Bahasa Jepang,  Pemula

Aturan Merawat Hewan di Kalangan Masyarakat Jepang

Masyarakat Jepang dikenal memiliki kedekatan emosional yang kuat dengan alam dan makhluk hidup, termasuk hewan. Sikap penuh rasa hormat terhadap hewan tidak hanya tercermin dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga dalam budaya, kepercayaan, dan aturan hukum yang berlaku. Di Jepang, hewan bukan sekadar peliharaan, melainkan sahabat dan anggota keluarga yang harus diperlakukan dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab.

Hal ini membuat Jepang menjadi salah satu negara yang sangat memperhatikan kesejahteraan hewan, baik dari sisi tradisi turun-temurun maupun dari segi regulasi yang ketat. Artikel ini akan mengulas bagaimana tradisi serta aturan yang ada di Jepang membentuk cara masyarakatnya merawat dan menghargai hewan.

Hewan
Hewan Peliharaan

Makna Hewan Peliharaan dalam Kehidupan Masyarakat Jepang

Bagi masyarakat Jepang, hewan peliharaan bukan hanya makhluk hidup yang dirawat untuk hiburan semata, tetapi memiliki makna yang lebih dalam sebagai teman hidup, pendamping emosional, dan bagian dari keluarga. Banyak orang Jepang memandang hewan peliharaan seperti anjing, kucing, burung, dan bahkan hewan kecil seperti hamster dan kelinci sebagai sahabat setia yang memberikan ketenangan, kebahagiaan, dan semangat dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam budaya Jepang, konsep “kizuna” (絆) atau ikatan emosional antara manusia dan makhluk hidup sangat dijunjung tinggi. Oleh karena itu, tidak jarang seseorang memperlakukan hewan peliharaannya dengan penuh kasih, memberi mereka nama, pakaian khusus, hingga upacara pemakaman ketika mereka meninggal. Hewan peliharaan juga dianggap memiliki peran penting dalam mengurangi stres, terutama bagi masyarakat perkotaan yang hidup dalam kesibukan.

Bahkan, dalam beberapa kasus, hewan peliharaan dijadikan pengganti hubungan sosial, terutama bagi orang tua atau individu yang hidup sendiri. Peran ini menunjukkan bahwa hewan peliharaan memiliki posisi yang istimewa dan dihargai secara emosional maupun spiritual dalam kehidupan masyarakat Jepang.

Nilai Budaya dan Filosofi di Balik Perawatan Hewan

Perawatan hewan di Jepang tidak hanya didasarkan pada rasa suka atau kebutuhan pribadi, tetapi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya dan filosofi yang telah mengakar kuat dalam masyarakat. Dua kepercayaan utama yang memengaruhi pandangan ini adalah Shinto dan Buddhisme, yang menekankan keharmonisan antara manusia dan alam, termasuk hewan.

Dalam Shinto, semua makhluk hidup diyakini memiliki roh atau kami (神), termasuk hewan. Merawat hewan dengan baik dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan roh yang ada di dalamnya. Keyakinan ini juga tercermin dalam adanya kuil-kuil yang didedikasikan untuk hewan tertentu, seperti kucing (Maneki Neko) atau rubah (Inari).

Sementara itu, Buddhisme, mengajarkan prinsip ahimsa (非暴力) atau anti-kekerasan terhadap semua makhluk hidup. Dalam filosofi ini, menyayangi dan tidak menyakiti hewan merupakan bentuk latihan welas asih (jihi, 慈悲) yang penting bagi pertumbuhan spiritual seseorang.

Selain aspek keagamaan, budaya Jepang juga mengedepankan konsep wa (和), yaitu harmoni sosial. Yang berarti masyarakat diharapkan menjaga keseimbangan antara kasih sayang terhadap hewan dan tanggung jawab sosial, seperti tidak mengganggu tetangga atau lingkungan sekitar. 

Tradisi Merawat Hewan Peliharaan di Jepang

Tradisi merawat hewan peliharaan di Jepang telah berkembang sejak zaman kuno dan terus diwariskan hingga saat ini, meskipun mengalami penyesuaian sesuai perkembangan zaman. Dalam masyarakat Jepang, merawat hewan bukan hanya kegiatan praktis, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai spiritual dan sosial.

Salah satu tradisi unik yang masih dijumpai adalah penghormatan kepada hewan yang telah meninggal, misalnya melalui upacara pemakaman hewan (dōbutsu sōgi, 動物葬儀). Banyak pemilik hewan di Jepang yang membawa hewan peliharaannya yang telah meninggal ke kuil Buddha untuk diberkati oleh biksu dan dikremasi secara layak. Bahkan terdapat kuil khusus seperti Jindaiji Pet Cemetery di Tokyo atau Kofukuji Pet Memorial Tower di Osaka yang menyediakan tempat untuk mengenang hewan peliharaan.

Selain itu, terdapat pula kuil atau tempat ibadah yang didedikasikan untuk hewan, seperti Gotokuji Temple di Tokyo yang terkenal dengan patung kucing keberuntungan (Maneki Neko). Masyarakat menganggap bahwa hewan tertentu membawa keberuntungan atau pelindung spiritual, sehingga diperlakukan dengan penuh hormat.

Di era modern, masyarakat Jepang juga menciptakan ruang sosial khusus untuk hewan, seperti neko café (kafe kucing), inu café (kafe anjing), hingga tempat penitipan hewan dan hotel hewan mewah yang memberikan layanan spa, makanan sehat, dan permainan.

12345445 123Z 2012.w025.n003.3B.p30.3
Neko Café (kafe kucing)

Aturan dan Regulasi Resmi tentang Pemeliharaan Hewan

Di Jepang, selain tradisi yang kuat, aspek hukum juga sangat diperhatikan untuk menjaga kesejahteraan hewan dan memastikan pemilik bertanggung jawab dalam merawat hewan peliharaan mereka. Pemerintah Jepang telah menetapkan sejumlah aturan dan regulasi resmi yang mengatur bagaimana hewan harus dipelihara agar tetap sehat dan tidak membahayakan lingkungan maupun masyarakat sekitar.

Salah satu regulasi penting adalah Undang-Undang Kesejahteraan dan Pengelolaan Hewan (動物の愛護及び管理に関する法律, Dōbutsu no Aigo oyobi Kanri ni Kansuru Hōritsu) yang diberlakukan sejak 1973 dan terus diperbarui. Undang-undang ini menegaskan bahwa pemilik hewan wajib memberikan perlindungan yang layak, termasuk makanan yang cukup, tempat tinggal yang bersih, serta perawatan kesehatan. Selain itu, tindakan kekerasan, pengabaian, atau perlakuan kejam terhadap hewan dilarang keras dan dapat dikenakan sanksi hukum.

Peraturan ini juga mengatur kewajiban pemilik untuk mendaftarkan hewan peliharaan, terutama anjing, melalui sistem registrasi lokal. Tujuannya adalah untuk memudahkan pelacakan, vaksinasi rabies, dan pencegahan hewan liar yang dapat menyebarkan penyakit. Selain itu, pemerintah daerah memiliki aturan tambahan yang mengatur pemeliharaan hewan di lingkungan mereka, seperti pembatasan jumlah hewan peliharaan dalam satu rumah, larangan membawa hewan ke area publik tertentu, dan pengelolaan limbah hewan agar tidak mencemari lingkungan.

Penegakan aturan ini didukung oleh pengawasan rutin dari petugas kesehatan hewan dan kepolisian setempat, serta kampanye edukasi kepada masyarakat agar lebih sadar akan pentingnya kesejahteraan hewan. Melalui perpaduan tradisi dan regulasi hukum yang ketat, Jepang berhasil menciptakan sistem pemeliharaan hewan yang menghargai kehidupan hewan sekaligus menjaga keharmonisan sosial.

Peran Pemerintah dan Organisasi dalam Kesejahteraan Hewan

Dalam menjaga kesejahteraan hewan, peran pemerintah Jepang tidak hanya sebatas menetapkan aturan, tetapi juga aktif melaksanakan program edukasi dan pengawasan yang berkelanjutan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pertanian Jepang bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Kesejahteraan Hewan dan menjalankan kampanye kesadaran publik.

Selain itu, banyak organisasi non-pemerintah (LSM) yang turut berperan penting dalam melindungi hak-hak hewan dan membantu pemilik dalam memberikan perawatan terbaik. Contohnya, Japan Animal Welfare Society (JAWS) dan Animal Rights Center Japan (ARC Japan) yang secara rutin mengadakan program adopsi hewan terlantar, kampanye anti-kekerasan terhadap hewan, serta pelatihan bagi masyarakat mengenai cara merawat hewan dengan benar.

Organisasi-organisasi ini juga sering bekerja sama dengan shelter dan klinik hewan untuk menyediakan layanan kesehatan gratis atau berbiaya rendah bagi hewan peliharaan yang kurang mampu dipelihara dengan baik. Selain itu, mereka memberikan pendampingan kepada pemilik hewan dalam menghadapi masalah perilaku atau kesehatan hewan peliharaan.

Di tingkat lokal, komunitas dan kelompok sukarelawan juga berperan aktif dalam mempromosikan kepedulian terhadap hewan melalui berbagai acara seperti festival hewan, workshop, dan penyuluhan di sekolah-sekolah.

Animal Welfare JapanAWJ LOGO OCT2023
Japan Animal Welfare Society (JAWS) 

Etika Sosial dan Norma Komunitas terhadap Hewan Peliharaan

Dalam masyarakat Jepang, merawat hewan peliharaan tidak hanya dilihat sebagai tanggung jawab individu, tetapi juga bagian dari kewajiban sosial yang harus dihormati demi menjaga keharmonisan komunitas. Salah satu norma penting adalah menjaga kebersihan dan ketertiban. Pemilik hewan diwajibkan untuk selalu membersihkan kotoran hewan peliharaannya saat berada di ruang publik, seperti taman atau trotoar, guna menghormati kenyamanan orang lain. Kewajiban ini ditegakkan secara sosial dengan kesadaran tinggi dari warga sekitar.

Selain itu, norma tentang pengendalian suara juga sangat dijunjung tinggi. Misalnya, anjing yang menggonggong berlebihan dianggap sebagai gangguan, sehingga pemilik diharapkan melatih hewan mereka agar tidak mengganggu tetangga. Hal ini mencerminkan nilai wa (和) atau harmoni sosial yang sangat dijaga dalam budaya Jepang.

Masyarakat Jepang juga menerapkan norma pembatasan jumlah hewan peliharaan dalam satu rumah, terutama di area perkotaan yang padat. Ini untuk memastikan hewan mendapat perhatian penuh dan tidak menyebabkan masalah kebisingan atau bau yang dapat mengganggu tetangga. Selain itu, komunikasi antarwarga terkait pemeliharaan hewan juga penting, seperti saling memberi informasi tentang jadwal vaksinasi, perawatan, atau jika ditemukan hewan yang hilang.

Hewan Peliharaan Populer dan Tren Modern di Jepang

Di Jepang, tren memelihara hewan peliharaan terus berkembang seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat. Hewan peliharaan yang paling populer tetaplah anjing dan kucing, dengan berbagai ras yang digemari, seperti Shiba Inu, Akita, dan berbagai jenis kucing berbulu panjang. Namun, selain itu, ada peningkatan minat pada hewan peliharaan kecil seperti hamster, kelinci, burung, bahkan ikan hias, yang lebih mudah dirawat di ruang terbatas, terutama di apartemen kecil di kota-kota besar seperti Tokyo dan Osaka. Hewan kecil ini cocok bagi mereka yang ingin memiliki teman tetapi tidak memiliki banyak waktu untuk perawatan intensif.

Tren modern juga memperlihatkan peningkatan penggunaan teknologi dalam merawat hewan peliharaan. Banyak pemilik kini menggunakan aplikasi smartphone untuk memantau kesehatan, jadwal vaksinasi, hingga memberikan makanan otomatis. Selain itu, muncul pula layanan seperti hotel hewan berbasis teknologi, dan layanan penitipan hewan yang menawarkan fasilitas mewah, termasuk spa dan terapi.

Budaya kafe hewan peliharaan seperti neko café (kafe kucing) dan inu café (kafe anjing) juga sangat populer, memberikan kesempatan bagi orang yang tidak bisa memelihara hewan secara langsung untuk tetap merasakan kehadiran hewan dan mengurangi stres. Selain itu, masyarakat Jepang semakin peduli pada produk-produk ramah lingkungan untuk hewan peliharaan, seperti makanan organik, mainan yang aman, dan perlengkapan yang berkelanjutan.

35850188 8335228
Hewan peliharaan yang paling populer kucing

Penanganan Hewan Terlantar dan Adopsi di Jepang

Masalah hewan terlantar menjadi perhatian serius di Jepang, terutama di kota-kota besar yang padat penduduk. Pemerintah dan berbagai organisasi non-pemerintah (LSM) bekerja sama untuk mengatasi isu ini melalui program penanganan, perlindungan, dan adopsi hewan.

Setiap daerah biasanya memiliki shelter atau pusat penampungan hewan yang menerima hewan terlantar atau yang ditinggalkan oleh pemilik. Di tempat ini, hewan-hewan tersebut dirawat, diberi vaksinasi, dan dipersiapkan untuk diadopsi oleh keluarga baru yang bertanggung jawab. Proses adopsi di Jepang sangat ketat dengan berbagai prosedur seleksi untuk memastikan calon pemilik mampu memberikan perawatan yang baik.

Selain itu, masyarakat didorong untuk melakukan sterilisasi dan kastrasi hewan peliharaan guna mencegah pertumbuhan populasi hewan liar yang dapat menimbulkan masalah sosial dan kesehatan. Kampanye edukasi yang digelar secara rutin bertujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya tanggung jawab dalam memelihara hewan, serta mengurangi angka hewan yang ditelantarkan.

Beberapa organisasi seperti Japan Animal Welfare Society (JAWS) juga mengadakan program adopsi hewan secara online dan event-event adopsi yang mempertemukan hewan terlantar dengan calon pemilik. Dengan adanya sistem penanganan dan adopsi yang baik, Jepang berupaya memastikan bahwa setiap hewan memiliki kesempatan hidup yang layak dan keluarga yang peduli, sekaligus mengurangi jumlah hewan terlantar di jalanan.

Harmoni antara Manusia dan Hewan dalam Masyarakat Jepang

Di Jepang, hubungan antara manusia dan hewan peliharaan dibangun atas dasar harmoni dan saling menghormati, yang mencerminkan nilai-nilai budaya tradisional seperti wa (和) konsep keharmonisan dan keseimbangan. Masyarakat Jepang memandang hewan tidak sekadar sebagai makhluk peliharaan, melainkan juga sebagai bagian dari keluarga dan komunitas yang harus dijaga dengan penuh perhatian.

Konsep ini terlihat dalam cara masyarakat menjaga keseimbangan antara kebutuhan hewan peliharaan dan kenyamanan lingkungan sekitar. Pemilik hewan didorong untuk bertanggung jawab, tidak hanya dengan memberikan perawatan yang baik, tetapi juga memastikan hewan mereka tidak mengganggu tetangga atau merusak lingkungan. Contohnya adalah kebiasaan selalu membersihkan kotoran hewan di tempat umum dan mengendalikan suara hewan agar tidak mengganggu ketenangan lingkungan.

Selain itu, hubungan manusia dan hewan dalam masyarakat Jepang juga dipengaruhi oleh unsur spiritual dan religius. Banyak tradisi dan upacara yang mengakui keberadaan hewan sebagai makhluk hidup yang layak dihormati, bahkan setelah meninggal dunia, melalui pemakaman dan peringatan khusus. Harmoni ini menjadi fondasi penting dalam menjaga kualitas hidup bersama, di mana manusia dan hewan hidup berdampingan secara seimbang dan saling menghargai.


Harmoni ini menunjukkan bahwa tradisi dan aturan bukanlah pembatas, melainkan wujud komitmen untuk hidup berdampingan secara beradab dan berkelanjutan. Yuk, terus semangat latihan dan jangan malu buat coba-coba berbagai contoh kalimat! Sampai ketemu lagi di materi seru berikutnya bareng Pandaikotoba. Oh iya, jangan lupa follow Instagram-nya juga ya, Minasan!

Belajar bahasa Jepang itu asyik banget, lho. がんばってね!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *