Bahasa Jepang

Mengenal Ilmu Linguistik dalam Bahasa Jepang: Fonologi hingga Pragmatik

Bahasa Jepang dikenal sebagai salah satu bahasa yang unik dan kompleks, baik dari segi sistem penulisan, tata bahasa, maupun penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memahami bahasa Jepang secara mendalam, tidak cukup hanya menguasai kosakata atau pola kalimat. Diperlukan pemahaman terhadap ilmu linguistik ilmu yang mempelajari bahasa secara ilmiah.

Dalam konteks bahasa Jepang, ilmu linguistik mencakup berbagai cabang seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, hingga pragmatik. Masing-masing cabang ini membantu kita memahami bagaimana bahasa Jepang dibentuk, diucapkan, disusun, dimaknai, dan digunakan dalam berbagai situasi. Artikel ini akan mengajak minasan mengenal cabang-cabang utama ilmu linguistik dalam bahasa Jepang secara ringkas dan sistematis.

linguistik
Ilmu linguistik

Pengertian Ilmu Linguistik

Ilmu linguistik adalah studi ilmiah tentang bahasa, yang mencakup berbagai aspek seperti bunyi, struktur kata, susunan kalimat, makna, hingga penggunaan bahasa dalam konteks sosial. Linguistik berusaha memahami bagaimana bahasa bekerja secara sistematis dan bagaimana manusia memproduksi serta memahami bahasa.

Dalam konteks bahasa Jepang, ilmu linguistik menjadi sangat penting karena bahasa ini memiliki ciri khas tersendiri, seperti sistem penulisan yang kompleks (kanji, hiragana, katakana), perbedaan tingkat kesopanan (keigo), serta struktur tata bahasa yang berbeda dari bahasa Indonesia atau bahasa Barat. Dengan mempelajari linguistik, kita dapat lebih memahami bagaimana bahasa Jepang dibentuk dan digunakan, baik dalam situasi formal maupun informal.

Fonologi (音韻論/On’inron): Bunyi dalam Bahasa Jepang

Fonologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari sistem bunyi dalam suatu bahasa. Dalam bahasa Jepang, fonologi berfokus pada bagaimana bunyi-bunyi diatur, digunakan, dan dibedakan untuk membentuk makna. Istilah fonologi dalam bahasa Jepang disebut 音韻論 (on’inron), yang secara harfiah berarti “teori bunyi bahasa”.

Bahasa Jepang memiliki sistem fonetik yang relatif sederhana dibandingkan banyak bahasa lainnya. Bunyi dalam bahasa Jepang didasarkan pada suku kata (mora), bukan fonem seperti dalam bahasa Inggris atau Indonesia. Satu suku kata dalam bahasa Jepang biasanya terdiri dari satu konsonan dan satu vokal (CV), seperti ka, sa, ta, na, dan sebagainya.

Ciri-Ciri Fonologi dalam Bahasa Jepang:

  • Vokal utama ada lima: あ (a), い (i), う (u), え (e), お (o).
  • Konsonan digabungkan dengan vokal untuk membentuk suku kata: か (ka), し (shi), つ (tsu), dll.
  • Terdapat bunyi nasal /n/ (ん) yang dapat berdiri sendiri sebagai satu mora.
  • Terdapat geminasi (penggandaan konsonan) yang ditandai dengan 小さい「っ」(sokuon), seperti pada kata がっこう (gakkou – sekolah).

Pitch accent (aksen nada) juga berperan penting dalam membedakan makna kata meskipun pengucapan hurufnya sama. Misalnya, はし bisa berarti “jembatan” atau “sumpit” tergantung pada pola nadanya.

Contoh:

  • かみ (kami) → bisa berarti “kertas” (紙) atau “dewa” (神), tergantung nada.
  • おばさん (obasan) = bibi
  • おばあさん (obaasan) = nenek → Perbedaan fonologis juga tampak dari panjang pendek bunyi vokalnya.

Morfologi (形態論/Keitairon): Struktur Kata dalam Bahasa Jepang

Morfologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari struktur dan bentuk kata serta cara kata dibentuk dari bagian-bagian terkecil yang memiliki makna, yaitu morfem. Dalam bahasa Jepang, kajian morfologi dikenal dengan istilah 形態論 (keitairon), yang berarti “teori bentuk”.

Bahasa Jepang merupakan bahasa yang sangat bergantung pada perubahan bentuk kata, terutama kata kerja dan kata sifat, untuk menyampaikan makna gramatikal seperti waktu (tense), kesopanan, bentuk negatif, dan sebagainya. Oleh karena itu, pemahaman morfologi sangat penting dalam belajar bahasa Jepang.

Jenis Morfem dalam Bahasa Jepang

1. Morfem bebas (自由形態素 / jiyū keitaiso)
→ Dapat berdiri sendiri sebagai kata.
Contoh: 本 (hon – buku), 山 (yama – gunung), 人 (hito – orang)

2. Morfem terikat (拘束形態素 / kōsoku keitaiso)
→ Tidak dapat berdiri sendiri, harus melekat pada kata lain.
Contoh: -ます (-masu – bentuk sopan), -た (-ta – bentuk lampau), お- (prefiks kehormatan)

ChatGPT Image 29 Mei 2025 20.15.25
Morfem terikat (拘束形態素 / kōsoku keitaiso)

Struktur Kata dalam Bahasa Jepang:

1. Kata Kerja (動詞 / Dōshi)
Kata kerja mengalami perubahan bentuk (konjugasi) tergantung waktu, tingkat kesopanan, dan bentuk kalimat. Contoh:
食べる (taberu – makan) → 食べます (tabemasu), 食べた (tabeta), 食べない (tabenai)

2. Kata Sifat (形容詞 / Keiyōshi dan 形容動詞 / Keiyōdōshi)
Kata sifat juga mengalami konjugasi untuk menunjukkan waktu dan bentuk negatif.
Contoh:
高い (takai – tinggi) → 高くない (takakunai), 高かった (takakatta)

3. Afiks (接辞 / Setsuji)
Dalam bahasa Jepang, awalan (prefiks) dan akhiran (sufiks) digunakan untuk membentuk kata baru atau mengekspresikan makna tambahan.
Contoh:

  • お茶 (ocha – teh): お- adalah awalan kehormatan
  • 学生 (gakusei – pelajar): 学 (belajar) + 生 (murid)

Contoh Analisis Morfologis:

  • 言いました (iimashita – telah mengatakan)
    → 言 (ii – akar kata “mengatakan”) + い (i – bentuk masu) + ました (mashita – bentuk sopan lampau)

Sintaksis (統語論/Tōgoron): Tata Kalimat Bahasa Jepang

Sintaksis adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari cara kata-kata disusun menjadi frasa, klausa, dan kalimat. Dalam bahasa Jepang, sintaksis dikenal dengan istilah 統語論 (tōgoron). Studi ini penting untuk memahami pola kalimat serta bagaimana elemen-elemen bahasa saling berhubungan dalam sebuah struktur kalimat. Bahasa Jepang memiliki urutan kata (word order) yang berbeda dari bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Umumnya, pola dasar kalimat dalam bahasa Jepang adalah:

Subjek + Objek + Predikat (SOV)

Contoh: 私はりんごを食べます。(Watashi wa ringo o tabemasu.) – Saya makan apel.

Dalam kalimat ini:

  • 私 (watashi) = subjek
  • りんご (ringo) = objek
  • 食べます (tabemasu) = predikat (kata kerja)

Ciri-Ciri Sintaksis Bahasa Jepang:

  • Predikat selalu di akhir kalimat
  • Kata kerja atau kata kopula (desu, da) biasanya muncul di akhir kalimat.
22294945

Menggunakan partikel sebagai penanda fungsi kata
Bahasa Jepang mengandalkan partikel (助詞 / joshi) untuk menunjukkan peran kata dalam kalimat.

Contoh partikel penting:

  • は (wa) → penanda topik
  • を (o) → penanda objek
  • に / で (ni / de) → penanda tempat atau waktu
  • が (ga) → penanda subjek atau penekanan

Kalimat tanpa subjek bisa diterima
Bahasa Jepang sering menghilangkan subjek jika sudah bisa dipahami dari konteks.
Contoh: 食べました。(Tabemashita.) → (Saya) sudah makan.

Kalimat Kompleks dan Subordinasi
Bahasa Jepang banyak menggunakan kalimat kompleks dengan klausa relatif.
Contoh:
先生がくれた本を読みました。(Sensei ga kureta hon o yomimashita.) – Saya membaca buku yang diberikan oleh guru.

Kata sifat dan kata kerja sebagai predikat
Dalam bahasa Jepang, kata kerja dan kata sifat dapat langsung menjadi predikat tanpa perlu kata bantu “adalah”.

Contoh Pola Kalimat Dasar:

Pola KalimatContoh KalimatArti
S + O + V彼は映画を見ました。Dia menonton film.
S + V母は働いています。Ibu sedang bekerja.
S + Adjこの本は面白いです。Buku ini menarik.
O + Vケーキを食べたいです。(Saya) ingin makan kue.

Semantik (意味論/Imiron): Makna dalam Bahasa Jepang

Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari makna dari kata, frasa, dan kalimat dalam suatu bahasa. Dalam bahasa Jepang, kajian semantik dikenal dengan istilah 意味論 (imiron)  secara harfiah berarti “teori makna”.

Kajian semantik dalam bahasa Jepang berfokus pada bagaimana makna dibentuk, dipahami, dan diinterpretasikan, baik secara leksikal (kata per kata) maupun kontekstual (dalam kalimat atau percakapan). Karena bahasa Jepang sarat dengan nuansa, kesopanan, dan makna tersirat, pemahaman semantik menjadi sangat penting.

Cakupan Semantik dalam Bahasa Jepang:

1. Makna Leksikal (語彙的意味 / goiteki imi)
Mengacu pada arti dasar atau kamus dari sebuah kata. Contoh:

  • 木 (ki) → “pohon”
  • 猫 (neko) → “kucing”

2. Sinonimi dan Antonimi (類義語・反義語)
Bahasa Jepang memiliki banyak kata dengan makna mirip (sinonim) dan berlawanan (antonim).
Contoh sinonim:
美しい (utsukushii) dan きれい (kirei) → “indah/cantik”

Contoh antonim:
大きい (ookii – besar) ↔ 小さい (chiisai – kecil)

3. Polisemi (多義語 / tagigo)
Satu kata bisa memiliki beberapa makna tergantung konteks. Contoh:
上がる (agaru) bisa berarti “naik”, “meningkat”, atau “terangkat perasaannya”.

ChatGPT Image 29 Mei 2025 20.22.58
大きい (ookii – besar) ↔ 小さい (chiisai – kecil)

Makna Kontekstual dan Budaya

Banyak ungkapan atau kosakata Jepang mengandung makna tersirat atau bergantung konteks.
Contoh:
ちょっと… (chotto…)
yang secara harfiah berarti “sedikit”, tapi dalam konteks bisa berarti “maaf, saya tidak bisa” atau penolakan halus.

Kesopanan dan Nuansa
Kata-kata dalam bahasa Jepang sering memiliki makna dan nada berbeda tergantung tingkat kesopanan atau status sosial.
Contoh:

  • 食べる (taberu – makan) → 召し上がる (meshiagaru – bentuk hormat)
  • 言う (iu – berkata) → おっしゃる (ossharu – berkata, sopan)

Contoh Analisis Semantik:
この花はきれいですね。(Kono hana wa kirei desu ne.) – Bunga ini indah, ya.

Kata きれい bisa berarti “cantik”, “indah”, atau bahkan “bersih” tergantung konteksnya. Di sini, maknanya adalah “indah” karena subjeknya adalah bunga.

Pragmatik (語用論/Goyōron): Bahasa dalam Konteks Sosial dan Budaya Jepang

Pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari penggunaan bahasa dalam konteks nyata, termasuk bagaimana makna ditentukan oleh situasi, hubungan sosial, dan norma budaya. Dalam bahasa Jepang, kajian ini disebut 語用論 (goyōron), yang berarti “teori penggunaan bahasa”.

Bahasa Jepang sangat bergantung pada konteks sosial dan budaya dalam berkomunikasi. Pilihan kata, struktur kalimat, hingga nada bicara bisa berubah tergantung siapa yang berbicara, kepada siapa, dan dalam situasi seperti apa. Oleh karena itu, pragmatik sangat penting untuk memahami komunikasi yang benar dan sopan dalam bahasa Jepang.

Ciri-Ciri Pragmatik dalam Bahasa Jepang

Tingkat Kesopanan (敬語 / Keigo)
Bahasa Jepang memiliki sistem kesopanan yang kompleks, yang terbagi menjadi:

  • Sonkeigo (敬語) → Bahasa hormat. Contoh: 言う → おっしゃる (ossharu – berkata, hormat)
  • Kenjōgo (謙譲語) → Bahasa merendah. Contoh: 言う → 申す (mōsu – berkata, merendah)
  • Teineigo (丁寧語) → Bahasa sopan umum. Contoh: 言う → 言います (iimasu)

Penggunaan keigo tergantung pada hubungan sosial antara pembicara dan lawan bicara.

ChatGPT Image 29 Mei 2025 20.38.41
Sonkeigo (敬語) → Bahasa hormat

Implikatur dan Makna Tersirat
Bahasa Jepang sering tidak mengungkapkan makna secara langsung. Penutur mengandalkan konteks dan pemahaman bersama.
Contoh: 今日ちょっと… (Kyou chotto…)
→ Maknanya bisa: “Hari ini saya tidak bisa,” tanpa perlu menyelesaikan kalimat.

Strategi Kesopanan dan Kerendahan Hati
Budaya Jepang menekankan sikap rendah hati, menghindari konfrontasi langsung, dan menjaga keharmonisan.
Contoh:
Daripada mengatakan “Tidak bisa,” orang Jepang sering mengatakan “Itu agak sulit” (それはちょっと難しいですね/sore wa chotto muzukashii desu ne).

Penggunaan Partikel dalam Konteks Pragmatik
Partikel seperti ね (ne), よ (yo), な (na), dan わ (wa) menambah nuansa sosial dan emosional dalam kalimat. Contoh:

  • おいしいですね。(Oishii desu ne.) → Menyiratkan ajakan berbagi pendapat (“enak ya?”)
  • おいしいよ。(Oishii yo.) → Menyatakan keyakinan pribadi (“enak loh!”)

Gaya Bahasa dan Register
Pilihan kata dan gaya bicara berbeda tergantung apakah sedang berbicara dengan teman, atasan, orang asing, atau dalam situasi formal/informal.
Contoh Kalimat dengan Nuansa Pragmatik:

  • Informal : 何してるの? (Nani shiteru no?) → Lagi ngapain? (ke teman)
  • Sopan : 何をしていますか? (Nani o shiteimasu ka?) → Sedang apa? (ke orang asing)
  • Sangat sopan (ke atasan) : 今、何をなさっていますか? (Ima, nani o nasatte imasu ka?) Apa yang sedang Anda lakukan sekarang?

Ilmu linguistik berperan penting dalam mendukung proses pembelajaran bahasa Jepang secara menyeluruh dan sistematis. Dengan memahami berbagai cabang linguistik  seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, hingga pragmatik pembelajar dapat lebih mudah menguasai bahasa Jepang tidak hanya dari segi struktur, tetapi juga dari sisi makna dan penggunaan dalam konteks sosial-budaya.

Berikut beberapa peran penting linguistik dalam pembelajaran bahasa Jepang:

1. Fonologi membantu pengucapan yang tepat

Melalui fonologi, pelajar memahami sistem bunyi dalam bahasa Jepang, termasuk cara pelafalan huruf hiragana, katakana, dan kanji, serta tekanan suara (pitch accent) yang membedakan makna kata.
Contoh: hashi bisa berarti “jembatan” (橋) atau “sumpit” (箸), tergantung intonasinya.

2. Morfologi mempermudah pemahaman bentuk kata

Dengan mengenali akar kata dan imbuhan (seperti -ます, -ない, -たい), pembelajar bisa lebih cepat menguasai konjugasi kata kerja dan kata sifat dalam berbagai bentuk (lampau, negatif, keinginan, dll).
Contoh: 食べる (makan) → 食べました (sudah makan), 食べたくない (tidak ingin makan)

3. Sintaksis memperjelas struktur kalimat

Dengan memahami susunan kalimat Jepang yang berbeda dari bahasa Indonesia (S-P-O menjadi S-O-P), pelajar bisa menyusun kalimat secara tepat dan alami.
Contoh:

  • Bahasa Indonesia: “Saya makan nasi.”
  • Bahasa Jepang: 私はごはんを食べます。(Watashi wa gohan o tabemasu.)
2010658
(Watashi wa gohan o tabemasu.)
Saya makan nasi.

4. Semantik memperluas penguasaan makna

Dengan mempelajari semantik, pelajar memahami arti kata secara leksikal dan kontekstual, serta mampu membedakan sinonim, antonim, dan makna ganda dalam bahasa Jepang.

5. Pragmatik membentuk komunikasi yang tepat dan sopan

Ilmu pragmatik membantu pelajar memahami bagaimana menggunakan bahasa sesuai konteks sosial dan budaya Jepang, termasuk penggunaan keigo (bahasa sopan), ekspresi tidak langsung, dan partikel-partikel pragmatis seperti ね (ne) atau よ (yo).


Dengan memahami fonologi, kita dapat melafalkan kata-kata dengan benar. Melalui morfologi, kita mengetahui bagaimana bentuk kata terbentuk dan berubah. Sintaksis membantu kita menyusun kalimat secara tepat, semantik menuntun kita memahami makna, dan pragmatik mengajarkan bagaimana menggunakan bahasa sesuai konteks sosial dan budaya Jepang. Yuk, terus semangat latihan dan jangan malu buat coba-coba berbagai contoh kalimat! Sampai ketemu lagi di materi seru berikutnya bareng Pandaikotoba. Oh iya, jangan lupa follow Instagram-nya juga ya, Minasan!

Belajar bahasa Jepang itu asyik banget, lho. がんばってね!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *