Culture,  Kuliner,  Leisure

Kissaten, Pesona Menarik dari Kedai Kopi Lama di Jepang

Hai Minasan~! Di antara banyaknya kafe modern dan kedai kopi (coffee shop) internasional yang menjamur di setiap sudut kota Jepang, terdapat dunia yang bergerak dengan tempo lebih lambat, penuh dengan nostalgia dan keautentikan. Dunia tersebut adalah kissaten (喫茶店). Kissaten adalah lembaran hidup budaya Jepang abad ke-20 yang menjadi ruang kafein di mana waktu berhenti sejenak, dan seni meracik kopi diangkat menjadi ritual yang sakral.

Bagi seseorang yang hanya terbiasa dengan efisiensi dan standardisasi kafe, memasuki sebuah kissaten bagaikan melangkah ke mesin waktu. Aroma kopi sangrai yang pekat, desain interior yang terasa “jadul”, musik jazz atau klasik yang mengalun lembut, dan sang barista kopi yang dengan serius menyeduh kopi di balik counter memberikan pengalaman yang memuaskan dahaga dan menyentuh jiwa.

Pandai Kotoba pada artikel kali ini akan membahas serba-serbi kissaten yang menarik ini lho, mulai dari kissaten itu seperti apa, menu seperti apa yang dijual, apa yang membedakannya dengan kafe, hingga eksisten kissaten ini seperti. Tak perlu berlama-lama, yuk kita simak di bawah ini.

1024px 喫茶店内 2017 34105335834 wikimedia
Salah Satu Kissaten yang Ada di Jepang
commons.wikimedia.org

Kissaten, Pesona Menarik dari Kedai Kopi Lama di Jepang

A. Apa Itu Kissaten?

Secara harfiah, kissaten (喫茶店) memang berarti “toko tempat menikmati teh”. Namun, kata “cha” (茶) di sini adalah sebuah penanda historis. Jepang memiliki tradisi minum teh (ocha) yang sangat tua dan sakral yang dilakukan di ruang khusus (chashitsu). Ketika budaya minum kopi datang dari Barat, masyarakat Jepang meminjam kerangka budaya yang sudah ada untuk memahaminya. Jadi, kissaten pada dasarnya adalah “ruang minum teh” versi modern dan Barat, yang mana teh digantikan oleh kopi sebagai minuman utama.

Yang membedakan kissaten dari kedai kopi biasa adalah penekanannya pada suasana, estetika, dan pengalaman menyeluruh. Sebuah kissaten menjual jikan (時間) atau waktu dan kuukan (空間) atau ruang. Tempat tersebut adalah sebuah “stage” ketika sang master kopi berperan sebagai kurator yang menyajikan kopi, musik, interior, dan ketenangan sebagai sebuah paket seni untuk dinikmati pelanggan.

Perjalanan kissaten mencerminkan pasang surut hubungan Jepang dengan dunia Barat. Kahiichakan (可否茶館) adalah kissaten pertama di Jepang yang dibuka di Tokyo pada era Meiji (1888) semula bukan hanya tempat minum biasa. Pendirinya bernama Tei Eikei memiliki visi yang mulia, yaitu menciptakan ruang publik untuk pertukaran ide dan informasi sambil menikmati minuman. Namanya sendiri Kahiichakan mengandung arti filosofis seperti “Kahi” (可否) berarti “ya dan tidak” yang merujuk pada semangat debat dan diskusi.

kissaten 2
Kissaten di Prefektur Fukui
fupo.jp

Kahiichakan dilengkapi dengan koran dan majalah dari dalam dan luar negeri. Tempat ini menjadi jendela informasi bagi kaum terpelajar dan kelas menengah atas yang ingin mengetahui perkembangan dunia. Sayangnya, karena biaya operasional yang tinggi dan harga kopi yang mahal, Kahiichakan hanya bertahan selama 20 tahun. Namun, ia meletakkan fondasi konsep bahwa kedai kopi adalah tempat untuk menikmati waktu dan wacana.

Kemudian, pada awal 1900-an, kissaten mulai menjamur, terutama di distrik perkotaan seperti Ginza, Tokyo. Ginza menjadi simbol modernitas, dan kissaten adalah bagian darinya. Jazz Kissaten dan Jiyuuken atau Kedai Kebebasan adalah jenis kissaten khusus mulai bermunculan. Yang paling terkenal adalah kissaten yang memutar musik jazz yang mengimpor rekaman langka dari AS dan Jiyuuken yang menjadi tempat nongkrong para intelektual, seniman, dan anarkis untuk mendiskusikan pemikiran politik yang radikal. Kissaten menjadi identik dengan pemikiran bebas dan budaya avant-garde.

Namun, pada Perang Dunia II adalah pukulan telak bagi budaya kissaten. Pemerintah Militer Jepang menganggap kopi sebagai “minuman musuh” yang boros dan tidak patriotik. Impor kopi dihentikan total. Banyak kissaten terpaksa tutup, atau beralih menyajikan pengganti kopi yang terbuat dari parutan bawang bombay, biji semangka, atau gandum yang disangrai yang dikenal sebagai “kopi pengganti” atau coffee substitute. Masa ini memutus perkembangan budaya kopi di Jepang secara paksa.

kissaten 60
Foto Kissaten Sekitar Tahun 1960-an
meijimura.com

Semenjak pasca-kekalahan Jepang, kissaten bangkit melonjak pesat. Bantuan dari Amerika Serikat, termasuk kopi, mulai mengalir lagi. Masyarakat Jepang yang lelah dengan perang merindukan sesuatu yang “normal” dan modern. Seiring berjalannya waktu, pada 1960-an, ekonomi Jepang mulai tumbuh pesat. Kissaten menjadi simbol kemakmuran dan gaya hidup baru masyarakat urban. Jumlah kedai kopi meledak dari ribuan menjadi puluhan ribu.

Apartemen di kota-kota besar seperti Tokyo pada masa itu sempit dan seringkali tidak nyaman untuk menerima tamu. Kissaten mengambil peran sebagai “ruang tamu” publik dan tempat yang nyaman untuk bertemu klien, berkencan, atau sekadar bersantai sendirian.

Di era keemasan inilah berbagai jenis kissaten bermekaran seperti:

  • Jazz Kissaten: Fokus pada koleksi rekaman jazz langka dan sistem audio high-fidelity.
  • Classical Kissaten: Khusus memutar musik klasik dengan suasana yang lebih tenang dan elegan.
  • Manga Kissaten: Menyediakan perpustakaan komik (manga) yang lengkap untuk dibaca di tempat. Awalnya sederhana, kini berkembang menjadi tempat dengan fasilitas internet dan ruang privat.
  • Kissaten Mewah: Menyajikan kopi impor pilihan seperti Blue Mountain dengan harga tinggi, menarik kalangan bisnis dan kelas atas.

Pada era 1990-an, Kemunculan kafe internasional seperti Starbucks (1996) dan kafe “third wave” menjadi tantangan besar. Kafe rantai menawarkan konsistensi, kenyamanan, dan estetika yang lebih modern serta Wi-Fi gratis.

Banyak kissaten tradisional yang tutup karena ditinggal pemiliknya yang tua dan tidak ada regenerasi. Namun, justru di tengah gempuran inilah, kissaten menemukan nilai barunya sebagai benteng keaslian (authenticity) dan penjaga warisan budaya.

B. Menu di Kissaten

1. Sang Rajanya: Kopi Racikan Master (Blend Coffee)

Menu ini menjadi “mahkota” sekaligus jiwa dari sebagian besar kissaten. Memesan “Blend” atau cuma “Koohii” (コーヒー) adalah tindakan percaya diri dari sang master. Seni meracik (blending) ini berbeda dengan kafe modern yang sering memamerkan single origin, kissaten klasik justru bangga dengan blend-nya. Sang master dengan palet rasanya yang terasah selama puluhan tahun membeli 3-5 jenis biji kopi mentah, misalnya Brazil untuk body, Colombia untuk keseimbangan, dan Mandheling untuk kekuatan.

Proses menyangrai (roasting), yang sering dilakukan in-house di mesin sangrai kecil adalah ritual harian yang menguar aroma khas ke seluruh ruangan. Hasilnya adalah sebuah signature flavor profile yang unik dan tidak dapat ditiru menjadi rasa “khas kissaten itu” yang melekat di ingatan.

blend coffee
Burendo Koohi (ブレンドコーヒー) atau Blend Coffee
farm-tomita.co.jp

Kissaten juga dikenal dengan tempat untuk metode seduhan manual yang sudah menjadi warisan turun-temurun. Dua metode yang paling ikonik adalah:

  • Siphon atau 真空ポット (Shinku Potto)
    Metode ini sebagai pertunjukan teatrikal. Dengan labu kaca, penyaring, dan pembakar spiritus, proses ini terlihat seperti eksperimen kimia. Master kopi dengan penuh perhatian mengatur suhu dan waktu, mengekstrak kopi dengan rasa yang sangat bersih, jernih, dan kompleks tanpa ampas.
  • Pour-Over/Drip atau ドリップ (Dorippu)
    Biasanya menggunakan dripper cheramic Melitta atau Kalita. Proses ini menonjolkan keterampilan tangan sang master yang menuangkan air dengan pola melingkar yang stabil dan presisi, memastikan seluruh grounds terekstrak secara merata. Hasilnya adalah cangkir kopi yang ringan, aromatik, dan halus.

Kopi hampir selalu disajikan di cangkir porselen bermutu tinggi yang telah dipanaskan terlebih dahulu, ditemani seteko kecil krimer cair dan gula batu atau gula cair. Ini adalah paket standar yang tidak berubah selama puluhan tahun.

2. Koleksi Spesial, Kopi Single Origin Pilihan

Sebelum istilah “third wave coffee” populer, kissaten yang memperkenalkan konsep single-origin kepada masyarakat Jepang. Menu ini sering ditulis di papan tulis atau daftar terpisah dengan harga yang lebih mahal.

Menu kopi yang jadi The Legend adalah Jamaican Blue Mountain. Karena kelangkaan dan harganya yang tinggi, menyajikan Blue Mountain asli (dengan sertifikat) adalah pernyataan prestise bagi sebuah kissaten. Rasanya yang sangat halus, mild, dan tanpa rasa pahit yang kuat dianggap sebagai puncak dari pengalaman minum kopi.

Blue Mountain Jamaican Coffee Blend 1
Secangkir Kopi Jamaican Blue Mountain
sandals.com

Menu klasik lainnya adalah Kilimanjaro (Tanzania) dengan keasamaannya yang seperti wine, Mocha (Yaman) dengan nuansa cokelat dan rempah, dan Mandheling (Indonesia) dengan body yang berat dan rasa earthy. Pesan kopi ini dan master akan menghampiri cangkir kaliab dengan penuh hormat.

3. Inovasi Lokal, Signature dari Kissaten

Selain kopi hitam, beberapa kissaten mengembangkan minuman signature mereka sendiri yang menjadi legenda di kalangan pelanggan setia. Yang pertama, Vienna Coffee (ウィンナーコーヒー). Bukan kopi dengan krim kocok biasa, di kissaten Vienna Coffee adalah sebuah sajian spesial yaitu krim kocok yang manis dan padat dituang di atas kopi hitam pekat, sering kali dengan taburan remah cokelat atau sirup. Ini adalah treat yang mewah.

Yang kedua, Ice Coffee (アイスコーヒー), di kissaten ini menggunakan proses yang matang. Kopi yang sudah diseduh didinginkan secara perlahan, bukan diencerkan dengan es, dan disajikan dalam gelas tinggi dengan sirup gula cair terpisah. Rasanya kuat, tidak pahit, dan menyegarkan.

4. Tradisi Pagi yang Tak Tergantikan, Morning Service (モーニングサービス)

Ini jadi strategi pemasaran paling genius dan paling dicintai dalam sejarah bisnis kissaten. Morning Service adalah paket yang ditawarkan biasanya hingga pukul 11:00 pagi, di mana dengan memesan satu minuman (biasanya kopi), kita mendapatkan hidangan kecil tambahan secara gratis atau dengan biaya tambahan yang sangat kecil.

Menu Morning Service dari Kissaten
hicbc.com

Bentuk dari Morning Service dapat bervariasi berdasarkan region di Jepang. Di Tokyo (Kanto) biasanya hanya sepotong roti panggang (shokupan) dengan selai atau mentega. Sedangkan, di Osaka (Kansai) bisa jauh lebih beragam. Sering menyertakan telur rebus, salad kecil dengan saus mayo, atau bahkan sepotong sosis dan salad kol. Kalau di Nagoya yang terkenal dengan “Morning“-nya yang legendaris, sering terdapat menu termasuk egg salad atau anko (pasta kacang merah) untuk olesan roti.

Di balik ini semua adalah cara sang master “menyediakan pelayanan” kepada pelanggan setianya yang mungkin hidup sendiri atau buru-buru berangkat kerja. Ini menciptakan ikatan kekeluargaan dan loyalitas yang dalam. Bagi para lansia, ritual datang ke kissaten untuk menikmati pagi hari yang tenang adalah bagian penting dari keseharian dan kehidupan sosial mereka. Mereka bisa membaca koran, bertemu teman, dan mendapatkan sarapan sederhana yang hangat.

5. Makanan Ringan, Pelengkap yang Simpel

Menu makanan yang ada di kissaten ini sengaja dibuat terbatas dan sederhana, dirancang untuk menemani kopi tanpa mencuri perhatian. Menu di antaranya adalah Pasta Napolitan (ナポリタン), hidangan ikonik era Showa. Spaghetti direbus dan ditumis dengan sosis, paprika, dan bawang bombay dalam saus tomat yang cenderung manis. Rasa yang nostalgia bagi banyak orang Jepang.

