untuk ritual mame-maki.
  • Buat atau beli topeng oni untuk anggota keluarga yang akan menjadi “iblis” sementara.
  • Sediakan ehou-maki (gulungan sushi) untuk makan bersama menghadap arah keberuntungan.

2. Tentukan Arah Keberuntungan

  • Setiap tahun, arah keberuntungan (ehou) berbeda. Pastikan menghadap arah yang benar saat makan ehou-maki untuk memaksimalkan simbolisme keberuntungan.

3. Lakukan Mame-maki dengan Aman

  • Jika anak-anak ikut serta, gunakan kacang cokelat atau kacang besar yang aman agar tidak tertelan sembarangan.
  • Tetapkan area bermain yang aman agar kacang tidak berserakan di tempat yang berbahaya.

4. Sertakan Anak-anak

  • Libatkan anak-anak dalam membuat topeng oni, menghias rumah, atau melempar kacang.
  • Gunakan kesempatan ini untuk mengajarkan kosakata, ungkapan, dan nilai budaya Jepang.

5. Tambahkan Cerita dan Edukasi

  • Ceritakan legenda oni dan asal-usul Setsubun sebelum memulai ritual.
  • Jelaskan makna dari mantra “Oni wa soto! Fuku wa uchi!” agar ritual lebih bermakna.

6. Buat Tradisi Keluarga

  • Jadikan Setsubun momen rutin tahunan yang menyenangkan untuk seluruh anggota keluarga.
  • Bisa ditambahkan foto, video, atau buku kecil dokumentasi agar anak-anak mengenang tradisi ini.

Kesimpulan

Setsubun (節分) adalah tradisi Jepang yang kaya akan makna filosofis, budaya, dan sosial. Lebih dari sekadar ritual melempar kacang atau makan gulungan sushi, Setsubun mencerminkan upaya manusia untuk mengusir energi negatif, menyambut keberuntungan, dan menjaga keseimbangan dengan alam.

Melalui berbagai ritual seperti mame-maki dan ehou-maki, masyarakat Jepang menanamkan nilai kebersamaan keluarga, pendidikan budaya bagi anak-anak, serta keterikatan dengan tradisi lokal dan regional. Variasi dalam pelaksanaan Setsubun, baik di rumah, kuil, sekolah, maupun kota besar, menunjukkan fleksibilitas tradisi ini dalam menghadapi perkembangan zaman.


Dengan demikian, Setsubun bukan hanya festival tahunan, tetapi juga simbol refleksi diri, perlindungan keluarga, dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru. Memahami dan merayakan Setsubun berarti ikut melestarikan salah satu warisan budaya Jepang yang penuh makna dan inspirasi. Yuk, lanjutkan membaca artikel-artikel menarik lainnya di Pandaikotoba dan supaya nggak ketinggalan update seputar bahasa & budaya Jepang, jangan lupa follow Instagram @pandaikotoba belajar Jepang jadi lebih ringan dan menyenangkan!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *