Dokusho no Aki, Mengisi Kegiatan Musim Gugur dengan Membaca di Jepang
Hai Minasan~! Ketika hawa panas musim panas mulai mereda digantikan oleh udara sejuk dan langit jernih yang membentang di atas kepulauan Jepang menjadi transisi halus yang terjadi pada alam dan ritme kehidupan masyarakatnya. Daun-daun yang semula hijau segar berangsur-angsur berubah menjadi palet emas, jingga, dan merah yang memukau. Di tengah transformasi alam yang puitis ini, sebuah frasa akrab bagi orang Jepang yaitu Dokusho no Aki (読書の秋) yang secara harfiah berarti “Musim Gugur untuk Membaca.”
Dokusho no Aki adalah sebuah fenomena budaya yang mengakar dalam pada budaya orang Jepang. Ini adalah musim di ketika kegiatan membaca secara aktif didorong dan dirayakan ke dalam kehidupan sehari-hari. Pandai Kotoba pada artikel kali ini akan membahas Dokusho no Aki mulai dari manakah asal-usul tradisi unik ini, mengapa musim gugur dan bukan musim lainnya, hingga buku apa saja yang bisa dibaca pada musim gugur ini. Yuk, kita simak di bawah ini.

iko-yo.net
Dokusho no Aki, Mengisi Kegiatan Musim Gugur dengan Membaca di Jepang
A. Asal-Usul yang Terjalin dari Sastra dan Sains
Koneksi antara musim gugur dan membaca di Jepang merupakan hasil dari pertemuan yang elegan antara warisan budaya literasi Cina kuno dan pemahaman fisiologis yang praktis. Kedua benang ini saling menjalin, memperkuat satu sama lain selama berabad-abad. Berikut di bawah ini penjelasannya.
1. Warisan Sastra: “Cahaya Bulan Musim Gugur yang Bagaikan Mutiara”
Akarnya dapat ditelusuri langsung ke salah satu mahakarya sastra Jepang dari zaman Heian (794-1185) berjudul Makura no Shoshi (枕草子) karya Sei Shonagon. Dalam esainya, dia mengutip dan merenungkan sebuah puisi Cina kuno yang sudah menjadi semacam konvensi kebijaksanaan pada masa itu. Puisi tersebut membagi keindahan setiap musim menjadi momen-momen tertentu:
- 春はあけぼの (haru wa akebono): keindahan musim semi terletak pada fajar yang berangsur terang.
- 夏は夜 (natsu wa yoru): keindahan musim panas ada di malam hari dengan cahaya kunang-kunang.
- 秋は夕暮れ (aki wa yuugure), keindahan puncak musim gugur ada pada senja, saat matahari terbenam menyinari awan dan langit berwarna kemerahan diikuti oleh cahaya bulan yang terang dan jernih menerangi malam.
- 冬はつとめて (fuyu wa tsutomete), keindahan musim dingin adalah pagi buta yang salju, dingin, dan sunyi.