Kemudian, sandwich klasik seperti egg salad sandwich (tamago sando) atau ham dan selada (hamu sando) dengan roti putih yang lembut dan dipotong tanpa kulit. Lalu, ada kare rice (カレーライス), kari ala Jepang dengan rasa yang mild dan sedikit manis, sering dihidangkan dengan acar Fukujinzuke. Terakhir, omurice (オムライス), nasi goreng dibungkus dadar telur, disiram saus tomat atau demiglace dan merupakan hidangan Yoshoku atau makanan Barat ala Jepang yang sempurna.

C. Ciri Khas dari Kissaten

Jika kafe modern dirancang untuk efisiensi dan sosialisasi, kissaten dirancang untuk perenungan dan pelarian. Setiap elemen di dalamnya dari desain hingga suara dengan sengaja dikurasi untuk menciptakan sebuah ruang di luar waktu yang melindungi pengunjung dari hiruk-pikuk dunia luar. Berikut di bawah ini penjelasannya ya.

1. Arsitektur dan Interior: Mesin Waktu ke Era Showa

Memasuki kissaten klasik adalah pengalaman multi-indra yang langsung membawa kita ke masa lalu. Berbeda dengan kafe modern yang membanjiri ruangan dengan cahaya terang, kissaten sering bergantung pada cahaya ambient.

Lampu-lampu temaram dari lampu dinding, Tiffany chandelier, atau spot light kecil yang menyinari meja individu menciptakan suasana intim dan tenang. Pencahayaan ini tidak hanya terkesan romantis, tapi juga memiliki fungsional yaitu memberikan privasi visual dan mengurangi silau, membuatnya nyaman untuk membaca atau menyendiri dengan pikiran.

interior kissaten
Interior dari Kissaten
kinarino.jp

Tulang punggung interior kissaten adalah kayu gelap seperti jenis mahoni atau oak yang dipoles hingga mengilap. Material ini dipadukan dengan: kursi berpelurus kulit atau beludru. Kursi booth ini yang empuk dan tinggi sandarannya, biasanya dalam warna merah burgundi, cokelat, atau hijau tua. Kursi ini dirancang untuk membuat kita betah duduk lama.

Sedangkan, lantai keramik atau karpet berpolakan geometris atau floral yang klasik. Untuk kaca patri dan kaca bertekstur dengan elemen dekoratif yang memecah cahaya menjadi pola-pola indah di lantai dan dinding.

Banyak kissaten tua memiliki papan nama kayu (akibatan) atau logam yang terpasang di luar dengan huruf-huruf yang sudah memudar oleh terik matahari dan hujan. Papan nama ini sendiri adalah penanda zaman dan sebuah undangan bagi mereka yang mencari keaslian.

2. Sang Master Kopi Jadi Jiwa yang Menghidupkan Kedai

Ini perbedaan paling mendasar antara kissaten dan kafe modern lainnya. Di Starbucks, kita berinteraksi dengan baristanya. Sedangkan, di kissaten, kita berhadapan dengan master kopi atau bahkan owner atau pemiliknya langsung. Master di sini bukan karyawan yang mengikuti manual perusahaan, tapi dia adalah seorang ahli yang telah mendedikasikan hidupnya untuk seni kopi.

Pengetahuannya tentang biji kopi, metode sangrai, dan teknik seduhan adalah otoritatif dan tidak terbantahkan. Cara dia membersihkan alat, menuang air, atau bahkan berdiri di balik counter memancarkan keyakinan dan kebanggaan akan keahliannya.

ogasuta458A7941 TP V4
Master Kopi di Kissaten sedang Meracik Kopi
pakutaso.com

Seorang master yang baik adalah seorang ahli hubungan personal yang baik. Dia mengamati pelanggannya, mungkin saja akan mengingat nama pelanggan tetap, profesi mereka, bahkan pesanan favorit mereka tanpa perlu ditanya. Untuk pelanggan baru, dia bisa saja pendiam dan membiarkan kita menikmati ketenangan. Namun, untuk pelanggan tetap, dia bisa terlibat dalam obrolan ringan tentang cuaca, berita, atau olahraga. Interaksi ini menciptakan rasa “ikiru” (ruang hidup) atau “ibasho” (tempat untuk menjadi diri sendiri) bagi pelanggan.

3. Kebebasan dan Privasi. Etika Ruang Personal

Kissaten menghormati “kesendirian” sebagai sebuah kebutuhan. Banyak kissaten memiliki bilik-bilik (booth) dengan partisi tinggi yang memberikan rasa terpisah dari pengunjung lain. Ini jadi ruang privat di tempat publik.

Budaya Ichi Kitte (一杯きって) adalah sebuah aturan tidak tertulis yang sangat dipegang teguh, yaitu “satu pesanan, satu kursi”. Selama kita memesan satu minuman, kita dapat duduk di sana selama yang Anda inginkan. Misalnya, beberapa jam untuk membaca novel, menyelesaikan tugas akhir kuliah, atau hanya melamun biasa. Tidak ada tatapan tidak nyaman atau isyarat halus dari staf untuk segera pergi di kedai tersebut. Ruang dan waktu kita juga dihormati.

Suara yang dominan di kissaten adalah denting halus cangkir, desisan mesin siphon, atau alunan musik latar. Obrolan dilakukan dengan suara rendah. Menerima telepon di dalam ruangan dianggap sangat tidak sopan dan jarang terjadi. Kesadaran kolektif untuk menjaga ketenangan ini adalah kontrak sosial yang membuat kissaten menjadi surga bagi para pembaca, penulis, dan pemikir ulung.

4. Musik Latar yang Dikuras Jadi Soundtrack untuk Jiwa

Musik di kissaten selain menjadi pengisi keheningan, tapi juga elemen atmosfer yang setara dengan kopi dan interior. Genre atau aliran musik ini dipilih karena kualitasnya yang instrumental, kompleks, dan tidak intrusif. Di kissaten yang sering memutar musik jazz mungkin memutar album langka John Coltrane, sementara kissaten yang sering memutar musik klasik mungkin memilih karya-karya piano Chopin. Musik ini menciptakan lapisan emosional tambahan pada pengalaman tersebut.

jazz kissaten
Jazz Kissaten
andpremium.jp

Banyak kissaten juga terutama Jazz Kissaten terkenal dengan investasi mereka dalam peralatan audio high-end. Speaker besar, amplifier tabung, dan pemutar vinyl berkualitas adalah hal yang biasa. Bagi para audiophile, datang ke kissaten tertentu selain untuk menikmati kopinya, tapi juga untuk mendengarkan musik dalam kualitas terbaiknya yang menjadi sesuatu yang tidak dapat dilakukan di rumah sendiri.

5. Objek Nostalgia dengan Detail yang Bercerita

Atmosfer kissaten juga terangkai dari detail-detail kecil yang seolah membeku dalam waktu. Meski sekarang banyak yang telah menjadi area bebas rokok, keberadaan asbak keramik berat dengan logo kissaten adalah pengingat era saat asap rokok adalah bagian dari suasana.

Lalu, ada sebuah alat kecil dari logam yang diletakkan di atas nampan digunakan untuk memecah gula batu menjadi bagian-bagian kecil. Selain itu, sering kali kita bisa melihat cheese cake atau pudding yang dipajang di lemari kaca sederhana dan bukan display case yang mewah.

D. Perbandingan yang Kontras antara Kissaten dan Kafe Modern

Meski sama-sama menyajikan kopi, kissaten dan kafe modern seperti Starbucks atau kafe “third wave” memiliki filosofi yang berbeda. Berikut ini adalah tabel perbandingannya:

AspekKissatenKafe Modern
FilosofiKopi sebagai pengalaman seni dan istirahatKopi sebagai komoditas dan gaya hidup
SuasanaTenang, nostalgia, intim, personalTrendi, energik, terang, sosial
Fokus MenuKopi blend racikan master kopi, metode seduhan manualEspresso-based drinks, single-origin, variasi non-kopi
Peran PemilikMaster kopi yang otoritatif dan personalBarista yang terampil dan friendly
PelangganPelanggan tetap dari berbagai generasi, terutama lansiaPelanggan umum dari kalangan muda dan pekerja
KebisinganHening, hanya ada musik instrumental lembutRamai, suara mesin espresso, obrolan, dan musik pop
TeknologiMinim, jarang ada Wi-Fi atau colokanWi-Fi gratis dan colokan listrik tersedia di mana-mana
Tujuan KunjunganUntuk melarikan diri dari keramaian dan menikmati momenUntuk terhubung sama lain seperti bekerja, berkumpul, bersosialisasi

Perbedaan mendasarnya terletak pada esensi, yaitu kissaten menjual waktu dan ketenangan, sedangkan kafe modern menjual kenyamanan dan konektivitas.

E. Mengapa Kissaten Tetap Berjaya di Masa Kini?

Keberlangsungan kissaten di abad ke-21 ini sering dilihat sebagai keajaiban budaya lokal. Di tengah gempuran kafe modern yang efisien, seragam, dan penuh dengan teknologi, bagaimana mungkin kedai kopi tua dengan interior usang dan tanpa WiFi gratis ini bisa bertahan? Jawabannya terletak pada kemampuan kissaten untuk memenuhi kebutuhan manusiawi yang justru tidak dapat dipuaskan oleh modernitas itu sendiri. Berikut ini penjelasan lebih menariknya ya.

1. Nostalgia yang Diaktifkan dan “The Showa Aesthetic”

Nostalgia di sini menjadi kerinduan pasif dan juga kekuatan aktif yang memberikan kenyamanan dan makna. Bagi generasi yang hidup melalui masa pertumbuhan ekonomi pesat Jepang seperti era Showa dan bubble economy tahun 80-an, kissaten adalah penanda stabilitas.

Dalam dunia yang berubah dengan cepat, kita gedung pencakar langit menggantikan rumah tua, dan kehidupan digital menggantikan interaksi tatap muka, kissaten tetap sama. Ia adalah “ketetapan” dalam kehidupan yang penuh “variabel” saat ini. Duduk di kursi yang sama, mencium aroma yang sama, dan merasakan rasa yang sama memberikan rasa aman psikologis yang sangat dalam.

showaretrokanban 2 626x628 1
Tulisan Retro Bergaya Era Showa
gardedesignmagazine.com

Tren Retro dari era Showa membuat generasi muda Jepang yang lahir di era Heisei dan Reiwa melihat kissaten bukan sebagai tempat usang, tapi sebagai ruang yang fotogenik dan penuh karakter. Mereka datang untuk merasakan “vibes” era yang tidak mereka alami, memotret interiornya yang estetik untuk media sosial, dan menemukan keaslian yang kontras dengan kehidupan mereka yang serba terstandardisasi. Bagi mereka, kissaten adalah “museum” yang bisa dimasuki dan dinikmati dengan semua panca indera.

2. Komunitas yang Terjaga (Curated Community) dan “Ibasho”

Kissaten berhasil menciptakan apa yang dalam sosiologi disebut sebagai “third place” yang sesungguhnya. Bukan tempat kerja (pertama) atau rumah (kedua), tapi ruang netral untuk kehidupan komunitas. Konsep Ibasho (居場所) atau Tempat untuk Menjadi Diri Sendiri adalah konsep ini sangat krusial, terutama bagi para lansia dan individu yang merasa terisolasi di masyarakat urban.

Kissaten adalah “ibasho” mereka, tempat ketika mereka diakui, namanya diketahui, dan kebiasaannya dipahami oleh sang master kopi dan pelanggan lain. Kehilangan kissaten setempat bagi mereka bisa berarti kehilangan satu-satunya jaring peng sosial.

Komunitas di kissaten tidak mengharuskan kita untuk selalu bersosial. Kita bisa menjadi bagian dari komunitas itu hanya dengan menjadi “pelanggan tetap yang pendiam”. Kehadiran kita saja sudah cukup diakui. Jenis interaksi low-pressure ini sangat langka di dunia yang memaksa kita untuk terus terhubung dan bersosialisasi.

3. Kualitas yang Tak Tergoyahkan dan Gerakan “Specialty Kissaten”

Sementara kafe “third wave” fokus pada profil rasa terang dan single-origin, kissaten mempertahankan standar kualitasnya sendiri yang tak lekang oleh waktu. Keahlian seorang master kopi dalam menciptakan dan mempertahankan cita rasa blend-nya selama puluhan tahun adalah sebuah bentuk seni. Bagi para pencinta kopi, ini setara dengan menghargai maestro pembuat wine atau whisky. Rasa yang konsisten dan kompleks dari sebuah blend signature adalah sesuatu yang tidak dapat direplikasi oleh mesin atau barista yang berganti-ganti.

coffeekan menu01
Menu Kopi yang Ada di Kissaten
kichijoji-gourmet.com

Lalu, banyak kissaten tua, alih-alih menutup diri, justru beradaptasi dengan cara mereka sendiri. Mereka tetap mempertahankan blend klasiknya, tapi juga mulai menawarkan single-origin pilihan atau memperkenalkan metode seduhan yang lebih modern seperti V60 di samping siphon tradisional mereka. Mereka memasuki pasar “specialty coffee” bukan sebagai pesaing, tapi sebagai sesepuh yang memiliki otoritas dan sejarah.

4. Kebutuhan akan Ketenangan dan “Slow Living

Dalam ekonomi perhatian (attention economy) di mana setiap detik kita dibombardir oleh notifikasi, iklan, dan tuntutan untuk produktif, kissaten menawarkan sebuah perlawanan. Kurangnya Wi-Fi dan colokan listrik yang mudah diakses yang sering dilihat sebagai kekurangan, justru menjadi fitur utama. Kissaten memaksa kita untuk melepaskan diri dari layar untuk membaca buku fisik, menulis dengan tangan, mengamati sekitar, atau hanya bermeditasi dengan secangkir kopi. Tempat ini menjadi “digital detox zone” tanpa embel-embel wellness yang mahal.

Budaya Ichi Kitte yang sebelumnya sudah dibahas adalah antitesis dari produktivitas. Kissaten secara aktif mendorong kita untuk “membuang waktu” dengan bermakna. Di sini, nilai bukan ditentukan oleh seberapa banyak yang kita kerjakan, tapi oleh kemampuan kita untuk hadir sepenuhnya dalam momen tersebut.

5. Ekonomi Lokal dan Warisan Budaya

Kissaten adalah bisnis keluarga dan bagian dari ekosistem lokal. Sebagai bisnis independen yang tidak memiliki struktur biaya tinggi seperti waralaba, kissaten dapat bertahan dengan basis pelanggan yang lebih kecil tapi setia. Mereka adalah penjaga ekonomi “mom-and-pop” yang menjadi tulang punggung banyak distrik di Jepang.

Sedangkan, secara kolektif, masyarakat Jepang mulai menyadari bahwa kissaten adalah warisan budaya yang tak berwujud (intangible). Penutupan dari kissaten tua sering menjadi berita lokal dan disesali oleh banyak orang. Kesadaran ini menciptakan dorongan untuk “mendukung lokal” dan melestarikan kedai kopi ini, mirip dengan cara orang mendukung toko buku independen.

F. Apakah Orang Jepang Sendiri Menyukai Konsep Kissaten?

Terakhir, pertanyaan ini tentu tebersit di pikiran kita. Sebenarnya orang Jepang suka gak sih dengan konsep kissaten seperti ini? Apakah generasi mudanya turut mendukung kedai kopi ini atau tidak? Jawabannya akan dijelaskan semua di bawah ini ya.

1. Generasi Tua (60+ Tahun), Cinta yang Berakar pada Identitas dan Ritual

Bagi generasi ini, kissaten selain menjadi “konsep” yang disukai atau tidak, tapi bagian dari aktivitas kehidupan mereka. Banyak lansia terutama pria yang sudah pensiun, kunjungan ke kedai kopi ini pagi hari adalah ritual yang harus dilakukan pada hari mereka. Ini menjadi alasan untuk keluar rumah, bertemu dengan teman-teman sebayanya, membaca koran dalam suasana yang tenang, dan merasa menjadi bagian dari komunitas. Kehilangan kissaten setara dengan kehilangan pusat sosial mereka.

manula
Generasi Tua adalah Pelanggan Tetap dari Kedai Kopi Ini
nagaokakyo.orchard-care.co.jp

Mereka bukan hanya mengenang masa lalu di kissaten, karena mereka-lah menghidupinya. Aroma kopi blend, desain interior, dan musik klasik adalah soundtrack dari masa muda mereka ketika era di Jepang bangkit dari abu perang dan menuju puncak kejayaan ekonomi. Kedai kopi ini adalah monumen hidup bagi perjalanan hidup mereka.

Di usia seperti ini juga sering disertai dengan rasa kesepian dan kehilangan peran sosial, kissaten memberikan sebuah “ibasho” atau tempat di mana mereka masih dikenal, disapa, dan diakui sesamanya. Sang master kopi yang mengingat pesanan mereka adalah sebuah bentuk kepedulian yang sangat berharga. Bagi mereka, kedai kopi adalah kebutuhan emosional dan sosial. Konsep ini sangat disukai dan dicintai,

2. Generasi Menengah (40-50 Tahun), Apresiasi yang Terbentuk oleh Kenangan dan Pencarian Ketengan

Generasi ini memiliki hubungan yang lebih kompleks, terbagi antara tuntutan kehidupan modern dan kerinduan akan ketenangan. Banyak dari mereka dibawa orang tua mereka ke kissaten atau menggunakannya sebagai tempat belajar atau berkencan di masa SMA dan kuliah. Kedai kopi ini membangkitkan kenangan yang hangat.

Sebagai salaryman atau pegawai kantoran yang terjebak dalam budaya kerja yang tinggi, kissaten menawarkan pelarian sesaat yang sangat bagus. Di sini, mereka bukan karyawan yang harus tunduk pada atasan, tapi individu yang bebas, sendirian dengan pikiran mereka tanpa tuntutan untuk produktif. Ketiadaan koneksi Wi-Fi justru menjadi berkas untuk memutus mereka dari kewajiban kerja.

picture pc 88b89916dfba15d2ce9649d7ecc911d8
Salaryman atau Pegawai Kantoran Menjadikan Kissaten Sebagai Pilihan Pelepas Penat
note.com

Generasi ini juga memiliki daya beli dan selera yang matang untuk menghargai keahlian sejati. Mereka memahami dan bersedia membayar untuk secangkir kopi blend master yang rumit atau single-origin Blue Mountain yang diseduh dengan siphon. Mereka melihat nilai di balik harga yang mungkin lebih mahal daripada kafe modern umumnya.

Mereka juga sangat menghargai konsep kissaten. Mereka mungkin harus datang setiap hari seperti generasi tua, tapi kunjungan biasanya adalah sebuah bentuk “me-time” yang disengaja dan bermakna. Generasi ini adalah pendukung yang sadar akan nilai budaya kissaten.

3. Generasi Muda (20-30 Tahun), Ketertarikan yang Dikurasi oleh Estetika dan Keunikan

Bagi generasi muda, kissaten tidak hanya berhenti jadi kebiasaan yang diwariskan, tapi sebuah pilihan gaya hidup yang disengaja. Retro dan Showa Kawaii sebagai daya tariknya. Bagi mereka yang tumbuh dengan estetika yang serba minimalis dan digital, estetika kissaten yang vintage, hangat, dan sedikit “berdebu” terasa sangat menarik dan fotogenik. Mereka datang untuk pengalaman aesthetic yang berbeda yang kemudian mereka bagikan di media sosial. Kedai kopi ini menjadi tujuan “wisata budaya” dalam negeri sendiri.

Generasi muda semakin kritis seiring berjalannya waktu terhadap standardisasi dan komersialisasi. Mereka merindukan sesuatu yang “asli” dan “berjiwa”. Kissaten dengan master kopinya yang otentik dan interior yang tidak dibuat-buat memuaskan kerinduan ini. Mereka melihatnya sebagai benteng melawan keseragaman.

kissaten 3
Generasi Muda juga Tak Ingin Ketinggalan Menikmati Kopi di Kissaten
tsutsuuraura.jp

Meski banyak yang terbiasa belajar di kafe yang memiliki koneksi Wi-Fi, sebagian lagi justru mencari ketenangan kissaten untuk fokus yang benar-benar mendalam. Mereka menemukan nilai dalam budaya Ichi Kitte yang memungkinkan mereka menyendiri tanpa gangguan.

Namun, tidak dimungkiri, tidak semua generasi muda tertarik dengan kedai kopi ini. Penting untuk diakui bahwa bagi banyak anak muda, kissaten menurut mereka terasa terlalu tua, terlalu sunyi, dan terlalu “kaku”. Mereka mungkin lebih memilih energi kreatif dan fasilitas kafe modern untuk bekerja kelompok atau bersosialisasi. Bagi mereka, konsep kissaten mungkin “disukai” sebagai sebuah ide, tapi tidak dengan kepraktisan untuk kehidupan sehari-hari.

Konsep kissaten ini memang dihargai secara selektif. Mereka adalah konsumen yang suka mengawasi dan melihat kedai kopi ini sebagai salah satu dari banyak pilihan. Namun, bagi yang tertarik, apresiasinya sangat dalam dan didorong oleh pencarian makna dan keunikan.


Kissaten adalah lebih dari sebuah bisnis. Kedai kopi adalah penjaga waktu, penjaga selera, dan penjaga hubungan manusia. Di dalam dindingnya yang biasanya usang, tersimpan cerita-cerita tentang Jepang yang terus berubah, tapi tetap memegang erat bagian dari jiwanya.

Ketika dunia kopi global terus berevolusi dengan metode seduhan dan rasa baru, kissaten mengingatkan kita pada akar dari semuanya bahwa meracik dan menikmati secangkir kopi adalah ritual yang sakral. Sebuah momen seni yang membutuhkan kesabaran, keahlian, dan rasa hormat. Kissaten selain menjual kopi, juga menjual sepotong waktu yang bergerak lambat menjadikannya sebuah kemewahan yang semakin langka di abad ke-21 ini.

Jadi, jika Minasan berkunjung ke Jepang, luangkan waktu untuk berkunjung ke kedai kopi satu ini. Carilah kissaten tua dengan papan nama yang memudar, dorong pintunya, dan duduklah. Pesanlah “koohii”. Hirup aromanya, rasakan kekayaannya, dan resapi atmosfer di sekelilingnya. Di situlah pengalaman minum kopi sambil menyelami bagian mendalam dari jiwa Jepang.

Nah, cukup sekian yang bisa Pandai Kotoba berikan mengenai artikel kissaten kali ini. Jika Minasan ingin tahu tentang kuliner Jepang lainnya, di website ini tersedia banyak lho. Ada satu rekomendasinya nih: Yaki Imo, Menyantap Ubi Panggang Khas Jepang di Musim Gugur. Klik untuk membacanya ya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *