Bahasa Jepang,  Culture

Kaguyahime : Cerita Rakyat Tertua dari Jepang

Jepang memiliki banyak cerita rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satu kisah yang paling terkenal adalah “Taketori Monogatari” (竹取物語) atau lebih dikenal sebagai “Kisah Putri Kaguya” (かぐや姫の物語, Kaguyahime no Monogatari). Kisah ini dianggap sebagai salah satu cerita rakyat tertua Jepang yang masih populer hingga saat ini.

Kaguyahime
Kaguyahime

Asal Usul Kisah Kaguyahime

Kisah Putri Kaguya berasal dari Zaman Heian (sekitar abad ke-9 atau ke-10) dan pertama kali ditulis dalam bentuk naskah yang dikenal sebagai Taketori Monogatari atau “Kisah Pemotong Bambu.” Kisah ini menggambarkan kehidupan seorang gadis cantik bernama Kaguyahime, yang ditemukan dalam sebatang bambu bercahaya oleh seorang kakek pemotong bambu.

Ringkasan Kisah Putri Kaguya

Suatu hari, seorang lelaki tua pemotong bambu menemukan sebatang bambu yang bercahaya. Saat ia memotongnya, ia menemukan seorang bayi perempuan mungil di dalamnya. Kakek dan istrinya yang tidak memiliki anak kemudian merawat bayi itu dengan penuh kasih sayang, memberinya nama Kaguyahime (Putri Cahaya).

772476
sebatang bambu yang bercahaya

Seiring waktu, Kaguyahime tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, kecantikannya begitu luar biasa sehingga banyak pria bangsawan dan bahkan Kaisar Jepang sendiri ingin menikahinya. Namun, Kaguyahime menolak semua lamaran dengan berbagai alasan.

Lima bangsawan kaya mencoba memenangkan hatinya, tetapi masing-masing diberikan tugas mustahil yang tidak bisa mereka selesaikan. Bahkan Kaisar sendiri, meskipun sangat mencintainya, tidak bisa membuatnya tinggal di istana.

Akhirnya, Kaguyahime mengungkapkan asal-usulnya: ia bukan manusia biasa, melainkan berasal dari Bulan. Pada malam purnama, utusan dari Bulan datang untuk menjemputnya kembali. Meskipun kakek dan nenek yang membesarkannya serta Kaisar mencoba mencegahnya pergi, mereka tidak bisa menahan kekuatan langit. Sebelum kembali ke Bulan, Kaguyahime meninggalkan ramuan keabadian untuk Kaisar sebagai tanda perpisahan. Namun, Kaisar menolak untuk hidup abadi tanpa Kaguyahime dan memerintahkan agar ramuan itu dibakar di puncak gunung tertinggi di Jepang, yang kini dikenal sebagai Gunung Fuji.

Pengarang dan Tokoh dalam Kisah Putri Kaguya

1. Pengarang Kisah Putri Kaguya

Kisah Taketori Monogatari (竹取物語) atau Kisah Putri Kaguya adalah cerita rakyat Jepang dari periode Heian (abad ke-9 atau ke-10). Karena merupakan cerita rakyat yang berkembang secara lisan sebelum akhirnya ditulis, pengarangnya tidak diketahui. Namun, beberapa teori menyebutkan bahwa kisah ini mungkin ditulis oleh seorang bangsawan atau penulis anonim dari lingkungan istana kekaisaran Jepang.

2. Tokoh dalam Kisah Putri Kaguya

a. Kaguyahime (かぐや姫)

Tokoh utama dalam cerita ini. Seorang gadis yang ditemukan dalam batang bambu bercahaya oleh seorang kakek pemotong bambu. Kaguyahime memiliki kecantikan luar biasa dan ternyata berasal dari Bulan. Ia menolak lamaran banyak pria, termasuk Kaisar Jepang, dan akhirnya kembali ke Bulan.

b. Kakek Pemotong Bambu (翁, Okina)

Seorang lelaki tua pemotong bambu yang menemukan Kaguyahime dalam batang bambu bercahaya. Ia dan istrinya membesarkan Kaguyahime dengan penuh kasih sayang seperti anak sendiri.

2437370
Kakek Pemotong Bambu (翁, Okina)

c. Nenek Pemotong Bambu (嫗, Ouna)

Istri dari kakek pemotong bambu yang ikut merawat Kaguyahime sejak bayi hingga dewasa. Ia sangat sedih ketika harus berpisah dengan putri angkatnya.

d. Lima Bangsawan Pelamar (五人の貴公子, Gonin no Kikōshi)

Lima pria dari kalangan bangsawan yang berusaha melamar Kaguyahime. Mereka diberikan tugas mustahil untuk membuktikan cinta mereka, tetapi semuanya gagal.

  • Pangeran Ishizukuri: Diminta membawa mangkuk suci milik Buddha dari India, tetapi ia hanya membawa mangkuk palsu.
  • Pangeran Kuramochi: Diminta mencari cabang pohon berpermata dari Gunung Penglai, tetapi ia berbohong dan menggunakan perhiasan buatan manusia.
  • Pangeran Abe no Miushi: Diminta menemukan pakaian api legendaris dari China, tetapi gagal.
  • Pangeran Ōtomo no Miyuki: Diminta membawa permata naga, tetapi nyaris tenggelam di laut dalam pencariannya.
  • Pangeran Isonokami no Marotari: Diminta menemukan kerang bercahaya, tetapi tidak berhasil.

e. Kaisar Jepang (帝, Mikado/Tennō)

Kaisar Jepang jatuh cinta kepada Kaguyahime dan mencoba membawanya ke istana, tetapi ditolak dengan halus. Ia sangat sedih saat Kaguyahime harus kembali ke Bulan. Kaguyahime meninggalkan surat perpisahan dan ramuan keabadian, tetapi Kaisar menolak meminumnya dan membakar ramuan itu di Gunung Fuji.

f. Utusan dari Bulan

Makhluk dari Bulan yang datang untuk menjemput Kaguyahime kembali ke tempat asalnya. Mereka memiliki kekuatan magis yang membuat manusia tidak dapat menghentikan mereka.

Kisah ini terus hidup dalam budaya Jepang dan menjadi inspirasi bagi berbagai karya sastra, film, dan animasi modern.

Makna dan Pengaruh dalam Budaya Jepang

Kisah Kaguyahime tidak hanya terkenal di Jepang, tetapi juga memiliki dampak besar dalam berbagai aspek budaya:

  • Sastra Jepang – Taketori Monogatari sering dianggap sebagai cikal bakal novel Jepang pertama.
  • Festival Tsukimi – Perayaan melihat bulan (Tsukimi) di Jepang sering dikaitkan dengan kisah Kaguyahime.
  • Gunung Fuji – Konon, nama “Fuji” berasal dari kata “fushi” yang berarti keabadian, merujuk pada kisah Kaisar yang membakar ramuan keabadian.
  • Adaptasi Modern – Kisah ini telah diadaptasi ke dalam berbagai media, termasuk film “The Tale of the Princess Kaguya” (2013) oleh Studio Ghibli, yang mendapatkan pengakuan internasional.

Nilai-Nilai Budaya dalam Kisah Kaguyahime

Kisah Kaguyahime tidak hanya dikenal sebagai cerita rakyat tertua dari Jepang, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai budaya yang mencerminkan pandangan hidup masyarakat Jepang sejak zaman dahulu. Berikut adalah beberapa nilai budaya yang tercermin dalam kisah ini:

1. Mono no Aware (物の哀れ) – Kesedihan yang Indah

Konsep mono no aware menggambarkan kesadaran akan kefanaan hidup dan keindahan yang muncul dari perasaan sedih. Kaguyahime menikmati hidup di bumi, tetapi pada akhirnya harus kembali ke bulan, meninggalkan orang-orang yang ia cintai. Hal ini mencerminkan bagaimana masyarakat Jepang menghargai momen-momen berharga, meskipun mereka tidak akan bertahan selamanya.

2. Filial Piety (孝, Kō) – Bakti kepada Orang Tua

Dalam budaya Jepang, menghormati orang tua adalah nilai yang sangat penting. Orang tua angkat Kaguyahime berusaha memberikan kehidupan terbaik baginya, meskipun itu tidak sesuai dengan keinginannya. Kaguyahime, meskipun tidak setuju, tetap berusaha memenuhi harapan mereka.

download 1
Filial Piety (孝, Kō) – Bakti kepada Orang Tua

3. Kehidupan yang Selaras dengan Alam

Ketika masih hidup di desa, Kaguyahime merasa lebih bahagia karena bisa bebas bermain di alam terbuka. Namun, kehidupan istana yang penuh aturan membuatnya tertekan. Ini mencerminkan kecintaan budaya Jepang terhadap alam dan kehidupan sederhana, seperti yang terlihat dalam ajaran Shinto dan filosofi Zen.

4. On (恩) – Hutang Budi dan Tanggung Jawab

Dalam budaya Jepang, menerima kebaikan berarti memiliki kewajiban untuk membalasnya. Kakek yang menemukan Kaguyahime merasa harus memberikan kehidupan terbaik untuknya sebagai bentuk balas budi atas ‘anugerah’ yang ia terima. Sementara itu, Kaguyahime juga merasa bersalah meninggalkan orang tua angkatnya meskipun itu adalah takdirnya.

5. Norma dan Hierarki Sosial dalam Zaman Heian

Cerita Kaguyahime berlatar belakang periode Heian, di mana status sosial dan tata krama sangat dijunjung tinggi. Dalam kisah ini, Kaguyahime dipaksa untuk menjalani kehidupan sebagai seorang putri, mendapatkan lamaran dari para bangsawan, bahkan menarik perhatian Kaisar. Namun, ia tidak bisa memilih hidup yang ia inginkan, mencerminkan keterbatasan peran perempuan dalam struktur sosial saat itu.

6. Ukiyo (浮世) – Dunia yang Sementara

Konsep ukiyo menggambarkan dunia sebagai tempat yang penuh ketidakkekalan. Kaguyahime datang ke bumi hanya untuk waktu yang singkat sebelum akhirnya kembali ke bulan. Ini mengingatkan bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara, dan manusia harus menghargai setiap momen yang ada.

Kesimpulan

Kisah Putri Kaguya adalah salah satu cerita rakyat Jepang tertua yang tetap populer hingga saat ini. Dengan makna yang dalam tentang asal-usul, keabadian, dan kehidupan yang fana, cerita ini terus diwariskan dan menjadi bagian penting dari budaya Jepang. Kaguyahime tidak hanya sekadar dongeng, tetapi juga simbol keindahan, kesedihan, dan keajaiban dalam sastra Jepang.


Melalui cerita Kaguyahime, kita diajak untuk merenungkan makna hidup, kebahagiaan, dan hubungan manusia dengan dunia sekitarnya. Yuk, terus semangat latihan dan jangan malu buat coba-coba berbagai contoh kalimat! Sampai ketemu lagi di materi seru berikutnya bareng Pandaikotoba. Oh iya, jangan lupa follow Instagram-nya juga ya, Minasan!

Belajar bahasa Jepang itu asyik banget, lho. がんばってね!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *