Unik! Kemiripan Bahasa Jepang dengan Bahasa Sunda dalam Kosakata Sehari-hari
Bahasa mencerminkan budaya dan cara hidup suatu masyarakat. Meski terpisah jauh secara geografis dan sejarah, bahasa Jepang dan Sunda ternyata memiliki kemiripan unik, khususnya dalam kosakata sehari-hari. Walau berasal dari rumpun bahasa berbeda, beberapa kata dalam bahasa Jepang terdengar atau bermakna mirip dengan bahasa Sunda yang digunakan di Jawa Barat.
Fenomena ini menarik untuk ditelusuri, karena bisa mengungkap pola fonetik, makna, atau bahkan kesamaan budaya yang tak disadari sebelumnya. Artikel ini akan membahas kosakata sehari-hari yang mirip antara kedua bahasa tersebut, serta kemungkinan penyebab kemiripannya. Apakah ini hanya kebetulan semata? Atau ada unsur sejarah dan budaya yang memengaruhi kemiripan ini? Mari kita selami lebih dalam keunikan dua bahasa ini.

Sejarah Singkat Bahasa Jepang dan Bahasa Sunda
Bahasa Jepang (日本語 – Nihongo) adalah bahasa resmi negara Jepang yang telah berkembang selama berabad-abad. Bahasa ini termasuk dalam rumpun Japonic dan memiliki sistem penulisan yang unik, yaitu kombinasi dari kanji (aksara Tionghoa) serta dua suku kata asli Jepang, yaitu hiragana dan katakana. Sejarah bahasa Jepang menunjukkan adanya pengaruh besar dari bahasa Tionghoa, terutama pada masa awal pembentukan peradaban Jepang. Meski begitu, struktur tata bahasa dan kosakata aslinya tetap mencerminkan identitas budaya Jepang yang khas.
Sementara itu, Bahasa Sunda adalah salah satu bahasa daerah terbesar di Indonesia yang digunakan oleh masyarakat di Provinsi Jawa Barat dan sekitarnya. Bahasa ini merupakan bagian dari rumpun Austronesia, lebih tepatnya dalam kelompok Malayo-Polynesian, dan memiliki sejarah panjang yang terkait dengan kebudayaan Sunda kuno. Penggunaan bahasa Sunda sudah tercatat dalam naskah-naskah kuno sejak abad ke-14, dan hingga kini tetap digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh jutaan penutur.
Meskipun berasal dari rumpun bahasa yang berbeda Japonic dan Austronesia kedua bahasa ini menunjukkan sejumlah kesamaan menarik dalam bunyi dan arti kata tertentu. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah ada kontak budaya di masa lalu, atau apakah kemiripan itu murni kebetulan linguistik? Mempelajari sejarah keduanya memberi kita gambaran tentang bagaimana bahasa dapat berkembang secara unik namun tetap memperlihatkan pola-pola yang serupa.
Faktor Penyebab Kemiripan Kosakata antara Bahasa Jepang dan Sunda
Munculnya kemiripan kosakata antara bahasa Jepang dan bahasa Sunda memang mengejutkan banyak orang, terutama karena kedua bahasa ini berasal dari rumpun yang berbeda. Namun, ada beberapa faktor yang bisa menjadi alasan mengapa kata-kata dalam kedua bahasa tersebut terdengar atau bermakna serupa. Berikut beberapa kemungkinan penyebabnya:
1. Kebetulan Fonetik
Bahasa di seluruh dunia memiliki kemungkinan tertentu untuk menghasilkan bunyi-bunyi yang mirip secara acak. Dalam kasus bahasa Jepang dan Sunda, beberapa kata bisa memiliki pelafalan yang hampir sama, tetapi tidak memiliki hubungan etimologis atau sejarah. Contohnya seperti kata “mimi” yang berarti “telinga” dalam bahasa Jepang, dan dalam bahasa Sunda bisa juga berarti “terdengar” (dari kata dasar “ngadenge” – mendengar), tergantung konteks.
