Kuliner Jepang: Menu, Cara Makan dan Teknik Masak
Masakan Jepang terkenal dengan filosofinya, yaitu sederhana, minimalis, dan berpenampilan menarik. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka kunci kelezatan masakan Jepang adalah kesegaran bahan, dan teknik masak yang mempertahankan cita rasa alami bahan.
Kuliner Jepang memang memiliki cita rasa yang ‘ringan’ karena tidak memakai bumbu terlalu banyak, dan umumnya hanya mengandalkan kecap asin (shoyu). Misalnya tempura. Bahan utamanya hanya udang atau sayuran yang dicelup ke dalam larutan tepung lalu digoreng, dan disajikan dengan campuran saus yang bahan utamanya kecap asin.
Bumbu pelengkap lain selain kecap adalah mirin dan sake.
Susunan Menu
Seperti halnya orang Indonesia, masyarakat Jepang juga terbiasa sarapan dengan menu yang sederhana tetapi mengenyangkan.
Untuk sarapan biasanya disajikan nasi putih hangat dengan taburan nori, sup miso, dan acar. Makan siang pun cukup sederhana, misalnya udon dengan sayuran atau tempura soba. Saat makan malam baru disajikan menu yang agak lengkap terdiri dari nasi, hidangan dari daging atau ikan, sayuran, dan tidak ketinggalan sup miso serta acar.
Untuk kesempatan khusus hidangan yang disajikan bisa lebih banyak dan bervariasi. Selain hidangan wajib, yaitu nasi, sup miso, dan salad atau acar, ada juga hidangan yang istimewa, misalnya sashimi (potongan ikan mentah), atau toriyaki (ayam panggang).
Untuk sayurannya, biasanya memanfaatkan sayuran yang sedang musim dengan tetap memperhatikan kontras warna dan cita rasa hidangan. Selain itu sebisa mungkin dalam satu set menu tidak diapakai teknik masak yang sama: harus ada yang dikukus, digoreng, dan ada juga yang berkuah.
Apapun menu yang mereka sajikan, minumannya tetap ocha (teh hijau).
Tata Cara Makan
Meskipun Jepang tidak luput dari pengaruh modern, tata cara makan secara tradisional masih dipertahankan, yaitu makanan disajikan di meja pendek di atas tatami (tikar tradisional).
Semua orang yang hendak makan harus melepas sepatu/sandal, kemudian duduk di atas bantal kecil mengelilingi meja dengan kaki dilipat.
Sebelum mulai makan mereka mengucapkan “Itadakimasu”, artinya “Saya terima makanan ini”. Setelah selesai makan mereka mengucapkan “Gochisosama”. Artinya “Terima kasih atas makanan enak yang telah disajikan.”
Masing-masing orang diberi mangkuk kecil untuk tempat nasi dan lauk pauknya dengan sumpit sebagai alat makannya. Semua makanan diambil menggunakan sumpit, termasuk makanan yang berkuah seperti sup.
Kuah sup biasanya diminum, sementara isinya didorong ke mulut dengan sumpit.
Teknik Masak
Merebus (nimono)
Prinsip nimono mirip dengan semur, di mana bahan makanan direbus dengan bumbu-bumbu di atas api kecil dalam waktu lama. Bahan makanan yang direbus bisa berupa sayuran, tahu, ikan, atau daging.
Agar bahan terendam dan bumbu meresap lebih merata, bahan ditindih tutup kayu (otoshibuta) yang berukuran lebih kecil dari diameter panci.
Memanggang (yakimono)
Pemanggangan dilakukan dengan api besar dan cepat. Sebelum dipanggang, umumnya bahan direndam bumbu perendam. Bisa juga hanya ditaburi garam untuk mempertahankan cita rasa aslinya, ikan panggang misalnya.
Agar penampilan ikan panggang lebih menarik, tusuk badan ikan dengan tusuk satai. Caranya, tusuk badan ikan mulai dari insang sampai ke arah ekor dengan dua buah tusuk satai. Usahakan tusukan tidak menembus ke ekor. Lepaskan tusukan satai sebelum disajikan.
Menggoreng (agemono)
Hampir semua bahan makanan bisa digoreng. Sayuran bisa digoreng dengan pelapis atau tanpa pelapis. Tetapi ikan, udang, daging, dan ayam selalu digoreng dengan pelapis.
Bahan pelapis yang paling sederhana dan sering digunakan adalah tepung roti. Tetapi bisa juga berupa larutan tepung, yang biasa digunakan untuk menggoreng tempura, lalu kita mengenalnya sebagai tempung tempura.
Baca juga artikel tentang Kuliner Jepang lainnya hanya di Pandai Kotoba!