Yakuza: Sejarah, Struktur, dan Masa Depan Kelompok Kriminal Legendaris Jepang
Jepang dikenal dengan budaya yang kaya dan teknologi maju, tetapi di balik itu, ada kelompok kriminal terorganisir yang telah lama eksis Yakuza. Berakar dari zaman samurai, Yakuza memiliki struktur hierarkis, kode kehormatan, serta pengaruh besar dalam masyarakat. Namun, di era modern, eksistensi mereka semakin dipertanyakan. Apakah Yakuza masih relevan di dunia saat ini? Artikel ini akan membahas sejarah, struktur, simbol, aktivitas, dan masa depan mereka dalam masyarakat Jepang.
Apa Itu Yakuza?
Yakuza (ヤクザ) adalah organisasi kriminal terorganisir di Jepang yang memiliki struktur hierarki yang ketat, kode etik, serta berbagai ritual khas. Mereka sering disebut sebagai “mafia Jepang” karena memiliki sistem yang mirip dengan kelompok kejahatan terorganisir di negara lain, seperti Triad di Tiongkok atau Cosa Nostra di Italia.

Asal-usul Nama “Yakuza”
Nama “Yakuza” berasal dari permainan kartu tradisional Jepang yang disebut Oicho-Kabu. Dalam permainan ini, kombinasi angka 8 (ya), 9 (ku), dan 3 (za) dianggap sebagai kombinasi terburuk, yang berarti “tidak berguna” atau “pecundang”. Ironisnya, kelompok ini justru berkembang menjadi organisasi kriminal paling berpengaruh di Jepang.
Sejarah dan Asal-Usul Yakuza
Yakuza memiliki akar sejarah yang panjang dan berkembang dari berbagai kelompok sosial sejak zaman feodal Jepang. Organisasi ini tidak muncul begitu saja, melainkan berasal dari kelompok-kelompok yang memiliki struktur sosial dan budaya khas, seperti samurai tak bertuan (ronin), pedagang keliling (tekiya), dan penjudi ilegal (bakuto).
1. Awal Mula Yakuza di Zaman Edo (1603–1868)
Pada zaman Edo (1603–1868), Jepang mengalami stabilitas politik setelah periode perang saudara. Namun, stabilitas ini juga menyebabkan banyak samurai kehilangan statusnya, sehingga mereka menjadi ronin (samurai tanpa tuan). Beberapa dari mereka akhirnya menjadi tentara bayaran, penjudi, atau pelindung kelompok tertentu, yang kemudian berkembang menjadi cikal bakal Yakuza.
Terdapat dua kelompok utama yang menjadi asal-usul Yakuza:
A. Tekiya (Pedagang Keliling yang Terlibat Pemerasan)
Tekiya adalah kelompok pedagang keliling yang sering menjual barang-barang murah di pasar. Karena persaingan yang ketat, mereka membentuk kelompok perlindungan yang berkembang menjadi organisasi dengan sistem kepemimpinan yang terstruktur. Mereka memungut “uang perlindungan” dari pedagang lain dan bahkan dari warga sekitar. Pemerintah Edo akhirnya mengakui keberadaan mereka dan memberi mereka gelar “pemimpin resmi pasar”, yang semakin memperkuat posisi mereka.
B. Bakuto (Penjudi Ilegal dan Rentenir)
Bakuto adalah kelompok yang terlibat dalam perjudian ilegal, yang sangat populer di kalangan rakyat jelata dan pekerja konstruksi. Mereka juga menjalankan praktik rentenir dengan sistem bunga tinggi. Banyak simbol Yakuza berasal dari bakuto, seperti tato (irezumi) dan ritual pemotongan jari (yubitsume).

2. Perkembangan Yakuza di Era Meiji (1868–1912)
Pada era Meiji, Jepang mulai bertransformasi menjadi negara modern. Pemerintah melarang perjudian dan memperketat aturan perdagangan, sehingga kelompok Tekiya dan Bakuto mulai kehilangan sumber penghasilan utama mereka. Tekiya mulai mengembangkan jaringan bisnis perlindungan dan perdagangan gelap. Bakuto semakin terlibat dalam dunia kejahatan, seperti pemerasan dan pengelolaan rumah judi ilegal. Beberapa kelompok mulai menjalin hubungan dengan politisi dan pejabat pemerintah, yang memberi mereka kekuatan lebih besar.
3. Yakuza di Era Perang Dunia II dan Pasca-Perang (1912–1950an)
Saat Perang Dunia II, banyak anggota Yakuza bergabung dengan tentara Jepang, tetapi setelah Jepang kalah perang, mereka kembali ke dunia kriminal. Jepang mengalami kekacauan ekonomi dan sosial, sehingga Yakuza menguasai pasar gelap, termasuk perdagangan senjata, narkoba, dan penyelundupan barang. Mereka juga mengendalikan sektor hiburan malam seperti klub, bar, dan industri film. Pada 1950-an, Yakuza mulai memiliki struktur organisasi yang lebih modern, dengan pemimpin utama (Oyabun) dan jaringan bawahan (Kobun).
4. Yakuza di Era Modern (1950an–Sekarang)
Sejak tahun 1960-an, Yakuza menjadi salah satu organisasi kriminal terbesar di dunia. Mereka tidak hanya beroperasi di Jepang tetapi juga memiliki jaringan internasional, terutama dalam bidang perdagangan narkoba, perdagangan manusia, perjudian, dan investasi bisnis ilegal. Namun, sejak tahun 1990-an, pemerintah Jepang mulai memberlakukan undang-undang anti-Yakuza, yang menyebabkan jumlah anggota mereka menurun drastis. Banyak kelompok berusaha beralih ke bisnis legal, seperti real estat dan perusahaan keamanan. Beberapa kelompok terpecah dan melemah, tetapi masih ada organisasi besar yang tetap bertahan.
Pengaruh Budaya Samurai terhadap Yakuza
Meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, Yakuza banyak mengadopsi nilai-nilai dari budaya samurai, terutama dalam hal kehormatan, kesetiaan, dan hierarki yang ketat. Beberapa pengaruh utama budaya samurai terhadap Yakuza meliputi:
1. Bushido (Kode Kehormatan Samurai) – Yakuza mengadopsi prinsip bushido dalam kehidupan mereka, seperti kesetiaan kepada pemimpin (oyabun), keberanian, serta sikap pantang mundur dalam menghadapi musuh.
2. Hierarki Oyabun-Kobun – Mirip dengan hubungan daimyo (tuan feodal) dan samurai, Yakuza memiliki sistem oyabun-kobun, di mana anggota bawah (kobun) harus menunjukkan kesetiaan penuh kepada pemimpin mereka (oyabun).
3. Ritual Yubitsume – Praktik pemotongan jari sebagai bentuk hukuman dan penebusan kesalahan berasal dari tradisi samurai, di mana seorang samurai yang gagal dalam tugasnya terkadang harus melakukan seppuku (bunuh diri kehormatan). Dalam Yakuza, yubitsume digunakan sebagai bentuk hukuman yang lebih ringan.
4. Simbolisme dan Tato – Seperti samurai yang memiliki lambang keluarga (kamon), anggota Yakuza sering kali memiliki tato besar yang mencerminkan loyalitas mereka terhadap kelompok atau pemimpin mereka.

Struktur dan Hierarki dalam Yakuza
Peran Oyabun (Pemimpin) dan Kobun (Anak Buah)
Yakuza memiliki sistem organisasi yang sangat terstruktur, yang didasarkan pada hubungan keluarga angkat yang disebut oyabun-kobun (親分・子分). Hubungan ini mirip dengan sistem feodal antara seorang tuan (daimyo) dan pengikutnya (samurai).
1. Oyabun (親分) – Pemimpin atau Bos
- Oyabun adalah pemimpin tertinggi dalam kelompok Yakuza.
- Ia memiliki otoritas penuh dan dihormati oleh seluruh anggota organisasi.
- Keputusan yang diambil oleh oyabun harus ditaati tanpa pertanyaan oleh kobun.
- Sebagai “ayah angkat” dalam organisasi, oyabun bertanggung jawab atas kesejahteraan anggota dan melindungi mereka dari ancaman luar.
2. Kobun (子分) – Anak Buah atau Bawahan
- Kobun adalah anggota yang berada di bawah oyabun dan harus menunjukkan kesetiaan penuh.
- Mereka harus menjalankan perintah tanpa ragu dan sering bersedia mengorbankan diri demi kelompok.
- Hubungan oyabun-kobun sering dikukuhkan dengan upacara minum sake, menandakan ikatan yang lebih kuat dari hubungan darah.
Selain oyabun dan kobun, organisasi Yakuza memiliki beberapa tingkatan hierarki yang lebih rinci, seperti:
- Wakagashira (若頭) – Wakil pemimpin yang mengawasi seluruh kegiatan organisasi di bawah perintah oyabun.
- Shateigashira (舎弟頭) – Bertanggung jawab atas kelompok-kelompok kecil di dalam organisasi.
- Shatei (舎弟) – Saudara junior yang lebih berpengalaman dan memiliki kedudukan lebih tinggi dari anggota biasa.
- Kyodai (兄弟) – Saudara senior yang berada di bawah shateigashira, tetapi lebih tinggi dari anggota baru.
- Kumiin (組員) – Anggota biasa atau rekrutan baru yang masih harus membuktikan kesetiaannya.

Kode Kehormatan dan Aturan dalam Organisasi
Yakuza dikenal memiliki kode kehormatan yang ketat, yang sebagian besar terinspirasi dari Bushido (kode samurai). Beberapa aturan utama dalam organisasi Yakuza meliputi:
1. Kesetiaan Mutlak (忠誠 – Chūsei)
- Seorang kobun harus setia sepenuhnya kepada oyabun.
- Mengkhianati organisasi adalah pelanggaran berat yang bisa dihukum dengan yubitsume (pemotongan jari) atau bahkan eksekusi.
2. Pantang Menghianati Rekan (裏切り – Uragiri)
- Solidaritas antar anggota sangat dijunjung tinggi.
- Tidak boleh bekerja sama dengan pihak luar, terutama dengan kepolisian.
3. Kewajiban Menjaga Kehormatan (名誉 – Meiyo)
- Anggota harus bertindak dengan rasa hormat dan menjaga reputasi kelompok.
- Jika melakukan kesalahan besar, mereka harus bertanggung jawab dengan yubitsume atau cara lain.
4. Tidak Mengganggu Warga Sipil
- Meskipun terlibat dalam berbagai kegiatan ilegal, sebagian besar kelompok Yakuza memiliki kebijakan untuk tidak menyakiti warga biasa.
- Ini karena Yakuza ingin menjaga citra sebagai “pelindung rakyat kecil” dalam beberapa aspek.
5. Upacara dan Ritual Tradisional
- Setiap anggota yang bergabung harus melalui upacara minum sake sebagai simbol masuknya ke dalam keluarga Yakuza.
- Hukuman seperti yubitsume dilakukan jika ada anggota yang gagal menjalankan tugas atau merusak kehormatan kelompok.
Struktur yang ketat dan kode etik ini menjadikan Yakuza berbeda dari organisasi kriminal lainnya di dunia. Meskipun aktivitas mereka ilegal, mereka tetap mempertahankan hierarki dan prinsip kehormatan yang telah diwariskan selama berabad-abad.
Simbol dan Identitas Yakuza
Makna Tato dalam Dunia Yakuza
Tato (刺青, irezumi) merupakan salah satu simbol paling khas dalam budaya Yakuza. Tato Yakuza tidak hanya berfungsi sebagai dekorasi tubuh, tetapi juga memiliki makna mendalam yang mencerminkan identitas, keberanian, dan loyalitas anggota terhadap organisasi.
1. Simbol Loyalitas dan Keberanian
- Proses pembuatan tato Yakuza dilakukan dengan teknik tradisional menggunakan jarum tangan (tebori), yang sangat menyakitkan dan memakan waktu lama.
- Karena prosesnya menyakitkan, memiliki tato penuh di tubuh menunjukkan ketahanan fisik dan mental yang luar biasa.
2. Lambang Keanggotaan dan Status
- Setiap desain tato biasanya memiliki makna tertentu dan sering kali menunjukkan afiliasi seseorang dalam organisasi.
- Beberapa anggota menutupi tubuh mereka sepenuhnya dengan tato, tetapi bagian tengah dada dibiarkan kosong agar tidak terlihat saat memakai pakaian formal seperti kimono atau jas.
3. Motif Tato yang Umum dalam Yakuza
- Naga (龍 – Ryū) → Melambangkan kekuatan, kebijaksanaan, dan perlindungan.
- Harimau (虎 – Tora) → Simbol keberanian dan dominasi.
- Koi (鯉 – Koi) → Menggambarkan ketekunan dan perjuangan dalam menghadapi kesulitan.
- Samurai → Melambangkan kehormatan dan keberanian, menghubungkan Yakuza dengan kode Bushido.
- Bunga sakura (桜 – Sakura) → Simbol kefanaan hidup, mencerminkan filosofi bahwa hidup seorang Yakuza bisa berakhir kapan saja.
- Oni (鬼 – Iblis Jepang) → Menunjukkan kekuatan supranatural dan keberanian menghadapi bahaya.

4. Stigma Sosial terhadap Tato
- Di Jepang, tato sering dikaitkan dengan kriminalitas karena hubungannya dengan Yakuza.
- Banyak pemandian umum (onsen), gym, dan kolam renang melarang individu bertato untuk masuk guna mencegah kehadiran anggota Yakuza.
Upacara Pemotongan Jari (Yubitsume)
Yubitsume (指詰め) adalah ritual pemotongan jari yang dilakukan oleh anggota Yakuza sebagai bentuk permintaan maaf atau hukuman atas kesalahan yang mereka lakukan.
1. Makna Yubitsume
- Yubitsume adalah simbol penebusan dosa dan tanggung jawab atas kesalahan.
- Praktik ini berasal dari zaman samurai, di mana seorang samurai yang kehilangan jari akan lebih sulit menggunakan pedangnya, membuatnya lebih bergantung pada tuannya.
2. Proses Pemotongan
- Anggota yang melakukan kesalahan akan memotong bagian atas jari kelingkingnya sendiri menggunakan pisau atau alat tajam lainnya.
- Potongan jari tersebut kemudian dibungkus dengan kain atau kertas dan diberikan kepada oyabun sebagai tanda penyesalan.
- Jika anggota melakukan kesalahan lagi, mereka bisa kehilangan lebih banyak bagian jari, sering kali dimulai dari kelingking hingga ibu jari.
3. Dampak Yubitsume pada Kehidupan Anggota Yakuza
- Banyak mantan anggota Yakuza yang mengalami kesulitan dalam kehidupan setelah keluar dari organisasi karena kehilangan jari mereka, yang menjadi tanda pengenal di masyarakat.
- Beberapa mantan Yakuza menggunakan prostetik jari untuk menyembunyikan tanda ini agar bisa kembali ke kehidupan normal.
- Meskipun yubitsume semakin jarang dilakukan di era modern, tato dan simbol-simbol lain dari Yakuza tetap menjadi bagian penting dari identitas mereka.
Aktivitas dan Bisnis Yakuza
Kegiatan Legal dan Ilegal yang Dijalankan
Yakuza memiliki struktur bisnis yang kompleks, mencakup berbagai kegiatan baik yang legal maupun ilegal. Meskipun dikenal sebagai kelompok kriminal, mereka juga menjalankan bisnis yang sah untuk mempertahankan pengaruh dan legitimasi di masyarakat.
1. Kegiatan Ilegal
Sebagian besar pendapatan Yakuza berasal dari aktivitas kriminal berikut:
Perjudian ilegal (賭博 – Tobaku)
- Yakuza mengoperasikan kasino bawah tanah dan taruhan olahraga ilegal.
- Mereka juga mengatur permainan tradisional seperti mahjong dan pachinko gelap.
Perdagangan Narkoba
- Meskipun beberapa kelompok Yakuza secara resmi melarang perdagangan narkoba, ada yang tetap terlibat dalam distribusi methamphetamine (覚醒剤 – Kakuseizai).
- Mereka mengontrol jalur penyelundupan narkoba dari luar negeri, terutama dari China dan Korea Utara.
Pemerasan dan Perlindungan (みかじめ料 – Mikajime-ryō)
- Yakuza sering memungut uang perlindungan dari bisnis kecil, klub malam, dan restoran dengan alasan memberikan keamanan.
- Jika pemilik bisnis menolak membayar, mereka bisa menghadapi intimidasi atau kekerasan.
Perdagangan Manusia dan Prostitusi
- Mereka mengendalikan jaringan perdagangan manusia yang memperdagangkan wanita untuk industri hiburan dewasa dan klub malam.
- Beberapa kelompok juga menjalankan rumah bordil ilegal dan bar host/hostess yang terkait dengan prostitusi.
Penyelundupan dan Pemalsuan Barang
- Yakuza terlibat dalam penyelundupan barang ilegal, seperti senjata dan barang bermerek palsu.
- Mereka juga menjalankan bisnis dokumentasi palsu untuk imigran ilegal dan individu yang ingin menghindari hukum.
2. Kegiatan Legal
Selain kegiatan ilegal, Yakuza juga menjalankan berbagai bisnis legal untuk mencuci uang dan memperluas pengaruh mereka:
Industri Konstruksi dan Real Estate
- Yakuza sering memiliki perusahaan konstruksi yang memenangkan proyek infrastruktur melalui ancaman atau koneksi politik.
- Mereka juga terlibat dalam spekulasi properti dan investasi real estate.
Perusahaan Keamanan dan Tenaga Kerja
- Beberapa kelompok Yakuza mengoperasikan perusahaan keamanan untuk acara besar atau menyediakan tenaga kerja kontrak untuk industri berat dan konstruksi.
- Mereka juga mengendalikan pasar tenaga kerja ilegal dengan memanfaatkan buruh asing atau tunawisma.
Industri Hiburan dan Media
- Yakuza memiliki hubungan dengan dunia hiburan Jepang, termasuk industri film, musik, dan klub malam.
- Mereka sering bertindak sebagai “agensi perlindungan” bagi artis, idol, dan aktor, serta mengontrol beberapa studio film dewasa.
Investasi Saham dan Perbankan Bayangan
- Beberapa kelompok Yakuza berinvestasi di pasar saham dan menggunakan metode intimidasi untuk mengendalikan perusahaan tertentu.
- Mereka juga menjalankan kegiatan perbankan gelap, seperti pinjaman berbunga tinggi (sarakin – 闇金).
Pengaruh Yakuza di Dunia Politik dan Ekonomi Jepang
Yakuza bukan hanya sekadar organisasi kriminal, tetapi juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam dunia politik dan ekonomi Jepang.
1. Pengaruh dalam Politik
Koneksi dengan Politisi
Beberapa politisi Jepang memiliki hubungan dengan Yakuza, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam beberapa kasus, Yakuza digunakan untuk mengintimidasi lawan politik atau memobilisasi massa dalam kampanye pemilu.
Skandal Politik
Ada berbagai skandal yang mengungkap hubungan antara pejabat pemerintah dan organisasi Yakuza, terutama dalam pendanaan kampanye politik. Yakuza juga terlibat dalam kasus suap dan manipulasi kebijakan yang menguntungkan bisnis mereka.
2. Pengaruh dalam Ekonomi
Keterlibatan di Sektor Keuangan
Yakuza memiliki jaringan dalam dunia perbankan bayangan dan sering kali menjadi pemain utama dalam kasus pencucian uang. Mereka juga menggunakan kekayaan mereka untuk mengendalikan saham perusahaan besar secara diam-diam.
Pengaruh di Dunia Bisnis
Banyak perusahaan besar yang tanpa sadar (atau sengaja) bekerja sama dengan Yakuza, terutama dalam industri konstruksi, hiburan, dan perhotelan. Beberapa kelompok Yakuza menjalankan perusahaan investasi yang terlihat sah tetapi digunakan untuk menutupi transaksi ilegal.
3. Perubahan di Era Modern
Tekanan dari Pemerintah
Pemerintah Jepang telah memperketat undang-undang anti-Yakuza (暴力団排除条例 – Bōryokudan Haijo Jōrei), yang membuat aktivitas mereka lebih sulit. Bank dan perusahaan semakin ketat dalam memeriksa hubungan dengan Yakuza untuk menghindari sanksi hukum.
Transformasi Model Bisnis
Beberapa kelompok Yakuza mulai mengurangi aktivitas kekerasan dan beralih ke kejahatan ekonomi yang lebih terselubung, seperti investasi ilegal dan manipulasi pasar saham. Mereka juga semakin menggunakan teknologi dan dunia maya untuk menjalankan operasi kriminal tanpa terdeteksi.
Hubungan Yakuza dengan Masyarakat dan Pemerintah
Peran Yakuza dalam Membantu Masyarakat
Meskipun Yakuza dikenal sebagai kelompok kriminal, mereka juga memiliki sisi unik dalam budaya Jepang, di mana mereka sering kali berperan sebagai “penjaga ketertiban” dan bahkan membantu masyarakat dalam situasi tertentu. Beberapa tindakan mereka yang dianggap membantu masyarakat antara lain:
1. Bantuan dalam Situasi Darurat dan Bencana Alam
Gempa Besar Hanshin (1995)
Ketika gempa bumi Hanshin melanda Kobe pada tahun 1995, Yakuza, khususnya kelompok Yamaguchi-gumi, bergerak lebih cepat dibandingkan pemerintah dalam memberikan bantuan kepada korban. Mereka mendistribusikan makanan, air, dan kebutuhan darurat ke masyarakat yang terdampak.
Gempa dan Tsunami Tōhoku (2011)
- Setelah bencana tsunami dan gempa di Tōhoku, Yakuza kembali turun tangan dengan mengirimkan truk berisi makanan, selimut, dan barang-barang kebutuhan lainnya ke daerah yang terkena dampak. Mereka menggunakan jaringan mereka untuk mendistribusikan bantuan dengan lebih cepat daripada pemerintah atau organisasi bantuan resmi.
2. Menjaga Ketertiban di Dunia Malam
- Yakuza sering kali bertindak sebagai “polisi bayangan” di distrik hiburan seperti Kabukicho (Tokyo) dan Dotonbori (Osaka).
- Mereka menjaga ketertiban di klub malam, bar, dan bisnis hiburan lainnya agar tidak ada pihak luar yang mengganggu stabilitas bisnis di wilayah tersebut.
- Namun, “ketertiban” yang mereka jaga juga sering disertai dengan praktik pemerasan terhadap bisnis di area itu.
3. Memberikan Perlindungan kepada Kaum Lemah
- Beberapa kelompok Yakuza dikatakan membantu individu atau komunitas yang tidak mendapatkan keadilan dari sistem hukum Jepang.
- Ada kasus di mana Yakuza membantu warga sipil dalam menghadapi kelompok kriminal kecil yang mengganggu keamanan lingkungan mereka.
- Namun, bantuan semacam ini biasanya bukan tanpa pamrih, dan sering kali memiliki motif tersembunyi.
Upaya Pemerintah Jepang dalam Memberantas Yakuza
Meskipun Yakuza memiliki sejarah panjang di Jepang, pemerintah semakin gencar melakukan tindakan hukum untuk membatasi pengaruh dan aktivitas mereka.
1. Undang-Undang Anti-Yakuza
- Pada tahun 1992, Jepang menerapkan Undang-Undang Anti-Boryokudan (暴力団対策法 – Bōryokudan Taisaku-hō) yang bertujuan untuk menekan aktivitas Yakuza.
- Undang-undang ini membuat sulit bagi Yakuza untuk menjalankan bisnis mereka secara terbuka, termasuk larangan bagi perusahaan untuk memiliki hubungan dengan mereka.
- Pada 2011, peraturan diperketat dengan menerapkan Bōryokudan Haijo Jōrei (暴力団排除条例), yang melarang individu dan perusahaan bekerja sama dengan Yakuza dalam bentuk apa pun.
2. Pengurangan Sumber Pendapatan Yakuza
- Pemerintah menargetkan keuangan Yakuza dengan melacak transaksi mereka dan membekukan aset organisasi yang diketahui terkait dengan kejahatan.
- Bank, perusahaan asuransi, dan bisnis keuangan lainnya diwajibkan untuk menolak transaksi atau kerja sama dengan individu yang memiliki hubungan dengan Yakuza.
3. Penangkapan dan Pembubaran Kelompok Yakuza
- Polisi Jepang secara aktif menangkap anggota Yakuza yang terlibat dalam kejahatan seperti pemerasan, perdagangan narkoba, dan penipuan finansial.
- Beberapa kelompok Yakuza telah mengalami perpecahan dan pelemahan akibat tekanan hukum, seperti perpecahan dalam Yamaguchi-gumi pada tahun 2015.
4. Kampanye Sosial untuk Menghapuskan Yakuza
- Pemerintah bekerja sama dengan masyarakat untuk mengedukasi warga tentang bahaya Yakuza dan mendorong mereka untuk melaporkan aktivitas mencurigakan.
- Di beberapa daerah, terdapat kampanye untuk membantu mantan anggota Yakuza meninggalkan organisasi dan kembali ke kehidupan normal.
- Beberapa perusahaan juga mendukung program rehabilitasi bagi mantan anggota Yakuza dengan memberikan mereka peluang kerja di sektor legal.
5. Tekanan dari Dunia Bisnis dan Internasional
- Karena Jepang memiliki hubungan ekonomi global, tekanan dari dunia internasional untuk menindak Yakuza semakin meningkat.
- Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, telah memasukkan kelompok Yakuza dalam daftar organisasi kriminal internasional dan menerapkan sanksi terhadap mereka.
- Dengan meningkatnya pengawasan global, Yakuza semakin sulit untuk menjalankan operasi mereka di luar Jepang.
Yakuza dalam Budaya Populer
Yakuza telah menjadi elemen penting dalam berbagai bentuk hiburan Jepang dan internasional. Mereka sering digambarkan dalam film, anime, manga, dan bahkan video game, menciptakan gambaran ikonik tentang dunia bawah tanah Jepang yang penuh dengan kehormatan, kekerasan, dan intrik.
Representasi Yakuza dalam Film, Anime, dan Manga
1. Film tentang Yakuza
Film Jepang telah lama mengeksplorasi dunia Yakuza, dengan berbagai genre yang menggambarkan mereka sebagai pahlawan, penjahat, atau bahkan karakter tragis yang terjebak dalam sistem mereka sendiri.
Era Klasik (1950-an – 1970-an): Yakuza Eiga (ヤクザ映画)
- Film “Battles Without Honor and Humanity” (仁義なき戦い, 1973) karya Kinji Fukasaku adalah salah satu film Yakuza paling berpengaruh. Film ini menggambarkan kehidupan Yakuza secara realistis dan brutal.
- “Tokyo Drifter” (東京流れ者, 1966) karya Seijun Suzuki menampilkan gaya sinematik yang artistik dengan elemen noir yang kuat.
Era Modern (1980-an – Sekarang)
- “Outrage” (アウトレイジ, 2010) oleh Takeshi Kitano adalah film Yakuza modern yang menunjukkan dunia kejahatan dengan penuh kekerasan dan intrik politik dalam organisasi.
- “The Yakuza” (1974) karya Sydney Pollack, film Hollywood pertama yang mengangkat tema Yakuza dengan aktor legendaris Ken Takakura.
2. Yakuza dalam Anime dan Manga
Dalam dunia anime dan manga, Yakuza sering kali digambarkan dalam berbagai cara, mulai dari cerita serius hingga komedi yang berlebihan.
Manga/Anime dengan tema Yakuza yang serius:
- “Sanctuary” (サンクチュアリ) – Menceritakan dua sahabat yang berusaha menguasai Jepang, satu dari dunia politik dan satu dari dunia Yakuza.
- “Gokushufudou: The Way of the Househusband” (極主夫道) – Komedi unik tentang mantan bos Yakuza yang memilih menjadi bapak rumah tangga.

Yakuza dalam anime Shonen & Seinen:
- “Black Lagoon” – Menampilkan kelompok mafia dan organisasi kejahatan termasuk elemen Yakuza.
- “Baccano!” – Menggabungkan berbagai organisasi kriminal dari Jepang hingga Amerika dalam setting tahun 1930-an.
Pengaruh Yakuza dalam Dunia Hiburan
1. Keterlibatan di Industri Film dan Musik
- Pada era 1970-an hingga 1990-an, beberapa kelompok Yakuza diketahui memiliki hubungan erat dengan industri film dan musik Jepang.
- Mereka dikabarkan memiliki kontrol terhadap beberapa studio film dan agensi artis, termasuk dalam mengatur produksi film dan memastikan keamanan artis.
- Beberapa penyanyi Enka (musik tradisional Jepang) disebut memiliki hubungan dengan Yakuza, karena Enka sering kali menjadi musik favorit mereka.
2. Video Game Bertema Yakuza
- Seri game “Yakuza” (龍が如く, Ryū ga Gotoku) oleh SEGA – Salah satu waralaba video game paling populer yang menampilkan dunia Yakuza dengan cerita mendalam, aksi bertarung, dan eksplorasi kehidupan jalanan di Jepang.
- “Sleeping Dogs” – Meskipun bertemakan mafia Hong Kong, game ini memiliki elemen yang mirip dengan budaya Yakuza dalam gaya bertarung dan ceritanya.
Masa Depan Yakuza
Seiring dengan perubahan sosial, ekonomi, dan hukum di Jepang, organisasi Yakuza menghadapi tantangan besar untuk bertahan. Meskipun mereka masih ada, relevansi mereka di era modern semakin dipertanyakan.
Apakah Yakuza Masih Relevan di Era Modern?
1. Penurunan Jumlah Anggota
- Data dari Badan Kepolisian Nasional Jepang menunjukkan bahwa jumlah anggota Yakuza terus menurun dalam beberapa dekade terakhir.
- Pada tahun 1960-an, jumlah anggota Yakuza mencapai lebih dari 180.000 orang. Saat ini, jumlahnya turun drastis menjadi kurang dari 30.000 orang.
2. Meningkatnya Pengawasan dan Hukum yang Ketat
- Undang-undang Anti-Boryokudan (1992) dan Boryokudan Haijo Jorei (2011) membuat perusahaan dan individu dilarang memiliki hubungan dengan Yakuza.
- Polisi semakin agresif dalam membekukan aset dan menangkap anggota yang terlibat dalam aktivitas ilegal.
- Perusahaan keuangan juga mulai menolak memberikan layanan kepada individu yang dicurigai memiliki hubungan dengan Yakuza.
3. Kehilangan Legitimasi dalam Masyarakat
- Dulu, Yakuza sering dipandang sebagai “penjaga ketertiban” di dunia kriminal, tetapi kini masyarakat Jepang mulai menjauh dari mereka.
- Skandal dan kekerasan yang melibatkan Yakuza semakin membuat mereka kehilangan dukungan publik.
Tantangan dan Perubahan dalam Organisasi Yakuza
1. Pergeseran kejahatan dari dunia fisik ke dunia digital
- Yakuza mengalami kesulitan mempertahankan bisnis tradisional mereka seperti perjudian ilegal, pemerasan, dan perlindungan bisnis.
- Sebagai respons, beberapa kelompok mulai beralih ke kejahatan siber, seperti penipuan online, pencucian uang melalui cryptocurrency, dan perdagangan data ilegal.
2. Fragmentasi dan Konflik Internal
- Tekanan dari pemerintah menyebabkan beberapa organisasi besar seperti Yamaguchi-gumi mengalami perpecahan.
- Konflik internal membuat Yakuza semakin lemah, karena tidak lagi memiliki struktur hierarki yang kuat seperti dulu.
3. Sulitnya Merekrut Anggota Baru
- Dulu, banyak anak muda bergabung dengan Yakuza karena mereka melihatnya sebagai jalan menuju kekayaan dan kekuasaan.
- Kini, karena risiko tinggi dan keuntungan yang semakin kecil, semakin sedikit orang yang ingin bergabung.
- Banyak mantan anggota yang memilih keluar dan berusaha menjalani kehidupan normal, meskipun sulit karena stigma sosial.
4. Munculnya Kelompok Kriminal Baru
Dengan melemahnya Yakuza, muncul kelompok kriminal non-tradisional, termasuk geng Tionghoa-Triads dan Kejahatan Terorganisir Vietnam yang mulai mengambil alih beberapa bisnis ilegal yang dulu dikuasai Yakuza.
Kesimpulan
Meskipun Yakuza masih ada, mereka menghadapi tekanan besar dari pemerintah dan masyarakat. Penurunan jumlah anggota, hilangnya sumber pendapatan tradisional, dan kesulitan merekrut generasi baru membuat masa depan Yakuza semakin tidak pasti.
Namun, sejarah menunjukkan bahwa kelompok kriminal selalu beradaptasi. Jika mereka mampu bertransformasi dengan memanfaatkan teknologi atau menemukan cara baru untuk tetap relevan, Yakuza mungkin masih akan bertahan, meski dalam bentuk yang berbeda dari yang kita kenal saat ini. Yuk, terus semangat latihan dan jangan malu buat coba-coba berbagai contoh kalimat! Sampai ketemu lagi di materi seru berikutnya bareng Pandaikotoba. Oh iya, jangan lupa follow Instagram-nya juga ya, Minasan!
Belajar bahasa Jepang itu asyik banget, lho. がんばってね!!

