Masakan Tradisional Jepang (和食, Washoku): Keajaiban Rasa dari Harmoni Alam dan Seni
Siapa sih yang nggak suka masakan Jepang? Sushi yang segar, sashimi yang lezat, tempura yang renyah semua selalu bikin lidah bergoyang dan hati senang! Tapi tahukah minasan, semua makanan lezat itu termasuk dalam Washoku (和食), yaitu masakan tradisional Jepang yang penuh cerita dan filosofi. Jadi, sebenarnya apa sih Washoku itu? Lebih dari sekadar makanan, Washoku adalah cara hidup, seni, dan warisan budaya yang menghubungkan manusia dengan alam lewat sajian yang sederhana tapi bermakna. Yuk, kita cari tahu rahasia di balik pesona Washoku yang bikin dunia jatuh cinta pada masakan Jepang!

Sejarah dan Asal Usul Washoku (和食)
Washoku (和食) secara harfiah berarti “makanan Jepang” atau “masakan tradisional Jepang.” Washoku bukan hanya sekadar kumpulan resep, tetapi juga mencerminkan filosofi hidup, budaya, dan hubungan harmonis antara manusia dengan alam.
1. Asal Usul Washoku
- Washoku berakar dari tradisi kuliner Jepang yang sudah berkembang selama ribuan tahun. Pengaruh utama dalam perkembangan washoku datang dari:
2. Pengaruh Buddhisme
- Pada abad ke-6, agama Buddha mulai masuk ke Jepang dan membawa ajaran vegetarianisme. Hal ini menyebabkan banyak orang Jepang mulai menghindari konsumsi daging hewan, sehingga washoku berkembang dengan fokus pada bahan-bahan nabati, seperti sayuran, tahu, rumput laut, dan ikan.
3. Pengaruh Cina dan Korea
- Di masa lalu, Jepang mendapatkan pengaruh kuliner dari Tiongkok dan Korea, seperti penggunaan beras sebagai bahan pokok, cara memasak, dan bumbu-bumbu seperti kecap asin (shoyu) dan miso. Namun, Jepang mengembangkan gaya memasaknya sendiri agar sesuai dengan kondisi alam dan selera lokal.
4. Pengembangan Teknik Memasak
- Selama zaman Edo (1603–1868), washoku mulai lebih terstruktur dengan penggunaan bahan musiman dan teknik memasak yang beragam seperti merebus, mengukus, menggoreng, dan fermentasi. Pada masa ini juga muncul hidangan khas seperti sushi, tempura, dan soba.
5. Filosofi Washoku
- Washoku menekankan pada keseimbangan gizi dan keindahan penyajian. Prinsip utamanya adalah penggunaan bahan-bahan segar dan musiman (shun,旬), harmoni rasa (manis, asin, asam, pahit, dan umami), serta penyajian yang estetis dan sederhana.
Bahan-Bahan Khas dalam Washoku
Washoku sangat menekankan pada kesegaran dan penggunaan bahan-bahan musiman. Berikut ini beberapa bahan khas yang sering digunakan dalam washoku:
- Nasi (ご飯, Gohan)
Nasi adalah makanan pokok dalam washoku. Biasanya menggunakan beras Jepang yang pulen dan lembut.
- Ikan dan Hasil Laut (魚介類, Gyokairui)
Berbagai jenis ikan segar, seperti salmon, tuna, makarel, dan hasil laut lain seperti udang, cumi-cumi, kerang, dan rumput laut (海藻, Kaisō) sangat sering dipakai, baik mentah (seperti sashimi) atau dimasak.
- Sayuran Musiman (季節の野菜, Kisetsu no Yasai)
Sayuran segar yang berubah sesuai musim, misalnya lobak (大根, Daikon), bayam (ほうれん草, Hōrensō), terong (なす, Nasu), dan jamur shiitake (椎茸).
- Tofu (豆腐, Tōfu)
Produk olahan kedelai ini sering digunakan sebagai sumber protein nabati.
- Miso (味噌)
Pasta fermentasi kedelai ini dipakai untuk membuat sup miso dan bumbu masakan lain.
- Kecap Asin Jepang (醤油, Shōyu)
Bahan dasar bumbu yang memberikan rasa asin dan umami pada masakan.
- Mirin (みりん)
Minuman beras manis yang digunakan sebagai bahan untuk memberi rasa manis alami dan mengkilapkan masakan.
- Dashi (だし)
Kaldu khas Jepang yang terbuat dari kombu (rumput laut) dan katsuobushi (serutan ikan bonito kering). Dashi adalah dasar dari banyak masakan washoku.
- Rumput Laut (海藻, Kaisō)
Selain kombu, ada juga nori yang dipakai untuk sushi, dan wakame yang biasanya untuk sup.
- Bumbu dan Acar Tradisional
Seperti wasabi (山葵), gari (acar jahe), dan beni shōga (acar jahe merah) yang melengkapi rasa hidangan.

Teknik Memasak Tradisional Jepang
- Nimono (煮物) – Merebus atau Memasak dengan Kuah : Makanan dimasak dalam kaldu atau bumbu cair, biasanya menggunakan dashi, shoyu, dan mirin. Contohnya adalah oden dan nikujaga.
- Yakimono (焼き物) – Memanggang atau Menggoreng : Teknik memanggang di atas api terbuka atau menggoreng dengan sedikit minyak. Contoh: yakitori (sate ayam panggang), teriyaki (ikan atau daging dibakar dengan saus manis), dan tempura (makanan goreng tepung renyah).
- Agemono (揚げ物) – Menggoreng dengan Minyak Banyak : Makanan digoreng dalam minyak panas, seperti tempura, karaage (ayam goreng Jepang), dan tonkatsu (daging babi goreng tepung).
- Mushimono (蒸し物) – Mengukus : Makanan dikukus agar tetap lembut dan mempertahankan nutrisi serta rasa alami. Contohnya adalah chawanmushi (puding telur kukus).
- Aemono (和え物) – Mencampur dengan Bumbu : Sayuran atau makanan lain dicampur dengan saus atau bumbu, misalnya goma-ae (sayuran dicampur dengan saus wijen).
- Sunomono (酢の物) – Makanan dengan Cuka : Biasanya salad atau sayuran yang direndam dengan cuka untuk memberikan rasa segar dan asam.
- Sashimi (刺身) – Makanan Mentah : Ikan segar atau hasil laut diiris tipis dan disajikan mentah dengan wasabi dan shoyu.
- Shirumono (汁物) – Sup atau Kuah : Sup ringan seperti sup miso yang menggunakan dashi sebagai dasar kaldu.
Macam-Macam Hidangan Washoku
Nama Makanan | Kanji/Kana | Penjelasan Singkat |
Sushi | 寿司 | Nasi cuka yang disajikan dengan ikan mentah, sayuran, atau telur. Jenisnya termasuk nigiri, maki, dan lainnya. |
Sashimi | 刺身 | Irisan tipis ikan segar atau hasil laut yang disajikan mentah tanpa nasi, biasanya dengan wasabi dan kecap asin. |
Tempura | 天ぷら | Makanan laut atau sayuran yang dilapisi tepung dan digoreng renyah. |
Miso Soup / Misoshiru | 味噌汁 | Sup dari kaldu dashi dan pasta miso, biasanya berisi tahu, rumput laut, dan sayuran. |
Nimono | 煮物 | Hidangan direbus dalam kaldu manis asin, seperti sayuran, tahu, atau daging. |
Yakitori | 焼き鳥 | Sate ayam yang dibakar dengan bumbu kecap manis. |
Tonkatsu | とんかつ | Daging babi yang dilapisi tepung roti dan digoreng hingga renyah. |
Soba | そば | Mie dari tepung buckwheat, biasanya disajikan panas atau dingin. |
Udon | うどん | Mie dari tepung terigu, biasanya disajikan dalam kuah panas atau dingin. |
Onigiri | おにぎり | Nasi kepal berbentuk segitiga atau bulat, diisi dengan bahan seperti ikan atau umeboshi. |
Chawanmushi | 茶碗蒸し | Puding telur kukus berisi daging, udang, dan jamur. |

茶碗蒸し(Chawanmushi) – Puding telur kukus berisi daging, udang, dan jamur.
Prinsip dan Filosofi dalam Washoku
Washoku bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga sebuah cara pandang hidup yang berakar pada harmoni dengan alam, kesadaran akan musim, serta keseimbangan gizi dan estetika. Berikut Prinsip – prinsip dan filosofi washoku :
1. Shun (旬) – Menghormati Musim
- Washoku selalu memanfaatkan bahan-bahan yang sedang berada di puncak musimnya.
- Musim semi → sayuran muda dan bunga.
- Musim panas → ikan segar dan buah segar.
- Musim gugur → jamur dan ubi.
- Musim dingin → makanan hangat seperti nabe.
- Filosofi ini menekankan keselarasan dengan alam dan menghargai siklus kehidupan.
2. Ichiju Sansai (一汁三菜) – Satu Sup, Tiga Lauk
Susunan makanan tradisional Jepang biasanya terdiri dari:
- Satu sup (misalnya miso shiru).
- Tiga lauk (lauk utama + dua lauk pendamping).
- Nasi sebagai sumber karbohidrat.
- Prinsip ini menjaga keseimbangan nutrisi, rasa, dan tekstur dalam satu hidangan.
3. Go-mi, Go-shoku, Go-hō (五味・五色・五法)
- Go-mi (五味) → Lima rasa: manis (甘い), asin (塩辛い), asam (酸っぱい), pahit (苦い), umami (うま味).
- Go-shoku (五色) → Lima warna: merah, kuning, hijau, hitam, putih.
- Go-hō (五法) → Lima metode memasak: mentah, rebus, bakar, kukus, goreng.
- Prinsip ini menjamin keberagaman rasa, tampilan, dan teknik dalam satu hidangan.
4. Kesederhanaan dan Keseimbangan
- Washoku menghindari bumbu yang berlebihan, lebih menonjolkan rasa alami bahan.
- Ada keseimbangan antara rasa, tekstur, dan tampilan.
- Filosofinya: “Bahan terbaik sudah cukup, hanya perlu diperlakukan dengan hormat.”
5. Hubungan dengan Alam dan Rasa Syukur
- Sebelum makan, orang Jepang mengucapkan “Itadakimasu” (いただきます) yang berarti “Saya menerima dengan hormat” bentuk rasa terima kasih kepada alam, petani, dan semua yang terlibat.
- Setelah makan, diucapkan “Gochisōsama deshita” (ごちそうさまでした) sebagai tanda penghargaan.
Macam-Macam Peralatan Tradisional dalam Memasak Washoku
(Kanji/Kana) | Romaji | Terjemahan |
包丁 | Hōchō | Pisau dapur Jepang |
まな板 | Manaita | Talenan |
鍋 | Nabe | Panci (terbuat dari besi, tanah liat, atau tembaga) |
土鍋 | Donabe | Panci tanah liat |
鉄鍋 | Tetsunabe | Panci besi cor |
お櫃 | Ohitsu | Wadah kayu untuk nasi |
すり鉢 | Suribachi | Mortar Jepang (untuk menggiling bahan) |
すりこぎ | Surikogi | Alu kayu (pasangan suribachi) |
蒸籠 | Seiro | Kukusan bambu |
箸 | Hashi | Sumpit |
飯切 | Hangiri | Baskom kayu untuk mencampur nasi sushi |
しゃもじ | Shamoji | Centong nasi |
竹ざる | Takezaru | Saringan bambu |
焼き網 | Yakiami | Rak panggang |
お玉 | Otama | Sendok sayur |

Perbandingan Washoku vs Masakan Jepang Modern
Aspek | Washoku (和食) | Masakan Jepang Modern |
Definisi | Masakan tradisional Jepang yang berakar pada budaya dan filosofi lokal, mempertahankan cita rasa alami bahan. | Masakan Jepang yang berkembang setelah modernisasi, banyak mengadaptasi kuliner luar negeri. |
Sejarah & Asal Usul | Berkembang sejak periode kuno (Heian, Edo), dipengaruhi oleh Buddhisme dan Shinto. | Berkembang sejak Era Meiji (1868) ketika Jepang membuka diri terhadap budaya Barat dan Asia lainnya. |
Filosofi | Mengutamakan harmoni rasa, warna, bentuk, dan kesegaran bahan sesuai musim. | Mengutamakan cita rasa praktis, kenyang, dan terkadang mengikuti tren global. |
Bahan Utama | Beras Jepang, ikan segar, sayuran musiman, rumput laut, kedelai, dashi. | Gandum, daging sapi/ayam, susu, keju, mentega, saus tomat, rempah asing. |
Bumbu Khas | Shoyu, miso, mirin, sake, garam laut, dashi. | Mayones, kari bubuk, saus Worcestershire, mentega, saus tomat. |
Teknik Memasak | Mengukus, merebus, memanggang ringan, menggoreng dengan sedikit minyak. | Baking, deep frying, sauté, teknik ala Barat dan Cina. |
Penyajian | Porsi kecil, disajikan terpisah dalam wadah berbeda, memperhatikan estetika (五色, 五味, 五法). | Porsi bisa besar, kadang disajikan dalam satu piring seperti ala Barat. |
Pengaruh Budaya | Murni dari Jepang, sedikit pengaruh Cina pada masa lampau. | Kuat dipengaruhi kuliner Barat (yōshoku) dan Asia seperti Cina & Korea. |
Contoh Hidangan | Sushi, sashimi, tempura, miso soup, nimono. | Ramen, kare raisu, omurice, korokke, hamburger steak. |
Contoh Kalimat
- 日本の和食はとても健康的です。(Nihon no washoku wa totemo kenkōteki desu.) – Masakan tradisional Jepang sangat sehat.
- 朝ごはんに味噌汁を飲みます。(Asagohan ni misoshiru o nomimasu.) – Saya minum sup miso saat sarapan.
- 寿司は日本でとても人気があります。(Sushi wa Nihon de totemo ninki ga arimasu.) – Sushi sangat populer di Jepang.
- お弁当に漬物が入っています。(Obentō ni tsukemono ga haitteimasu.) – Ada acar Jepang di dalam bento.
- 天ぷらはサクサクしておいしいです。(Tenpura wa sakusaku shite oishii desu.) -Tempura itu renyah dan enak.

Contoh Percakapan
場面 (Bamen / Situasi):
Seorang turis (A) mengunjungi toko peralatan dapur tradisional di Kyoto dan berbicara dengan penjual (B).
A: すみません、この大きい木のボウルは何ですか?(Sumimasen, kono ōkii ki no bōru wa nan desu ka?) – Permisi, mangkuk kayu besar ini untuk apa?
B: それは「飯切(はんぎり)」といって、寿司ご飯を混ぜるときに使います。(Sore wa “hangiri” to itte, sushi gohan o mazeru toki ni tsukaimasu.) – Itu disebut “hangiri”, digunakan saat mencampur nasi sushi.
A: なるほど、寿司屋さんで見たことがあります。(Naruhodo, sushiya-san de mita koto ga arimasu.) – Oh begitu, saya pernah melihatnya di restoran sushi.
B: はい、ご飯の余分な水分を吸い取って、つやつやにします。(Hai, gohan no yobun na suibun o suitotte, tsuyatsuya ni shimasu.) – Ya, alat ini menyerap kelembapan berlebih dan membuat nasi berkilau.

B: 。(Sore wa “hangiri” to itte, sushi gohan o mazeru toki ni tsukaimasu.) – Itu disebut “hangiri”, digunakan saat mencampur nasi sushi.
A: この隣のすり鉢も面白い形ですね。(Kono tonari no suribachi mo omoshiroi katachi desu ne.) – Bentuk mortar di sebelahnya juga unik, ya.
B: これは胡麻や味噌をすりつぶすための道具です。すりこぎと一緒に使います。(Kore wa goma ya miso o suritsubusu tame no dōgu desu. Surikogi to issho ni tsukaimasu.) – Ini adalah alat untuk menggiling wijen atau miso. Digunakan bersama alu kayu (surikogi).
A: 日本の伝統的な調理道具は、見た目も美しいですね。(Nihon no dentōteki na chōri dōgu wa, mitame mo utsukushii desu ne.) – Peralatan masak tradisional Jepang, penampilannya juga indah, ya.
B: ありがとうございます。道具にも心がこもっていますから。(Arigatō gozaimasu. Dōgu ni mo kokoro ga komotte imasu kara.) – Terima kasih. Bahkan dalam peralatan pun ada hati yang tercurah.
Kesimpulan
Masakan tradisional Jepang (和食, Washoku) bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga cerminan budaya, filosofi hidup, dan hubungan harmonis dengan alam. Menggunakan bahan segar, rasa yang seimbang, dan penyajian yang indah, washoku telah menjadi salah satu warisan budaya dunia yang patut dilestarikan.
Melalui washoku, kita dapat memahami keindahan sederhana dalam kuliner Jepang yang memadukan rasa, estetika, dan kesehatan. Baik dinikmati di rumah maupun di restoran, setiap suapan washoku membawa kita lebih dekat pada kekayaan tradisi Jepang yang mendalam. Yuk, lanjutkan membaca artikel-artikel menarik lainnya di Pandaikotoba dan supaya nggak ketinggalan update seputar bahasa & budaya Jepang, jangan lupa follow Instagram @pandaikotoba belajar Jepang jadi lebih ringan dan menyenangkan!