2. Pengaruh Budaya Austronesia
Beberapa ahli bahasa berspekulasi bahwa mungkin saja terdapat pengaruh lintas budaya melalui jalur maritim di masa lampau, khususnya pada masa ketika perdagangan laut antara Asia Tenggara dan Asia Timur berkembang. Meski Jepang tidak termasuk dalam wilayah Austronesia, pertukaran budaya mungkin pernah terjadi dalam bentuk yang terbatas.
3. Sistem Fonologi yang Sederhana
Bahasa Jepang dan Sunda sama-sama memiliki sistem fonologi (bunyi bahasa) yang relatif sederhana dan berstruktur suku kata konsonan-vokal (CV). Hal ini menyebabkan banyak kata dalam kedua bahasa tersebut terdengar mirip meskipun tidak memiliki makna yang sama. Contohnya, penggunaan suku kata seperti ka, na, ma, ta, dan sa sangat umum di kedua bahasa.
4. Asimilasi Alamiah Bahasa dalam Komunikasi Lisan
Dalam penggunaan sehari-hari, manusia cenderung mengucapkan kata-kata dengan intonasi dan bunyi yang mudah diucapkan. Proses alami ini dapat menyebabkan munculnya bentuk kata yang mirip di berbagai bahasa tanpa adanya hubungan langsung. Bahasa Jepang dan Sunda pun tidak terkecuali.
5. Hipotesis Lama tentang Asal-usul Bahasa Asia Timur dan Asia Tenggara
Beberapa teori linguistik lama pernah mencoba menghubungkan bahasa Jepang dengan kelompok bahasa di Asia Tenggara dalam konteks asal-usul manusia purba. Meski teori ini belum terbukti secara ilmiah dan masih kontroversial, keberadaan kemiripan kosakata bisa menjadi bahan diskusi menarik untuk teori semacam ini.

Kosakata Sehari-hari yang Mirip dalam Bahasa Jepang dan Sunda
Walau berasal dari rumpun bahasa yang berbeda bahasa Jepang dari rumpun Japonik dan bahasa Sunda dari Austronesia beberapa kosakata dalam percakapan sehari-hari tampak memiliki kemiripan dari segi bunyi dan makna. Kemiripan ini bisa jadi merupakan hasil kebetulan fonetik, pengaruh budaya, atau fenomena linguistik yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Berikut adalah beberapa contoh menarik dari kemiripan tersebut:
Kata | Arti dalam Bahasa Sunda | Contoh Kalimat Sunda | Arti dalam Bahasa Jepang | Contoh Kalimat Jepang |
Asa | Merasa / Coba rasa | Rek indit ka sakola asa wegah. (Mau berangkat sekolah merasa malas.) | Pagi (朝) | Asa gohan = sarapan pagi |
Ieu hayam meuni ngeunah, sok asaan. (Ayamnya enak banget, coba deh.) | Mai asa = setiap pagi | |||
Aki | Kakek / orang tua pria | Aki keur sare di kamar. (Kakek sedang tidur di kamar.) | Musim gugur (秋) | Aki wa kirei na kisetsu desu. (Musim gugur adalah musim yang indah.) |
Sora | Suara | Sora budak teh tarik pisan! (Suara anak itu nyaring sekali!) | Langit (空) | Aoi sora = langit biru |
Saru | Menyamar (nyaru) | Manuk éta saru jeung tangkalna. (Burung itu menyamar seperti pohonnya.) | Monyet (猿) | Saru wa ki ni noborimasu. (Monyet memanjat pohon.) |
Hiji | Angka satu | Urang rek meuli endog hiji weh. (Saya mau beli telur satu saja.) | Sikut (肘) | Hiji ga itai. (Sikutku sakit.) |
Sae | Bagus, baik (bahasa halus) | Eta mobil na ka sae pisan. (Mobil itu sangat bagus.) | Jelas/tegas (冴え) | Kare no atama ga sae te iru. (Dia berpikir sangat jernih.) |
Sato | Binatang | Sato éta dipiara ku aki. (Binatang itu dipelihara oleh kakek.) | Kampung halaman (里) | Sato e kaerimasu. (Pulang ke kampung halaman.) |
Tai | Kotoran (hewan/manusia) | Ari eta mah siga tai! (Itu menjijikkan seperti kotoran!) | Ikan tai (鯛), lawan/oposisi (対) | Taiyaki = kue ikan, Tai no team = tim lawan |
Nami | Nama (bahasa halus) | Nami na saha? (Siapa namanya?) | Ombak laut (波) | Nami ga takai. (Ombaknya tinggi.) |
Hade | Bagus, rukun | Urang jeung manéhna hade keneh. (Saya dan dia masih akur/rukun.) | Tampil mencolok (派手) | Hade na fuku. (Pakaian mencolok.) |
Kemiripan kosakata ini bisa bersifat:
- Fonetik: terdengar mirip atau bahkan sama.
- Semantik: memiliki arti yang serupa atau identik.
- Simbolik/kultural: dikaitkan dengan kebiasaan atau benda budaya yang sejenis.
Makna dan Penggunaan Kosakata Mirip dalam Konteks Budaya
Kosakata dalam sebuah bahasa tidak hanya memiliki fungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan nilai, kebiasaan, dan cara pandang masyarakat penuturnya. Dalam kasus kemiripan kata antara bahasa Jepang dan bahasa Sunda, kita dapat menemukan bahwa beberapa kata yang serupa tidak hanya sekadar mirip secara bunyi, tetapi juga memiliki nilai budaya yang khas dalam penggunaannya.
1. Kosakata Mirip: “Aya”
Bahasa | Kata | Arti | Contoh Kalimat | Makna Budaya |
Sunda | aya | ada / tersedia | Di imah aya buku. | Ungkapan “aya” sering dipakai dalam konteks keseharian dengan nuansa ramah dan tenang. |
Jepang | あや (aya) | pola/desain atau nama perempuan | これはあやの服です。 (Ini bajunya Aya.) | “Aya” sebagai nama perempuan sering dikaitkan dengan kelembutan atau keindahan. |
Catatan: Meskipun bunyinya mirip, maknanya sangat berbeda. Tapi keduanya punya nuansa yang lemah-lembut, menunjukkan kesamaan estetika dalam budaya.
2. Kosakata Mirip: “Kami”
Bahasa | Kata | Arti | Contoh Kalimat | Makna Budaya |
Sunda | kami | kita (tidak termasuk lawan bicara) | Kami bade ka pasar. | Digunakan untuk menunjukkan sopan santun saat bicara dengan orang lain. |
Jepang | 神 (kami) | dewa / roh | 日本にはたくさんの神がいます。 (Di Jepang ada banyak dewa.) | Kata ini sangat penting dalam Shinto, agama asli Jepang, yang mempercayai banyak “kami” atau roh alam. |
Catatan: “Kami” dalam kedua bahasa memiliki kekuatan makna tersendiri, tapi satu merujuk pada kelompok, yang lain pada spiritualitas.

3. Kosakata Mirip: “Sake”
Bahasa | Kata | Arti | Contoh Kalimat | Makna Budaya |
Sunda | sake | sebab / demi | Anjeun datang sake cinta? | Digunakan dalam konteks logis atau emosional, misalnya alasan bertindak. |
Jepang | 酒 (sake) | minuman beralkohol (biasanya dari beras) | 父は毎晩酒を飲みます。 (Ayah minum sake tiap malam.) | Merupakan bagian penting dari ritual dan perayaan Jepang, bukan hanya konsumsi biasa. |
Catatan: Di sini, meski sama bunyinya, “sake” dalam budaya Jepang punya nilai simbolik sebagai bagian dari adat istiadat.
4. Kosakata Mirip: “Hayu”
Bahasa | Kata | Arti | Contoh Kalimat | Makna Budaya |
Sunda | hayu | ayo / mari | Hayu urang ka warung! | Ungkapan akrab, digunakan untuk mengajak dengan santun dan ringan. |
Jepang | 早い (hayai) | cepat / awal | 彼は早いですね。 (Dia cepat ya.) | Budaya Jepang menghargai ketepatan waktu dan efisiensi. |
Catatan: Kedua kata ini mencerminkan kecepatan atau ajakan bertindak, meski dalam konteks budaya yang berbeda.
Perbandingan Struktur Kalimat Sederhana Bahasa Jepang dan Sunda
Walaupun bahasa Jepang dan bahasa Sunda berasal dari rumpun bahasa yang berbeda Japonik untuk Jepang dan Austronesia untuk Sunda keduanya memiliki kemiripan dalam pola kalimat dasar, terutama pada urutan subjek, objek, dan predikat dalam kalimat sederhana. Hal ini menarik untuk diamati, karena bisa membantu proses belajar lintas bahasa bagi penutur asli salah satunya.
1. Pola Kalimat Sederhana (SOP vs SOV)
Bahasa | Pola Kalimat Umum | Contoh Kalimat | Arti |
Bahasa Sunda | S-P-O (Subjek-Predikat-Objek) | Abdi (S) nginum (P) cai (O) | Saya minum air |
Bahasa Jepang | S-O-V (Subjek-Objek-Verba) | Watashi wa (S) mizu o (O) nomimasu (V) | Saya minum air |
→ Catatan:
Dalam bahasa Jepang, verba selalu berada di akhir kalimat, sedangkan dalam bahasa Sunda, predikat (biasanya verba) berada di tengah setelah subjek. Ini menjadi perbedaan mendasar dalam struktur tata bahasa.
2. Penggunaan Partikel dan Penanda Fungsi
Bahasa Jepang sangat bergantung pada partikel untuk menunjukkan fungsi kata dalam kalimat, seperti:
- wa (penanda topik)
- o (penanda objek)
- ni (penanda arah/tempat/waktu)
Bahasa Sunda menggunakan urutan kata dan kata bantu (seperti “nu”, “ka”, “ti”) namun tidak sekompleks partikel dalam bahasa Jepang. Contoh:
Jepang: Watashi wa gakkou ni ikimasu. (Saya pergi ke sekolah.)
Sunda: Abdi ka sakola. (Saya ke sekolah.)
3. Kalimat Negatif
Bahasa | Contoh Kalimat Positif | Bentuk Negatif | Arti |
Bahasa Sunda | Abdi dahar. (Saya makan) | Abdi henteu dahar. | Saya tidak makan. |
Bahasa Jepang | Watashi wa tabemasu. (Saya makan) | Watashi wa tabemasen. | Saya tidak makan. |
→ Catatan:
Kedua bahasa memiliki pola penyangkalan yang khas, namun fungsinya sama: menyangkal aksi atau pernyataan.
4. Pertanyaan (Kalimat Tanya)
- Bahasa Sunda: Menggunakan kata tanya di awal.
Saha éta? → Siapa itu? - Bahasa Jepang: Kata tanya tetap pada posisi kalimat, dengan partikel akhir ka.
Are wa dare desu ka? → Siapa itu?

Dampak Kemiripan Bahasa terhadap Komunikasi dan Pembelajaran Bahasa
Kemiripan antara bahasa Jepang dan bahasa Sunda, terutama dalam kosakata dan pola kalimat tertentu, memberikan dampak yang cukup menarik baik dalam konteks komunikasi lintas budaya maupun dalam proses pembelajaran bahasa asing.
1. Mempermudah Proses Pembelajaran Bahasa Asing
Kemiripan bunyi dan arti kata dapat menjadi jembatan awal bagi penutur bahasa Sunda yang ingin mempelajari bahasa Jepang (dan sebaliknya). Misalnya, jika seseorang yang berbahasa Sunda menemukan bahwa kata kami dalam bahasa Jepang juga bisa berarti “Tuhan,” maka mereka akan lebih cepat mengingat dan mengaitkan makna tersebut.
Begitu pula dengan kesamaan pola kalimat sederhana dan logika berpikir yang tidak terlalu jauh berbeda. Hal ini dapat mempercepat pemahaman struktur dasar bahasa Jepang bagi pembelajar dari latar belakang bahasa Sunda.
2. Meningkatkan Rasa Keterhubungan Budaya
Menemukan kata atau struktur yang serupa dapat menumbuhkan rasa kedekatan dan keterhubungan budaya. Meskipun tidak memiliki akar linguistik yang sama, penemuan kesamaan ini bisa menciptakan rasa ingin tahu dan keterbukaan terhadap budaya lain. Hal ini mendorong pembelajar untuk tidak hanya belajar bahasanya, tetapi juga memahami budaya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
3. Potensi Kesalahpahaman (False Friends)
Di sisi lain, kemiripan bunyi tetapi beda makna juga bisa menyebabkan false friends, yaitu kesalahpahaman dalam arti kata. Misalnya, kata nana dalam bahasa Jepang berarti angka tujuh, tetapi dalam bahasa Sunda bisa berarti nenek. Jika tidak dijelaskan konteksnya, pembelajar bisa salah menafsirkan makna saat berbicara atau mendengar.
4. Motivasi dalam Belajar Bahasa
Bagi pelajar bahasa Jepang yang berasal dari latar belakang Sunda (atau sebaliknya), mengetahui adanya kemiripan ini bisa menjadi faktor motivasional. Mereka merasa bahwa bahasa asing tersebut tidak sepenuhnya asing, karena ada unsur-unsur yang terasa familiar dan bisa dijadikan pegangan awal dalam proses belajar.
Mengapa Ada Kesamaan Kosakata di Antara Kedua Bahasa?
Kesamaan kosakata antara bahasa Jepang dan Sunda memang terlihat mengejutkan, apalagi karena kedua bahasa ini berasal dari wilayah dan keluarga bahasa yang berbeda. Namun, ada beberapa alasan yang bisa menjelaskan fenomena ini:
1. Kebetulan Fonetik (Coincidental Similarity)
Banyak kata yang mirip secara bunyi ternyata muncul secara kebetulan tanpa ada hubungan langsung. Bahasa-bahasa di dunia hanya menggunakan sejumlah suara terbatas, jadi tidak jarang ada kemiripan kata yang muncul secara alami.
2. Pengaruh Bahasa Austronesia dan Bahasa Jepang Kuno
Bahasa Sunda termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, sementara bahasa Jepang sering dikaitkan dengan isolat bahasa atau rumpun Japonik. Meski berbeda, beberapa peneliti berpendapat ada jejak interaksi atau asal-usul purba yang mungkin membuat beberapa kosakata dasar memiliki kemiripan.
3. Pengaruh Budaya dan Perdagangan
Pada masa lalu, jalur perdagangan dan migrasi antar wilayah Asia dapat membawa masuk kata-kata pinjaman dari satu bahasa ke bahasa lain. Meskipun tidak langsung antara Jepang dan Sunda, kata-kata dari bahasa perantara seperti bahasa Cina, Melayu, atau Sansekerta bisa masuk ke kedua bahasa dan menimbulkan kemiripan.
4. Universalitas Konsep dan Bunyi Sederhana
Banyak kata dasar yang berhubungan dengan alam, keluarga, atau benda sehari-hari menggunakan bunyi yang sederhana dan mudah diucapkan, sehingga bisa muncul kemiripan antarbahasa secara alami.
Meski demikian, penting untuk diingat bahwa kemiripan kata bukan berarti kedua bahasa memiliki hubungan kekerabatan langsung. Namun, fenomena ini menarik untuk dipelajari sebagai bagian dari keunikan bahasa dan budaya di Asia.
Arti Bahasa Jepang Terasa Lebih Masuk Kalau Diterjemahkan ke Bahasa Sunda
Secara umum, ini terjadi karena adanya kedekatan budaya, struktur kalimat, dan nuansa sopan santun yang mirip antara bahasa Sunda dan bahasa Jepang. Mari kita bahas faktor-faktornya:
1. Kedekatan Struktur Bahasa (Austronesia vs Jepang)
Meskipun berasal dari rumpun bahasa yang berbeda, bahasa Sunda dan bahasa Jepang memiliki pola kalimat yang mirip:
Elemen Kalimat | Bahasa Sunda | Bahasa Jepang |
Subjek + Objek + Predikat | Abdi buku maca. | Watashi wa hon o yomimasu. |
(Saya membaca buku.) | (Saya membaca buku.) |
Struktur S-O-V (Subjek–Objek–Verba) ini membuat cara berpikir dalam kalimat terasa paralel, sehingga terjemahannya dari Jepang ke Sunda jadi lebih “masuk akal” dibanding ke bahasa Indonesia (yang S-P-O).
2. Konsep Unggah-ungguh (Tingkat Kesopanan)
Bahasa Sunda mengenal tingkatan bahasa (lemes, sedang, kasar), sama seperti bahasa Jepang yang memiliki keigo (bahasa sopan).
Situasi | Sunda | Jepang |
Sopan | Abdi bade angkat. | Watashi wa ikimasu. |
Kasual/sebaya | Aing rek angkat. | Ore wa iku. |
Karena keduanya menghargai kesantunan dalam bahasa, makna dalam bahasa Jepang lebih mudah dipahami dan terasa alami ketika diterjemahkan ke bahasa Sunda, dibanding ke bahasa Indonesia yang tidak terlalu membedakan tingkat kesopanan secara eksplisit.
3. Rasa Bahasa yang Serupa (Nuansa Halus, Tidak Langsung)
Bahasa Jepang dan Sunda sama-sama tidak suka berbicara secara terlalu langsung atau blak-blakan, berbeda dengan bahasa Indonesia atau Inggris. Contoh:
Jepang:
Sumimasen ga, chotto…
➜ (Maaf, tapi… [ungkapan halus menolak atau meminta sesuatu])
Sunda:
Hapunten, da henteu tiasa…
➜ (Maaf, saya tidak bisa…)
Kedua bahasa ini menyampaikan sesuatu dengan nuansa halus, tidak frontal, sehingga jika diterjemahkan ke bahasa Sunda, perasaan dan sopan santunnya tetap terasa.
4. Kemiripan Budaya (Timur, Komunal, Hierarkis)
Baik budaya Jepang maupun Sunda sangat menjunjung:
- Kehormatan terhadap orang tua dan atasan
- Kolektivitas (kebersamaan)
- Kerendahan hati
Karena bahasa mencerminkan budaya, maka ungkapan Jepang lebih cocok dengan cara berpikir orang Sunda, ketimbang langsung diterjemahkan ke bahasa Indonesia yang lebih general atau netral.
Terjemahan Sunda Lebih Kena “Rasa”-nya
- Bahasa Sunda bisa mengandung nuansa emosional dan sopan yang setara dengan Jepang.
- Kalimat-kalimat Jepang yang mengandung makna budaya sulit diterjemahkan secara pas ke bahasa Indonesia, tapi lebih mudah “dirasa” dalam bahasa Sunda karena nilai-nilai sosial yang mirip.
Catatan Tambahan
Bahasa Indonesia cenderung lebih “netral” atau “formal administratif”, sementara bahasa Sunda dan Jepang punya jiwa komunikasi antar-manusia yang lebih personal dan bersusun (bertingkat kesopanan).

False Friends: Kata Sunda & Jepang yang Mirip Bunyi, Beda Makna
Kata Sunda | Arti Sunda | Kata Jepang | Arti Jepang | Catatan |
Ati | hati (organ) / perasaan | アチ (achi) | dekat sini | Bunyi mirip, tapi arti jauh berbeda. “Ati” di Sunda emosi/perasaan, di Jepang “achi” berarti lokasi dekat. |
Basa | bahasa / cara bicara | バサ (basa) | jenis ikan | Dalam bahasa Jepang, “basa” adalah jenis ikan air tawar, bukan bahasa. |
Dina | di dalam / pada | ダイナ (daina) | dinamit (bahan peledak) | Sama bunyi tapi beda konteks. “Dina” di Sunda tempat/waktu, di Jepang ini kata serapan dari bahasa Inggris. |
Gala | marah / ribut | ガラ (gara) | corak / pola | Di Sunda “gala” artinya emosi, di Jepang “gara” berkaitan dengan motif pada kain atau barang. |
Kami | kita (pronomina) | 神 (kami) | dewa / roh | Salah satu false friend paling terkenal; arti dan nuansa sangat berbeda. |
Sake | sebab / demi | 酒 (sake) | minuman beralkohol (arak beras) | Sama bunyi, beda makna total, juga beda konteks budaya. |
Tilu | tiga | チル (chiru) | rontok / jatuh (daun bunga) | Mirip pelafalan tapi arti benar-benar berbeda. |
Ulah | jangan (larangan) | ウラ (ura) | belakang / sisi lain | Mirip bunyi, beda arti dan fungsi dalam kalimat. |
Hayu | ayo / mari | 早い (hayai) | cepat / awal | Mirip bunyi, tapi kata ini sering muncul dalam konteks waktu. |
Naha | kenapa / mengapa | なは (naha) | nama daerah di Jepang | “Naha” adalah ibu kota Okinawa, bukan pertanyaan. |
Penting:
- Jangan langsung mengartikan kata yang mirip bunyi tanpa melihat konteks kalimat!
- False friends bisa bikin bingung kalau tidak diperhatikan dengan baik.
- Mengetahui false friends membantu dalam belajar bahasa dan memahami budaya secara lebih akurat.
Percakapan di Rumah – Jepang – Sunda – Indonesia
【Situasi】: Anak pulang ke rumah dan bertemu ibunya.
【Jepang】
A(子供): ただいま。
B(お母さん): おかえりなさい。今日はどうだった?
A: うん、学校は楽しかったよ。
B: よかったね。手を洗ってからご飯にしましょう。
A: はーい!
【Sunda】
A(Budak): Tos mulang!
B(Indung): Wilujeng sumping deui. Kumaha dinten ayeuna?
A: Alhamdulillah, sakola pikabetaheun.
B: Alus atuh. Cuci leungeun heula, engké tuang.
A: Muhun, Bu!
【Indonesia】
A (Anak): Aku pulang!
B (Ibu): Selamat datang kembali. Bagaimana hari ini?
A: Alhamdulillah, sekolah menyenangkan.
B: Bagus. Cuci tangan dulu, nanti kita makan.
A: Iya, Bu!

Percakapan Lain: Menyapa Teman
【Jepang】
A: おはよう!元気?
B: おはよう。元気だよ。Aさんは?
A: 私も元気!
【Sunda】
A: Wilujeng enjing! Kumaha damang?
B: Wilujeng enjing. Damang, A kumaha?
A: Alhamdulillah, damang ogé!
【Indonesia】
A: Selamat pagi! Apa kabar?
B: Selamat pagi. Baik, kamu gimana?
A: Alhamdulillah, baik juga!
Kesimpulan
Kemiripan kosakata antara bahasa Jepang dan Sunda adalah fenomena linguistik yang menarik meski berasal dari rumpun berbeda. Faktor sejarah, budaya, dan kebetulan fonetik ikut berperan dalam kemiripan ini. Contoh kata seperti kami, aya, dan aneh menunjukkan adanya persinggungan lintas budaya yang bisa memudahkan pembelajaran bahasa dan mempererat hubungan antarpenutur.
Dengan memahami kesamaan ini, kita lebih menghargai keberagaman bahasa dan melihat perbedaan sebagai jembatan, bukan penghalang. Bahasa adalah cerminan sejarah dan budaya yang saling terhubung. Yuk, terus semangat latihan dan jangan malu buat coba-coba berbagai contoh kalimat! Sampai ketemu lagi di materi seru berikutnya bareng Pandaikotoba. Oh iya, jangan lupa follow Instagram-nya juga ya, Minasan!
Belajar bahasa Jepang itu asyik banget, lho. がんばってね!!

