7 Fakta Miyamoto Musashi Samurai Jepang Paling Legendaris
Miyamoto Musashi, seorang samurai yang hidup dari tahun 1584 sampai 1645. Musashi melakukan duel pertamanya sampai mati sewaktu berusia 13 tahun, membunuh seorang samurai kawakan yang berusia lebih dari dua kali lipat usianya.
Ketika berusia 29 tahun, Miyamoto Musashi telah membunuh lebih dari 60 lawan dalam duel sampai mati, dan menjadi legenda di masanya.
7 Hal Tentang Sang Legenda Samurai Miyamoto Musashi
1. Miyamoto Musashi Tak Punya Guru
Sang legenda di antara para samurai lainnya adalah Miyamoto Musashi. Lahir pada 1584 dan meninggal secara wajar pada 19 Mei 1645 di usia 61 tahun.
Bangsa Jepang menganggapnya sebagai teladan yang berasan dari kewarisan samurai, kemampuan untuk berfokus pada tujuan spesifik, usaha tiada henti untuk maju, dedikasi terhadap kualitas, ketekunan dan semangat tak terpadamkan.
Mungkin yang paling luar biasa dari Miyamoto Musashi adalah ia sendiri tidak punya mentor atau guru, setidaknya begitulah yang ia katakan.
Sementara pada kenyataannya ayahnya, Munisai, adalah seorang ahli pedang terkenal yang telah menguasai berbagai gaya bertarung.
Ayahnya juga merupakan instruktur samurai dari Klan Shinmen yang sangat kuat dan pernah menerima penghargaan dari shogun yang berkuasa pada masa itu, yang menyebutnya sebagai ahli pedang kenamaan di masanya.
Tidak ada kisah yang menyatakan bahwa Miyamoto Musashi pernah dilatih oleh ayahnya atau orang lain. Tampaknya, seperti halnya orang yang begitu berbakat dalam musik, matematika, atau bidang lainnya, ia terlahir dengan kekuatan luar biasa yang membuatnya tak terkalahkan dalam duel satu lawan satu.
Namun, dikisahkan bahwa Musashi termasuk individu langka yang mampu menangkap dan menyerap esensi dari segala seuatu yang diamatinya dan membuatnya menjadi miliknya.
Dikisahkan pula bahwa ia pernah bertemu dan bertukar pikiran dengan beberapa orang paling terpelajar dan ahli di masanya.
2. Miyamoto Musashi Bertarung dengan Ayahnya
Hubungan Musashi dengan ayahnya tetap menjadi misteri. Willian Scott Wilson dalam The Lone Samurai, sebuah karya biografi Musashi yang luar biasa, menceritakan kisah yang diungkapkan dalam Tanji Hokkin Hikki, yaitu riwayat lain di masa itu, yang menyinggung betapa sejak usia sangat muda, Musashi senang mengamati gaya bertarung ayahnya, Munisai.
Musashi yang masih sangat muda berani mengecam penggunaan jitte, yaitu tangkai logam kecil yang digunakan samurai untuk menangkis pedang.
Munisai sangat marah sehingga ia melemparkan pisau pahat ke arah anaknya.
Musashi berhasil mengelak. Ayahnya kemudian mencabut pedang pendek dan melemparkannya ke arah Musashi, berusaha membuatnya terluka parah syukur-syukur membunuhnya.
Musashi berhasil mengelak dan melarikan diri ke desa ibunya, tempat ia tinggal bersama seorang pendeta yang masih kerabat.
Ditambahkan juga bahwa Musashi tidak pernah kembali ke rumah ayahnya, dan memulai hidup sebagai penyendiri dan menjadi terkenal sebagai ahli pedang paling tangguh yang lahir melalui Jalan Samurai.
3. Miyamoto Musashi Hidup di Jalanan
Terkenal di Jepang saat itu dan berfisik kuat, terutama di usia muda, Miyamoto Musashi jelas dikaruniai kemampuan yang membuatnya menjadi salah seorang samurai paling luar biasa dalam sejarah Jepang.
Ia begitu menonjol di tengah budaya yang telah menghasilkan sejumlah besar ahli pedang kawakan selain juga ilmuwan dan pemerintah yang andal.
Dalam upaya mengasah kemampuannya dengan cara melawan para petarung kawakan, Musashi menjadi pengembara.
Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di jalanan. Ia menelusuri jalan-jalan utama yang menghubungkan 200 wilayah dengan ibu kota keshogunan, yang awalnya di Kamakura kemudian di Edo (Tokyo), dengan ibu kota Kyoto.
Musashi mencemooh usaha menumpuk kekayaan, dan sepanjang hidupnya mengembara dari satu tempat ke tempat lain hanya berbekal baju dan pedang, bahkan seringkali tanpa uang.
Seperti halnya pendeta yang selalu berpindah tempat, ia mengandalkan pemberian orang lain, penguasa wilayah, pejabat, dan dojo, berupa kamar dan makanan sebagai ganti atas pelajaran bertarungnya yang unik. Namun ada kalanya, ia tidur di tempat terbuka.
Dengan standar masa kini, penderitaan fisik yang dialami Musashi selama mengembara cukup untuk menguji jiwa seorang suci.
Setidaknya dalam 70% sepanjang tahun, Jepang terlalu panas atau terlalu lembap, terlalu panas atau terlalu dingin. Hujan musim semi tahunan berlangsung berminggu-minggu. Topan menerpa kepulauan itu pada akhir musim panas dan musim gugur.
Di musim dingin, pegunungan bagian tengah dan utara kepulauan tertutup salju tebal. Namun, Musashi menempa diri dengan kondisi ini sepanjang hidupnya sebagai bagian dari latihan fisik dan mentalnya.
Karena obsesinya terhadap penguasaan ilmu pedang, Musashi tak pernah menikah. Ia membujang hampir sepanjang hidupnya, dan mengingatkan murid-muridnya untuk menghindari cinta serta berhati-hati terhadap wanita.
Namun ada bukti, seperti kebanyakan laki-laki, ia mengunjungi tempat pelacuran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat Jepang. Ia diketahui menjalin hubungan intim dengan seorang pelacur terkenal.
4. Duel-Duel Miyamoto Musashi
Musashi berduel untuk pertama kalinya ketika berusia 13 tahun. Ia membunuh seorang shugyosha tangguh bernama Kihei Arima. Arima berkelana di seluruh negeri untuk menantang duel semua petarung sampai mati.
Ketika sampai di desa tempat tinggal Miyamoto Musashi, ia memasang pengumuman bertuliskan huruf emas, menantang bertarung semua orang di wilayah itu. Musashi muda membaca pengumuman itu dan merusaknya, menuliskan bahwa ia menerima tantangan itu dan akan muncul keesokan hari.
Ketika mengetahui penantangnya hanyalah anak 13 tahun, Arima menjadi marah. Namun ia mau mengampuninya jika anak itu meminta maaf secara resmi. Esok harinya, Musashi muncul sambil membawa sebatang tongkat kayu panjang dengan ditemani oleh pendeta pemilik rumah tempat ia tinggal, yang tampaknya bertindak sebagai perantara.
Alih-alih meminta maaf, Musashi menyerang Arima dengan tongkat kayunya. Samurai kawakan itu mengelak serangan dan mencabut pedangnya. Setelah berusaha menyerang kepala Arima, Musashi menjatuhkan tongkat kayunya, menyerang, mengangkat tubuh Arima, dan membantingnya ke tanah dengan kepala di bawah.
Kemudian, ia mengambil kembali tongkatnya dan menghancurkan tulang Arima dengan dua serangan kuat.
Duel kedua Musashi dilakukan pada musim semi 1599 di jalanan provinsi tetangga. Kali ini lawannya seorang petarung bernama Akiyama, yang hanya dikenal sebagai “si kuat”. Saat itu, Musashi berusia 16 tahun.
Tahun berikutnya, ia bertarung melawan Klan Tokugawa dalam Pertempuran Sekigahara yang terkenal. Pertempuran ini menghasilkan supremasi Ieyase Tokugawa dan menjadi awal dari berdirinya Keshogunan Tokugawa pada tahun 1603.
Konon, Musashi berharap bahwa dengan menunjukkan ilmu pedangnya yang luar biasa dalam pertempuran penting, ia dapat diangkat sebagai instruktur oleh salah satu lord yang berperang melawan Tokugawa.
Namun, meskipun secara pribadi ia berhasil dalam pertempuran itu, yang digambarkan telah membuatnya terkenal di antara para petarung pada kedua belah pihak, lord yang ia pihaki kalah. Dalam setiap peristiwa, ia mengembara ke seluruh penjuru negeri sebagai shugyosha, berduel mirip koboi di Amerika.
Tahun 1604, ketika berusia 21 tahun, Musashi melawan dan membunuh semua ahli pedang ternama dari Klan Yoshio di Kyoto. Dalam pertarungan pertama, ia membunuh pemimpin kelompok. Ketika pertarungan kedua, ia membunuh saudaranya.
Kemudian pertarungan ketiga, saat para anggota klan yang tersisa hadir, ia membunuh anaknya, dan langsung diserang oleh seluruh anggota kelompok. Jumlah penyerang lebih dari 100 orang, tetapi Musashi tak gentar.
Bahkan dalam waktu singkat ia sudah menghabisi begitu banyak dari mereka, membuat sisanya melarikan diri. Pertarungan ini membuatnya menjadi legenda di seluruh Jepang.
Masih banyak samurai lain yang sepanjang hidupnya terkenal sebagai ahli pedang kawakan, setidaknya salah seorang tercatat membunuh 200 orang dalam duel sampai mati.
Banyak dari petarung ini berpenampilan flamboyan. Beberapa mengenakan ikat pinggang yang menunjukkan asal-usul dan gelar mereka.
5. Miyamoto Musashi Vs Sasaki Kojiro, Duel Paling Sengit
Salah satu dari para petarung ini adalah Kojiro Sasaki, yang dikenal sebagai Iblis dari Provinsi Barat. Ia adalah instrukur pedang untuk Lord Hosokawa yang terkenal dan samurai pelayannya. MIyamoto Musashi membunuhnya pada tahun 1612. Duel tersebut menjadi duelnya yang paling terkenal.
Musashi berhasil mengalahkan Iblis dari Provinsi Barat karena ia tidak peduli pada nyawanya sendiri. Ia sekadar bergerak dan menyerang. Namun, Musashi memang sangat berbeda dibanding orang-orang terkenal di masanya.
Ia seorang penyendiri dengan pakaian sederhana, tidak pernah menyombongkan diri, dan sering menemui lawannya di tempat yang telah ditentukan, bukannya di tempat umum.
6. Musashi Berhenti Membunuh Lawan
Ketika berusia 29 tahun, Miyamoto Musashi telah bertemu dan membunuh lebih dari 60 orang. Ia kemudaian mengubah gaya hidupnya menjadi pelukis, penulis kaligrafi, penyair, perancang taman, dan pemahat ulung.
Ia terus berkelana ke penjuru negeri, melakukan banyak duel dengan samurai lain, beberapa di antaranya dikenal di seluruh Jepang sebagai ahli pedang.
Namun, ia kemudian berhenti membunuh semua lawannya. Ia hanya mencegah mereka membunuhnya. Ia mempertahankan diri sampai mereka lelah dan menyerah, atau sampai mereka sadar tidak dapat mengalahkannya dan berhenti bertarung.
Ini sering terjadi setelah mereka berupaya membunuhnya. Mereka menyadari tidak ada cara untuk menembus taktik pertahanannya.
Tahun 1637, ketika usianya menjelang 50-an akhir, Musashi bertarung untuk Keshogunan Tokugawa dalam Pemberontakan Shimabara yang keji. Pemberontakan ini mengakibatkan ribuan penganut Kristiani Jepang beserta para sekutu ronin mereka dibantai habis.
Para jenderal keshogunan mempekerjakannya sebagai penasihat dalam menumpas para pemberontak yang telah melarikan diri ke sebuah puri.
Tahun 1640, empat tahun sebelum mengundurkan diri dan menulis Go Rin Sho, Musashi diminta oleh Tadatoshi Hosokawa, penguasa wilayah Hosokawa di Kumamoto, untuk menuliskan esensi gaya bertarungnya.
Pada Februari tahun berikutnya, Musashi memberi Hosokawa manuskrip setebal 15 halaman yang berjudul “Tiga Puluh Lima Artikel Tentang Seni Pertarungan), yang sebenarnya berisi tiga puluh enam artikel.
Tahun 1643, dua tahun sebelum kematiannya (diduga akibat kanker), Musashi memulai hidup di tempat yang sekarang dikenal sebagai Reigan Cave di luar kota Kumamoto.
Setelah mengembangkan keahlian yang membuatnya tak terkalahkan, Musashi mulai merenungkan seni tarung pedang dan kemenangan. Salah satu aturannya adalah: Satu-satunya tujuan dalam bertarung adalah untuk menang, dan untuk menang sepenuhnya.
Ini merupakan dasar filosofinya dan menjadi inti dari Go Rin Sho, tempat ia menuliskan pokok-pokok teknik kemenangannya.
April 1645, Miyamoto Musashi kembali mengasingkan diri di gua yang pernah dikunjunginya untuk bermeditasi dan menulis. Ia juga ingin mati di sana.
Namun, murid-muridnya, membawanya kembali ke rumah tempat ia tinggal sebagai tamu dari penguasa setempat. Akhirnya, Musashi wafat pada bulan berikutnya.
7. Legenda Miyamoto Musashi Dalam Buku dan Film
Segera setelah kematian Musashi, ia menjadi tema favorit bagi para kodan, atau pendongeng profesional Jepang. Pembuat boneka dan dramawan mulai membuat drama berdasarkan peristiwa-peristiwa hidupnya. Buku-buku tentang keberaniannya muncul tak lama kemudian.
Film pertama yang didasarkan pada kehidupan Musashi muncul pada tahun 1908. Sejak itu, muncul lebih dari 50 film lainnya. Beberapa yang paling populer dibintangi oleh aktor besar Toshiro Mifune dan Seven Samurai dan Yojimbo.
Buku berbahasa Inggris pertama tentang Musashi ditulis pada 1890-an. Beberapa buku lainnya , baik dalam bahasa Jepang maupun Inggris, ditulis pada abad ke-21.
Buku paling terkenal, Miyamoto Musashi, ditulis pada tahun 1953 oleh novelis besar Eiji Yoshikawa, dan menjadi serial dalam surat kabar Asahi selama empat tahun.
Buku Yoshikawa didasarkan pada fakta-fakta terkenal tentang kehidupan Miyamoto Musashi. Kisahnya dibangun sesuai dengan kerangka sejarah yang akurat pada masanya: gaya hidup orang-orang biasa, jalan hidup samurai dan ronin, bangkitnya Keshogunan Tokugawa, pertempuran dan intrik-intrik penguasa wilayah, masuknya agama Kristen dan senjata api ke negeri tersebut, dan akhirnya ditutupnya negeri itu dari dunia luar pada tahun 1635.
Beragam buku dan film ini membuat Musashi dikenal oleh setiap orang Jepang dan dianggap sebagai salah satu teladan bagi sekian banyak sifat para samurai paling terhormat.
Kemampuan untuk fokus pada tujuan spesifik, usaha terus-menerus untuk maju, dedikasi pada kualitas, keuletan, ketekunan dan semangat yang tak terpadamkan.
Seperti buku pedoman “seni berperang” yang ditulis Sun Tzu, ahli fabel militer Cina Kuno, strategi dan taktik Miyamoto Musashi didasarkan pada pandangan mendalam tentang sifat manusia, dan dipadukan dengan tingkat pragmatisme yang tidak biasa.
Ajarannya seputar seni bertarung dan keberhasilan dalam setiap upaya, menjadi pelajaran berharga bagi siapapun yang menghadapi tantangan keadaan, mulai dari orang militer dan pebisnis sampai atlet dan “petarung” kehidupan sehari-hari.
Budaya samurai, yang terbangun selama 700 tahun oleh kelas petarung penguasa di Jepang masih mempengaruhi setiap segi pemikiran dan tindakan bangsa Jepang.
Banyak orang Jepang, baik disadari maupun tidak disadari, mendasarkan sikap dan tindakan mereka pada pemikiran dan tindakan Miyamoto Musashi, termasuk mengorbankan diri demi kesempuranaan, dan terus berusaha keras untuk meraih kesempurnaan itu.
Baca artikel lain tentang Budaya Jepang hanya di Pandai Kotoba!
One Comment
Pingback: