Tatami (畳): Keindahan Sederhana yang Menjaga Harmoni Budaya Jepang
Konnichiwa, minasan!. Tahukah minasan kalau tatami bukan sekadar alas lantai biasa? Sejak ratusan tahun lalu, tatami telah menjadi simbol tradisi, keindahan, dan ketenangan dalam budaya Jepang. Mulai dari rumah tradisional hingga ruang upacara teh, tatami selalu memberikan nuansa hangat dan damai. Artikel ini akan mengajak pembaca untuk memahami keindahan tatami, fungsinya dalam kehidupan sehari-hari, serta peranannya dalam menjaga harmoni budaya Jepang.
Pengertian Tatami
Tatami (畳) adalah salah satu elemen khas dalam rumah tradisional Jepang. Lantai ini terbuat dari anyaman jerami padi (igusa, 藺草) yang dipadatkan, lalu dilapisi dengan tikar anyaman. Tatami tidak hanya berfungsi sebagai alas lantai, tetapi juga mencerminkan estetika, budaya, dan filosofi masyarakat Jepang. Untuk memahami makna mendalam tatami, mari kita lihat sejarah dan asal usulnya.

Asal Usul Tatami
Tatami diperkirakan sudah ada sejak zaman Nara (710–794), ketika lantai rumah bangsawan Jepang masih berupa papan kayu. Pada masa itu, tatami belum digunakan untuk menutupi seluruh lantai, melainkan sebagai alas duduk atau tidur bagi kalangan aristokrat. Kata “tatami” sendiri berasal dari kata kerja tatamu (畳む) yang berarti “melipat” atau “menumpuk,” karena dahulu tatami mudah dipindahkan dan disusun sesuai kebutuhan.
Filosofi dan Budaya Tatami
Tatami tidak hanya berfungsi sebagai lantai rumah tradisional Jepang, tetapi juga sarat dengan nilai filosofi dan budaya. Sejak zaman dahulu, tatami mencerminkan kesederhanaan, keharmonisan, dan keteraturan yang menjadi inti dari kehidupan masyarakat Jepang.
Salah satu aspek budaya yang unik adalah penggunaan tatami sebagai satuan ukuran ruangan. Luas sebuah kamar sering dinyatakan dengan jumlah lembar tatami, misalnya 4.5-jō (四畳半) atau 6-jō (六畳). Hal ini menunjukkan betapa eratnya tatami dengan keseharian masyarakat Jepang.
Selain itu, tatami juga mengatur tata cara hidup. Posisi duduk (seiza), tidur, hingga penempatan furnitur di dalam rumah tradisional sangat dipengaruhi oleh pola susunan tatami. Tidak sembarangan orang bisa menata tatami, karena ada aturan khusus yang bahkan terkait dengan kepercayaan. Misalnya, pola penataan tatami yang semua sudutnya bertemu dianggap membawa kesialan dan dihindari dalam budaya Jepang.
Dengan demikian, tatami bukan hanya elemen interior, melainkan juga sebuah simbol budaya yang mencerminkan kesopanan, spiritualitas, dan keindahan dalam kesederhanaan.
Struktur Tatami
Secara tradisional, tatami terdiri dari tiga bagian utama:
1. Tatami-doko (畳床) – Inti Tatami
- Bagian dalam tatami yang biasanya terbuat dari jerami padi (稲藁, inawara) yang dipadatkan.
- Memberikan elastisitas, daya serap, dan kenyamanan saat duduk atau tidur di atasnya.
- Pada zaman modern, kadang diganti dengan papan partikel, styrofoam, atau material sintetis agar lebih ringan dan tahan lama.
2. Tatami-omote (畳表) – Permukaan Tatami
- Lapisan luar berupa tikar anyaman dari igusa (藺草, rumput alang-alang Jepang).
- Anyaman ini memberi aroma khas yang menenangkan, serta tekstur lembut saat disentuh.
- Warna hijau segar igusa lama-kelamaan berubah menjadi keemasan seiring usia tatami.
3. Tatami-beri (畳縁) – Pinggiran Tatami
- Kain hias yang dijahit di sisi-sisi tatami.
- Dulu digunakan untuk menunjukkan status sosial: motif sederhana untuk rakyat, motif indah dengan lambang keluarga untuk bangsawan dan samurai.
- Kini, tatami-beri menjadi elemen dekorasi dengan berbagai desain modern.
Material Tatami
- Jerami Padi (稲藁, inawara) → bahan utama untuk inti tradisional.
- Igusa (藺草) → rumput khas Jepang yang dianyam sebagai lapisan luar.
- Kain Katun atau Sutra (木綿や絹) → digunakan untuk membuat pinggiran tatami.
- Material Modern → polystyrene, papan kayu, atau gabus, sebagai alternatif agar lebih ringan dan tahan kelembapan.
Fungsi dari Struktur Tatami
- Kenyamanan → Tatami memberi perasaan empuk saat diduduki.
- Sirkulasi Udara → Jerami dan igusa menyerap serta mengatur kelembapan ruangan.
- Aroma Alami → Igusa memberikan wangi segar yang dipercaya menenangkan pikiran.
- Nilai Estetika → Tatami-beri mempercantik ruangan dengan motif klasik maupun modern.

Fungsi Tatami dalam Kehidupan Sehari-hari
Tatami memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Tidak hanya sebagai alas lantai, tetapi juga memberikan kenyamanan, kehangatan, dan suasana khas yang sulit digantikan oleh material modern.
- Sebagai Alas Duduk dan Tidur
- Orang Jepang tradisional biasanya duduk dengan posisi seiza atau bersila di atas tatami. Tidur pun dilakukan dengan meletakkan futon (布団) langsung di atas tatami, sehingga lantai ini menjadi bagian dari rutinitas harian.
- Sebagai Penentu Tata Ruang
- Luas ruangan di Jepang sering diukur dengan jumlah tatami. Misalnya, kamar berukuran 6-jō (六畳) berarti luasnya setara dengan enam lembar tatami. Hal ini memengaruhi cara orang menata furnitur dan menggunakan ruangan.
- Sebagai Penyeimbang Suhu dan Kelembaban
- Tatami terbuat dari jerami (藁, wara) yang memiliki sifat alami menyerap kelembaban saat udara lembap dan melepaskannya ketika udara kering. Hal ini membuat ruangan tetap terasa nyaman sepanjang tahun.
- Sebagai Simbol Kesopanan dan Tradisi
- Dalam acara minum teh (茶道, sadō), upacara keagamaan, atau pertemuan tradisional, tatami menjadi tempat utama pelaksanaan ritual. Hal ini menunjukkan tatami bukan hanya benda fungsional, tetapi juga bagian dari etiket dan budaya.
- Sebagai Elemen Estetika
- Warna hijau alami dan aroma khas tatami memberikan nuansa tenang serta menambah nilai keindahan rumah tradisional Jepang.
Tatami dalam Arsitektur Tradisional Jepang
Dalam arsitektur tradisional Jepang, tatami (畳) merupakan salah satu elemen utama yang membentuk identitas rumah khas Jepang (和風住宅, wafū jutaku). Kehadiran tatami tidak hanya sekadar lantai, tetapi juga mencerminkan filosofi hidup yang menekankan kesederhanaan, keharmonisan, dan kedekatan dengan alam.
- Standar Ukuran Ruangan
- Luas ruangan rumah tradisional Jepang biasanya diukur berdasarkan jumlah lembar tatami. Misalnya, ruang tamu berukuran 8-jō (八畳間) atau kamar kecil 4.5-jō (四畳半). Sistem ini membuat tatami menjadi satuan standar dalam perencanaan arsitektur Jepang.
- Pengaruh pada Tata Letak Ruangan
- Pola penataan tatami (畳の敷き方, tatami no shikikata) menentukan posisi pintu geser (障子, shōji) dan dinding geser (襖, fusuma). Penataan yang tepat memberikan sirkulasi udara, pencahayaan alami, dan keseimbangan ruangan.
- Ruang Serbaguna (多目的空間, tamokuteki kūkan)
- Ruangan bertatami bersifat fleksibel. Siang hari dapat difungsikan sebagai ruang tamu, malam hari menjadi kamar tidur hanya dengan menambahkan futon. Fleksibilitas ini menunjukkan efisiensi khas rumah tradisional Jepang.
- Fungsi Estetika dan Spiritual
- Warna hijau muda dan aroma alami tatami menciptakan suasana tenang yang sesuai dengan konsep wabi-sabi (侘寂), yaitu keindahan dalam kesederhanaan. Karena itu, tatami juga digunakan dalam ruang teh (茶室, chashitsu) yang menjadi pusat budaya tradisional Jepang.

Etika dan Aturan dalam Menggunakan Tatami
Tatami tidak hanya berfungsi sebagai lantai rumah tradisional Jepang, tetapi juga memiliki aturan dan etika tersendiri dalam penggunaannya. Hal ini mencerminkan budaya kesopanan (礼儀, reigi) dan tata krama (作法, sahō) masyarakat Jepang.
- Tidak Memakai Sepatu di Atas Tatami
Sepatu dan sandal tidak diperbolehkan digunakan di atas tatami. Bahkan sandal dalam rumah (スリッパ, surippa) biasanya dilepas sebelum menginjak ruangan bertatami. Hal ini menjaga kebersihan serta menghormati ruangan.
- Duduk dengan Sopan
Posisi duduk yang dianjurkan di atas tatami adalah seiza (正座), yaitu duduk bersimpuh dengan lutut menekuk dan kaki dilipat ke belakang. Namun, dalam kondisi santai boleh duduk bersila (胡座, agura), terutama bagi pria.
- Penempatan Furnitur
Meja rendah (ちゃぶ台, chabudai) atau futon diletakkan mengikuti pola susunan tatami. Tidak boleh sembarangan karena bisa dianggap tidak sopan dan mengganggu keharmonisan ruangan.
- Pantangan dalam Penataan
Ada aturan tradisional dalam menata tatami agar sudut-sudutnya tidak bertemu di satu titik. Pola ini disebut 死に目 (shinime) dan dipercaya membawa kesialan, sehingga dihindari dalam budaya Jepang.
- Menjaga Kebersihan dan Perawatan
Tatami harus selalu bersih dan terawat. Menyapu dengan lembut atau menggunakan kain kering menjadi bagian dari etika menjaga rumah. Mengotori atau merusak tatami dianggap tidak sopan.
- Etika Berbaring dan Tidur
Saat tidur di futon di atas tatami, posisi kepala biasanya diatur agar tidak menghadap langsung ke pintu. Hal ini mengikuti tradisi dan juga aspek spiritual dalam budaya Jepang. Tatami bukan hanya benda fungsional, melainkan juga bagian dari budaya kesopanan Jepang yang mengajarkan rasa hormat, kebersihan, dan keteraturan dalam kehidupan sehari-hari.
Tatami dalam Kehidupan Modern Jepang
Dulu hampir semua rumah di Jepang memiliki ruangan bertatami, namun kini rumah modern di kota besar lebih banyak menggunakan lantai kayu atau material sintetis. Meski begitu, tatami tetap memiliki makna khusus dan tempat istimewa dalam kehidupan masyarakat Jepang.
- Penggunaan Terbatas di Rumah Modern
Banyak rumah modern hanya memiliki satu ruangan bertatami, biasanya disebut 和室 (washitsu) atau “ruang gaya Jepang.” Ruangan ini digunakan untuk menerima tamu, upacara minum teh, atau sebagai kamar tidur tradisional.
- Tatami Modular dan Modernisasi Bahan
Saat ini tersedia tatami modular yang lebih tipis dan ringan, mudah dipasang serta diganti. Selain jerami tradisional, bahan sintetis seperti tatami resin juga digunakan karena lebih tahan lama dan mudah dirawat.
- Peran dalam Pariwisata dan Budaya
Hotel tradisional (旅館, ryokan) dan ruang teh (茶室, chashitsu) masih mempertahankan tatami untuk memberikan pengalaman budaya Jepang yang otentik bagi wisatawan.
- Nilai Estetika dan Relaksasi
Banyak orang Jepang modern tetap menyukai aroma alami dan sensasi lembut tatami. Oleh karena itu, tatami masih digunakan sebagai elemen interior untuk menciptakan suasana tenang dan nyaman.
- Simbol Identitas Budaya
Walaupun jumlah rumah bertatami menurun, tatami tetap menjadi simbol identitas budaya Jepang. Kehadirannya menegaskan bahwa Jepang mampu memadukan tradisi dengan kehidupan modern.

Perawatan dan Pemeliharaan Tatami
Tatami, sebagai bagian penting dari rumah tradisional Jepang, memerlukan perawatan khusus agar tetap awet, bersih, dan nyaman digunakan. Karena terbuat dari bahan alami seperti jerami (藁, wara) dan ditutup dengan anyaman rumput igusa (い草), tatami cukup rentan terhadap debu, kelembaban, dan serangga. Oleh karena itu, masyarakat Jepang memiliki kebiasaan tersendiri dalam merawatnya.
1. Menjaga Kebersihan Harian
- Tatami dibersihkan dengan sapu lembut (ほうき, hōki) atau kain kering.
- Penyedot debu boleh digunakan, tetapi harus mengikuti arah serat anyaman agar tidak merusak permukaan.
2. Mengontrol Kelembaban
- Karena mudah menyerap air, tatami harus dijaga dari kelembaban berlebih.
- Ventilasi ruangan dan sinar matahari sangat penting untuk mencegah jamur (カビ, kabi).
3. Menghindari Benda Berat
- Perabotan berat sebaiknya tidak diletakkan langsung di atas tatami karena bisa meninggalkan bekas permanen.
- Bila perlu, digunakan alas tambahan di bawah furnitur.
4. Penggantian dan Peremajaan
- Bagian atas tatami (畳表, tatami omote) dapat diganti setelah beberapa tahun pemakaian.
- Kadang tatami dibalik (裏返し, ura gaeshi) agar sisi bawahnya bisa digunakan kembali.
5. Pengendalian Serangga
- Serangga kecil seperti tungau dapat hidup di dalam jerami tatami. Untuk itu, digunakan insektisida alami atau penjemuran tatami di bawah sinar matahari secara berkala.
Tabel Kosakata
Kanji | Hiragana | Romaji | Bahasa Indonesia |
畳 | たたみ | Tatami | Alas lantai tradisional Jepang |
畳表 | たたみおもて | Tatami omote | Permukaan tatami (anyaman rumput igusa) |
畳床 | たたみどこ | Tatami doko | Bagian dalam tatami (lapisan jerami/inti) |
畳縁 | たたみべり | Tatami beri | Pinggiran tatami (dari kain dekoratif) |
畳屋 | たたみや | Tatamiya | Tukang/pembuat tatami |
畳替え | たたみがえ | Tatami kae | Mengganti tatami |
畳の目 | たたみのめ | Tatami no me | Pola serat/anyaman pada tatami |
畳の部屋 | たたみのへや | Tatami no heya | Ruangan dengan tatami |
畳敷き | たたみじき | Tatami jiki | Ruangan yang dilapisi tatami |
半畳 | はんじょう | Han-jō | Setengah lembar tatami |
一畳 | いちじょう | Ichi-jō | Satu lembar tatami (juga ukuran ruangan) |
六畳間 | ろくじょうま | Roku-jō ma | Ruangan berukuran enam tatami |
畳文化 | たたみぶんか | Tatami bunka | Budaya tatami |
畳生活 | たたみせいかつ | Tatami seikatsu | Kehidupan dengan tatami |
い草 | いぐさ | igusa | Rumput anyaman untuk tatami |
和室 | わしつ | washitsu | Ruangan bergaya Jepang |
畳数 | じょうすう | jōsū | Jumlah tatami (ukuran ruangan) |
座る | すわる | suwaru | Duduk |
正座 | せいざ | seiza | Duduk formal di atas tatami |
布団 | ふとん | futon | Kasur Jepang di atas tatami |
障子 | しょうじ | shōji | Pintu kertas geser |
襖 | ふすま | fusuma | Pintu geser bergambar |

Contoh Kalimat
- 畳の部屋はとても落ち着きます。(Tatami no heya wa totemo ochitsukimasu.) -Ruangan tatami sangat menenangkan.