commons.wikimedia.org
Frasa kunci untuk Dokusho no Aki (読書の秋) adalah deskripsi tentang “cahaya bulan musim gugur”. Pada zaman sebelumnya adanya listrik, sumber cahaya buatan seperti lampu minyak atau lilin adalah barang mewah, berasap, dan tidak cukup terang untuk membaca dalam waktu lama. Cahaya bulan di musim gugur, bagaimanapun itu adalah anugerah alam.
Beberapa faktor astronomi dan meteorologi mendukung hal ini, yaitu yang pertama adalah posisi matahari dan bulan. Pada musim gugur, sudut orbit bulan menyebabkan ia mencapai titik yang lebih tinggi di langit, sehingga cahayanya lebih intens dan menyebar lebih baik. Yang kedua adalah kejernihan udara. Setelah kelembapan musim panas menghilang, udara di musim gugur menjadi kering dan jernih. Awan pun berkurang, membuat langit lebih bersih dan cahaya bulan dapat menembus tanpa halangan.
Oleh karena itu, malam-malam pada musim gugur yang panjang dan diterangi bulan menjadi “waktu kerja” tambahan yang berharga bagi para bangsawan, biksu, dan cendekiawan. Mereka dapat membaca naskah-naskah klasik, menulis puisi (waka), atau berdiskusi tentang filsafat dengan penerangan alami yang jauh lebih baik daripada di musim lainnya.
Bulan musim gugur atau disebut juga 中秋の名月 (chuushuu no meigetsu) adalah bulan panen musim gugur, selain hanya objek pemujaan tapi juga “lampu belajar” utama. Asosiasi awal antara musim gugur dan aktivitas intelektual sudah terbentuk kuat di kalangan elite terpelajar Jepang sejak lebih dari seribu tahun yang lalu.
2. Penjelasan Sains: Suhu Tubuh yang Optimal untuk Konsentrasi
Jika warisan sastra memberikan alasan kultural, sains modern memberikan alasan fisiologis yang sangat masuk akal mengapa musim gugur adalah musim yang ideal untuk berkonsentrasi. Penjelasan ini sering disebut sebagai teori “食欲の秋、スポーツの秋、読書の秋” (Shokuyoku no Aki, Supootsu no Aki, Dokusho no Aki) yang artinya Musim Gugur untuk Nafsu Makan, Olahraga, dan Membaca. Ketiganya saling terkait.
a) Suhu Tubuh dan Konsentrasi
Tubuh manusia menggunakan energi yang signifikan untuk mengatur suhu internalnya (homeostasis). Pada musim panas yang lembap dan panas, tubuh bekerja keras untuk mendinginkan diri melalui mekanisme seperti berkeringat. Proses ini dapat menyebabkan kelelahan atau natsubate. Energi yang terkuras untuk thermoregulasi membuat tubuh lesu dan otak sulit berkonsentrasi.

flickr.com
Selain itu, penurunan suplai darah ke otak. Darah dialihkan lebih banyak ke kulit untuk membantu pendinginan, sehingga suplai oksigen dan glukosa ke otak yang menjadi bahan bakar untuk fokus ini berkurang. Sebaliknya, pada musim dingin, tubuh menghabiskan energi untuk menghangatkan diri dan kedinginan justru membuat kita ingin pasif dan membungkus diri.
Musim gugur hadir dengan “zona nyaman” termal yang ideal, biasanya antara 18°C hingga 22°C. Pada suhu ini, tubuh tidak perlu mengeluarkan energi ekstra untuk menghangatkan atau mendinginkan diri. Energi yang biasanya digunakan untuk thermoregulasi ini dapat dialihkan sepenuhnya ke fungsi kognitif otak seperti fokus, pemahaman, dan memori. Inilah sebabnya kita merasa lebih waspada, tenang, dan mudah untuk menyelami bacaan yang kompleks di musim gugur.
b) Panjang Hari dan Ritme Sirkadian (Circadian Rhythm)
Musim gugur adalah masa peralihan ketika malam mulai lebih cepat datang. Perubahan ini mempengaruhi ritme sirkadian (jam biologis tubuh). Senja yang lebih awal menciptakan kesan bahwa “malam telah tiba” dan waktu untuk beristirahat dan aktivitas dalam ruangan dimulai lebih cepat. Ini mendorong pembentukan rutinitas malam yang tenang, seperti membaca.
Udara yang sejuk dan malam yang panjang juga dapat merangsang produksi melatonin lebih awal dan alami, hormon yang mempersiapkan tubuh untuk tidur. Namun, sebelum rasa kantuk itu benar-benar datang, terdapat periode “tenang dan damai” yang sempurna untuk membaca. Membaca dengan pencahayaan yang tepat justru dapat membantu proses transisi menuju tidur ini, berbeda dengan cahaya biru dari gadget yang mengacaukannya.
c) Keterkaitan dengan “Shokuyoku no Aki” (Musim Gugur untuk Nafsu Makan)
Secara tradisional, musim gugur adalah musim panen (aki no minori). Banyak makanan lezat seperti ubi jalar, jamur matsutake, buah persimmon, dan ikan sanma yang berada di puncak kelezatannya. Nafsu makan yang meningkat adalah insting alami untuk menyimpan energi menghadapi musim dingin.
Aktivitas membaca yang membutuhkan energi kognitif tinggi, secara tidak sadar diasosiasikan dengan “bahan bakar” yang melimpah ini. Setelah menikmati makanan yang enak dan memuaskan, tubuh merasa berenergi dan puas, kondisi yang ideal untuk duduk tenang dan membaca. Ada rasa kepuasan yang menyeluruh yaitu perut yang kenyang dan pikiran yang terisi.
B. Siapa Pencetus Dokusho no Aki?
Tidak ada satu tokoh tunggal yang dinyatakan sebagai “pencetus” Dokusho no Aki. Perkembangannya lebih merupakan proses evolusi budaya yang dipicu oleh peristiwa sejarah dan sosial. Gagasan bahwa musim gugur adalah waktu yang baik untuk membaca sudah ada sejak zaman Heian (794-1185) di kalangan bangsawan. Namun, konsep modernnya sebagai gerakan nasional mulai terbentuk pada era Taisho (1912-1926) dan awal Showa.
Pada tahun 1919, seorang penulis dan penerbit ternama, Saneatsu Mushanokoji bersama dengan komunitas sastranya “Shirakaba-ha”, dikabarkan menyelenggarakan acara membaca pada bulan September. Namun, momentum yang benar-benar mempopulerkan dan memformalkan Dokusho no Aki terjadi pada 1927.
Kala itu, Perpustakaan Kekaisaran (sekarang Perpustakaan Parlemen Nasional) dan beberapa organisasi penerbit mengadakan acara bertajuk “Minggu Buku Anak-Anak” untuk pertama kalinya. Kesuksesan acara ini mendorong perluasan fokus tidak hanya pada anak-anak, tapi pada seluruh masyarakat.

japannews.yomiuri.co.jp
Akhirnya, pada 1939, Kementerian Pendidikan Jepang secara resmi menetapkan 17 November sebagai “Hari Hormat Membaca” (Shuukyou no Hi) yang kemudian berkembang menjadi “Minggu Memacu Membaca” (Dokusho Shuukan) pada tahun 1947. Minggu ini biasanya diadakan dari 27 Oktober hingga 9 November yang secara tepat menjangkau puncak musim gugur.
C. Apa yang Dilakukan Saat Dokusho no Aki?
Dokusho no Aki adalah sebuah semangat yang diaktifkan melalui serangkaian aktivitas yang konkret. Ritual literasi ini terjadi di berbagai lapisan masyarakat menciptakan ekosistem membaca yang hangat dan mendukung. Berikut adalah penjelasan tentang apa yang dilakukan.
1. Level Nasional dan Institusional: Menciptakan Lingkungan yang Kondusif
Pada level ini, tujuannya adalah untuk mempromosikan membaca secara luas dan menyediakan sarana yang mudah diakses bagi semua kalangan.
a) Dokusho Shuukan (読書週間) atau Minggu Memacu Membaca.
Ini adalah acara puncak Dokusho no Aki. Awalnya hanya seminggu, kini diperpanjang menjadi dua minggu (27 Oktober – 9 November). Selama periode ini, sebuah “komite pusat” yang terdiri dari perpustakaan, penerbit, dan toko buku mengoordinasikan kampanye nasional.
Setiap tahunnya sebuah poster tema yang indah dan sebuah “maskot buku” didesain dan disebarluaskan ke seluruh sekolah dan perpustakaan di Jepang. Poster ini menjadi undangan visual yang menarik. Lembaga seperti Perpustakaan Asosiasi Sekolah sering merilis data tentang kebiasaan membaca anak-anak.
Hasilnya dipublikasikan untuk memicu diskusi tentang pentingnya literasi. Selain itu, berbagai penghargaan untuk perpustakaan sekolah terbaik, guru yang berjasa mempromosikan membaca, atau komunitas membaca diberikan pada masa ini.

koubo.jp
b) Peran Perpustakaan: Dari Gudang Buku menjadi Pusat Aktivitas
Perpustakaan berubah dari tempat yang sunyi menjadi ruang komunitas yang dinamis. Pustakawan dengan cermat menyusun rak-rak pameran dengan tema seperti “Petualangan Musim Gugur”, “Misteri untuk Malam yang Panjang”, atau “Penulis Peraih Penghargaan Akhir-akhir Ini”. Ini sangat membantu pembaca yang bingung memilih buku.
Untuk anak-anak, diadakan sesi mendongeng (oshiego) dengan buku gambar yang sesuai dengan musim gugur. Untuk dewasa, ada workshop merawat buku, membuat pembatas buku, atau bedah buku ringan. Perpustakaan daerah juga sering mengundang penulis lokal untuk berbicara tentang proses kreatif mereka, menjembatani kesenjangan antara pembaca dan pencipta.
c) Strategi Toko Buku: Menciptakan Pengalaman Berbelanja yang Berpusat pada Pembaca
Toko buku besar seperti Kinokuniya, Maruzen, atau jaringan seperti Book Off atau toko buku bekas sangat aktif pada musim ini. Rak-rak ini biasanya diletakkan di tempat yang strategis, berisi kurasi buku dari staf yang dianggap “wajib baca” musim ini. Yang menariknya, sering ada kartu kecil berisi ulasan singkat dan personal dari staf toko atau Staff’s Pick yang menambah sentuhan lebih manusiawi.
Adanya kolaborasi dengan Penerbit untuk Hadiah dan Bonus. Banyak pembelian buku yang disertai dengan bonus eksklusif, seperti pembatas buku artistik, kantong buku (bukuburo) atau sampul buku (kappo) bertema musim gugur. Strategi ini mengubah buku dari sekadar komoditas menjadi sebuah “produk budaya” yang istimewa. Selain itu, toko buku menjadi tuan rumah bagi penulis populer untuk melakukan signing session atau bincang-bincang kecil, menarik penggemar dan menciptakan suasana lebih ramai.
2. Level Komunitas dan Sekolah: Membangun Kebiasaan dan Rasa Memiliki
Pada level ini, fokusnya adalah pada interaksi sosial dan pembentukan kebiasaan membaca sejak dini. Berikut di bawah ini penjelasannya.
a) Aktivitas di Sekolah: Menanamkan Budaya Baca
- Jugyou de Yomikikase (授業で読み聞かせ): Membacakan Buku di Kelas).
Guru secara intensif membacakan buku cerita kepada siswa, tidak hanya untuk anak kecil tetapi juga untuk siswa yang lebih besar, dengan memilih cerita yang kompleks. - Target Membaca Kelas.
Kelas mungkin menetapkan target bersama, seperti “Kita akan membaca total 10 buku bulan ini!” dan kemajuan dicatat di papan buletin dengan grafik yang menarik. - Sakubun atau Esai dengan Tema “Buku Favorit Saya”.
Siswa didorong untuk merefleksikan bacaan mereka dan menuangkannya dalam tulisan, melatih keterampilan berpikir kritis dan menulis.

blog.baika.ac.jp
b. Klub Baca (Dokushokai atau Dokusho Kouryuukai):
Komunitas ini adalah jantung dari Dokusho no Aki bagi banyak orang dewasa. Pertemuan rutin di klub baca dikenal dengan format terstruktur. Sebuah klub buku biasanya memilih satu atau dua buku beberapa minggu sebelumnya. Dalam pertemuan tersebut, setiap anggota membagikan:
- 感動したところ (kandou shita basho): bagian yang paling menyentuh bagi mereka.
- 不思議に思ったところ (fushigi ni omotta basho) : bagian yang membuat mereka penasaran atau pertanyaan yang muncul.
- 好きなセリフ (suki na serifu): kutipan favorit.
Selain itu, ada juga klub buku yang khusus fokus pada genre tertentu, seperti fiksi sejarah, misteri, atau sastra dunia, memungkinkan diskusi yang lebih mendalam.

chakai.accoro.co.jp
3. Level Personal: Ritual dan Kenikmatan Individu
Inilah esensi sebenarnya dari Dokusho no Aki, bagaimana individu memaknainya untuk diri sendiri. Berikut di bawah ini penjelasannya ya.
a) Menciptakan “Tokubetsu na Jikan” (Waktu Khusus) dan “Basho” (Tempat).
Banyak orang sengaja merancang pengalaman membacanya. Mereka pergi ke taman, duduk di bawah pohon ginkgo yang berwarna emas, atau mencari bangku yang menghadap ke pemandangan danau atau gunung. Aktivitas ini disebut ensoku-gatari no dokusho (membaca sambil piknik).
Ada juga yang pergi ke kafe yang tenang, memesan secangkir kopi atau teh hijau hangat, dan menghabiskan beberapa jam hanya dengan buku adalah ritual yang sangat populer. Suara desisan mesin espreso dan aroma kopi menjadi soundtrack yang sempurna.
Beberapa orang juga membaca dengan kenikmatan sensorik lainnya, seperti mendengarkan musik jazz instrumental yang tenang, menyalakan lilin aromaterapi dengan wangi kayu manis atau apel atau sambil menikmati secangkir teh hojicha (teh hijau panggang) yang hangat.
b) Metode Membaca yang Disengaja.
Yang pertama, 多読 (tadoku) atau membaca ekstensif. Beberapa orang memanfaatkan musim ini untuk “membaca banyak” dengan cepat, mengeksplorasi genre baru atau mengejar seri tanpa tekanan untuk menganalisis mendalam. Tujuannya adalah kelimpahan dan kesenangan murni.
Yang kedua, 精読 (seidoku) atau membaca intensif. Sebaliknya, beberapa orang memilih satu atau dua buku berkualitas tinggi untuk dibaca secara perlahan dan mendalam, membuat catatan, menggarisbawahi, dan benar-benar mencerna setiap katanya.

note.com
Yang ketiga, mencatat di Dokusho Techou atau Buku Catatan Membaca. Banyak pencinta buku memiliki buku catatan khusus untuk mencatat judul, penulis, tanggal selesai baca, dan ringkasan atau kesan pribadi mereka. Dokusho no Aki adalah waktu ketika halaman-halaman buku catatan itu terisi dengan cepat.
c) Integrasi dengan Media Digital dan Sosial.
Di media sosial seperti Twitter dan Instagram, banyak Bookstagram dan BookTok ala Jepang menggunakan tagar #読書の秋 dan #読書好きな人と繋がりたい yang artinya “ingin terhubung dengan pencinta buku ramai”. Orang-orang memposting foto buku mereka dengan latar pemandangan musim gugur atau suasana kafe yang estetik.
Meskipun kegiatan ini tradisional, orang Jepang modern juga memanfaatkan teknologi seperti aplikasi pembaca e-book dan audiobook. Membaca e-book di tablet dengan latar belakang musik atau mendengarkan audiobook sambil berjalan-jalan menikmati udara musim gugur adalah cara modern untuk menikmati Dokusho no Aki.
D. Buku Apa Saja yang Dibaca saat Dokusho no Aki?
Pemilihan buku selama Dokusho no Aki menjadi kesadaran kolektif untuk memilih bacaan yang sesuai dengan suasana hati atau mood pada musim gugur yang cenderung reflektif, sedikit melankolis, dan mendalam. Berikut adalah penjelasan detail mengenai genre-genre populer beserta contohnya ya.
1. Literatur Klasik Jepang (Koten Bungaku): Merasakan Mono no Aware yang Otentik
Musim gugur dengan keindahan yang dapat dirasakan adalah waktu yang sempurna untuk menyelami karya sastra yang mengusung tema Mono no Aware atau kesedihan halus akan kemerosotan segala sesuatu. Contoh karya klasik yang dibaca pada musim ini adalah:

amazon.com
- Genji Monogatari oleh Murasaki Shikibu,
Novel ini sarat dengan nuansa melankoli, pergantian musim yang digambarkan dengan detail, dan renungan tentang usia, cinta, dan kematian. Membacanya di musim gugur terasa seperti menyelami jiwa Jepang klasik yang sesungguhnya. - Kumpulan Puisi seperti Heike Monogatari.
Epik tentang kejatuhan klan Taira ini penuh dengan pesan tentang kesombongan dan kemerosotan, yang bergema dengan daun-daun yang berguguran. - Puisi Haiku Matsuo Basho.
Banyak haiku Basho yang secara eksplisit tentang musim gugur seperti aki no kure (senja musim gugur) atau menggunakan kata musim (kigo) seperti tsuki (bulan) yang membuat pembacaannya terasa sangat relevan dan puitis.
Alasan kepopulerannya adalah membaca klasik membutuhkan ketenangan dan konsentrasi yang diberikan oleh musim gugur. Ada kepuasan intelektual dan estetis yang dalam ketika lingkungan luar (musim gugur) selaras dengan tema buku (kemerosotan dan keindahan yang bisa dirasakan).
2. Novel Misteri dan Thriller Psikologis: Menemani Malam yang Semakin Panjang
Genre ini adalah pilihan utama bagi banyak orang. Ketegangan dalam cerita berpadu dengan sempurna dengan malam musim gugur yang panjang dan sepi. Contoh karya novel misteri dan thriller psikologis yang dibaca pada musim ini adalah:

ebooks.gramedia.com
- Karya Keigo Higashino (contoh: Yougisha X no Kenshin atau The Devotion of Suspect X).
Alih-alih thriller beraksi, Higashino terkenal dengan misteri teka-teki logika dan eksplorasi psikologi manusia yang dalam. Ini cocok untuk dibaca secara intensif. - Karya Natsuo Kirino (contoh: Out).
Novelnya yang gelap dan mendalam tentang tekanan sosial dan kriminalitas cocok dengan suasana musim gugur yang kontemplatif namun muram. - Karya Kanae Minato (contoh: Confessions).
Thriller balas dendam yang penuh dengan kejutan psikologis. Ketegangannya membuat pembaca ingin terus membalik halaman di bawah selimut yang hangat.
Alasan kepopulerannya adalah malam yang panjang menciptakan atmosfer yang mendalam untuk cerita seram dan menegangkan. Rasa ingin tahu untuk menyelesaikan misteri cocok dengan energi fokus yang diberikan oleh cuaca sejuk.
3. Novel Sastra Kontemporer (Junjungaku): Refleksi Kehidupan Modern
Novel-novel yang menggali kompleksitas hubungan manusia, ingatan, dan identitas sangat populer. Contoh karya novel sastra kontemporer yang dibaca pada musim ini adalah:

gramedia.com
- Haruki Murakami (contoh: Noruwei no Mori atau Norwegian Wood).
Judulnya sendiri merujuk pada musim gugur yang membeku dalam ingatan sang narator. Novel tentang cinta, kehilangan, dan nostalgia ini mungkin adalah bacaan wajib musim gugur bagi banyak penggemar sastra. - Hiromi Kawakami (contoh: The Nakano Thrift Shop).
Ceritanya yang tenang, driven-character, dan penuh dengan keanehan halus dalam kehidupan sehari-hari cocok untuk dinikmati secara perlahan-lahan. - Mieko Kawakami (contoh: Heaven).
Novel yang menggugah tentang bullying dan persahabatan ini memicu refleksi mendalam yang sesuai dengan semangat introspeksi musim gugur.
Alasan kepopulerannya adalah musim gugur adalah waktu untuk melihat ke dalam diri. Novel sastra kontemporer sering menjadi katalis untuk perenungan semacam ini, memungkinkan pembaca untuk terhubung dengan emosi dan pengalaman karakter secara mendalam.
4. Novel Sejarah (Jidai Shousetsu): Melarikan Diri ke Masa Lalu yang Epik
Untuk mereka yang ingin membaca buku tebal dan epik, musim gugur adalah waktu yang tepat. Malam yang panjang memberikan kesempatan untuk benar-benar tenggelam dalam dunia lain. Contoh karya novel sejarah yang dibaca pada musim ini adalah:

goodreads.com
- Eiji Yoshikawa (contoh: Musashi).
Epik tentang perjalanan legendaris sang samurai menuju pencerahan diri adalah bacaan yang sempurna untuk proyek membaca jangka panjang. - Ryotaro Shiba (contoh: Saka no Ue no Kumo atau Cloud Above the Hill).
Novel sejarah monumental tentang modernisasi Jepang ini sering dibaca secara bersambung, cocok untuk dihabiskan selama beberapa minggu di musim gugur.
Alasan kepopulerannya adalah membaca novel tebal membutuhkan komitmen, dan kondisi fisik musim gugur yang nyaman mendukung hal itu. Ada rasa pencapaian yang besar ketika bisa menyelesaikan sebuah mahakarya sastra sebelum tahun berakhir.
5. Light Novel dan Manga: Menjembatani Generasi Muda
Dokusho no Aki tidak hanya untuk sastra “berat”. Budaya populer juga memiliki tempatnya dan memastikan generasi muda turut serta. Contoh karya light novel dan manga dibaca pada musim ini adalah:

elexmedia.id
- Light Novel dengan Latar Musim Gugur.
Banyak light novel bergenre slice of life atau romance yang volumenya khusus berlatar festival budaya sekolah (bunkasai) yang biasanya diadakan pada musim gugur. Ini menciptakan keselarasan antara cerita dan dunia nyata pembaca. - Manga Berseri Panjang (contoh: One Piece).
Musim gugur adalah waktu yang tepat untuk “mengejar” bacaan beberapa volume manga atau komik sekaligus atau membaca kembali arc favorit. - Manga dengan Suasana Melankolis (contoh: karya Inio Asano seperti Oyasumi Punpun atau Solanin).
Meskipun berat, tema eksistensialnya cocok dengan suasana hati musim gugur bagi pembaca muda yang ingin merefleksikan kehidupan.
Alasan kepopulerannya adalah karya-karya tersebut menjadi pintu masuk yang mudah bagi remaja dan dewasa muda untuk berpartisipasi dalam Dokusho no Aki. Membaca yang menyenangkan adalah kunci untuk membangun kebiasaan membaca seumur hidup.
6. Buku Nonfiksi, Esai, dan Shuukan Bunko (Buku Saku Mingguan): Bacaan Ringan dan Berinformasi
Tidak semua orang ingin membaca fiksi yang berat. Buku nonfiksi memberikan alternatif yang sama menariknya. Contoh karya nonfiksi, esai, dan shuukan bunko dibaca pada musim ini adalah:

gramedia.com
- Esai atau zuihitsu oleh penulis seperti Naoki Matayoshi atau Kakuta Mitsuyo.
Esai-esai ringan tentang observasi kehidupan sehari-hari cocok untuk dibaca sedikit-sedikit atau mungkin sebelum tidur. - Buku Pengembangan Diri (self-help) atau Filosofi Hidup (ikigai).
Semangat untuk memulai sesuatu yang baru di musim gugur disebut dengan Shuugyou no Aki – atau Musim Gugur untuk Belajar membuat genre ini populer. - Shuukan Bunko (Buku Saku Mingguan)
Ini adalah seri buku murah yang dirilis setiap minggu dan sering mengompilasi tema seperti sejarah, seni, atau sains. Banyak orang berlangganan dan mengoleksinya dan Dokusho no Aki adalah waktu untuk menyusun koleksi yang terbeli.
Alasan kepopulerannya adalah musim gugur adalah waktu untuk memperkaya diri, baik secara emosional melalui fiksi maupun secara intelektual melalui nonfiksi. Bacaan ini memberikan kepuasan akan produktivitas yang tenang.
Dokusho no Aki adalah bukti nyata bagaimana sebuah budaya dapat dengan cermat mengidentifikasi dan merayakan harmoni antara manusia, alam, dan pengetahuan. Tradisi yang tidak kaku, tapi hidup dan bernapas bersama zaman. Dari cahaya bulan yang menerangi gulungan naskah kuno hingga lampu tidur yang menerangi e-reader modern, esensinya tetap sama yaitu undangan untuk melambat, berefleksi, dan menemukan kehangatan serta kebijaksanaan di dalam dunia kata-kata.
Di tengah gempuran informasi digital yang serba cepat, Dokusho no Aki justru menjadi lebih relevan daripada sebelumnya. Kegiatan ini adalah pengingat akan kenikmatan yang dalam dan tenang dari kegiatan membaca yang fokus. Kesenangan abadi ini terus diperbarui setiap kali daun maple mulai berubah warna dan mengundang kita semua untuk membuka lembaran baru.
Kalau Minasan suka baca buku juga gak nih? Apakah ada waktu khusus seperti yang dilakukan orang Jepang ini? Coba sempatkan membaca buku ya. Cukup sekian yang bisa Pandai Kotoba berikan untuk artikel kali ini mengenai Dokusho no Aki, kegiatan membaca buku di Jepang pada saat musim gugur. Jika Minasan ingin baca artikel lainnya mengenai musim gugur di Jepang lainnya, di website ini tersedia banyak lho. Salah satunya ini nih: 25 Kosakata Bahasa Jepang yang Berhubungan dengan Musim Gugur. Klik untuk membacanya ya.
Sampai jumpa di artikel selanjutnya!

