Anmitsu, Dessert Tradisional Jepang yang Manis dan Kaya Cerita
Hai Minasan~! Dalam dunia hidangan penutup (dessert) Jepang yang elegan dan minimalis ketika matcha dan mochi mendominasi citra, terdapat sebuah dessert klasik yang menawarkan petualangan rasa dan tekstur yang begitu menyenangkan bernama Anmitsu.
Bukan semangkuk manisan biasa, Anmitsu adalah sebuah kelezatan dari filosofi kuliner Jepang. perpaduan yang cermat antara manis dan segar, kenyal dan lembut, tradisi dan modernitas. Ceritanya yang bisa disantap dimulai dari era Meiji yang penuh gejolak dan terus berlanjut hingga memikat hati para pencinta manisan di zaman modern.
Pandai Kotoba pada artikel kali ini akan membahas dessert tradisional Jepang bernama anmitsu yang manis dan kaya cerita mulai dari Anmitsu itu seperti apa, bahan-bahan membuatnya apa saja, asal-usulnya, hingga eksistensi hidangan penutup ini saat ini bagaimana. Tak usah berlama-lama lagi, yuk kita simak di bawah ini.

commons.wikimedia.org
Anmitsu, Dessert Tradisional Jepang yang Manis dan Kaya Cerita
A. Apa Itu Anmitsu?
Pada dasarnya, Anmitsu (あんみつ) adalah hidangan penutup Jepang yang disajikan dalam mangkuk, terdiri dari beberapa komponen utama yang bersama-sama menciptakan pengalaman makan yang unik dan memuaskan. Nama “Anmitsu” sendiri adalah gabungan dari dua kata, yaitu An (あん) yang merujuk pada anko atau pasta kacang merah manis, dan Mitsu (みつ) yang berarti sirup.
Dalam sebuah mangkuk Anmitsu berisi terdiri dari:
- Agar-agar bening (kanten) yang lembut dan menyegarkan, dipotong menjadi dadu.
- Pasta kacang merah manis (anko) biasanya dalam varian koshian (halus) atau tsubuan (berbutir).
- Sirup hitam pekat (kuromitsu) yang memiliki aroma karamel dan rasa yang dalam.
- Buah-buahan kalengan seperti ceri, nanas, dan persik, serta buah segar seperti jeruk mandarin
- Bola-bola mochi (mochi atau shiratama dango) yang kenyal dan lembut.
- Es krim biasanya rasa vanilla atau matcha sebagai tambahan modern.
- Kacang merah utuh (azuki), kacang kedelai rebus, atau bahkan dango sebagai hiasan.

jalan.net
Keindahan Anmitsu terletak pada kebebasan isiannya. Setiap rasa pada sendok adalah kesempatan untuk menciptakan kombinasi rasa dan tekstur baru. Kita bisa menyendok sedikit agar-agar yang bening, mencelupkannya ke dalam sirup kuromitsu, menambahkan sejumput anko, dan menempatkan semuanya di mulut untuk merasakan ledakan kenikmatan yaitu segar, manis, kenyal, dan lembut sekaligus.
B. Bahan-Bahan dalam Membuat Anmitsu
Seperti yang sudah dijelaskan di atas terdiri dari apa saja isinya dari anmitsu, pada bagian penjelasannya akan lebih detail mengenai bahan-bahannya untuk membuat hidangan penutup ini. Yang pertama adalah Kanten atau agar-agar Jepang. Agar-agar ini adalah bahan utama yang menyegarkan. Kanten terbuat dari rumput laut biasanya Tengusa atau Ogonori, yang direbus, dimurnikan, dan didinginkan hingga membentuk gel yang bening dan rapuh.
Berbeda dengan gelatin yang terbuat dari hewan, kanten adalah berupa jenis vegetarian dan memiliki tekstur yang lebih padat dan “bersih” di mulut. Rasanya netral, sehingga berfungsi sebagai kanvas penyegar untuk komponen manis lainnya.
