Bahasa Jepang dalam Anime vs Bahasa Formal: Mana yang Bisa Dipakai di Dunia Nyata?
Buat minasan yang sering nonton anime, pasti sudah familiar dengan ungkapan seperti “Ore wa saikou da!”, “Yamete kudasai!”, atau “Nani?!”. Gaya bicara para karakter anime memang seru, ekspresif, dan kadang bikin kita pengen ikut-ikutan. Tapi, pertanyaannya: apakah bahasa Jepang yang dipakai di anime itu juga bisa digunakan dalam kehidupan nyata? Atau justru bisa bikin kita salah paham dan dianggap aneh oleh penutur asli?
Dalam artikel ini, kita akan kupas perbedaan antara bahasa Jepang dalam anime dan bahasa Jepang formal yang digunakan sehari-hari. Kamu juga akan tahu kapan dan bagaimana cara memakai bahasa Jepang yang tepat agar tidak salah konteks. Jadi, kalau minasan penggemar anime yang juga ingin belajar bahasa Jepang dengan benar, yuk lanjut baca sampai habis!

Bahasa Jepang dalam Anime: Kreatif, Ekspresif, tapi Kadang Kebablasan
Bahasa Jepang yang digunakan dalam anime punya ciri khas yang sangat berbeda dari bahasa Jepang yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karakter-karakter anime sering berbicara dengan cara yang unik, dramatis, bahkan berlebihan dan itu memang sengaja dibuat seperti itu untuk memperkuat kepribadian mereka.
Contohnya:
- Karakter cowok keren dan agak kasar biasanya bilang: 俺(おれ)は行くぜ!」(Ore wa iku ze!)
- Karakter perempuan imut mungkin berkata: 〜なのだ!(~nano da!)
- Karakter bangsawan atau villain sering pakai gaya bicara seperti: 我(われ)は最強なり!(Ware wa saikyō nari!)
- Gaya bicara ini menciptakan kesan yang kuat dalam cerita, tapi sayangnya, jarang bahkan hampir tidak pernah digunakan dalam kehidupan nyata.
Masalahnya, banyak orang yang baru belajar bahasa Jepang lewat anime jadi terbiasa dengan ungkapan-ungkapan yang tidak natural di telinga orang Jepang. Beberapa kata yang terdengar keren di anime, seperti:
- Kisama (kamu) – sebenarnya sangat kasar, bahkan menghina.
- Temee – kasar dan konfrontatif.
- Ore-sama – terlalu sombong, biasanya hanya dipakai karakter antagonis.
Walaupun terdengar seru di anime, penggunaan gaya bicara seperti itu dalam percakapan sehari-hari bisa membuatmu terlihat aneh, tidak sopan, atau bahkan menyinggung orang lain. Tapi jangan khawatir belajar dari anime tetap bisa berguna, kok! Kita hanya perlu menyaring mana yang bisa dipakai dalam konteks nyata, dan mana yang hanya cocok di dunia fiksi.
Bahasa Formal: Versi Resmi yang Dipakai di Dunia Nyata
Berbeda dengan anime, bahasa formal Jepang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan profesional, pendidikan, atau saat berbicara dengan orang yang lebih tua.
Contohnya:
- 私は田中です。(Watashi wa Tanaka desu.) – Saya Tanaka.
- よろしくお願いします。(Yoroshiku onegaishimasu.) – Mohon kerjasamanya.
Bahasa formal memiliki struktur yang sopan dan menghormati hierarki sosial. Ini penting banget di budaya Jepang.

Perbedaan Gaya Bicara: Dari “Boku” Sampai “Ore-sama”
Salah satu hal menarik (dan kadang membingungkan) dari bahasa Jepang adalah banyaknya pilihan kata ganti orang pertama, alias “saya” dalam bahasa Indonesia. Di anime, minasan pasti sering dengar karakter memperkenalkan diri dengan berbagai gaya: ada yang bilang “watashi”, ada juga yang “boku”, “ore”, bahkan “ore-sama”. Nah, masing-masing punya nuansa dan tingkat kesopanan yang beda, lho!
Yuk, kita lihat beberapa kata ganti “aku/saya” yang sering muncul di anime dan penggunaannya di dunia nyata:
Kata Ganti | Makna | Nuansa | Siapa yang Biasanya Pakai? |
わたし (watashi) | Saya | Netral, sopan | Digunakan di situasi formal; umum dipakai wanita dan pria di tempat kerja |
ぼく (boku) | Aku | Lembut, maskulin | Laki-laki (terutama anak muda), sopan tapi lebih kasual dari “watashi” |
おれ (ore) | Aku | Kasual, maskulin, agak kasar | Laki-laki, dalam situasi santai dengan teman; tidak sopan jika dipakai ke atasan/orang asing |
おれさま (ore-sama) | Aku yang agung | Sombong, berlebihan | Biasanya karakter anime yang narsis atau villain �� |
わし (washi) | Saya | Tua, tradisional | Kakek-kakek, karakter tua di anime (contoh: master kungfu) |
あたし (atashi) | Aku (versi feminin) | Imut, feminin, kasual | Perempuan muda di situasi non-formal |
うち (uchi) | Aku / kami | Kasual, regional (Kansai) | Perempuan di daerah Kansai (seperti Osaka, Kyoto) |
Di anime, kata-kata ini digunakan untuk memperkuat karakterisasi. Misalnya:
- Karakter keren dan pemberani biasanya pakai ore.
- Karakter imut atau pemalu pakai atashi.
- Karakter super narsis? Tentu saja pakai ore-sama.
Tapi di dunia nyata, minasan harus berhati-hati memilih kata ganti ini. Kalau minasan baru belajar bahasa Jepang, “watashi” adalah pilihan aman yang sopan untuk semua situasi. Mau lebih santai dengan teman? Boleh pakai “boku” kalau minasan laki-laki.
Yang penting: jangan asal tiru karakter anime tanpa tahu konteks. Bisa-bisa minasan malah bikin orang Jepang bingung atau salah paham.

Mengapa Bahasa Anime Bisa Bikin Minasan Terlihat Aneh di Jepang?
Pernah nggak, minasan coba bilang “kisama!” ke teman Jepang karena dengar itu di anime? Atau mengakhiri kalimat dengan “~da ze!” biar terdengar keren kayak karakter shounen? Kalau iya… hati-hati, minasan bisa bikin orang Jepang melongo atau malah menjauh. Masalahnya, bahasa Jepang di anime itu dibuat untuk efek dramatis. Tujuannya bukan untuk komunikasi sehari-hari, tapi untuk mengekspresikan karakter: apakah dia keren, jahat, imut, atau gila kekuasaan. Jadi wajar aja kalau gaya bicaranya ekstrem dan gak realistis.
Berikut beberapa contoh ekspresi anime yang kedengarannya keren, tapi nggak cocok dipakai di dunia nyata:
Ungkapan Anime | Artinya | Kenapa Aneh? |
「貴様 (kisama)」 | Kamu | Sebenarnya sangat kasar, bisa terdengar seperti menghina atau menantang |
「てめぇ (temee)」 | Kamu (dengan nada marah) | Kasar banget, biasa dipakai pas karakter mau berantem |
「俺様 (ore-sama)」 | Aku yang agung | Super sombong; kalau kamu pakai ini, orang bisa mikir kamu delusional |
「〜だぜ!」 | Penegasan gaya maskulin | Keren di anime, tapi terlalu dramatis di kehidupan nyata |
「〜なのだ!」 | Gaya imut atau polos | Lucu di anime, tapi bisa terdengar kekanak-kanakan kalau dipakai terus-menerus |
Selain itu, cara bicara di anime sering dilebih-lebihkan: nada tinggi, teriakan, atau intonasi yang nggak alami. Kalau kamu bicara seperti itu di Jepang, kamu bisa dianggap:
- Aneh
- Kasar
- Tidak sopan
- Atau malah… cosplayer yang nggak bisa move on
Anime memang seru buat belajar ekspresi dan kosakata, tapi jangan langsung ditiru mentah-mentah. Dalam kehidupan nyata, konteks dan kesopanan itu penting banget. Bahkan orang Jepang sendiri gak ngomong kayak karakter anime, kecuali lagi bercanda atau akting.

Kamu (dengan nada marah)
Kasar banget, biasa dipakai pas karakter mau berantem
Situasi Nyata: Kapan Harus Sopan, Kapan Boleh Lebih Santai?
Bahasa Jepang itu sangat bergantung pada situasi dan hubungan antar pembicara. Di Jepang, bersikap sopan bukan cuma soal tata krama tapi juga soal cara berbicara. Jadi, penting banget buat tahu kapan harus pakai bahasa sopan (keigo), kapan boleh lebih santai (futsuutai), dan kapan sebaiknya tidak sok-sokan tiru gaya anime.
Berikut contoh situasi nyata dan gaya bahasa yang cocok digunakan:
Situasi | Gaya Bicara | Contoh Kata Ganti Diri | Penjelasan |
Wawancara kerja | Sangat sopan | わたくし (watakushi) | Gunakan keigo dan ungkapan formal |
Ngobrol dengan dosen / atasan | Sopan | わたし (watashi) | Gunakan bentuk ~ます/~です, hindari slang |
Ngobrol dengan teman dekat | Santai | ぼく (boku), おれ (ore), あたし (atashi) | Boleh pakai bentuk kasual, tapi tetap sopan |
Berkenalan dengan orang baru | Netral-sopan | わたし (watashi) | Tunjukkan kesan baik dan sopan |
Keluarga atau teman sangat akrab | Kasual | おれ (ore), うち (uchi), あたし (atashi) | Bahasa santai oke, tapi tetap perhatikan konteks |
Public speaking / pengumuman resmi | Sangat sopan & formal | わたくし (watakushi) | Gunakan bentuk keigo dan ekspresi resmi |
Tips: Saat ragu, selalu mulai dengan bahasa sopan. Nanti, kalau situasi sudah nyaman dan lawan bicara mulai menggunakan gaya kasual, minasan bisa mengikuti. Jangan langsung buka percakapan dengan “Ore wa Tanaka da ze!” ya
Bahasa anime biasanya langsung lompat ke gaya kasual ekstrem atau khas karakter, yang kalau dipakai di dunia nyata bisa terdengar tidak sopan, terlalu dekat padahal belum akrab, atau malah sok keren. Di Jepang, kesopanan mencerminkan rasa hormat dan kedewasaan. Jadi, walaupun minasan belajar dari anime, penting banget buat tahu kapan dan bagaimana cara berbicara dengan benar sesuai konteks.

Ungkapan Anime yang Tidak Cocok Digunakan di Kehidupan Sehari-hari
Gaya bicara karakter anime emang bikin nagih: dramatis, ekspresif, kadang lucu, kadang cool banget. Tapi sayangnya, banyak dari ungkapan itu tidak cocok dipakai dalam percakapan sehari-hari, apalagi kalau minasan belum benar-benar paham konteks sosial dan budayanya.
Berikut ini beberapa contoh ungkapan anime populer yang sebaiknya kamu hindari saat berbicara dengan orang Jepang sungguhan:
Ungkapan | Arti | Kenapa Tidak Cocok? |
「貴様 (kisama)」 | Kamu | Sangat kasar, bisa terdengar seperti penghinaan. Dulu bentuk sopan, sekarang malah ofensif |
「てめぇ (temee)」 | Kamu (dengan nada marah) | Super kasar, sering dipakai pas karakter mau berantem |
「俺様 (ore-sama)」 | Aku (yang agung) | Terlalu sombong, cocok buat villain, bukan buat ngobrol beneran �� |
「うるせー!」(urusee!) | Berisik! | Kasar, nggak sopan, bisa bikin orang tersinggung |
「〜だぜ/〜だよな!」 | Penegasan macho | Terlalu “manga banget”, jarang dipakai di kehidupan nyata |
「死ね!」(shine!) | Mati lo! | Sangat ofensif. Hindari sama sekali, bahkan bercanda pun jangan. |
「お前 (omae)」 | Kamu | Kadang netral di anime, tapi di dunia nyata bisa terdengar kasar tergantung siapa yang bicara ke siapa |
「ふざけんな!」(fuzaken na!) | Jangan main-main! / Sialan! | Kasar dan terkesan marah, nggak cocok buat interaksi sopan |
Kenapa Ini Bisa Bahaya?
- Minasan dianggap tidak sopan, bahkan agresif
- Membuat lawan bicara tidak nyaman
- Bisa bikin minasan terlihat childish, seperti meniru karakter kartun
- Dalam kasus ekstrim: bisa menyinggung atau merusak hubungan sosial
Fun fact: Bahkan orang Jepang sendiri gak sembarangan pakai kata-kata ini, kecuali di konteks tertentu (drama, bercanda dengan teman dekat, atau… ya, anime).
Bahasa Jepang Sehari-hari: Lebih Dekat dengan Kehidupan Nyata
Kalau minasan pengen benar-benar bisa berkomunikasi dengan orang Jepang, maka yang harus minasan kuasai adalah bahasa Jepang sehari-hari bukan yang terlalu dramatis ala anime, tapi yang benar-benar dipakai di toko, sekolah, kantor, atau saat nongkrong bareng teman.
Ciri-ciri Bahasa Jepang Sehari-hari:
- Lebih netral dan sopan, apalagi saat bicara dengan orang yang belum akrab
- Jarang pakai kata ganti orang seperti “ore-sama” atau “omae”
- Banyak memakai bentuk ~ます/~です (bentuk sopan)
- Nada suara cenderung lembut dan tidak berlebihan
- Banyak memakai ungkapan sopan dan basa-basi (kayak 「すみません」「お願いします」「ちょっと」)
Contoh Percakapan Sehari-hari yang Natural:
Di Konbini (minimarket):
Kamu: これ、いくらですか?(Kore, ikura desu ka?) – Ini berapa harganya?
Kasir: 150円です。(Hyaku gojuu en desu.) – 150 yen.
Di Kampus:
Kamu: 今日、授業ありますか?(Kyou, jugyou arimasu ka?) – Hari ini ada kelas?
Teman: うん、午後2時からだよ。(Un, gogo niji kara da yo.) – Iya, mulai jam 2 siang.

今日、授業ありますか?(Kyou, jugyou arimasu ka?) – Hari ini ada kelas?
Teman:
うん、午後2時からだよ。(Un, gogo niji kara da yo.) – Iya, mulai jam 2 siang.
Di Stasiun:
Kamu: すみません、新宿駅はどこですか?(Sumimasen, Shinjuku-eki wa doko desu ka?) – Maaf, Stasiun Shinjuku di mana ya?
Petugas: この道をまっすぐ行って、左です。(Kono michi o massugu itte, hidari desu.) – Jalan lurus dan belok kiri.
Kenapa Penting Belajar Bahasa Sehari-hari?
Karena bahasa anime tidak mewakili percakapan sehari-hari yang sesungguhnya. Kalau minasan bisa menguasai bahasa Jepang sehari-hari:
- Minasan bisa lebih nyambung dengan native speakers.
- Nggak bikin orang Jepang merasa aneh atau nggak nyaman.
- Dan yang paling penting: kamu bisa berinteraksi secara alami dan percaya diri di kehidupan nyata.
Tips Aman Belajar dari Anime Biar Nggak Dibilang “Weird Gaijin”
Belajar bahasa Jepang dari anime itu sah-sah aja bahkan menyenangkan! Tapi, kalau asal tiru gaya bicara karakter tanpa tahu maknanya, minasan bisa dicap “weird gaijin” alias bule aneh. Supaya tetap kece dan nggak bikin orang Jepang bingung atau ilfeel, coba ikuti tips-tips ini:
1. Dengarkan, Jangan Langsung Tiru
Saat nonton anime, fokus dulu pada kosakata, intonasi, dan struktur kalimat. Jangan langsung tiru gaya teriak-teriak atau bahasa kasar karakter favoritmu. Ingat: mereka aktor suara, bukan guru bahasa
2. Catat Ekspresi yang Umum dan Netral
Kalau minasan sering dengar frasa seperti:
- 大丈夫?(Daijoubu?) – Kamu nggak apa-apa?
- ありがとう!(Arigatou!) – Terima kasih!
- すごい!(Sugoi!) – Hebat!
Nah, itu aman! Catat dan praktekkan di konteks yang sesuai.
3. Hindari Bahasa Kasar dan Slang Kecuali Sudah Paham Konteks
Kalimat seperti:
- うるせーな!(Urusee na!) – Berisik, lo!
- くそ!(Kuso!) – Sialan!
- atau bahkan 死ね」(Shine!) – Mampus!
- boleh minasan tahu artinya, tapi jangan dipakai sembarangan, apalagi ke orang Jepang. Ini kasar banget.

4. Gunakan Anime sebagai Pelengkap, Bukan Sumber Utama
Anime bagus untuk mendengar pelafalan natural dan menambah kosakata, tapi struktur grammar dan keigo (bahasa sopan) tetap harus kamu pelajari dari buku atau guru yang tepat. Anime ≠ textbook
5. Coba Tiru Karakter yang Pakai Bahasa Natural
Beberapa anime slice-of-life atau drama sekolah punya karakter yang berbicara lebih mendekati kehidupan nyata. Contohnya:
- Shouko Komi (Komi-san wa, Comyushou desu) – pakai “watashi”
- Tohru Honda (Fruits Basket) – sangat sopan dan lembut
- Tanjiro (Kimetsu no Yaiba) – “boku”, sopan, penuh empati
Boleh banget minasan tiru gaya bicara mereka sebagai latihan awal
6. Tanyakan ke Penutur Asli (Kalau Bisa)
Kalau minasan punya teman Jepang, guru, atau komunitas belajar, tanyakan:
- “Kalau aku bilang ini, terdengar natural nggak?” Mereka biasanya senang membantu dan ngasih tahu mana yang cocok untuk percakapan nyata.
- Anime itu jendela budaya, tapi bukan cermin dunia nyata. Serap ilmunya, nikmati ceritanya, tapi tetap sadar konteksnya. Jadi, minasan bisa tetap jadi otaku tanpa jadi “weird gaijin”
Kesimpulan
Belajar dari anime itu menyenangkan dan bisa bikin semangat. Tapi tetap harus dipadukan dengan pemahaman budaya dan etika berbahasa di Jepang. Jangan sampai minasan terlihat lucu bukan karena fasih, tapi karena salah konteks.
Pelajari juga bahasa yang sopan, natural, dan sesuai konteks sosial. Dengan begitu, kamu nggak cuma kelihatan keren, tapi juga bisa berkomunikasi dengan baik dan dihargai oleh penutur aslinya.Yuk, terus semangat latihan dan jangan malu buat coba-coba berbagai contoh kalimat! Sampai ketemu lagi di materi seru berikutnya bareng Pandaikotoba. Oh iya, jangan lupa follow Instagram-nya juga ya, Minasan!
Belajar bahasa Jepang itu asyik banget, lho. がんばってね!!

