Kotowaza / Peribahasa

Kotowaza dalam Bahasa Jepang – Pepatah Penuh Makna

Dalam budaya Jepang, kotowaza (ことわざ) atau pepatah merupakan bagian penting dari kebijaksanaan yang diwariskan turun-temurun. Kotowaza sering digunakan dalam percakapan sehari-hari untuk menyampaikan pelajaran hidup, nasihat, atau menggambarkan situasi dengan cara yang ringkas namun bermakna. Artikel ini akan membahas pengertian kotowaza, jenis-jenis kotowaza, contoh populer, serta makna dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Kotowaza

Kotowaza (ことわざ) adalah ungkapan atau kalimat pendek yang mengandung makna mendalam, biasanya digunakan untuk menyampaikan pelajaran moral atau pandangan hidup. Kotowaza sering kali memiliki bentuk yang puitis dan mudah diingat, sehingga dapat digunakan untuk menguatkan pesan dalam percakapan.

Jenis-Jenis Kotowaza

Kotowaza (ことわざ) adalah peribahasa atau ungkapan tradisional dalam bahasa Jepang yang mengandung pelajaran moral, nasihat, atau kebijaksanaan. Jenis-jenis kotowaza dapat dikategorikan berdasarkan bentuk, makna, atau penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah penjelasan tentang jenis-jenis kotowaza:

1. 言い習わし (Iinarawashi)
Kotowaza sederhana yang berupa ungkapan umum atau frasa pendek.
Ciri-ciri: Biasanya mudah diingat dan digunakan secara informal.
Contoh:

  • 石の上にも三年 (Ishi no ue ni mo sannen) – Bahkan di atas batu, tiga tahun akan terasa hangat.
    → Artinya: Kesabaran dan ketekunan akan membawa hasil.
  • 泣きっ面に蜂 (Nakittsura ni hachi) – Wajah menangis diserang lebah.
    → Artinya: Sudah jatuh tertimpa tangga.
Kotowaza
Kesabaran dan ketekunan akan membawa hasil.

2. 諺 (Kotowaza)
Peribahasa tradisional dengan struktur kalimat lengkap.
Ciri-ciri: Biasanya mengandung kebijaksanaan mendalam dan sering digunakan untuk memberikan nasihat atau pelajaran moral.
Contoh:

  • 雨降って地固まる (Ame futte ji katamaru) – Setelah hujan, tanah menjadi kokoh.
    → Artinya: Kesulitan atau konflik dapat memperkuat hubungan atau situasi.
  • 花より団子 (Hana yori dango) – Lebih baik kue daripada bunga.
    → Artinya: Fungsi lebih penting daripada penampilan.
woman shopping online desk 1308 173025
Fungsi lebih penting daripada penampilan.

3. 四字熟語 (Yojijukugo)
Ungkapan yang terdiri dari empat kanji, sering kali memiliki makna filosofis atau simbolis.
Ciri-ciri: Padat, sering digunakan dalam konteks formal atau literatur.
Contoh:

  • 一石二鳥 (Isseki nichou) – Satu batu, dua burung.
    → Artinya: Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.
  • 温故知新 (Onko chishin) – Pelajari yang lama untuk memahami yang baru.
    → Artinya: Belajar dari masa lalu untuk mendapatkan wawasan baru.
Gambar WhatsApp 2025 01 22 pukul 10.49.03 064abd19
Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.

4. 慣用句 (Kanyouku)
Ungkapan idiomatik yang tidak bisa diterjemahkan secara harfiah.
Ciri-ciri: Menggunakan metafora untuk menyampaikan makna tertentu.
Contoh:

  • 頭が切れる (Atama ga kireru) – Kepalanya tajam.
    → Artinya: Orang yang cerdas atau cepat berpikir.
  • 目がない (Me ga nai) – Tidak punya mata.
    → Artinya: Sangat menyukai sesuatu hingga tidak bisa menahan diri.

5. 教訓 (Kyoukun)
Ungkapan yang berisi nasihat atau pelajaran moral yang kuat.
Ciri-ciri: Digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai hidup kepada orang lain.
Contoh:

  • 実るほど頭を垂れる稲穂かな (Minoru hodo atama o tareru inaho kana) – Padi yang berisi semakin merunduk.
    → Artinya: Semakin seseorang bijaksana, semakin rendah hati ia menjadi.
  • 初心忘るべからず (Shoshin wasuru bekarazu) – Jangan pernah melupakan semangat pemula.
    → Artinya: Tetap rendah hati dan tekun meski sudah berpengalaman.

6. 動物や自然に Terkait dengan Hewan dan Alam
Kotowaza yang menggunakan hewan atau elemen alam untuk menggambarkan situasi atau sifat manusia.
Ciri-ciri: Menggunakan analogi dari alam untuk menyampaikan pesan moral.
Contoh:

  • 猿も木から落ちる (Saru mo ki kara ochiru) – Monyet pun bisa jatuh dari pohon.
    → Artinya: Bahkan orang yang ahli pun bisa membuat kesalahan.
  • 雀の涙 (Suzume no namida) – Air mata burung pipit.
    → Artinya: Jumlah yang sangat kecil.

7. Peribahasa Tradisional
Ungkapan lama yang sering digunakan untuk menyampaikan kebijaksanaan atau nasihat hidup, seperti:
失敗は成功のもと (Shippai wa Seikou no Moto) – Kegagalan adalah awal kesuksesan.

8. Perumpamaan (Metafora)
Ungkapan yang menggunakan perbandingan metaforis, seperti:
猫に小判 (Neko ni Koban ) – Koin emas untuk kucing (Sesuatu yang berharga tapi tidak dihargai oleh penerimanya).

9. Ungkapan Humor
Kotowaza yang bersifat lucu tetapi mengandung pesan, seperti:
早起きは三文の得 (Hayaoki wa Sanmon no Toku) – Bangun pagi membawa keuntungan kecil.

Contoh Kotowaza Populer

Berikut adalah beberapa kotowaza populer, maknanya, dan contohnya dalam kalimat:

  • 七転び八起き (Nanakorobi Yaoki) – Tujuh kali jatuh, delapan kali bangkit.
    Makna: Jangan pernah menyerah, teruslah mencoba meskipun menghadapi kegagalan.
    Contoh Kalimat:

彼は本当に七転び八起きの精神を持っている。 (Kare wa hontou ni nanakorobi yaoki no seishin o motte iru.) – Dia benar-benar memiliki semangat pantang menyerah.

  • 猿も木から落ちる (Saru mo Ki kara Ochiru) – Bahkan monyet bisa jatuh dari pohon.
    Makna: Tidak ada manusia yang sempurna; setiap orang bisa membuat kesalahan.
    Contoh Kalimat:

プロの選手でも猿も木から落ちることがある。 (Puro no senshu demo saru mo ki kara ochiru koto ga aru.) – Bahkan atlet profesional pun bisa membuat kesalahan.

  • 石の上にも三年 ( Ishi no Ue ni mo Sannen) – Bahkan di atas batu, tiga tahun akan terasa hangat.
    Makna: Kesabaran dan ketekunan akan membuahkan hasil.
    Contoh Kalimat:

石の上にも三年、彼はあきらめずに頑張っている。 (Ishi no ue ni mo sannen, kare wa akiramezu ni ganbatte iru.) – Dengan ketekunan, dia terus berusaha tanpa menyerah.

Makna dan Penggunaan Kotowaza dalam Kehidupan

Kotowaza sering digunakan dalam berbagai situasi, seperti:

  • Percakapan sehari-hari: Untuk menyampaikan nasihat atau mengomentari situasi tertentu.
  • Pendidikan: Sebagai cara untuk mengajarkan moral kepada anak-anak.
  • Motivasi: Memberikan dorongan semangat dalam menghadapi tantangan.
  • Budaya: Sebagai cerminan nilai-nilai tradisional Jepang.

Apa hubungannya peribahasa suatu bangsa terhadap karakter, budaya dan nilai moral mereka?

Peribahasa suatu bangsa memiliki hubungan yang erat dengan karakter, budaya, dan nilai moral masyarakatnya. Berikut penjelasan mengenai keterkaitan tersebut:

1. Peribahasa Sebagai Cerminan Karakter Bangsa

Peribahasa sering mencerminkan sifat khas atau karakter unik suatu masyarakat. Misalnya:

  • Jepang: Peribahasa seperti 七転び八起き (Nanakorobi Yaoki) – “Tujuh kali jatuh, delapan kali bangkit” menunjukkan semangat pantang menyerah dan ketekunan masyarakat Jepang, yang sangat menonjol dalam budaya mereka.
  • Indonesia: Peribahasa seperti “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” mencerminkan semangat gotong royong dan solidaritas yang menjadi karakter khas bangsa Indonesia.
city park garbage composition 1284 69616
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh

Karakter masyarakat yang tercermin dalam peribahasa ini menunjukkan cara mereka menghadapi tantangan, menjaga hubungan sosial, dan memandang kehidupan.

2. Peribahasa Sebagai Penjaga Budaya Lokal

Peribahasa sering lahir dari pengalaman, tradisi, dan kebiasaan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ungkapan ini menjadi cara masyarakat menjaga identitas budaya mereka, seperti:

  • Jepang: Peribahasa 花より団子 (Hana Yori Dango) – “Lebih baik kue daripada bunga” mencerminkan pragmatisme dalam budaya Jepang, di mana fungsi lebih diutamakan daripada estetika.
  • Indonesia: Peribahasa “Bagai air di daun talas” mencerminkan filosofi masyarakat agraris Indonesia, yang akrab dengan alam.

Peribahasa memperkaya bahasa dan menjadi warisan budaya yang terus hidup dalam komunikasi sehari-hari.

3. Peribahasa dan Nilai Moral

Sebagian besar peribahasa mengandung pelajaran moral atau prinsip etika yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Nilai-nilai ini membimbing perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari.

  • Jepang: 雨降って地固まる (Ame Futte Ji Katamaru) – “Setelah hujan, tanah menjadi kokoh” mengajarkan bahwa kesulitan dapat memperkuat kita, mencerminkan pentingnya resilien dalam menghadapi masalah.
  • Indonesia: “Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya” menanamkan nilai rajin bekerja dan hemat sebagai kunci kesuksesan.

Dengan menginternalisasi peribahasa ini, nilai moral suatu bangsa terpelihara dan diwariskan kepada generasi berikutnya.

businesswoman colleague speaking about money 23 2147621053
Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya

4. Hubungan Peribahasa dengan Kehidupan Sosial

Peribahasa juga berfungsi sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sosial. Orang menggunakan peribahasa untuk menasihati, memberikan peringatan, atau menyampaikan pesan dengan cara yang bijak dan sopan. Ini menunjukkan hubungan sosial yang erat dalam budaya tertentu.

  • Di Jepang, peribahasa sering digunakan dalam percakapan formal untuk menunjukkan penghormatan terhadap lawan bicara.
  • Di Indonesia, peribahasa digunakan dalam budaya lisan seperti pantun, pidato, dan cerita rakyat, mencerminkan tradisi komunikasi yang kaya.

Penggunaan Kotowaza di Zaman Modern

Meskipun kotowaza (peribahasa Jepang) berasal dari tradisi kuno, penggunaannya tetap relevan di zaman modern. Dalam era teknologi dan globalisasi, kotowaza mengalami penyesuaian dan konteks penggunaannya juga berubah, tetapi esensi kebijaksanaannya tetap hidup. Berikut adalah penjelasan tentang bagaimana kotowaza digunakan di zaman modern:

1. Dalam Kehidupan Sehari-hari

Kotowaza masih sering digunakan untuk memberikan nasihat, mengungkapkan emosi, atau menjelaskan situasi dengan cara yang singkat namun bermakna.

Contoh Penggunaan:

  • 七転び八起き (Nanakorobi yaoki)
    Tujuh kali jatuh, delapan kali bangkit.
    → Digunakan untuk memotivasi seseorang yang menghadapi kesulitan, terutama dalam pendidikan, pekerjaan, atau olahraga.
  • 猿も木から落ちる (Saru mo ki kara ochiru)
    Bahkan monyet pun bisa jatuh dari pohon.
    → Sering dipakai untuk menunjukkan bahwa kesalahan adalah hal manusiawi, bahkan bagi yang ahli.

2. Dalam Pendidikan dan Pembelajaran

Kotowaza digunakan sebagai alat untuk mengajarkan nilai-nilai moral dan budaya kepada generasi muda. Guru atau orang tua sering menggunakan kotowaza untuk menanamkan kebijaksanaan dan etika kepada anak-anak.

Contoh:
実るほど頭を垂れる稲穂かな (Minoru hodo atama o tareru inaho kana)
Padi yang berisi semakin merunduk.
→ Diajarkan untuk mengajarkan rendah hati meski memiliki kelebihan atau pencapaian.

3. Dalam Dunia Bisnis dan Karier

Kotowaza menjadi sumber inspirasi dalam pengambilan keputusan, strategi manajemen, atau motivasi tim. Contoh Penggunaan:

  • 雨降って地固まる (Ame futte ji katamaru)
    Setelah hujan, tanah menjadi kokoh.
    → Menggambarkan bahwa konflik atau tantangan dalam bisnis dapat menghasilkan fondasi yang lebih kuat jika dikelola dengan baik.
  • 時は金なり (Toki wa kanenari) 
    Waktu adalah uang.
    → Menjadi pengingat akan pentingnya efisiensi dalam bekerja.
working characters flat design web banner 1308 128019
時は金なり (Toki wa kanenari) – Waktu adalah uang.

4. Dalam Media Sosial dan Populer

Kotowaza sering muncul dalam bentuk meme, kutipan motivasi, atau konten inspiratif di media sosial.

Adaptasi Modern: Kotowaza kadang disingkat atau diubah sedikit agar relevan dengan konteks modern, namun tetap mempertahankan maknanya. Contoh:

花より団子 (Hana yori dango)
→ Dalam konteks modern, digunakan untuk menggambarkan orang yang lebih memilih nilai praktis daripada estetika, seperti memilih gadget canggih daripada barang mewah.

5. Dalam Karya Sastra dan Seni Modern

Kotowaza sering digunakan dalam novel, drama, atau film untuk memberikan sentuhan budaya atau menyampaikan pesan moral. Dalam film atau anime, kotowaza sering muncul dalam dialog untuk menonjolkan kebijaksanaan karakter.

Contoh:
初心忘るべからず (Shoshin wasuru bekarazu)
Jangan melupakan semangat pemula.
→ Sering digunakan untuk menggambarkan perjalanan karakter yang menghadapi tantangan besar.

6. Dalam Konteks Global dan Multikultural

Dalam era globalisasi, kotowaza juga digunakan untuk memperkenalkan budaya Jepang ke dunia internasional. Kotowaza diterjemahkan dan digunakan dalam diskusi lintas budaya untuk membandingkan nilai-nilai moral antarbangsa.

Contoh:
一石二鳥 (Isseki nichou)
“Satu batu, dua burung”
→ “Two birds with one stone.”

Kesimpulan

Kotowaza adalah salah satu kekayaan budaya Jepang yang tidak hanya indah secara bahasa tetapi juga sarat dengan makna. Dengan memahami dan menggunakan kotowaza, kita dapat menyelami kebijaksanaan hidup yang telah diwariskan oleh masyarakat Jepang.


Menguasai kotowaza bukan hanya soal belajar bahasa Jepang, tetapi juga memahami cara berpikir dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Jepang. Jadi, mari kita pelajari lebih banyak kotowaza untuk memperkaya pemahaman kita tentang budaya Jepang!Yuk, terus semangat latihan dan jangan malu buat coba-coba berbagai contoh kalimat!

Sampai ketemu lagi di materi seru berikutnya bareng Pandaikotoba. Oh iya, jangan lupa follow Instagram-nya juga ya, Minasan!

Belajar bahasa Jepang itu asyik banget, lho. がんばってね!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *