Onomatope Suara Hewan dalam Bahasa Jepang
Di setiap bahasa, suara hewan diungkapkan dengan onomatope yang berbeda. Dalam bahasa Jepang, suara hewan memiliki pola yang khas dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, buku anak-anak, serta manga dan anime. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai suara hewan dalam bahasa Jepang, termasuk contoh kalimat, percakapan.
Apa itu Onomatope Suara Hewan
Onomatope suara hewan adalah kata tiruan yang menirukan suara yang dihasilkan oleh hewan. Dalam bahasa Jepang, onomatope ini disebut giseigo (擬声語), yaitu kata-kata yang meniru bunyi atau suara makhluk hidup, termasuk manusia dan hewan.
Penjelasan Giseigo
Bahasa Jepang memiliki banyak onomatope (オノマトペ) atau kata tiruan bunyi, termasuk suara yang dibuat oleh hewan. Berbeda dengan bahasa lain, onomatope dalam bahasa Jepang sering kali memiliki dua bentuk:
- 擬声語 (Giseigo) → Meniru suara makhluk hidup, termasuk manusia dan hewan.
- 擬態語 (Gitaigo) → Meniru keadaan atau perasaan tanpa suara.
Dalam artikel ini, kita akan mempelajari berbagai suara hewan dalam bahasa Jepang, mulai dari suara hewan peliharaan hingga hewan liar.
Sejarah Terbentuknya Suara Hewan di Jepang
Suara hewan (動物の声 – Doubutsu no koe) dalam bahasa Jepang berkembang seiring dengan sejarah, budaya, dan sistem linguistik Jepang. Bentuk-bentuk onomatope ini tidak muncul begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti perkembangan bahasa Jepang, pengaruh sastra klasik, pengaruh budaya populer, serta sistem fonologi bahasa Jepang. Berikut adalah bagaimana suara hewan dalam bahasa Jepang terbentuk dari masa ke masa:
Zaman Kuno: Pengaruh Sastra dan Tradisi Lisan
Pengaruh Mitologi dan Kepercayaan
Pada zaman kuno di Jepang, suara hewan sering dikaitkan dengan makna mistis atau simbolis dalam mitologi Shinto dan cerita rakyat. Beberapa suara hewan dipercaya membawa pesan dari roh atau dewa.
Contoh:
- Suara burung hantu ホーホー (hōhō) dianggap sebagai tanda dari roh atau dewa di pegunungan.
- Suara gagak カー (kā) dikaitkan dengan Yatagarasu (八咫烏), burung gagak mitologi yang dipercaya sebagai penunjuk jalan dalam legenda Jepang.

Pengaruh Waka dan Puisi Klasik
Dalam puisi-puisi waka (和歌) dari periode Heian (794-1185), suara alam termasuk suara hewan sering digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan suasana hati dan perasaan manusia. Pada masa ini, suara hewan mulai mendapatkan bentuk tertulis dalam literatur.
Contoh:
- Suara jangkrik ditulis sebagai チチチ (chichichi) dalam puisi klasik, menggambarkan ketenangan malam.
- Suara burung bulbul ditulis sebagai ホトトギス (hototogisu), yang akhirnya menjadi nama spesifik untuk burung tersebut dalam bahasa Jepang.
Pada tahap ini, peniruan suara hewan masih terbatas dan lebih sering digambarkan dalam bentuk deskriptif dibandingkan dengan onomatope yang kita kenal sekarang.
Periode Edo (1603-1868): Berkembangnya Onomatope dalam Sastra dan Budaya Rakyat
Selama periode Edo, budaya sastra dan seni berkembang pesat, dan suara hewan mulai lebih banyak digunakan dalam berbagai bentuk karya seni, termasuk ukiyo-e (lukisan kayu), kabuki, dan cerita rakyat.
Onomatope dalam Buku dan Hikayat Rakyat
Pada periode ini, banyak cerita rakyat dan buku anak-anak mulai menggunakan onomatope untuk menggambarkan suara hewan dengan lebih realistis. Misalnya:
- ワンワン (wanwan) untuk suara anjing muncul dalam berbagai naskah.
- ニャーニャー (nyaa nyaa) mulai digunakan dalam cerita tentang kucing.