- 日本では、畳の上で靴を履いてはいけません。(Nihon de wa, tatami no ue de kutsu o haite wa ikemasen.) – Di Jepang, tidak boleh memakai sepatu di atas tatami.
- 私の家には六畳の和室があります。(Watashi no ie ni wa roku-jō no washitsu ga arimasu.) – Di rumah saya ada ruang Jepang berukuran enam tatami.
- 畳は藺草で作られています。(Tatami wa igusa de tsukurarete imasu.) – Tatami dibuat dari anyaman rumput igusa.
- 布団を畳の上に敷いて寝ます。(Futon o tatami no ue ni shiite nemasu.) – Kami tidur dengan menggelar futon di atas tatami.

Contoh Percakapan
A: この部屋はとても落ち着きますね。(Kono heya wa totemo ochitsukimasu ne.) – Ruangan ini sangat menenangkan ya.
B: そうですね。畳が敷いてあるから、雰囲気が柔らかいです。(Sō desu ne. Tatami ga shiite aru kara, fun’iki ga yawarakai desu.) – Iya betul. Karena ada tatami, suasananya terasa lembut.
A: 畳の部屋で寝ると、よく眠れますか?(Tatami no heya de neru to, yoku nemuremasu ka?) – Kalau tidur di ruangan tatami, apakah bisa tidur nyenyak?
B: はい、布団を敷くと気持ちがいいですよ。(Hai, futon o shiku to kimochi ga ii desu yo.) – Ya, kalau menggelar futon terasa nyaman sekali.
A: 畳はどんな素材で作られているんですか?(Tatami wa donna sozai de tsukurarete iru n desu ka?) – Tatami terbuat dari bahan apa?
B: 主に藺草で作られています。香りもとてもいいです。(Omo ni igusa de tsukurarete imasu. Kaori mo totemo ii desu.) – Utamanya dari rumput igusa. Aromanya juga sangat harum.
A: 靴を履いても大丈夫ですか?(Kutsu o haite mo daijōbu desu ka?) – Apakah boleh memakai sepatu di atas tatami?
B: いいえ、畳の上では必ず靴を脱いでください。(Iie, tatami no ue de wa kanarazu kutsu o nuide kudasai.) – Tidak, di atas tatami harus selalu melepas sepatu.
Kesimpulan
Tatami (畳) bukan hanya lantai, melainkan jiwa rumah Jepang. Dari zaman Heian hingga era modern, tatami tetap hadir sebagai simbol kesederhanaan, harmoni, dan keindahan alami. Meski rumah modern makin jarang menggunakannya, tatami masih dipertahankan dalam washitsu, upacara tradisional, hingga ryokan sebagai identitas budaya Jepang yang tak lekang waktu.
Meski zaman terus berubah, tatami tetap teguh berdiri menjadi jembatan antara masa lalu yang tenang dan masa kini yang sibuk. Dalam kesederhanaannya, tatami mengingatkan kita bahwa harmoni, kehangatan, dan ketenangan adalah nilai yang tak lekang oleh waktu. Yuk, lanjutkan membaca artikel-artikel menarik lainnya di Pandaikotoba dan supaya nggak ketinggalan update seputar bahasa & budaya Jepang, jangan lupa follow Instagram @pandaikotoba belajar Jepang jadi lebih ringan dan menyenangkan!
