Perceraian (離婚) di Jepang: Prosedur, Dokumen, dan Dampaknya
Perceraian adalah suatu hal yang dapat terjadi dalam kehidupan pernikahan, baik karena perbedaan prinsip, ketidaksepakatan, atau alasan lainnya. Di Jepang, perceraian memiliki prosedur yang cukup ketat, dan ada beberapa cara yang bisa ditempuh oleh pasangan yang ingin berpisah. Artikel ini akan membahas sejarah perceraian di Jepang, prosedur yang harus dilakukan, dokumen yang dibutuhkan, serta dampaknya dalam kehidupan masyarakat Jepang.

Penjelasan Perceraian (離婚)
Perceraian dalam bahasa Jepang disebut 離婚 (りこん, rikon), yang berarti putusnya hubungan pernikahan secara hukum antara suami dan istri. Dalam masyarakat Jepang, perceraian dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti perbedaan kepribadian, masalah ekonomi, perselingkuhan, atau alasan lainnya.
Jenis Perceraian dalam Hukum Jepang
Di Jepang, ada beberapa jenis perceraian yang diakui secara hukum:
Dalam kasus ini, hakim akan memutuskan apakah perceraian dapat dikabulkan berdasarkan alasan-alasan tertentu, seperti kekerasan dalam rumah tangga atau perselingkuhan.
1. 協議離婚 (きょうぎりこん, Kyōgi Rikon) – Perceraian melalui Kesepakatan
- Perceraian ini dilakukan secara sukarela oleh kedua belah pihak tanpa melalui pengadilan.
- Pasangan hanya perlu mengajukan dokumen perceraian (rikon todoke – 離婚届) ke kantor pemerintah setempat.
- Ini adalah bentuk perceraian yang paling umum di Jepang.
2. 調停離婚 (ちょうていりこん, Chōtei Rikon) – Perceraian melalui Mediasi
- Jika pasangan tidak mencapai kesepakatan sendiri, mereka dapat meminta bantuan pengadilan keluarga untuk mediasi.
- Mediasi dilakukan dengan bantuan mediator atau hakim keluarga yang akan membantu mencari solusi terbaik bagi kedua belah pihak.

3. 審判離婚 (しんぱんりこん, Shinpan Rikon) – Perceraian melalui Putusan Pengadilan Keluarga
- Jika mediasi gagal, pengadilan keluarga dapat membuat keputusan yang mengikat terkait perceraian.
- Pihak yang tidak setuju dapat mengajukan banding ke pengadilan yang lebih tinggi.
4. 裁判離婚 (さいばんりこん, Saiban Rikon) – Perceraian melalui Pengadilan
- Jika semua upaya mediasi dan keputusan pengadilan keluarga tidak membuahkan hasil, pasangan dapat mengajukan perceraian ke pengadilan sipil.
Sejarah Perceraian di Jepang
Pada zaman feodal, perceraian lebih mudah bagi pihak suami, di mana seorang pria dapat menceraikan istrinya hanya dengan memberikan surat cerai. Namun, pada era Meiji (1868–1912), hukum pernikahan dan perceraian mulai lebih diatur oleh pemerintah. Sejak berlakunya Konstitusi Jepang tahun 1947, perempuan memiliki hak yang lebih setara dalam pernikahan dan perceraian.
Dalam beberapa dekade terakhir, angka perceraian di Jepang mengalami peningkatan. Pada tahun 2000-an, Jepang mencatat sekitar 250.000 perceraian setiap tahunnya. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka perceraian adalah perbedaan gaya hidup, tekanan ekonomi, serta perubahan sosial di mana perempuan menjadi lebih mandiri secara finansial.
Alasan Perceraian yang Sah di Jepang
Di Jepang, perceraian dapat dilakukan melalui kesepakatan bersama atau melalui pengadilan jika tidak ada kesepakatan. Hukum Jepang (Pasal 770 KUH Perdata Jepang) menetapkan beberapa alasan sah yang dapat digunakan untuk mengajukan perceraian melalui pengadilan (裁判離婚 – Saiban Rikon). Berikut adalah alasan-alasan tersebut:
1. Perselingkuhan (不貞行為 – Futei Kōi)
Jika salah satu pasangan berselingkuh atau memiliki hubungan dengan orang lain di luar pernikahan, pihak yang dirugikan dapat mengajukan perceraian. Perselingkuhan dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap kesetiaan dalam pernikahan.
2. Tindakan Kekerasan atau Penganiayaan (暴力 – Bōryoku)
Jika seorang pasangan mengalami kekerasan dalam rumah tangga (DV – ドメスティックバイオレンス) atau penyiksaan, baik secara fisik maupun mental, maka perceraian dapat diajukan. Kekerasan domestik adalah salah satu alasan utama perceraian di Jepang.

3. Pengabaian Pasangan dalam Waktu Lama (悪意の遺棄 – Akui no Iki)
Jika salah satu pasangan dengan sengaja meninggalkan atau mengabaikan tanggung jawabnya dalam rumah tangga untuk waktu yang lama, pasangan yang ditinggalkan dapat mengajukan perceraian. Contohnya termasuk:
- Meninggalkan rumah tanpa alasan yang jelas.
- Tidak memberikan dukungan finansial kepada pasangan dan anak-anak.
- Tidak peduli terhadap kehidupan pasangan dalam jangka waktu lama.
4. Penyakit Mental yang Tidak Dapat Disembuhkan (精神病 – Seishinbyō)
Jika salah satu pasangan menderita gangguan mental parah yang tidak dapat disembuhkan dan tidak memungkinkan untuk menjalankan kehidupan rumah tangga dengan normal, maka pasangan yang sehat dapat mengajukan perceraian. Namun, keputusan ini memerlukan pertimbangan hukum dan medis yang serius.
5. Alasan Lain yang Membuat Pernikahan Tidak Dapat Dipertahankan (その他婚姻を継続し難い重大な事由 – Sono Ta Kon’in o Keizoku Shinikui Jūdaina Jiyū)
Hukum Jepang juga mengakui alasan lain yang membuat pernikahan tidak bisa dipertahankan lagi. Contohnya:
- Perselisihan keluarga, seperti tekanan dari mertua atau keluarga besar.
- Perbedaan kepribadian yang tidak dapat disatukan dalam waktu lama.
- Masalah keuangan berat yang menyebabkan ketidakharmonisan rumah tangga.
- Tidak ada komunikasi yang baik di antara pasangan.
Proses Perceraian
Setiap negara memiliki prosedur perceraian yang berbeda, tetapi secara umum proses perceraian melibatkan:
- Pengajuan gugatan cerai 離婚訴訟の提起 (りこんそしょうのていき, rikon soshō no teiki) – Salah satu pihak mengajukan permohonan cerai di pengadilan.
- Mediasi 調停 (ちょうてい, chōtei)– Beberapa negara mengharuskan pasangan menjalani mediasi untuk mencoba menyelesaikan masalah sebelum perceraian.
- Sidang pengadilan 裁判 (さいばん, saiban) – Jika mediasi tidak berhasil, kasus akan dibawa ke pengadilan untuk diputuskan oleh hakim.
- Putusan hakim 判決 (はんけつ, hanketsu) – Hakim akan menentukan hak asuh anak, pembagian harta, dan kewajiban finansial lainnya.
- Finalisasi perceraian離婚の成立 (Rikon no Seiritsu) – Setelah keputusan diambil dan seluruh syarat dipenuhi, pasangan resmi bercerai secara hukum.
Dokumen-Dokumen yang Dibutuhkan
Berikut adalah dokumen yang biasanya diperlukan dalam proses perceraian di Jepang:
- 離婚届 (Rikon Todoke) – Formulir perceraian.
- 戸籍謄本 (Koseki Tohon) – Salinan daftar keluarga.
- 身分証明書 (Mibun Shōmeisho) – Kartu identitas seperti paspor atau kartu penduduk.
- 印鑑 (Inkan) – Cap atau stempel pribadi.
- 養育費の合意書 (Yōikuhi no Gōisho) – Surat kesepakatan nafkah anak jika memiliki anak.
- 財産分与の契約書 (Zaisan Bunyo no Keiyakusho) – Surat perjanjian pembagian harta jika ada.

Dampak Perceraian di Jepang
Perceraian (離婚 – Rikon) di Jepang dapat membawa berbagai dampak, baik secara hukum, sosial, maupun psikologis. Berikut adalah beberapa dampak utama yang sering terjadi setelah perceraian:
1. Dampak Hukum
a. Hak Asuh Anak (親権 – Shinken)
- Di Jepang, hak asuh anak hanya diberikan kepada satu orang tua setelah perceraian.
- Pengadilan akan menentukan siapa yang lebih layak untuk mengasuh anak berdasarkan faktor-faktor seperti stabilitas finansial dan hubungan emosional dengan anak.
- Orang tua yang tidak mendapatkan hak asuh biasanya masih dapat mengajukan hak untuk bertemu dengan anak (面会交流 – Menkai Kōryū), meskipun dalam praktiknya sering kali sulit untuk diatur.
b. Tunjangan Anak (養育費 – Yōikuhi)
- Orang tua yang tidak mendapat hak asuh diwajibkan untuk membayar tunjangan anak kepada mantan pasangannya.
- Namun, dalam kenyataannya, banyak orang tua yang tidak memenuhi kewajiban ini, dan sistem penegakan hukum terkait tunjangan anak masih dianggap lemah di Jepang.
c. Pembagian Aset dan Harta Gono-Gini
- Dalam perceraian, pasangan biasanya membagi harta bersama sesuai dengan kontribusi mereka dalam pernikahan.
- Jika salah satu pasangan tidak memiliki penghasilan selama menikah (misalnya ibu rumah tangga), ia tetap berhak atas sebagian dari aset yang dikumpulkan selama pernikahan.
d. Perubahan Nama Keluarga
- Jika seorang istri mengambil nama keluarga suaminya setelah menikah, ia harus kembali ke nama gadisnya setelah perceraian, kecuali jika ia mengajukan permohonan untuk tetap menggunakan nama suami dalam waktu enam bulan setelah perceraian.
2. Dampak Sosial
a. Stigma Perceraian
- Meskipun semakin umum, perceraian masih memiliki stigma negatif di Jepang, terutama bagi wanita yang bercerai dan memiliki anak.
- Dalam beberapa kasus, wanita yang bercerai mengalami diskriminasi dalam lingkungan kerja atau pergaulan sosial.
b. Pengaruh terhadap Anak
- Anak-anak dari keluarga bercerai sering menghadapi kesulitan emosional dan sosial, terutama karena di Jepang hak asuh hanya diberikan kepada satu orang tua.
- Banyak anak yang tumbuh tanpa pernah bertemu dengan orang tua yang tidak mendapatkan hak asuh, yang dapat menyebabkan dampak psikologis jangka panjang.

c. Kesulitan dalam Menikah Lagi
- Bagi wanita, ada peraturan khusus dalam hukum Jepang yang mengharuskan mereka menunggu 100 hari setelah perceraian sebelum menikah lagi untuk menghindari kebingungan dalam pencatatan keturunan anak.
- Beberapa orang yang telah bercerai mengalami kesulitan mencari pasangan baru karena adanya pandangan negatif dari masyarakat.
3. Dampak Ekonomi
a. Kesulitan Keuangan bagi Ibu Tunggal
- Mayoritas hak asuh anak di Jepang diberikan kepada ibu, tetapi banyak ibu tunggal mengalami kesulitan ekonomi setelah perceraian.
- Banyak mantan suami yang tidak membayar tunjangan anak, sehingga ibu tunggal harus bekerja keras untuk menghidupi diri sendiri dan anak-anak mereka.
- Jepang memiliki tingkat kemiskinan ibu tunggal yang tinggi dibandingkan negara maju lainnya.
b. Kehilangan Dukungan Keuangan dari Pasangan
- Jika salah satu pasangan sebelumnya bergantung pada pendapatan pasangan lainnya (misalnya ibu rumah tangga), maka perceraian dapat menyebabkan perubahan besar dalam kondisi keuangan mereka.
4. Dampak Psikologis
- Dampak pada Anak: Anak-anak dari keluarga bercerai dapat mengalami kecemasan, kesedihan, atau kesulitan dalam beradaptasi dengan perubahan situasi keluarga.
- Stres dan Depresi: Perceraian dapat menyebabkan stres emosional bagi kedua belah pihak, terutama jika terjadi konflik yang berkepanjangan.
- Perasaan Kesepian: Banyak orang yang bercerai merasa kesepian karena kehilangan pasangan hidup dan mengalami perubahan besar dalam gaya hidup mereka.

Tabel Kosakata
Kanji | Hiragana | Romaji | Arti |
離婚 | りこん | rikon | Perceraian |
離婚届 | りこんとどけ | rikon todoke | Formulir perceraian |
調停 | ちょうてい | chōtei | Mediasi |
裁判 | さいばん | saiban | Pengadilan |
財産分与 | ざいさんぶんよ | zaisan bunyo | Pembagian harta |
養育費 | よういくひ | yōikuhi | Nafkah anak |
親権 | しんけん | shinken | Hak asuh anak |
戸籍 | こせき | koseki | Daftar keluarga |
証人 | しょうにん | shōnin | Saksi |
判決 | はんけつ | hanketsu | Putusan |

Contoh Kalimat
- 私たちは離婚を決めました。
(Watashitachi wa rikon o kimemashita.) – Kami telah memutuskan untuk bercerai.
- 離婚届を役所に提出しました。
(Rikon todoke o yakusho ni teishutsu shimashita.) – Saya telah menyerahkan formulir perceraian ke kantor pemerintah.
- 子供の親権は私が持つことになりました。
(Kodomo no shinken wa watashi ga motsu koto ni narimashita.) – Saya mendapatkan hak asuh anak.

Kami telah memutuskan untuk bercerai.
- 二人は円満に離婚しました。
(Futari wa enman ni rikon shimashita.) – Mereka bercerai secara damai.
- 彼は離婚後も子供と定期的に会っています。
(Kare wa rikon go mo kodomo to teikiteki ni atteimasu.) – Dia tetap bertemu dengan anaknya secara rutin setelah bercerai.
- 離婚する前に弁護士に相談しました。
(Rikon suru mae ni bengoshi ni soudan shimashita.) – Saya berkonsultasi dengan pengacara sebelum bercerai.

- 私たちは性格の不一致で離婚しました。
(Watashitachi wa seikaku no fuicchi de rikon shimashita.) – Kami bercerai karena perbedaan kepribadian.
- 彼女は離婚後、新しい生活を始めました。
(Kanojo wa rikon go, atarashii seikatsu o hajimemashita.) – Dia memulai hidup baru setelah bercerai.
- 離婚の原因は何ですか?
(Rikon no gen’in wa nan desu ka?) – Apa penyebab perceraian?

Kami bercerai karena perbedaan kepribadian.
Contoh Percakapan
A: どうして離婚を考えているの?(Dōshite rikon o kangaete iru no?) – Kenapa kamu mempertimbangkan perceraian?
B: 価値観の違いが大きくなって、お互いに理解し合えなくなったから。(Kachikan no chigai ga ōkiku natte, otagai ni rikai shiaenaku natta kara.) – Karena perbedaan nilai hidup semakin besar dan kami tidak bisa saling memahami.
A: もう話し合いはしたの?(Mō hanashiai wa shita no?) – Apakah kalian sudah berdiskusi?
B: はい。でも、もう決まったことです。(Hai. Demo, mō kimatta koto desu.) – Ya. Tapi, ini sudah menjadi keputusan.
Kesimpulan
Perceraian di Jepang memiliki prosedur yang jelas, mulai dari perceraian berdasarkan kesepakatan hingga perceraian melalui pengadilan. Meskipun prosesnya bisa sederhana atau kompleks tergantung situasi, perceraian tetap memiliki dampak besar, baik secara sosial, ekonomi, maupun emosional. Bagi mereka yang ingin menjalani proses ini, penting untuk memahami prosedur hukum dan mempersiapkan dokumen yang diperlukan.
Perceraian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari kehidupan yang baru. Dengan memahami proses perceraian di Jepang, seseorang dapat melewati masa sulit ini dengan lebih baik. Semoga artikel ini membantu dalam memberikan pemahaman tentang perceraian di Jepang.Yuk, terus semangat latihan dan jangan malu buat coba-coba berbagai contoh kalimat!
Sampai ketemu lagi di materi seru berikutnya bareng Pandaikotoba. Oh iya, jangan lupa follow Instagram-nya juga ya, Minasan!
Belajar bahasa Jepang itu asyik banget, lho. がんばってね!!