Pengaruh Kabuki dan Rakugo
Pertunjukan Kabuki dan Rakugo (seni bercerita komedi) sering menggunakan peniruan suara hewan sebagai bagian dari akting. Para aktor dan seniman Rakugo mulai membakukan beberapa suara hewan, yang kemudian tersebar luas di kalangan masyarakat.
Onomatope dalam Ukiyo-e (Seni Cetak Kayu)
Dalam seni ukiyo-e, beberapa suara hewan juga mulai dituliskan dalam bentuk karakter kana di sekitar ilustrasi untuk memberikan efek suara lebih nyata.
Contoh:
- Ilustrasi kucing sering ditemani tulisan ニャー (nyaa) untuk menggambarkan suaranya.
- Adegan pedesaan dengan ayam jantan sering menyertakan コケコッコー (kokekokkō).
Periode Meiji (1868-1912): Modernisasi Bahasa Jepang dan Peningkatan Publikasi
Pada periode Meiji, Jepang mengalami modernisasi besar-besaran, termasuk dalam bidang bahasa dan pendidikan. Buku pelajaran anak-anak mulai menggunakan onomatope suara hewan secara konsisten, membuatnya lebih sistematis dalam bahasa tertulis.
Standarisasi dalam Buku Sekolah
Pemerintah Meiji mulai memperkenalkan pendidikan formal ke seluruh Jepang, dan suara hewan dimasukkan dalam buku pelajaran sebagai bagian dari pembelajaran membaca dan menulis bagi anak-anak.
- Anjing: ワンワン (wanwan)
- Kucing: ニャーニャー (nyaa nyaa)
- Sapi: モーモー (mōmō)
Penggunaan ini akhirnya menjadi bentuk standar yang diajarkan di seluruh Jepang dan masih digunakan hingga sekarang.

Kontak dengan Barat dan Adaptasi Suara Baru
Seiring dengan meningkatnya kontak dengan dunia Barat, beberapa pengaruh baru mulai muncul. Meskipun Jepang tetap mempertahankan sistem mereka sendiri, beberapa suara hewan dari bahasa asing mulai dikenal, seperti:
- “Meow” dalam bahasa Inggris → Diketahui tetapi tetap dipertahankan sebagai ニャーニャー (nyaa nyaa) dalam bahasa Jepang.
- “Cock-a-doodle-doo” dalam bahasa Inggris → Tidak dapat langsung diserap, sehingga tetap dalam bentuk コケコッコー (kokekokkō).
Era Modern: Pengaruh Media, Manga, dan Anime
Di era modern, suara hewan semakin dikenal melalui manga, anime, dan media populer. Onomatope hewan semakin beragam dan sering digunakan dalam dialog serta ekspresi karakter.
Onomatope dalam Manga dan Anime
Manga dan anime menjadi faktor terbesar yang mempertahankan dan menyebarkan suara hewan khas Jepang ke seluruh dunia.
- ワンワン (wanwan) sering digunakan dalam manga untuk anjing yang imut.
- ガオー (gaō) digunakan dalam anime untuk suara singa atau monster yang mengaum.
- ニャーン (nyān) sering digunakan oleh karakter kucing dalam anime, seperti Hello Kitty.
Penyesuaian dengan Tren Baru
Beberapa suara hewan mengalami perubahan atau variasi tergantung pada konteks media yang digunakan.
- ニャン (nyan) menjadi lebih populer dalam budaya internet dan digunakan dalam meme seperti Nyan Cat.
- モフモフ (mofumofu) mulai digunakan untuk menggambarkan hewan berbulu yang lucu, meskipun awalnya bukan suara hewan.
Daftar Suara Hewan dalam Bahasa Jepang
Nama Hewan | Bahasa Jepang | Suara dalam Bahasa Jepang |
Kucing | 猫 (ねこ, Neko) | ニャーニャー (Nyaa nyaa) |
Anjing | 犬 (いぬ, Inu) | ワンワン (Wan wan) |
Tikus | 鼠 (ねずみ, Nezumi) | チューチュー (Chuu chuu) |
Burung | 鳥 (とり, Tori) | ピーピー (Pii pii) / チュンチュン (Chun chun) |
Katak | 蛙 (かえる, Kaeru) | ゲロゲロ (Gero gero) |
Ayam | 鶏 (にわとり, Niwatori) | コケコッコー (Kokekokkoo) |
Sapi | 牛 (うし, Ushi) | モーモー (Moo moo) |
Kuda | 馬 (うま, Uma) | ヒヒーン (Hihiin) |
Babi | 豚 (ぶた, Buta) | ブーブー (Buu buu) |
Kambing/Domba | 羊 (ひつじ, Hitsuji) | メーメー (Mee mee) |
Lebah | 蜂 (はち, Hachi) | ブーン (Buun) |
Gajah | 象 (ぞう, Zō) | パオーン (Paoon) |
Serigala | 狼 (おおかみ, Ōkami) | ワオーン (Waon) |
Monyet | 猿 (さる, Saru) | ウキーウキー (Ukī ukī) |

ゲロゲロ (Gero gero)
Suara Hewan Liar dalam Bahasa Jepang
Dalam bahasa Jepang, suara hewan liar (yasei dōbutsu no oto, 野生動物の音) memiliki bentuk onomatope yang unik dan berbeda dari bahasa lain. Suara-suara ini terbentuk berdasarkan bagaimana orang Jepang mendengar dan menangkap pola bunyi dari alam, disesuaikan dengan sistem fonologi bahasa Jepang.
Berikut adalah beberapa suara hewan liar yang umum ditemukan di Jepang beserta penjelasannya:
Suara Hewan Mamalia Liar
Hewan | Suara dalam Bahasa Jepang | Penjelasan |
Serigala (狼, Ōkami) | ワオーン (waōn) | Melolong, mirip dengan suara anjing tetapi lebih panjang. |
Beruang (熊, Kuma) | グルルル (gurururu) | Geraman atau suara marah. |
Rubah (狐, Kitsune) | コンコン (konkon) | Suara yang lebih mirip dengan batuk kecil atau gonggongan pendek. |
Babi Hutan (猪, Inoshishi) | ブーブー (būbū) | Menggerutu atau mendengus seperti babi. |
Rakun (狸, Tanuki) | ポンポコ (ponpoko) | Menirukan suara perut tanuki yang dipukul (berdasarkan legenda). |
Suara Burung Liar
Burung | Suara dalam Bahasa Jepang | Penjelasan |
Burung Hantu (フクロウ, Fukurō) | ホーホー (hōhō) | Suara burung hantu saat malam. |
Burung Gagak (カラス, Karasu) | カーカー (kā kā) | Suara gagak yang keras. |
Burung Bulbul (ホトトギス, Hototogisu) | ホトホト (hotohoto) | Nama burung ini berasal dari suaranya sendiri. |
Elang (鷲, Washi) | ピーヒョロロ (pīhyororo) | Suara khas elang saat terbang tinggi. |

ホーホー (hōhō)
Suara Reptil dan Amfibi Liar
Hewan | Suara dalam Bahasa Jepang | Penjelasan |
Katak (蛙, Kaeru) | ゲロゲロ (gerogero) | Suara katak yang menguak, sering terdengar di malam hari atau saat hujan. Kata “gerogero” sering digunakan dalam budaya Jepang untuk meniru suara katak. |
Katak Pohon (アマガエル, Amagaeru) | ケロケロ (kerokero) | Suara katak pohon yang lebih nyaring dan lebih bernada tinggi dibandingkan katak biasa. Sering digunakan dalam anime dan lagu anak-anak. |
Ular(蛇, Hebi) | シュー (shū) | Suara desisan ular ketika merasa terancam atau ingin mengusir pemangsa. Suara ini menirukan bunyi udara yang keluar dari mulut ular. |
Tokek (ヤモリ,Yamori) | キュッキュッ (kyukkyukkyu) | Suara tokek Jepang yang sering terdengar di malam hari. Suara ini biasanya dihasilkan saat tokek berkomunikasi dengan sesamanya atau menarik perhatian lawan jenis. |
Cicak (トカゲ, Tokage) | チチチ (chichichi) | Suara cicak kecil yang sering terdengar di dalam rumah atau di pohon saat beraktivitas. Tidak sekeras tokek. |
Buaya (鰐, Wani) | グルル (gururu) | Suara geraman buaya yang menandakan peringatan atau panggilan kepada betina. Kadang juga ditulis sebagai ガオー (gaō) untuk menirukan suara raungan yang lebih kuat. |
Salamander(サンショウウオ, Sanshōuo) | ピチャピチャ (pichapicha) | Suara air yang bercipak saat salamander bergerak di lingkungan berair, karena mereka tidak banyak mengeluarkan suara vokal. |

シュー (shū)
Suara Serangga Liar
Serangga memiliki peran penting dalam budaya Jepang, terutama dalam musim panas dan musim gugur.
Hewan | Suara dalam Bahasa Jepang | Penjelasan |
Jangkrik (コオロギ,Kōrogi) | コロコロ (korokoro) | Suara jangkrik bernyanyi. |
Belalang (バッタ, Batta) | リーリー (rīrī) | Suara gesekan sayap belalang. |
Cicada (セミ, Semi) | ミーンミーン (mīn mīn) | Suara khas musim panas di Jepang. |
Kunang-kunang (蛍, Hotaru) | 無音 (muon) | Kunang-kunang tidak bersuara, tapi sering digambarkan dalam puisi. |
Contoh Kalimat
- 犬がワンワンと吠えています。
(Inu ga wan wan to hoete imasu.) – Anjing menggonggong “wan wan.”
- 猫がニャーニャー鳴いています。
(Neko ga nyaa nyaa naite imasu.) – Kucing mengeong “nyaa nyaa.”
- 朝になると、鶏がコケコッコーと鳴きます。
(Asa ni naru to, niwatori ga kokekokkoo to nakimasu.) – Saat pagi, ayam berkokok “kokekokkoo.”
- 蜂がブーンと飛んでいます。
(Hachi ga buun to tonde imasu.) – Lebah terbang sambil berbunyi “buun.”

Lebah terbang sambil berbunyi “buun.”
- カラスが朝からカーカーとうるさく鳴いている。
(Karasu ga asa kara kā kā to urusaku naite iru.) – Gagak berisik bersuara ‘kā kā’ sejak pagi.
- 夜の森でオオカミがワオーンと遠吠えした。
(Yoru no mori de ōkami ga waōn to tōboe shita.) – Di hutan malam, serigala melolong ‘waōn’.
- 夜の田んぼでカエルがゲロゲロと鳴いている。
(Yoru no tanbo de kaeru ga gerogero to naite iru.) – Katak bernyanyi ‘gerogero’ di sawah saat malam.
- 夏の夕方、セミがミーンミーンと鳴いている。
(Natsu no yūgata, semi ga mīn mīn to naite iru.) – Di sore musim panas, cicada bersuara ‘mīn mīn’.

Di hutan malam, serigala melolong ‘waōn’.
Contoh Percakapan
Percakapan 1: Membahas Suara Hewan
Hiroshi: ねえ、さくら、動物の鳴き声って面白いよね?(Nee, Sakura, dōbutsu no nakigoe tte omoshiroi yo ne?) – Hei, Sakura, suara hewan itu menarik, ya?
Sakura: うん、特に日本語の擬声語はユニークだと思うよ!(Un, toku ni Nihongo no giseigo wa yuniiku da to omou yo!) – Ya, terutama giseigo dalam bahasa Jepang unik menurutku!
Hiroshi: 例えば、犬は「ワンワン」って鳴くよね。(Tatoeba, inu wa “wan wan” tte naku yo ne.) – Misalnya, anjing berbunyi “wan wan”, kan?
Sakura: そうそう!でも、英語では「bow-wow」って聞こえるんだって。(Sō sō! Demo, Eigo de wa “bow-wow” tte kikoerun datte.) – Benar! Tapi, dalam bahasa Inggris, katanya berbunyi “bow-wow”.
Hiroshi: へえ、面白いね!猫は「ニャーニャー」、カエルは「ゲロゲロ」だよね?(Hee, omoshiroi ne! Neko wa “nyaa nyaa”, kaeru wa “gero gero” da yo ne?) – Wah, menarik! Kucing berbunyi “nyaa nyaa”, dan katak berbunyi “gero gero”, kan?
Sakura: うん!そして、牛は「モーモー」、豚は「ブーブー」って鳴くよ。(Un! Soshite, ushi wa “mō mō”, buta wa “bū bū” tte naku yo.) – Ya! Dan sapi berbunyi “mō mō”, sedangkan babi berbunyi “bū bū”.
Hiroshi: 動物の鳴き声って、言語によって聞こえ方が違うのが面白いね!(Dōbutsu no nakigoe tte, gengo ni yotte kikoekata ga chigau no ga omoshiroi ne!) – Suara hewan itu menarik karena terdengar berbeda tergantung bahasa!
Kesimpulan
Dalam bahasa Jepang, suara hewan diungkapkan dengan 擬声語 (giseigo), yaitu kata-kata yang meniru suara secara langsung. Setiap hewan memiliki suara khas yang diekspresikan dengan kata tertentu, seperti 「ワンワン」(wan wan) untuk anjing atau 「ニャーニャー」(nyaa nyaa) untuk kucing. Menariknya, suara hewan bisa terdengar berbeda dalam bahasa lain, tergantung bagaimana setiap budaya menangkap dan menirunya. Dengan memahami giseigo, kita dapat lebih mudah mengingat suara hewan dalam bahasa Jepang dan memahami nuansa unik dalam komunikasi sehari-hari.
Demikian pembahasan mengenai 動物の声 (Dōbutsu no Koe) dalam bahasa Jepang. Semoga artikel ini membantu dalam memahami Giseigo dan menambah wawasan tentang bagaimana bahasa Jepang meniru suara hewan. Jika kamu ingin mempelajari lebih banyak giseigo, cobalah perhatikan bunyi-bunyian di sekitar dan cari tahu bagaimana bahasa Jepang menggambarkannya! Yuk, terus semangat latihan dan jangan malu buat coba-coba berbagai contoh kalimat!
Sampai ketemu lagi di materi seru berikutnya bareng Pandaikotoba. Oh iya, jangan lupa follow Instagram-nya juga ya, Minasan!
Belajar bahasa Jepang itu asyik banget, lho. がんばってね!!

