9 Jenis Tari Tradisional Jepang, Pesona dalam Gerak
Dalam budaya Jepang yang kaya akan seni tradisional, tari tradisional Jepang memegang peran yang sangat istimewa. Pasalnya, tarian-tarian ini merupakan cerminan dari sejarah panjang, mitologi, dan nilai-nilai budaya yang telah mengakar dalam masyarakat Jepang selama berabad-abad.
Terdapat beberapa jenis tari tradisional Jepang dengan keunikannya masing-masing. Nah, apa saja jenis tari tradisional Jepang tersebut? Mari kita simak ulasannya di artikel ini.
Sejarah Tari Tradisional Jepang
Tarian tradisional Jepang awalnya muncul di ritual-ritual agama dan kepercayaan Jepang kuno. Ritual sebagai bentuk upacara keagamaan tersebut melibatkan tarian dan musik untuk menghormati dewa-dewa.
Pengaruh dari budaya Tiongkok juga turut memengaruhi perkembangan tari tradisional Jepang mulai dari teknik-teknik tarian hingga alat musik sebagai instrumen pengiring.
Pada periode Heian (794-1185) perkembangan tari tradisional Jepang ditandai dengan munculnya jenis tarian gagaku dan bugaku.Gagaku adalah musik dan tarian istana yang dipentaskan dalam upacara kekaisaran, sementara bugaku adalah tarian yang dipengaruhi oleh Tiongkok.
Selama periode Kamakura dan Muromachi (1185-1573) merupakan masa ketika beberapa jenis tarian rakyat, seperti tarian dalam festival-festival desa menjadi semakin populer. Beberapa jenis tarian rakyat seperti Bon Odori dan Kagura semakin dikenal dan berkembang pesat.
Memasuki periode Edo, muncullah teater tradisional Kabuki yang merupakan cikal bakal munculnya genre tarian Kabuki yang dramatis.
Tantangan untuk mempertahankan tarian tradisional Jepang semakin besar pada era Meiji, ketika modernisasi masuk ke Jepang. Meskipun demikian, beberapa jenis tarian tradisional Jepang masih sanggup bertahan hingga kini.
Kini, tarian tradisional Jepang diakui sebagai warisan budaya dan dilindungi oleh pemerintah Jepang untuk mendukung pelestariannya. UNESCO pun telah mengakui beberapa tarian tradisional Jepang sebagai bagian dari warisan budaya dunia.
Dengan sejarah yang beragam ini, tarian tradisional Jepang menggambarkan perubahan budaya dan perkembangan artistik selama berabad-abad. Tarian tradisional tetap menjadi bagian penting dari budaya Jepang dan merupakan salah satu cara untuk menjelajahi warisan budaya yang kaya milik Jepang.
Jenis-Jenis Tari Tradisional Jepang
1. Kasa Odori
Tari Kasa Odori (笠踊り) adalah jenis tarian tradisional Jepang yang dipentaskan dengan menggunakan payung bambu yang disebut “kasa.” Tarian ini memadukan gerakan tubuh yang anggun dengan penggunaan payung sebagai aksesori tarian. Kasa Odori termasuk tarian yang sering dipentaskan dalam berbagai festival dan acara budaya di Jepang.
Kasa yang dipakai adalah payung tradisional Jepang yang terbuat dari bambu dan kertas. Payung tradisional ini memiliki bentuk bulat dan sering dihiasi dengan motif-motif yang menggambarkan musim atau tema-tema tertentu.
Tari Kasa Odori menekankan pada gerakan tubuh yang lembut dan anggun. Penari menggunakan payung dalam ritme gerakan-gerakan tarian, seperti mengangkat dan memutar payung dengan elegan.
Penari Kasa Odori mengenakan pakaian tradisional Jepang seperti kimono atau yukata. Kostum ini sering dihiasi dengan motif yang serasi dengan musim atau tema tarian.
Biasanya, tarian ini diiringi oleh musik tradisional Jepang seperti shamisen (gitar tiga senar), taiko (gendang Jepang), dan melodi vokal yang diiringi oleh nyanyian. Seperti tarian tradisional lainnya, Tari Kasa Odori memiliki koreografi yang teliti. Gerakan-gerakan ini seringkali menggambarkan cerita-cerita rakyat.
2. Bon Odori
Bon Odori adalah salah satu tarian tradisional yang paling ikonik di Jepang. Tari tradisional Jepang ini terkait erat dengan perayaan Festival Bon, sebuah festival yang diselenggarakan untuk menghormati arwah leluhur yang telah meninggal.
Tarian ini menunjukkan semangat kegembiraan dan persaudaraan, dan setiap musim panas, ribuan orang berkumpul di seluruh Jepang dalam Bon Odori.
Sejarah Bon Odori dapat ditelusuri kembali ke abad ke-7 ketika seorang biksu Buddha bernama Mogallana melakukan tarian untuk melepaskan ibunya dari siksaan di dunia baka. Tarian inilah yang kemudian menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai Bon Odori. Festival Bon sendiri memiliki akar dalam kepercayaan Buddha dan Shinto, dengan tanggal perayaan yang berbeda di berbagai daerah.
Salah satu aspek menarik dari Bon Odori adalah gerakan yang relatif sederhana dan mudah diikuti oleh semua orang. Ini memungkinkan setiap orang bisa berpartisipasi dalam tarian ini.
Bon Odori biasanya diiringi oleh musik tradisional Jepang seperti taiko, shamisen, dan flauta shinobue. Lagu-lagu Bon Odori memiliki melodi yang mudah dikenali dan irama yang bisa memungkinkan setiap orang untuk menari.
Tarian ini biasanya dilakukan dalam lingkaran besar di sekitar menara pengawas Bon (yagura) yang dihiasi dengan lampion kertas. Penari mengikuti gerakan melingkar yang khas dengan mengenakan pakaian kimono tradisional atau yukata, yang menambah keindahan tarian ini.
Bon Odori bukan hanya tentang menari dan bersenang-senang, tetapi juga tentang menghormati arwah leluhur yang sudah meninggal. Tari tradisional Jepang ini diyakini sebagai cara untuk menyambut dan menghibur arwah leluhur yang datang berkunjung selama Festival Bon.
3. Noh Mai
Noh Mai adalah salah satu jenis tari tradisional Jepang yang paling tua, namun tak kalah berkelas. Sebenarnya tarian ini adalah bagian seni pertunjukan teater tradisional Noh.
Noh Mai tidak hanya menonjolkan keindahan gerakan, tetapi juga mengeksplorasi tema-tema mendalam dan seringkali dipandang sebagai seni yang sangat klasik.
Noh Mai mulai berkembang di abad pertengahan Jepang, tepatnya pada abad ke-14, dan merupakan bagian dari tradisi teater Noh yang melibatkan dialog, nyanyian, dan musik. Noh itu sendiri adalah bentuk teater klasik Jepang yang menggabungkan unsur-unsur tarian dan drama.
Salah satu karakteristik utama Noh Mai adalah ketenangan dan keheningan dalam ekspresi dan gerakan. Penari Noh Mai sering kali bergerak dengan lambat dan penuh perlahan, menonjolkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang sangat halus.
Biasanya, penari Noh Mai mengenakan kostum yang indah dan berwarna-warni, serta seringkali mengenakan topeng kayu yang disebut “Noh-men” untuk menggambarkan karakter dalam cerita.
Gerakan dalam Noh Mai memiliki makna simbolis yang dalam. Setiap gerakan, langkah, dan pose menceritakan bagian dari cerita atau menggambarkan perasaan karakter. Seperti kisah-kisah mitologi, cerita-cerita samurai, atau pertemuan dengan roh-roh atau arwah.
Noh Mai selalu diiringi oleh musik yang dimainkan dengan alat musik tradisional seperti tayu (gendang besar), kotsuzumi (gendang kecil), dan nohkan (seruling bambu).
4. Onikenbai
Onikenbai adalah salah satu tarian tradisional Jepang yang unik dan bisa dibilang dramatis.. Tarian ini berasal dari daerah Touhoku, terutama di prefektur Akita.
Tari tradisional Jepang ini menggabungkan berbagai unsur seni, seperti tarian, seni bela diri, dan cerita rakyat yang penuh warna. Onikenbai secara harfiah berarti “Tarian Pedang Setan” atau “Tarian Pedang Oni.”
Asal-usul Onikenbai tidak diketahui dengan pasti, beberapa pendapat meyakini bahwa tarian tradisional Jepang ini berasal dari abad ke-17 atau 18.
Beberapa kisah menceritakan bahwa tari tradisional Jepang ini terinspirasi dari sebuah kisah rakyat tentang pertemuan seorang pria dengan Oni.
Penari Onikenbai mengenakan pakaian yang mengingatkan pada samurai atau prajurit kuno. Mereka sering mengenakan topeng setan (oni) yang menakutkan dan memegang pedang bambu atau kipas besar yang seringkali digunakan dalam gerakan tarian ini.
Onikenbai dikenal karena gerakan-gerakan dramatis yang menciptakan suasana menegangkan. Penari menggunakan pedang bambu atau kipas mereka untuk menggambarkan pertarungan dengan oni, menciptakan kesan yang menegangkan bagi penonton..
Tarian ini pun biasanya diiringi oleh musik tradisional Jepang, termasuk penggunaan taiko (gendang Jepang) dengan dentumannya yang kuat.
Onikenbai sering dipentaskan untuk merayakan festival-festival di wilayah Touhoku, terutama selama musim panas. Salah satu festival terkenal yang menampilkan Onikenbai adalah Festival Kanto di Akita. Selama festival ini, penari Onikenbai mengisi jalan-jalan dengan penampilan mereka yang memukau dengan gerak tari yang indah sekaligus menegangkan.
5. Nanazumai
Tari tradisional Jepang ini dikenal dengan sebutan “Tarian Tujuh Langkah”. Nanazumai adalah tarian yang menggambarkan gerakan-gerakan yang sederhana sekaligus menggemaskan, sering kali ditarikan oleh anak-anak dalam upacara perayaan.
Karena gerakannya yang sederhana, tarian ini bisa dilakukan oleh anak-anak maupun orang dewasa dengan mudah. Gerakan ini mencakup langkah-langkah yang teratur yang mudah diikuti. Tarian ini sering dipentaskan oleh sekelompok penari yang membentuk lingkaran atau barisan.
Penari Nanazumai sering mengenakan pakaian tradisional Jepang seperti kimono atau yukata. Kostum-kostum ini sering dihiasi dengan warna-warna cerah dan motif-motif yang mencerminkan musim tertentu.
6. Wadaiko
Tarian tradisional Jepang bernama “Wadaiko” tarian yang menekankan pada penggunaan taiko (gendang besar) dalam pertunjukannya.
Wadaiko adalah salah satu seni pertunjukan yang paling mengesankan dan penuh semangat. Para penari mengambil peran sebagai pemain taiko, menciptakan kombinasi kuat yang mengagumkan antara gerakan tubuh dan permainan taiko.
Selain menabuh taiko dengan ritme yang kuat, penari Wadaiko juga menampilkan gerakan tubuh yang energetik. Gerakan-gerakan ini seringkali dramatis dan mengesankan. Koreografinya pun sangat terstruktur dengan beberapa improvisasi yang tepat.
Penari Wadaiko seringkali mengenakan pakaian tradisional Jepang seperti hakama atau kimono yang dapat memberikan penampilan yang indah dan serasi dengan drum taiko.
Wadaiko juga digunakan dalam berbagai festival dan upacara-upacara penting di Jepang. Dalam konteks ini, drum taiko sering digunakan untuk mengumumkan awal festival atau acara penting, atau sebagai cara untuk membangunkan semangat para peserta dan penonton.
7. Arauma
Tarian tradisional Jepang “Arauma” adalah jenis tarian rakyat yang berasal dari wilayah Okinawa, yang merupakan kepulauan di bagian selatan Jepang.
Arauma adalah tarian yang penuh semangat dan terkesan sangat meriah, dan seringkali dipentaskan dalam berbagai festival dan acara budaya di Okinawa. Ini adalah salah satu tarian tradisional yang paling terkenal di wilayah tersebut.
Arauma seringkali memiliki irama musik yang cepat dan riuh, yang membuatnya menjadi tarian yang energetik. Irama ini menciptakan suasana yang penuh semangat selama pertunjukan.
Penari Arauma mengenakan pakaian tradisional Okinawa yang dikenal sebagai “ryusode.” Pakaian ini sering berwarna cerah dan dihiasi dengan motif-motif yang mencerminkan budaya Okinawa.
