Kucing dalam Sejarah dan Budaya Jepang, Menarik dan Penuh Kisah!
Hai Minasan~! Kucing telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya Jepang selama berabad-abad. Tahukah kamu bahwa di Jepang, kucing tidak hanya menjadi hewan peliharaan saja? Mereka punya peran menjadi penjaga naskah suci, aktor teater kabuki, model lukisan masterpieces, bintang iklan kereta api, bahkan penyelamat ekonomi pulau-pulau terpencil.
Setiap lengkungan ekor dan kedipan mata mereka menyimpan cerita tentang bagaimana Jepang menjadi negara dengan kekuatan budaya global. Kedatangan mereka dari zaman kuno hingga kini menjadi ikon pop culture modern menjadikan kucing punya banyak kisah dan sejarah yang unik dalam masyarakat Jepang.
Mengapa kucing begitu dicintai di Jepang? Bagaimana mereka menjadi simbol keberuntungan, spiritualitas, dan bahkan hiburan? Pandai Kotoba pada artikel kali ini akan membahas asal-usul kucing di Jepang, peran mereka dalam sejarah, serta bagaimana mereka terus memikat hati masyarakat Jepang hingga saat ini. Daripada penasaran, yuk kita simak di bawah ini.

mainichi.jp
Kucing dalam Sejarah dan Budaya Jepang
A. Asal-Usul Kucing di Jepang
Kucing bukanlah hewan asli Jepang, melainkan pendatang yang dibawa melalui jalur perdagangan dan pertukaran budaya dengan daratan Asia. Keberadaan mereka di kepulauan Jepang dapat ditelusuri kembali ke periode Nara (710-794 Masehi), ketika hubungan antara Jepang dengan Cina dan Semenanjung Korea sedang berada pada puncaknya. Pada masa itu, kucing diperkenalkan sebagai hewan yang memiliki nilai praktis sekaligus simbol status sosial yang tinggi. Berikut di bawah ini akan dijelaskan lebih detail ya.
1. Kedatangan Pertama Kucing di Jepang
Bukti sejarah menunjukkan bahwa kucing pertama kali tiba di Jepang melalui kapal-kapal dagang yang berlayar dari Cina. Catatan tertua mengenai kucing ditemukan dalam buku harian “The Diary of Lady Murasaki” (1008-1010), karya Murasaki Shikibu, penulis novel “The Tale of Genji”.
Dalam catatannya, ia menggambarkan bagaimana kucing dipelihara oleh bangsawan di istana kekaisaran sebagai hewan yang eksotis dan berharga. Salah satu referensi paling awal tentang kucing juga muncul dalam Nihon Shoki (Kronik Jepang, 720 M), yang menyebutkan bahwa Kaisar Ichijou (987-1011) memiliki kucing kesayangan yang diberi kalung merah sebagai tanda statusnya yang istimewa.

ukiyoe-ota-muse.jp
Pada awalnya, kucing di Jepang merupakan barang mewah yang hanya dimiliki oleh kalangan elit, termasuk bangsawan dan pendeta Buddha. Mereka terutama dihargai karena kemampuannya untuk melindungi naskah-naskah berharga di kuil dari kerusakan yang disebabkan oleh tikus.
Kitab sutra Buddha yang ditulis di atas kertas atau kulit binatang sangat rentan terhadap gigitan tikus, sehingga kehadiran kucing menjadi solusi alami untuk masalah ini. Beberapa kuil Buddha tertua di Jepang, seperti Kuil Nara di Tōdai-ji, diketahui memelihara kucing untuk tujuan perlindungan ini.
2. Perkembangan Kucing dalam Masyarakat Jepang
Selama periode Heian (794-1185), kucing perlahan mulai menyebar di kalangan masyarakat luas, meskipun tetap dianggap sebagai hewan yang istimewa. Lukisan-lukisan pada gulungan kuno seperti Choujuu Jinbutsu Giga (Gulungan Satir Binatang) dari abad ke-12 menunjukkan bahwa kucing telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, digambarkan berinteraksi dengan manusia dan hewan lain dalam adegan-adegan yang penuh humor.

ukiyoe-ota-muse.jp
Pada zaman Edo (1603-1868), popularitas kucing semakin meningkat seiring dengan berkembangnya budaya urban di kota-kota seperti Edo (Tokyo modern). Lukisan kayu atau ukiyo-e dari masa ini sering menampilkan kucing dalam berbagai situasi, mulai dari adegan rumah tangga hingga representasi supernatural sebagai yokai (makhluk gaib). Salah satu seniman terkenal, Utagawa Kuniyoshi menciptakan serangkaian karya yang menggambarkan kucing dengan karakteristik manusia dan mencerminkan bagaimana kucing telah terintegrasi ke dalam imajinasi budaya Jepang.
3. Kucing dalam Catatan Arkeologi dan Sastra
Bukti arkeologis juga mendukung keberadaan kucing di Jepang sejak zaman kuno. Fosil kucing ditemukan di situs-situs pemukiman kuno, meskipun jumlahnya tidak sebanding dengan hewan domestik lainnya seperti anjing. Hal ini menunjukkan bahwa kucing pada awalnya memang lebih jarang dipelihara dibandingkan hewan lain.
Dalam literatur klasik Jepang, kucing sering muncul sebagai simbol kecerdikan atau misteri. Misalnya, dalam “I Am a Cat” karya Natsume Sōseki, kucing menjadi narator yang cerdas dan sarkastik, mengkritik kehidupan manusia dengan cara yang humoristik tapi tajam. Karya-karya seperti ini mencerminkan bagaimana kucing tidak hanya dilihat sebagai hewan peliharaan biasa, tapi juga sebagai makhluk yang memiliki kedalaman karakter.
B. Peran Kucing dalam Sejarah dan Budaya Jepang
Kucing hadir sebagai hewan peliharaan biasa di Jepang dan telah menempati posisi yang sangat khusus dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari kepercayaan spiritual, seni, sastra, hingga kehidupan modern. Hubungan antara manusia dan kucing di Jepang telah berkembang melalui berbagai peran yang saling terkait, membentuk citra kucing sebagai makhluk yang penuh misteri, keberuntungan, dan keanggunan. Berikut di bawah ini akan dijelaskan lebih detailnya.
1. Kucing sebagai Pelindung dan Simbol Spiritual
Sejak kedatangannya di Jepang, kucing telah dikaitkan dengan kekuatan spiritual dan perlindungan. Salah satu contoh paling terkenal adalah Manekineko, si kucing pemanggil keberuntungan yang sering ditemui di toko-toko, restoran, dan rumah-rumah di Jepang. Legenda di balik Manekineko bervariasi, tapi salah satu cerita yang paling populer berasal dari Kuil Gotokuji di Tokyo.
Konon, pada zaman Edo, seorang samurai yang sedang berteduh di bawah pohon didekati oleh seekor kucing milik pendeta kuil yang seolah-olah memanggilnya. Ketika sang samurai mengikuti kucing tersebut, petir menyambar pohon yang sebelumnya ia singgahi dan menyelamatkan nyawanya. Sebagai ungkapan terima kasih, samurai itu kemudian menjadi pelindung kuil, dan patung kucing dengan kaki terangkat pun menjadi simbol keberuntungan dan perlindungan.

ukiyoe-ota-muse.jp
Selain Manekineko, kucing juga memiliki tempat dalam cerita rakyat Jepang sebagai makhluk gaib. Bakeneko dan Nekomata adalah dua jenis yokai atau makhluk gaib berbentuk kucing yang sering muncul dalam legenda. Bakeneko dikatakan bisa berubah bentuk, menari dengan api, bahkan berbicara seperti manusia. Sementara, Nekomata yang berekor dua diyakini memiliki kekuatan untuk mengendalikan orang mati.
Cerita-cerita ini menjadi bagian dari tradisi lisan dan juga sering diadaptasi dalam teater kabuki dan literatur klasik. Ini menunjukkan betapa kucing dianggap sebagai makhluk yang penuh misteri dan kekuatan magis.
2. Kucing dalam Seni dan Sastra Jepang
Kucing juga telah menjadi sumber inspirasi bagi seniman dan penulis Jepang selama berabad-abad. Dalam seni lukis tradisional Jepang, khususnya ukiyo-e atau lukisan kayu, kucing sering digambarkan dengan penuh karakter. Misalnya, karya seniman Utagawa Kuniyoshi yang terkenal yaitu bernama “Kucing sebagai Wanita Cantik”.
Dalam karya tersebut menunjukkan bagaimana kucing dianggap memiliki sifat-sifat manusiawi, seperti kecerdikan dan keanggunan. Selain itu, kucing juga muncul dalam gulungan-gulungan kuno seperti Choujuu Jinbutsu Giga. Dalam gulungan tersebut, mereka digambarkan berinteraksi dengan manusia dan hewan lain dalam adegan-adegan penuh humor dan satir.

amazon.com
Dalam dunia sastra, kucing sering menjadi simbol atau narator yang unik. Salah satu contoh paling terkenal adalah novel “I Am a Cat” (1905) karya Natsume Souseki, di saat seluruh cerita diceritakan dari sudut pandang seekor kucing yang mengamati kehidupan manusia dengan kecerdasan dan sarkasme. Kucing dalam novel ini bukan hanya hewan peliharaan, tapi juga pengamat kritis yang mencerminkan kelemahan dan ironi masyarakat Jepang pada masa itu.
3. Kucing dalam Masyarakat Modern Jepang
Di Jepang modern, kucing telah melampaui peran tradisional mereka dan menjadi bagian dari budaya populer serta gaya hidup. Salah satu fenomena yang paling mencolok adalah munculnya neko café atau kafe kucing). Kafe tersebut adalah tempat orang dapat menghabiskan waktu dengan bermain bersama kucing. Konsep ini pertama kali muncul di Osaka pada tahun 1998 dan dengan cepat menyebar ke seluruh Jepang, terutama di kota-kota besar yanf banyak orang tinggal di apartemen kecil dan tidak memungkinkan mereka memelihara kucing sendiri.
Selain itu, kucing juga menjadi bintang di dunia digital. Kucing-kucing seperti Maru yang terkenal karena kegemarannya masuk ke dalam kotak, dan Shironeko, si kucing putih yang selalu terlihat tenang. Keduanya telah menjadi sensasi internet dengan jutaan pengikut di media sosial. Bahkan karakter fiksi seperti Hello Kitty dan Doraemon telah menjadi ikon global yang mewakili budaya Jepang.
Tidak hanya itu, beberapa pulau di Jepang, seperti Aoshima dan Tashirojima, dikenal sebagai “Pulau Kucing” karena populasi kucingnya yang jauh melebihi jumlah penduduk. Pulau-pulau ini telah menjadi destinasi wisata populer bagi para pencinta kucing dari seluruh dunia. Hal ini menunjukkan betapa kucing telah menjadi daya tarik budaya dan ekonomi bagi Jepang.
C. Mengapa Kucing Sangat Dicintai di Jepang?
Kucing telah memikat hati orang Jepang selama berabad-abad, bukan hanya sebagai hewan peliharaan, tetapi sebagai simbol budaya, spiritualitas, dan gaya hidup. Kecintaan ini tidak muncul begitu saja, ia berakar dalam sejarah, kepercayaan, dan nilai-nilai masyarakat Jepang yang unik. Berikut adalah penjelasan mendalam tentang mengapa kucing begitu istimewa di Jepang.
1. Simbol Keberuntungan dan Perlindungan Spiritual
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sejak zaman kuno kucing dianggap membawa berkah dan perlindungan. Keyakinan ini berasal dari peran mereka sebagai penjaga naskah-naskah Buddha dari tikus, yang membuat mereka dihormati di kuil-kuil. Salah satu manifestasi terkuat dari kepercayaan ini adalah Manekineko, si kucing pemanggil keberuntungan. Patung ini sering terlihat dengan kaki terangkat seolah sedang memanggil, dipercaya menarik kemakmuran dan pelanggan bagi pemilik toko.
Legenda seperti kisah kucing dari Kuil Gotokuji yang konon menyelamatkan seorang samurai dari petir, semakin memperkuat pandangan bahwa kucing adalah hewan yang membawa nasib baik. Bahkan di zaman modern, banyak bisnis di Jepang memasang Manekineko di pintu masuk mereka sebagai bentuk harapan akan kesuksesan.
Selain itu, dalam kepercayaan rakyat Jepang, kucing yang hidup lama diyakini bisa berubah menjadi yokai atau makhluk gaib seperti Bakeneko atau Nekomata. Meskipun kadang-kadang digambarkan menyeramkan, kehadiran mereka dalam cerita rakyat menunjukkan sang kucing dianggap sebagai makhluk yang memiliki kekuatan magis dan koneksi dengan dunia spiritual.
2. Kesesuaian dengan Nilai dan Gaya Hidup Jepang
Kucing memiliki sifat-sifat yang sangat selaras dengan budaya Jepang, di antaranya yaitu kemandirian dan Ketidaktergantungan. Orang Jepang menghargai kesopanan dan ketenangan, dan kucing yang tidak membutuhkan perhatian konstan seperti anjing, cocok dengan gaya hidup ini.
Selanjutnya, keanggunan dan kesederhanaan. Gerakan kucing yang halus dan penampilannya yang rapi mencerminkan estetika Jepang yang menghargai keindahan dalam hal-hal kecil. Terakhir, kemampuan beradaptasi dengan ruang kecil. Banyak orang Jepang tinggal di apartemen sempit di kota besar, di mana memelihara anjing bisa merepotkan. Kucing yang bisa bahagia di dalam rumah menjadi pilihan ideal.
3. Peran Kucing dalam Seni, Sastra, dan Hiburan
Kucing telah menjadi sumber inspirasi tak terbatas dalam budaya Jepang. Dalam seni tradisional ukiyo-e, mereka sering digambarkan dengan karakteristik manusia, seperti dalam karya Utagawa Kuniyoshi yang menunjukkan kucing berperilaku seperti samurai atau geisha. Dalam sastra, Natsume Souseki menulis novel satir “I Am a Cat” (1905) bercerita tentang seekor kucing menjadi narator yang mengkritik masyarakat manusia.
Di era modern, kucing mendominasi budaya populer. Hello Kitty, karakter kucing tanpa mulut yang diciptakan pada 1974 dan menjadi ikon global yang mewakili budaya kawaii atau imut. Kemudian, Doraemon, robot kucing dari masa depan dan juga menjadi salah satu karakter anime paling dicintai di Jepang.
4. Fenomena Kucing dalam Masyarakat Modern
Kecintaan terhadap kucing di Jepang tidak hanya terbatas pada pemeliharaan pribadi, tapi juga meluas ke berbagai aspek kehidupan sosial. Neko Café atau kafe kucing yang menjadi tempat di mana orang bisa bersantai sambil bermain dengan kucing, terutama bagi mereka yang tidak bisa memeliharanya di rumah.
Kucing sering viral di Media Sosial. Kucing viral yang menarik banyak perhatian, di antaranya ada Maru, si ahli masuk kotak dan Shironeko, si kucing putih yang selalu tenang. Mereka berdua menjadi sensasi internet dengan jutaan pengikut.

dc.watch.impress.co.jp
Selain itu, ada pulau kucing seperti Pulau Aoshima dan Tashirojima. Di pulau tersebut, kucing lebih banyak daripada manusia dan menjadi destinasi wisata populer.
5. Kucing sebagai Penenang di Tengah Kehidupan Modern yang Sibuk
Di Jepang, kondisi sosial seperti tekanan kerja dan kehidupan urban bisa sangat tinggi, kucing memberikan ketenangan dan hiburan. Penelitian menunjukkan bahwa interaksi dengan kucing dapat mengurangi stres dan bagi banyak orang Jepang, mereka adalah teman yang sempurna setelah seharian bekerja.
Kucing telah menjelma menjadi lebih dari hanya seekor hewan peliharaan di Jepang, tapi mereka adalah simbol keberuntungan, inspirasi seni, dan bagian dari kehidupan sehari-hari. Kisah kucing diwarnai dengan legenda yokai atau makhluk gaib dan patung Manekineko, berawal juga dari kuil kuno hingga kafe modern, kucing selalu memegang tempat istimewa dalam hati masyarakat Jepang.
Di era digital, popularitas kucing semakin meluas melalui media sosial dan budaya populer. Ini membuktikan bahwa pesona mereka tak lekang oleh waktu. Jepang dan kucing adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Sebuah hubungan harmonis yang sudah berlangsung selama ribuan tahun dan akan terus berlanjut di masa depan.
Apa pendapat Minasan tentang hubungan unik antara Jepang dan kucing ini? Suka juga dengan kucing sama seperti orang Jepang? Atau punya juga kucing di rumah? Apa pun jenis kucing, selalu berikan kasih sayang yang banyak-banyak ya.
Nah, cukup segitu yang bisa Pandai Kotoba berikan untuk artikel mengenai kucing dalam sejarah dan budaya Jepang. Jika Minasan ingin baca tentang sejarah dan budaya lainnya, di website kami tersedia banyak lho. Salah satunya ini: Katana, Pedang Legendaris dari Jepang. Klik untuk membacanya ya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

