Golden Week di Jepang, Hari Libur yang Panjang dan Penting
Hai Minasan~! Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya. Ada satu minggu istimewa ketika kereta api penuh dengan para pemudik ingin pulang ke kampung halaman, kuil-kuil ramai dengan peziarah, dan taman dipenuhi keluarga yang sedang berekreasi, minggu ini bernama Golden Week.
Golden Week adalah salah satu periode liburan terpanjang dan paling dinanti-nanti di Jepang. Selama seminggu penuh, masyarakat Jepang menikmati serangkaian hari libur nasional yang berurutan, menciptakan kesempatan untuk berlibur, berkumpul dengan keluarga, atau melakukan perjalanan.
Bukan hanya liburan biasa, Golden Week memiliki makna budaya dan sejarah yang mendalam. Pandai Kotoba pada artikel ini akan membahas tentang apa itu Golden Week dan asal-usulnya, mengapa periode ini sangat penting bagi orang Jepang, bagaimana mereka merayakannya, dan bagaimana perkembangan liburan ini dari masa ke masa di Jepang. Tak perlu berlama-lama lagi, yuk kita simak di bawah ini.

commons.wikimedia.org
Golden Week di Jepang, Hari Libur yang Panjang dan Penting
A. Apa Itu Golden Week?
Golden Week atau Goruden Wiiku (ゴールデンウィーク) adalah salah satu periode liburan terpanjang dan paling dinanti di Jepang, terdiri dari serangkaian hari libur nasional yang berurutan dalam satu minggu. Biasanya dari akhir April hingga awal Mei. Istilah “Golden Week” sendiri bukan nama resmi dari pemerintah, melainkan sebutan populer yang muncul dari industri hiburan Jepang pada tahun 1950-an.
1. Asal Usul Nama “Golden Week”
Nama “Golden Week” pertama kali digunakan pada tahun 1951 oleh Hideo Matsuyama, seorang manajer di Daiei Films, salah satu studio film terbesar di Jepang saat itu. Ia menyadari bahwa pada minggu ini, jumlah penonton bioskop melonjak drastis karena banyak orang yang memiliki waktu luang.
Istilah “golden” diambil dari bahasa radio yang menyebut slot waktu prime-time sebagai “golden time“. Karena liburan ini memberikan keuntungan besar bagi bisnis hiburan, Matsuyama menamakannya Golden Week. Sejak saat itu, istilah ini menjadi populer di seluruh Jepang.
2. Empat Hari Libur Nasional di Golden Week
Golden Week terdiri dari empat hari libur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah Jepang. Golden Week terdiri dari empat hari libur nasional yang berurutan dan ditetapkan oleh pemerintah Jepang. Masing-masing hari libur tersebut memiliki sejarah, tradisi, dan makna budaya yang unik. Berikut di bawah ini penjelasan 4 hari liburnya ya.
- Showa Day (Shouwa no Hi – 昭和の日) pada 29 April
Awalnya tanggal 29 April diperingati sebagai hari ulang tahun Kaisar Showa bernama Kaisar Hirohito yang saat itu memerintah Jepang dari 1926 hingga 1989. Waktu tersebut juga disebut Periode Showa. Setelah kaisar wafat pada 1989, tanggal ini sempat diubah menjadi “Hari Hijau” atau Midori no Hi untuk menghormati kecintaan kaisar pada alam. Namun, pada 2007, pemerintah Jepang mengembalikan nama aslinya menjadi Showa Day dan memindahkan Midori no Hi ke tanggal 4 Mei.

hoiku-is.jp
Pada tanggal ini juga menjadi momen untuk mempelajari masa lalu Jepang, termasuk masa sulit seperti Perang Dunia II dan kebangkitan ekonomi pascaperang. Orang Jepang biasanya merayakannya dengan mengunjungi kuil atau makam keluarga. Museum dan pameran sejarah juga sering mengadakan acara khusus tentang era Showa.
- Constitution Memorial Day (Kenpou Kinenbi – 憲法記念日) pada 3 Mei
Hari libur tanggal 3 Mei dilatarbelakangi oleh kostitusi Jepang. Ditandatangani pada 3 Mei 1947, konstitusi baru Jepang dibuat di bawah pendudukan Amerika Serikat setelah kekalahan dalam Perang Dunia II. Konstitusi ini terkenal dengan Pasal 9 yang menyatakan Jepang melepaskan hak perang. Terjadi kontroversi dan perdebatan publik, yaitu beberapa kelompok konservatif ingin merevisi Pasal 9, sementara yang lain mempertahankannya.

thegate12.com
Ada kegiatan resmi yang dilakukan pemerintah Jepang pada tanggal ini, di antaranya adalah gedung Parlemen Jepang dibuka untuk umum, diskusi dan seminar tentang demokrasi diadakan di sekolah-sekolah. Orang tua juga sering berperan aktif dalam menjelaskan makna konstitusi kepada anak-anaknya.
- Greenery Day (Midori no Hi – みどりの日) pada 4 Mei
Seperti yang sudah dijelaskan pada Showa Day, awalnya dirayakan pada 29 April sebagai penghormatan terhadap kecintaan Kaisar Showa pada tanaman dan alam. Lalu, dipindahkan ke 4 Mei pada 2007 agar Showa Day bisa dikembalikan.

hoiku-is.jp
Pada hari libur ini, banyak orang melakukan piknik, berkebun, atau mengunjungi taman nasional. Anak-anak sekolah juga sering menanam pohon atau belajar tentang lingkungan. Perayaan pada hari ini juga ada seperti festival bunga di Ashikaga Flower Park, Tochigi yang ramai dikunjungi untuk melihat bunga wisteria. Kyoto dan Nara juga populer untuk hanami (melihat bunga) akhir musim.
- Children’s Day (Kodomo no Hi – こどもの日) pada 5 Mei
Hari Anak ini berawal dari Periode Edo sebagai hari untuk mendoakan kesehatan anak laki-laki. Lalu, pada 1948, diubah menjadi Hari Anak untuk mencakup semua anak. Pada hari ini terdapat memasang koinobori (bendera berbentuk ikan koi) di depan rumah yang melambangkan kekuatan dan ketekunan. Yoroi kabuto (helm samurai) juga dipajang untuk melindungi anak dari roh jahat.

yoshitoku.co.jp
Makanan khusus untuk merayakan Hari Anak juga ada, yaitu kashiwa mochi (kue beras isi pasta kacang merah, dibungkus daun oak) dan chimaki (kue beras dibungkus daun bambu, mirip bakcang). Selain itu, kompetisi menggambar atau lomba olahraga sering diadakan, orang tua juga memberikan hadiah kepada anak-anak, dan mengajak mereka ke taman hiburan atau ke kolam renang. Kuil Shinto juga mengadakan upacara doa untuk kesehatan anak.
Untuk lebih lengkapnya mengenai hari ini, Pandai Kotoba pernah buat satu khusus untuk Kodomo no Hi lho, bisa dibaca dan klik di sini ya.
3. Mengapa Golden Week Bisa Menjadi Liburan Panjang?
Meskipun hanya ada empat hari libur resmi, banyak perusahaan dan sekolah memberikan cuti di antara tanggal-tanggal tersebut sehingga orang Jepang bisa menikmati liburan 7-10 hari, tergantung tahunnya. Misalnya jika 29 April jatuh pada Sabtu, maka libur bisa lebih pendek dan jika 3-5 Mei jatuh di tengah minggu, banyak orang mengambil cuti di antaranya untuk membuat “jembatan libur”.
4. Perbedaan dengan Liburan Panjang Lain di Jepang
Jepang memiliki beberapa periode liburan panjang selain Golden Week, di antaranya yaitu Obon pada Pertengahan Agustus adalah liburan tradisional untuk menghormati leluhur dan Tahun Baru pada 1-3 Januari adalah liburan keluarga terpenting di Jepang.
Namun, Golden Week menjadi hari libur yang unik karena gabungan hari libur nasional yang berurutan, jatuh pada musim semi yang nyaman (tidak terlalu panas atau dingin), dan banyak festival dan acara khusus diadakan.
B. Mengapa Golden Week Menjadi Periode Penting dalam Masyarakat Jepang?
Golden Week menjadi salah satu momen paling signifikan dalam kalender masyarakat Jepang. Periode ini memiliki nilai penting yang tertanam dalam berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi negara tersebut.
1. Peluang Langka untuk Istirahat dari Budaya Kerja yang Intens
Masyarakat Jepang dikenal dengan etos kerja yang tinggi dan jam kerja yang panjang. Fenomena karoshi (kematian karena kerja berlebihan) dan tekanan sosial untuk selalu produktif membuat banyak pekerja kesulitan mengambil cuti di luar hari libur resmi. Golden Week dengan rangkaian hari libur yang berdekatan, menjadikannya kesempatan langka bagi para karyawan untuk benar-benar melepaskan diri dari rutinitas kerja tanpa merasa bersalah. Bagi banyak orang, ini adalah satu-satunya waktu dalam setahun di mana mereka bisa mengambil liburan panjang tanpa harus mempertimbangkan dampaknya pada rekan kerja atau atasan.
2. Momen Sakral untuk Reuni Keluarga dan Pemeliharaan Hubungan Sosial
Dalam budaya Jepang yang semakin individualis, terutama di kota-kota besar, Golden Week berperan sebagai pengingat akan pentingnya ikatan keluarga. Banyak orang yang bekerja di Tokyo atau Osaka memanfaatkan periode ini untuk pulang ke kampung halaman (satogaeri). Tradisi ini mirip dengan budaya mudik Lebaran kita di Indonesia. Stasiun-stasiun kereta seperti Stasiun Tokyo dan Stasiun Shin-Osaka menjadi sangat padat karena arus pemudik ini.

mainichi.jp
Keluarga-keluarga berkumpul, orang tua bertemu anak-anak yang merantau, dan sanak saudara yang jarang bertemu akhirnya memiliki waktu berkualitas bersama. Selain itu, bagi pasangan muda, Golden Week sering menjadi waktu yang tepat untuk mengunjungi keluarga besar sebagai bagian dari proses Omiai (perjodohan tradisional) atau perkenalan pra-pernikahan.
3. Dampak Ekonomi yang Tidak Terbantahkan
Dari perspektif ekonomi, Golden Week adalah mesin penggerak penting bagi berbagai industri di Jepang. Sektor pariwisata mengalami lonjakan signifikan dengan destinasi seperti Kyoto, Okinawa, dan Hokkaido kebanjiran turis domestik. Maskapai penerbangan dan perusahaan kereta api seperti JR Group mencatat peningkatan penjualan tiket hingga 300% dibanding hari biasa. Industri hiburan juga mendapat keuntungan besar dengan studio-studio film sengaja merilis blockbuster mereka selama periode ini untuk memanfaatkan waktu luang masyarakat.
Tidak hanya itu, ritel dan pusat perbelanjaan turut menikmati efek Golden Week. Department store seperti Mitsukoshi dan Takashimaya menawarkan diskon spesial, sementara toko-toko suvenir di daerah wisata mengalami peningkatan penjualan yang drastis. Fenomena ini sedemikian pentingnya sehingga beberapa analis ekonomi menggunakan data konsumsi selama Golden Week sebagai indikator kesehatan ekonomi Jepang secara keseluruhan.
4. Refleksi Nasional atas Sejarah dan Identitas Jepang
Di balik kesan liburan yang riang, Golden Week sebenarnya mengandung dimensi historis yang dalam. Setiap hari libur dalam periode ini dirancang untuk membuat masyarakat Jepang merenungkan berbagai aspek penting dari identitas nasional mereka. Showa Day mengajak orang untuk mempelajari masa lalu, termasuk periode perang dan pemulihan ekonomi pasca-Perang Dunia II.
Constitution Memorial Day menjadi saat untuk merefleksikan nilai-nilai demokrasi dan perdamaian yang tertanam dalam konstitusi 1947. Bahkan Hari Anak, meskipun terlihat seperti perayaan semata, sebenarnya merupakan pengingat akan pentingnya investasi pada generasi penerus bangsa.
5. Keseimbangan antara Tradisi dan Modernitas
Golden Week juga menjadi cermin bagaimana Jepang berhasil memadukan tradisi kuno dengan kehidupan modern. Di satu sisi, masyarakat masih mempraktikkan ritual seperti memasang koinobori (bendera ikan koi) untuk Hari Anak atau mengunjungi kuil selama Showa Day.

trip.pref.kanagawa.jp
Di sisi lain, liburan ini telah berevolusi menjadi fenomena kontemporer ketika orang Jepang menikmati konser musik, festival bertemakan pop culture, atau perjalanan ke luar negeri. Adaptasi ini menunjukkan kelenturan budaya Jepang dalam mempertahankan nilai-nilai tradisional sambil tetap terbuka terhadap perubahan zaman.
C. Cara Orang Jepang Merayakan Golden Week
Golden Week menjadi sebuah kanvas besar tempat masyarakat Jepang melukiskan beragam aktivitas yang mencerminkan nilai-nilai sosial, tradisi, dan gaya hidup kontemporer. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, cara merayakannya sangat beragam, tergantung pada usia, minat, dan situasi ekonomi masing-masing keluarga, berikut di bawah ini penjalasan lebih detailnya ya.
1. Mudik dan Reuni Keluarga
Bagi banyak orang Jepang, terutama mereka yang merantau untuk bekerja atau studi, Golden Week menjadi momen penting untuk pulang ke kampung halaman. Fenomena ini dikenal sebagai satogaeri, mirip dengan tradisi mudik di Indonesia. Stasiun-stasiun kereta utama seperti Tokyo Station atau Shin-Osaka Station menjelma menjadi lautan manusia yang ramai, dengan antrean panjang di loket tiket JR Pass.
Keluarga-keluarga yang biasanya hanya berkomunikasi melalui panggilan video akhirnya bisa berkumpul secara fisik, berbagi makanan tradisional, dan merayakan kebersamaan. Orang tua menyambut anak-anak yang bekerja di kota besar dengan hidangan spesial, sementara generasi muda memperkenalkan pasangan atau anak-anak mereka kepada kakek-nenek. Momen ini sering kali menjadi satu-satunya kesempatan dalam setahun bagi keluarga besar untuk bertemu secara lengkap.
2. Wisata Massal, Antara Tradisi dan Petualangan
Golden Week menandai dimulainya musim wisata utama di Jepang. Destinasi-destinasi klasik seperti Kyoto dengan kuil-kuilnya yang megah atau Nara dengan taman rusa selalu dipadati pengunjung. Hotel-hotel di kawasan wisata utama bisa kehabisan kamar beberapa bulan sebelumnya dengan harga yang melonjak hingga tiga kali lipat dari tarif normal.
Meskipun banyak orang Jepang memilih untuk berwisata ke luar negeri seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Hawaii sebagai tujuan favorit, sebagian besar justru memanfaatkan waktu ini untuk menjelajahi keindahan alam negeri sendiri. Taman nasional seperti Daisetsuzan di Hokkaido atau pantai-pantai Okinawa menjadi saksi bagaimana masyarakat urban mencari ketenangan di tengah alam.

nippon.com
Namun, tidak semua perjalanan selama Golden Week bersifat rekreasional. Bagi sebagian orang, ini adalah waktu untuk melakukan junrei, yaitu ziarah ke kuil-kuil penting seperti Kuil Ise atau rute ziarah Shikoku 88 Temple. Aktivitas spiritual ini menunjukkan bagaimana liburan modern tetap bisa berpadu dengan tradisi religius yang telah berusia berabad-abad.
3. Festival Musim Semi, Menyambut Kehidupan Baru
Bertepatan dengan akhir musim semi, Golden Week menjadi panggung bagi berbagai festival yang merayakan keindahan alam dan kehidupan. Di Ashikaga Flower Park, ribuan orang berduyun-duyun menyaksikan bunga wisteria yang mekar spektakuler, sementara di tempat lain, festival koinobori menghiasi langit dengan ribuan bendera ikan koi yang berkibar. Acara-acara budaya seperti pertunjukan taiko (drum tradisional) atau kompetisi yabusame (memanah berkuda) sering diadakan di berbagai kuil Shinto, menarik baik wisatawan domestik maupun mancanegara.
4. Hiburan Urban dari Bioskop, Konser, dan Acara Khusus
Industri hiburan Jepang sangat menyadari potensi Golden Week sebagai “prime time” untuk merilis konten-konten unggulan. Studio-studio film sengaja menjadwalkan premiere blockbuster mereka selama periode ini, sebuah tradisi yang bermula sejak era 1950-an ketika istilah Golden Week pertama kali dicetuskan. Bioskop-bioskop di seluruh negeri dipenuhi penonton yang ingin menikmati film-film terbaru, baik karya sutradara Jepang maupun produksi Hollywood.

festtimetable.com
Tidak hanya film, dunia musik juga turut meramaikan Golden Week. Artis-artis J-Pop seperti Arashi atau Nogizaka46 sering menggelar konser spesial, sementara festival musik besar seperti “Viva La Rock” di Saitama menjadi magnet bagi penggemar musik rock. Bagi kalangan otaku, minggu ini sering dimanfaatkan untuk mengunjungi event-event anime besar seperti “Nico Nico Chokaigi” yang memadukan teknologi digital dengan budaya pop.
5. Istirahat dengan Kesederhanaan yang Bermakna
Tidak semua orang Jepang terjun dalam hiruk-pikuk perayaan. Bagi sebagian keluarga terutama mereka yang memiliki anak kecil atau lansia, Golden Week justru diisi dengan ketenangan di rumah. Aktivitas seperti hanami (melihat bunga) di taman lokal, barbekyu di balkon apartemen, atau hanya menonton program-program spesial Golden Week di TV menjadi pilihan yang tidak kalah bermakna.
Toko-toko buku melaporkan peningkatan penjualan novel dan manga selama periode ini menunjukkan bahwa bagi banyak orang, liburan terbaik adalah dengan menikmati hobi yang selama hari kerja biasa tidak sempat dilakukan.
6. Persiapan Menyambut Golden Week, Sebuah Ritual Tersendiri
Menariknya, persiapan menyambut Golden Week sendiri telah menjadi semacam tradisi. Kantor-kantor melakukan Osōji (pembersihan besar-besaran) sebelum liburan, supermarket menyiapkan stok makanan siap saji dalam jumlah besar, dan bahkan binatang peliharaan pun ikut “dipersiapkan” dengan pemesanan tempat di pet hotel yang bisa dipenuhi berbulan-bulan sebelumnya. Fenomena ini mencerminkan bagaimana masyarakat Jepang merencanakan liburan mereka dengan presisi yang sama cermatnya dengan pekerjaan sehari-hari.
7. Makna yang Lebih Dalam dari Sekadar Liburan
Pada hakikatnya, cara orang Jepang merayakan Golden Week adalah cerminan dari nilai-nilai sosial mereka yang unik. Di satu sisi, terdapat hasrat untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, entah untuk bepergian, menikmati hiburan, atau sekadar beristirahat.
Di sisi lain, terdapat kesadaran kolektif bahwa periode ini adalah kesempatan untuk memperkuat ikatan sosial, baik dengan keluarga maupun komunitas. Dari pejabat perusahaan yang pulang ke desa asal hingga anak muda yang menghadiri festival musik, setiap aktivitas selama Golden Week pada dasarnya adalah upaya untuk menemukan keseimbangan antara tuntutan modernitas dan kebutuhan akan identitas budaya.
Dalam konteks ini, Golden Week selain menjadi hiburan, tapi juga sebuah ritual tahunan yang memungkinkan masyarakat Jepang untuk terus memelihara harmoni antara kerja keras dan istirahat, antara tradisi dan inovasi, antara kesendirian dan kebersamaan.
Golden Week adalah momen istimewa dalam kalender Jepang dengan menggabungkan liburan panjang, tradisi budaya dan kesempatan untuk bersantai. Dari sejarahnya yang unik hingga cara masyarakat Jepang merayakannya, periode ini mencerminkan nilai-nilai penting seperti keluarga, alam, dan refleksi sejarah.
Bagi wisatawan asing, Golden Week bisa menjadi waktu yang menarik untuk mengunjungi Jepang dan merasakan atmosfer festivalnya, meskipun harus bersiap dengan keramaian. Bagi orang Jepang sendiri, ini adalah waktu berharga untuk melepas penat dari rutinitas sehari-hari.
Jadi, Minasan tertarik untuk liburan ke Jepang pada Golden Week? Siapkan biaya dan tenaga yang ekstra ya. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan kita tentang budaya Jepang. Jika ingin kulik budaya Jepang lainnya, Pandai Kotoba punya banyak artikelnya di website ini lho, salah satunya ini nih: Ikebana, Seni Merangkai Bunga khas Jepang. Klik untuk membacanya ya.
Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