Salah satu keunikan dari tari tradisional Jepang ini adalah gerakan-gerakannya yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di kepulauan Okinawa, seperti gerakan ketika bekerja di ladang, bertani, memasak, dan aktivitas sehari-hari lainnya.
Arauma seringkali diiringi oleh alat musik tradisional Okinawa seperti sanshin (gitar tiga senar), taiko (gendang Jepang), dan alat musik gesek seperti tonkori atau kokyu.
8. Nihon Buyo
Nihon Buyo adalah bentuk tari tradisional Jepang yang menonjolkan keindahan, elegansi, dan tampilan yang penuh warna.
Nihon Buyo, yang secara harfiah berarti “tarian Jepang,” berasal dari penggabungan unsur-unsur tarian asli Jepang dengan pengaruh dari Tiongkok dan negeri Korea.
Seiring waktu, tepatnya pada abad ke-18, Nihon Buyo mulai berkembang menjadi bentuk tarian teater yang lebih formal.
Salah satu aspek yang paling mencolok dalam Nihon Buyo adalah kostum-kostum yang indah dan detail. Penari Nihon Buyo mengenakan kimono yang anggun dengan motif dan warna yang mencerminkan karakter yang mereka perankan.
Dalam hal gerakan, Nihon Buyo sangat mengedepankan elegansi dalam setiap gerakannya. Gerakan dalam Nihon Buyo seringkali lembut dan halus, ditunjukkan dengan gerakan tari yang menggunakan kipas atau kain sebagai aksesori untuk menambah keindahan gerakan mereka.
Ekspresi wajah penari Nihon Buyo adalah bagian penting dari pertunjukan. Penari akan berusaha untuk mengkomunikasikan emosi dan cerita melalui ekspresi wajah mereka.
Selain itu, pertunjukan Nihon Buyo biasanya mengangkat berbagai tema, termasuk cerita-cerita sejarah, mitologi, cerita rakyat, dan cerita-cerita cinta yang penuh dramatisasi. Penari pun berperan sebagai karakter-karakter yang berbeda dalam cerita ini.
9. Kagura
Kagura adalah bentuk tarian dan pertunjukan ritual tradisional Jepang yang dipentaskan sebagai penghormatan kepada para dewa dalam agama Shinto.
Kata “Kagura” secara harfiah berarti “musik dewa” atau “tarian dewa,” dan pertunjukan ini telah menjadi bagian penting dari kebudayaan dan ritual kepercayaan di Jepang selama berabad-abad.
Berawal dari aktivitas ritual, Kagura berkembang menjadi bentuk pertunjukan yang lebih formal seiring berjalannya waktu. Kagura sangat erat kaitannya dengan agama Shinto, yang memuja berbagai entitas alam dan roh.
Penari Kagura mengenakan pakaian tradisional Jepang yang seringkali indah dan dihiasi dengan warna-warna cerah dan motif-motif yang mencerminkan alam atau tema-tema kepercayaan.
Kagura menciptakan gerakan-gerakan simbolis yang menceritakan cerita atau menggambarkan perasaan. Gerakan-gerakan ini seringkali memiliki makna mendalam dalam konteks cerita religi atau mitologi.
Tema tari tradisional Jepang Kagura pun sangat bervariasi. Seperti cerita-cerita mitologi, legenda, atau peristiwa sejarah yang memiliki relevansi dengan kepercayaan Shinto. Dalam konteks upacara ritual, Kagura bertujuan untuk merayakan kehadiran dewa yang akan mendatangkan berkah serta memberikan perlindungan untuk manusia.
Itulah Minasan, sejumlah jenis tari tradisional Jepang yang masih bertahan hingga kini.
Dari gerakan anggun yang melambangkan elegansi Nihon Buyo hingga ketegangan dramatis dalam Kagura yang diiringi oleh musik ritual, tari tradisional Jepang membawa penonton ke dalam dunia yang memukau di mana waktu dan ruang seolah-olah berhenti.
Bagi Minasan yang ingin tahu info lebih banyak tentang dunia Jepang, baik budaya maupun bahasanya, juga bisa follow Instagram Pandai Kotoba dan Youtube Pandai Kotoba.
Mata!