Yang kedua, anko atau pasta kacang merah. Selain kanten, anko ini menjadi pusat dari rasa manis tradisional Jepangnya. Anko dibuat dengan merebus kacang azuki dan kemudian mengolahnya dengan gula. Variannya ada dua yaitu Koshian yang disaring hingga halus) dan Tsubuan yang dipertahankan tekstur bijinya. Anko memberikan rasa khas, hangat, dan manis yang kompleks menjadi kontras yang sempurna untuk kanten yang netral.

niigata-kankou.or.jp
Yang ketika, Kuromitsu atau sirup hitam. Sirup ini menjadi “saus rahasia” yang menyatukan semuanya. Kuromitsu secara harfiah berarti “sirup hitam.” Ia terbuat dari kokuto atau gula tebu Jepang yang tidak dimurnikan mirip dengan gula merah atau gula aren, tapi dengan rasa yang lebih mineral. Kuromitsu tidak hanya manis, tapi punya nuansa berkaramel, molase, dan sedikit kepahitan yang elegan. Sirup ini yang dituangkan di atas Anmitsu sebelum dimakan dan mengubah mangkuk komponen yang terpisah menjadi sebuah kesatuan yang padu.
Yang keempat, buah-buahan. Biasanya buah kalengan seperti ceri merah, nanas, dan persik putih memberikan semburan rasa manis asam dan warna-warni yang cerah. Buah segar seperti jeruk mandarin atau stroberi menambahkan kesegaran alami. Bahan-bahan ini mencerminkan adaptasi Anmitsu terhadap pengaruh Barat.
Yang kelima, mochi dan shiratama dango. Bahan-bahan kenyal ini sangat penting untuk tekstur. Mochi adalah kue beras ketan yang ditumbuk, sementara shiratama dango terbuat dari tepung beras ketan yang dikukus atau direbus. Keduanya memberikan sensasi kenyal dan lembut yang sangat disukai dalam tekstur makanan Jepang.
Yang terakhir, bisa ditambahkan seperti topping Tambahan. Es krim vanilla adalah pelengkap yang sangat populer atau disebut dengan Cream Anmitsu). Rasa susu yang kaya dari es krim berpadu sempurna dengan anko dan kuromitsu. Topping lain bisa termasuk kinako, kacang kedelai rebus, atau bahkan sebuah kuri no kanroni atau chestnut manis yang direbus.
C. Apa yang Membedakan Anmitsu dengan Dessert Jepang Lainnya?
Dalam dunia hidangan penutup Jepang yang selalu menitikberatkan pada kesederhanaan, musiman, dan kehalusan rasa, Anmitsu berdiri sebagai instrumen rasa dan tekstur secara bersamaan. Perbedaan yang mendasarnya dapat dirangkum dalam beberapa poin berikut ini ya.
1. Filosofi “DIY” (Do-It-Yourself)
Ini menjadi pembeda paling mendasar. Sebagian besar dessert Jepang lain disajikan sebagai kesatuan yang utuh dan final. Perbandingan langsungnya adalah:
a) Daifuku Mochi.
Mochi yang sudah membungkus anko di dalamnya. Setiap suapan sudah pasti.
b) Dorayaki.
Dua lembar pancake yang sudah merekatkan anko di tengahnya.
c) Taiyaki.
Adonan waffle berbentuk ikan yang sudah terisi penuh.
d) Anmitsu.
Berbeda total. Bahan utamanya adalah kanten, anko, kuromitsu, buah, mochi disajikan terpisah-pisah dalam satu mangkuk.
Kemudian, kenikmatan Anmitsu terletak pada tindakan menyatukannya sendiri. Kita yang menjadi pengatur rasa dan kenikmatan kita sendiri. Apakah ingin mencicipi kanten yang hanya dibalur kuromitsu? Atau membuat suapan lebih enak yang berisi sedikit dari setiap bahan-bahannya? Setiap suapan adalah pilihan dan petualangan baru untuk kita. Dessert Jepang lain tidak memberikan kebebasan kreatif semacam ini, karena kebanyakan sudah produk jadi, sementara Anmitsu adalah sebuah experience yang patut kita coba.
2. Dominannya Elemen Penyegar, Kanten sebagai Bahan Utamanya
Sangat sedikit dessert Jepang yang menempatkan kanten atau agar-agar sebagai bahan utamanya dan bukan hanya hiasan. Kanten bukanlah pelengkap. Fungsinya ada dua yaitu sebagai elemen penyegar yang mendinginkan dan sebagai “wadah netral” yang menyeimbangkan segala rasa manis lainnya.
Jika membandingkan dengan dessert lain seperti Mitarashi Dango atau Yokan atau agar-agar kacang merah memang memiliki tekstur kenyal, tapi rasa dasarnya tetap manis. Kanten dalam Anmitsu hampir tidak punya rasa. Kenetralannya ini yang menjadi keunggulan, karena ia berfungsi sebagai “palate cleanser” alami di antara suapan-suapan manis lainnya. Dalam dunia dessert, memiliki bahan utama yang netral dan menyegarkan adalah suatu kelangkaan.
3. Kompleksitas Rasa dan Tekstur yang Multi-Dimensi
Sebagian besar wagashi atau manisan Jepang tradisional fokus pada satu atau dua rasa dominan yang halus dan elegan. Analogi rasanya yaitu Matcha Ice Cream yang dominan rasa pahit dan wangi matcha dan Ichigo Daifuku yang dominan rasa manis anko dan segarnya stroberi.

commons.wikimedia.org
Sedangkan, Anmitsu adalah “pesta” rasa dan tekstur dalam satu mangkuk. Dalam satu suapan, kita dapat merasakan rasa manis dari anko, kuromitsu (manis karamel), dan buah (manis asam). Segarnya dari kanten yang dingin dan buah segar dan kenyal dari shiratama dango atau mochi. Lalu, lembutnya dari es krim pada Cream Anmitsu atau anko itu sendiri, gurih ringan dari sentuhan halus dari kacang azuki utuh, dan renyah terkadang dari kacang kedelai rebus.
Tidak ada dessert Jepang populer lainnya yang dengan berani menggabungkan hingga lima atau enam sensasi berbeda ini secara bersamaan. Pengalaman kenikmatan yang ditawarkan Anmitsu jauh lebih dinamis dan “ramai” dibandingkan dengan ketenangan yang ditawarkan oleh secangkik matcha dan satu buah wagashi.
4. Percampuran Tradisi dan Modernitas yang Tak Terelakkan
Anmitsu adalah sebuah “konsep fusion” yang sudah ada sejak lama, jauh sebelum kata “fusion” itu sendiri menjadi trendi. Sisi tradisionalnya adalah anko dan kuromitsu adalah jiwa tradisionalnya. Mereka adalah bahan dasar yang sama yang digunakan dalam wagashi klasik berusia ratusan tahun. Di sisi lain, sisi modernnya adalah buah kalengan seperti buah ceri, nanas, persik merupakan produk dari pengaruh Barat yang masuk pada era Meiji. Es krim vanilla tentu saja adalah tambahan dari Barat yang sepenuhnya. Kanten sendiri meski dari rumput laut, dipopulerkan dalam bentuk modernnya sebagai dessert.
Perbedaan jauh dengan dessert lainnya adalah wagashi klasik seperti Nerikiri ini murni tradisional, mencerminkan musim dengan bentuk dan warna yang alami. Kalau dessert khas Barat seperti shortcake diadopsi sepenuhnya sebagai budaya baru. Sedangkan, Anmitsu tidak memilih salah satu. dessert ini menyatukan keduanya dan percerminan dari identitas Jepang modern, yaitu menghormati akar tradisi sambil merangkul hal-hal baru dari luar. Dalam semangkuk Anmitsu adalah ibarat dialog antara masa lalu dan masa kini.
5. Status sebagai Makanan vs. Camilan Seni
Wagashi tradisional sering dianggap sebagai karya seni yang bisa dimakan. Mereka sangat halus, indah secara visual, dan dirancang untuk dinikmati dengan upacara minum teh. Mereka lebih dekat ke sebuah “pengalaman estetika”.
Di sisi lain, Anmitsu lebih dekat ke “makanan” dalam artian yang sebenarnya. Dessert ini mengenyangkan, memuaskan, dan fungsional terutama sebagai pendingin di musim panas. Meski disajikan dengan indah, tujuannya adalah untuk dinikmati secara utuh dan memuaskan lidah serta perut, bukan hanya untuk dikagumi.
C. Asal-Usul dari Anmitsu
Perjalanan Anmitsu dimulai dari jalanan ramai dan di kedai-kedai yang sederhana. Kisahnya adalah kisah tentang ide rakyat biasa dan berdampak pada keanekaragaman kuliner Jepang, dan munculnya budaya kafe modern. Berikut ini penjelasannya lebih mendalamnya.
1. Zaman Meiji, Lahirnya Mitsumame di Tengah Gelombang Modernisasi
Era Meiji (1868-1912) adalah periode di saat Jepang dengan cepat meninggalkan sistem feodal dan membuka diri terhadap dunia Barat. Perubahan ini selain terjadi di tingkat politik, tapi juga merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari, termasuk kuliner.
Urbanisasi meningkat pesat. Orang-orang berduyun-duyun ke kota-kota seperti Tokyo dan Osaka untuk mencari kerja. Di tengah masyarakat perkotaan yang baru lahir ini, muncul kebutuhan akan makanan yang cepat, terjangkau, dan menyegarkan.
Pada periode ini muncul penemuan kanten modern. Meski agar-agar dari rumput laut atau kanten telah ada sebelumnya, teknik produksi kanten disempurnakan secara signifikan pada era Meiji. Seorang innkeeper dari Kyoto bernama Tarobei Sumino dikabarkan menemukan metode untuk mengeringkan kanten menjadi batangan yang membuatnya dapat disimpan dan didistribusikan dengan mudah. Ini membuat kanten menjadi bahan yang murah dan mudah didapat.

commons.wikimedia.org
Pada saat inilah, Mitsumame lahir. Namanya berasal dari kata “mitsu” yang berarti “sirup atau sesuatu yang manis” dan “mame” yang berarti “kacang”, Versi paling awalnya sangat sederhana. Dasarnya adalah potongan kanten yang bening dan menyegarkan. Lalu, topping-nya berbagai kacang-kacangan rebus yang dimaniskan, seperti kacang merah (azuki), kacang kedelai hitam, dan kacang polong. Ini adalah sumber protein dan rasa yang murah. Untuk sausnya, awalnya mungkin hanya sirup gula bening (mizumitsu) atau sirup jaheyang memberikan kelembapan dan rasa manis.
Mitsumame ini adalah makanan yang dijual di pinggir jalanan. Pedagang keliling atau yang disebut “yatai” menjajakannya dengan gerobak, sering dengan memukul dua potongan logam bersama-sama untuk menciptakan suara khas yang memanggil pelanggan. Ia adalah “jajanan” yang populer di kalangan rakyat biasa, anak-anak, dan para pekerja pada saat itu.
2. Zaman Taisho dan Awal Showa, Transformasi di Kafe dan Lahirnya Anmitsu
Jika Meiji adalah era di saat Mitsumame lahir, maka Zaman Taisho (1912-1926) dan awal Showa (1926-1989) adalah era di saat hidangan ini “naik kelas” dan berevolusi menjadi Anmitsu. Perubahan kunci terjadi di tempat baru yang disebut kafe atau kissaten.
Kafe pada era ini bukan hanya jadi tempat minum kopi. Mereka adalah tempat berkumpulnya kaum intelektual, seniman, dan para Moga (gadis modern) dan Mobo (pemuda modern). Tempat-tempat ini menawarkan suasana yang elegan dan “modern”, selalu dengan musik klasik dan interior bergaya Barat. Mereka membutuhkan menu dessert yang lebih canggih dan menarik daripada hanya jajanan jalanan biasa.
Di salah satu kafe, suatu hari di tahun 1930-an, catatan tepatnya sering diperdebatkan dengan Ginza Wakatsuki sering diklaim sebagai pelopornya, seorang koki atau pemilik kafe memiliki ide brilian: “Bagaimana jika kita menambahkan anko (pasta kacang merah) ke dalam Mitsumame?
Beberapa alasan di balik inovasi ini adalah anko memberikan rasa manis yang dalam, kompleks, dan “berisi” dibandingkan sirup bening yang sederhana. Teksturnya yang lembut dan creamy juga kontras sempurna dengan kenyalnya kanten dan kacang-kacangan.
Kemudian, dengan menambahkan anko, yang lebih mahal dan membutuhkan tenaga untuk membuatnya, kafe dapat menjual dessert ini dengan harga yang lebih tinggi, mencerminkan statusnya yang lebih elit dibandingkan jajanan jalanan. Anko adalah rasa tradisional Jepang yang paling ikonik. Dengan memasukkannya ke dalam dessert “modern” seperti Mitsumame, terciptalah hidangan yang sekaligus akrab dan inovatif.
Oleh karena itu, dessert baru ini dengan logis dinamai Anmitsu, yaitu gabungan dari “An” (dari anko) dan “Mitsu” (dari mitsumame). Nama ini sederhana, deskriptif, dan langsung menjelaskan keunikan produk tersebut.
3. Evolusi Pasca-Perang: Kemunculan Cream Anmitsu dan Varian Lain
Setelah Perang Dunia II, terutama pada era pertumbuhan ekonomi Jepang, Anmitsu mengalami evolusi lebih lanjut. Bahan yang sebelumnya langka dan mewah seperti susu dan krim menjadi lebih tersedia. Seseorang yang bernama Ginza Wakatsuki memiliki ide untuk menambahkan sebuah scoop es krim vanilla di atas Anmitsu. Inovasi ini adalah sebuah terobosan besar. Kemudian, lahirlah Cream Anmitsu.

flickr.com
Penambahan es krim vanila ini menciptakan lapisan rasa dan tekstur baru. Rasa susu yang kaya dan lemak dari es krim berpadu secara spektakuler dengan rasa bumi dari anko dan aroma karamel dari kuromitsu. Perbedaan suhu antara es krim yang dingin dan bahan lainnya yang sedikit lebih hangat juga menambah dimensi sensasi.
Kesuksesan Anmitsu juga memunculkan berbagai varian di antaranya adalah Fruit Anmitsu yang menekankan pada buah-buahan kalengan dan segar, Matcha Anmitsu yang menggunakan agar-agar yang dicampur dengan bubuk matcha, dan Shiratama Anmitsu yang Menonjolkan bola-bola shiratama dango yang kenyal.
D. Eksistensi Anmitsu di Jepang Saat ini
Setelah mengetahui banyak serba-serbi mengenai dessert satu ini, kita juga perlu tahu tentang eksistensi Anmitsu di negerinya sendiri. Keberadaan Anmitsu yang stabil dan konsisten justru menjadi sebuah pernyataan di tengah banyak makanan dessert dan jajanan modern lainnya. Bukan lagi tentang menjadi yang paling trendi, t[o tentang menjadi yang paling bermakna. Eksistensinya didukung oleh beberapa alasan utama. Berikut di bawah ini penjelasannya lagi ya.
1. Pelabuhan Nostalgia di Tengah Badai Tren, Showa Retro dan Kenangan Masa Kecil
Gelombang nostalgia era Showa (1926-1989) atau Showa Retro adalah kekuatan budaya yang sangat kuat di Jepang abad ke-21. Dalam dunia yang serba digital dan cepat, segala sesuatu yang mengingatkan pada masa lalu yang “lebih sederhana” dan hangat memiliki daya tarik yang besar.
Bagi banyak orang Jepang berusia 40 hingga 70 tahun, Anmitsu adalah rasa masa kecil. Ini adalah dessert yang mereka nikmati ini saat diajak orang tua ke kafe tua setelah memenangkan pertandingan olahraga, atau sebagai hadiah spesial di hari musim panas.
Setiap suapan dari kanten yang dingin, mochi yang kenyal, dan kuromitsu yang harum berfungsi seperti mesin waktu panca indra, membawa mereka kembali ke masa kecil yang penuh dengan kenangan indah. Anmitsu hanya makanan biasa. tapi menjadi sebuah kenangan rasa atau dalam bahasa Jepangnya disebut “aji no omoide”.
Restoran legendaris seperti Ginza Wakatsuki, Ueno Matsuya, dan Asakusa Namikiyasu telah melampaui statusnya lebih dari tempat makan biasa. Tempat tersebut adalah “institusi warisan budaya” yang hidup. Berdiri di sana selama beberapa generasi, interior dan rasa mereka hampir tidak berubah. Mengunjungi tempat-tempat ini adalah pengalaman wisata yang nostalgia.
Orang tua membawa anak dan cucu mereka ke sana selain untuk makan, tapi juga untuk mewariskan kenangan dan merasakan “rasa asli” yang telah mereka cicipi puluhan tahun yang lalu. Dalam konteks ini, Anmitsu adalah sebuah kenangan yang dapat dimakan.
2. Ketahanan Melalui Adaptasi yang Cerdas
Anmitsu tidak hanya diam bergantung pada nostalgia. Dessert ini telah menunjukkan kelincahan yang luar biasa dalam beradaptasi dengan selera modern tanpa mengorbankan jati dirinya. Anmitsu sangatlah merakyat. Kita tidak harus pergi ke kafe tua yang mewah untuk menikmatinya. Hampir semua supermarket besar menjual Anmitsu Kit yang berisi semua bahan utamanya seperti kanten, anko, kuromitsu, dan buah, semua dalam kemasan praktis.
Di Depachika atau basement food hall di department store yang mewah, kita dapat menemukan versi premiumnya dengan anko buatan tangan, buah-buahan musiman berkualitas tinggi, dan kuromitsu yang menggunakan gula kokuto pilihan. Akses ini memastikan Anmitsu tetap relevan dalam kehidupan sehari-hari.
Anmitsu juga bisa berkolaborasi dengan menu lain dan banyak varian modernnya. Misalnya, Anmitsu Parfait. Banyak kafe modern menyajikan Anmitsu Parfait yang menumpuk semua bahan utama dessert ini secara vertikal dalam gelas tinggi dengan es krim, krim kocok, dan sereal renyah. Cara ini menjadi cara yang cerdik untuk menyajikan klasik dalam format yang lebih “instagrammable” dan sesuai dengan selera muda.

kimikura.co.jp
Selain itu, ada fusion dan varian rasa lainnya. Beberapa kafe menawarkan Matcha Anmitsu dengan kanten matcha, Goma Anmitsu dengan saus wijen hitam, atau bahkan varian yang menggunakan buah-buahan impor eksotis seperti mangga. Ini menarik bagi para pencinta dessert yang mencari sesuatu yang baru namun masih memiliki akar tradisi.
Di sisi lain, Anmitsu juga jadi menu musiman. Kafe-kafe sering menawarkan Anmitsu musiman seperti menggunakan stroberi di musim semi (Ichigo Anmitsu) atau chestnut di musim gugur (Kuri Anmitsu) yang menjaga menu mereka tetap segar dan menarik untuk dikunjungi berulang kali.
3. Perbedaan yang Menyehatkan di Tengah Budaya Dessert Modern
Dalam bentang dessert Jepang modern yang didominasi oleh rasa yang kaya, lemak, dan manis yang intens seperti cheese tarts, rich custard puddings, dan kue krim Prancis, Anmitsu justru menawarkan alternatif yang menyegarkan.
Anmitsu adalah tipe dessert yang “ringan” untuk jiwa dan tubuh, karena berbahan dasar kanten yang hampir nol kalori dan kaya serat, Anmitsu sering dianggap sebagai pilihan dessert yang lebih sehat. Ia memberikan kepuasan manis tanpa rasa bersalah yang menyertai setelah menyantap kue yang berat. Sensasi “bersih” dan menyegarkan yang ditinggalkannya di mulut adalah sebuah proposisi nilai yang unik.
Sementara dessert modern selalu mengejar kelezatan melalui kekayaan rasa yang tunggal, Anmitsu menawarkan kompleksitas yang terstruktur. Permainan antara manis, segar, kenyal, dan lembut dalam satu mangkuk memberikan pengalaman makan yang lebih dinamis dan memuaskan secara intelektual.
4. Simbol Ketahanan Budaya dan Stabilitas
Pada intinya, Anmitsu telah menjadi semacam “penanda budaya” yang stabil. Dalam ekonomi yang bergejolak dan tren yang silih berganti, kehadirannya yang konsisten memberikan rasa nyaman dan stabil.
Anmitsu berfungsi sebagai jembatan yang sempurna antara dunia wagashi tradisional seperti Youkan atau Nerikiri yang sangat formal dan dessert Barat. Dessert ini mempertahankan esensi Jepang seperti anko, kuromitsu, mochi, tapi disajikan dengan cara yang lebih santai dan mudah didekati. Ini membuatnya menjadi pintu gerbang yang ideal bagi generasi muda dan turis untuk mengenal rasa tradisional Jepang.
Ketahanannya pun melalui makna. Anmitsu telah bertahan karena ia telah bertransisi dari hanya “makanan” biasa menjadi “simbol”. Dessert ini menjadi simbol musim panas, simbol kenangan, simbol kearifan lokal, dan simbol kenyamanan. Sebuah bangsa mungkin mengubah selera makannya, tapi mereka tidak mudah melupakan hal-hal yang memberikan makna mendalam.
Anmitsu memang hidangan penutup (dessert) yang selama ini kita kenal, tapi di baliknya terdapat sebuah narasi kuliner yang bercerita tentang Jepang di era Meiji yang sedang berubah mulai dari kreativitas para pedagang kaki lima, munculnya kemewahan kafe di zaman Taisho, hingga rasanya kenangan manis yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam setiap mangkuknya, tersimpan harmoni antara yang lama dan yang baru, antara Timur dan Barat, antara kesederhanaan dan kompleksitas.
Jadi, jika Minasan sedang mengunjungi Jepang, luangkan waktu untuk mampir dan mencoba semangkuk Anmitsu ininya. Tuangkan sirup kuromitsu yang pekat itu, aduk perlahan, dan nikmati setiap suapan yang penuh dengan tekstur, rasa, dan kaya cerita di baliknya.
Nah, cukup segitu yang bisa Pandai Kotoba berikan mengenai dessert tradisional Jepang bernama Anmitsu yang manis dan kaya cerita. Jika Minasan kepo dengan kuliner Jepang lainnya, di website ini banyak informasinya lho, Ada satu rekomendasinya nih: Imagawayaki, Camilan Manis yang Mirip Taiyaki. Klik untuk membacanya ya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!


