Sekilas Tentang Pangeran Shotoku
Semua orang Jepang pasti mengenalnya, karena Pangeran Shotoku adalah putra kaisar. Tahun 593, pada usia 20, Pangeran Shotoku diberi tugas oleh kaisar soal kebijakan-kebijakan politik. Hal itu kemudian disusul dengan sejumlah reformasi.
Pangeran Shotoku
Konstitusi di Jepang sudah ada sejak dahulu, dan dituangkan di dalam dokumen sebagi prinsip dasar dalam bermasyarakat. 1400 tahun yang lalu, tepatnya tahun 604, terdapat 17 pasal konstitusi yang sangat terkenal yang dibuat oleh Pangeran Shotoku.
Kaisar pada saat itu adalah kaisar Suiko, kaisar wanita pertama di Jepang. (Dahulu ada kaisar wanita, namun itu tidak bisa terjadi karena seorang kaisar haruslah laki-laki sehingga kaisar wanita tidak akan diakui).
Ada beberapa legenda yang terkenal dari Pangeran ini. Diantaranya, Pangeran Shotoku lahir di depan kandang kuda seperti halnya Yesus Kristus yang juga lahir di kandang. Kemudian cerita lain mengisahkan, pada suatu waktu, ada 10 orang yang bertanya kepada sang Pangeran.
10 orang tersebut berbicara pada saat yang sama, dan ia dapat memahami semua pertanyaan dengan baik dan memberikan jawaban dengan baik pula. Betul atau tidaknya hal itu tidak dapat diketahui dengan pasti, namun cerita-cerita itulah yang beredar.
Di Jepang, ia juga terkenal sebagai penyebar agama Buddha. Di Prefektur Nara, Jepang, terdapat kuil kuno bernama Kuil Horyuji, yang konon dibangun olehnya. Sebagian bangunan dari Kuil Horyuji ini telah menjadi bangunan kayu tertua di dunia dan sudah terdaftar sebagai Situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.
Pangeran Shotoku dan Kaisar Yang
Pada waktu itu, Pangeran Shotoku mengeluarkan pernyataan yang fenomenal melalui suratnya yang ditujukan kepada Kaisar Yang dari Tiongkok. Begini bunyinya,
“Raja dari Negeri Matahari Terbit (Kaisar) mengirim surat kepada Raja Negeri Matahari Terbenam. Bagaimana kabarmu,” begitulah isi kalimat di suratnya. “Kaisar dari Negeri Matahari Terbit menuliskan kepada Negeri Matahari Terbenam bahwa kondisinya dalam keadaan baik-baik saja.”
Kaisar Tiongkok sangat murka membaca surat itu. Pada saat itu Tiongkok adalah negara adidaya di dunia, dan Jepang masih memberikan upeti kepada kaisar Tiongkok. Namun, Pangeran Shotoku dalam judul suratnya menganggap Jepang sebagai negara yang kecil dan sebanding dengan kekaisaran Tiongkok sebagai sebuah negara adidaya.
Selain itu, Kaisar Yang tampaknya tidak suka dengan istilah “Negeri Matahari Terbit dan “Negeri Matahari Terbenam.”
Ngomong-ngomong, orang Indonesia juga kerap menjuluki Jepang dengan istilah “Negeri Matahari Terbit”. Untuk orang Jepang sendiri, berbicara mengenai Negeri Matahari Terbit selalu mengingatkan mereka kepada Pangeran Shotoku dan dokumennya yang sangat terkenal.
Jadi apakah julukan Negeri Matahari Terbit itu ada hubungannya dengan kisah Pangeran Shotoku di atas?
Nihon
Jepang yang dalam bahasa Jepang disebut Nihon secara harfiah berarti “matahari keluar”. Asal katanya yaitu dari ni (hari) dan hon (asal/mula). Ada teori mengenai kapan persisnya sebutan Nihon itu mulai digunakan.
Deskripsi tentang Nihon terlihat dalam literatur Tiongkok yang ditulis pada abad ke-7, dan sebutan Nihon tampaknya telah digunakan negara tersebut pada saat itu.
Baca artikel tentang Budaya Jepang lainnya hanya di Pandai Kotoba!