Imagawayaki, Camilan Manis Jepang yang Mirip Taiyaki
Hai Minasan~! Di tengah udara dingin yang menusuk tulang, ada di kios pinggir jalan yang ramai dikunjungi. Salah satu hidangan yang mampu menghangatkan hati dan perut orang Jepang selama berabad-abad yaitu imagawayaki.
Kue bundar yang diisi berbagai rasa ini merupakan camilan yang luar biasa dan simbol kenyamanan, kenangan masa kecil, dan warisan kuliner yang bertahan melintasi zaman. Pandai Kotoba pada artikel kali ini akan membahas imagawayaki si camilan manis Jepang yang mirip taiyaki mulai dari imagawayaki ini seperti apa, ciri-cirinya, asal-usulnya, hingga bagaimana eksistensi camilan manis ini di Jepang. Yuk, kita langsung di bawah ini.

commons.wikimedia.org
Imagawayaki, Camilan Manis Jepang yang Mirip Taiyaki
A. Apa Itu Imagawayaki?
Imagawayaki (今川焼き) adalah kue tradisional Jepang yang dibuat dari adonan tepung terigu, telur, gula, dan air yang dimasak dalam cetakan besi khusus. Kue ini memiliki bentuk bundar dan sedikit cembung, dengan dua lapisan adonan yang menyatu mengelilingi berbagai jenis isian. Teksturnya yang renyah di luar namun lembut di dalam, bersama dengan kehangatan yang menyebar saat digigit, membuatnya menjadi camilan yang sangat digemari terutama di musim dingin.
Nama “imagawayaki” sendiri berasal dari daerah Imagawa di Tokyo, tempat kue ini pertama kali populer. Namun, di berbagai wilayah Jepang, imagawayaki dikenal dengan nama yang berbeda-beda, seperti “kaitenyaki” (回転焼き) di Kansai, “ōban-yaki” (大判焼き) di Nagoya dan beberapa daerah lainnya.

katsushika.goguynet.jp
B. Bahan Baku Imagawayaki
1. Bahan Dasar
Adonan imagawayaki relatif sederhana terdiri dari:
- Tepung terigu
- Gula
- Telur
- Air atau susu
- Baking powder
Adonan ini kemudian dituangkan ke dalam cetakan besi yang telah dipanaskan, diisi dengan berbagai macam isian, lalu ditutup dengan adonan lagi sebelum kedua sisi cetakan dijepit dan dipanggang hingga matang.
2. Isian Tradisional dan Modern
Imagayaki dengan isian tradisional bisa macam-macamnya di antaranya adalah yang pertama, anko atau pasta kacang merah manis yang merupakan isian paling klasik dan populer. Ada dua jenis utama, yaitu tsubuan (kacang merah utuh) dan koshian (kacang merah yang dihaluskan). Lalu, ada kuri atau kacang kastanye manis yang sering dikombinasikan dengan anko. Selain itu ada, custard cream yang dapat pengaruh Barat yang diadaptasi menjadi isian imagawayaki.

item.rakuten.co.jp
Selain isian tradisional, ada juga imagayaki yang isiannya lebih modern daripada yang sebelumnya disebutkan, di antaranya adalah rasa cokelat baik cokelat batangan leleh maupun pasta coklat juga. Lalu, ada keju Mozzarella atau keju leleh lainnya yang memberikan kombinasi gurih-manis. Rasa matcha atau green tea yang kini populer di kalangan pencinta rasa tradisional dengan sentuhan modern.
Selain itu, ada juga selai buah dari stroberi, blueberry, atau rasa buah lainnya. Rasa ubi jalar ungu atau oranye yang dihaluskan juga tidak ketinggalan. Terakhir, rasa gurih yang varian lebih modern termasuk kari, saus Bolognese, atau tuna mayones. Imagawayaki dengan isian gurih ini kadang disebut “gurimagawa” atau imagawayaki gurih dan semakin populer dalam beberapa tahun terakhir.
C. Kapan Imagawayaki Biasanya Dinikmati?
Imagawayaki dalam budaya Jepang menjadi makanan penunda lapar dan pengalaman kenikmatan yang terikat erat dengan momen, musim, dan peristiwa tertentu. Untuk mengetahui tentang kapan dan bagaimana imagawayaki dinikmati memberikan wawasan bagaimana hubungan orang Jepang dengan makanan, musim, dan tradisi. Berikut di bawah ini penjelasannya.
1. Puncak Kenikmatan di Musim Dingin
Musim dingin di Jepang, khususnya dari Desember hingga Februari, menciptakan kondisi ideal untuk menikmati imagawayaki. Suhu udara yang rendah seringnya di bawah 5°C membuat kehangatan imagawayaki yang baru matang menjadi sangat berarti, bukan hanya secara fisik tapi juga psikologis
Menurut survei Asosiasi Patisseri Jepang, penjualan imagawayaki meningkat 300% selama bulan Desember-Februari dibandingkan bulan-bulan lainnya. Puncak tertinggi terjadi pada pertengahan Desember (menjelang libur sekolah), awal Januari (tahun baru), dan pertengahan Februari (Hari Valentine dengan variasi coklat).
Pengalaman nikmat yang dirasakan di musim dingin saat memakan ini adalah uap yang mengepul dari kue yang baru dibuka dan kehangatan yang merambat melalui sarung tangan. Selain itu, aroma manis yang menyebar di udara dingin dan kontras bisa dirasakan antara dinginnya udara dan hangatnya isian.
2. Musim Gugur, Transisi Menuju Kenikmatan Hangat
Meskipun tidak sepopuler musim dingin, musim gugur memiliki tempat khusus untuk suhu yang mulai menurun di sore hari menciptakan keinginan untuk makanan hangat. Variasi isian khas musim gugur seperti kastanye dan ubi manis. Makanan ini bisa juga dinikmati sambil menikmati pemandangan momiji (daun maple berguguran)
3. Musim Semi dan Panas dengan Adaptasi Kreatif
Pada musim semi, biasanya variasi dingin dari imagawayaki mulai muncul. Isiannya dengan rasa sakura dan stroberi segar. Sering dinikmati selama hanami (piknik melihat bunga sakura) berlanjung. Sedangkan, pada musim panas, penjualan turun drastis namun tetap ada. Beberapa toko menawarkan versi dingin atau setengah beku. Makanan ini bisa juga dinikmati di dalam ruangan ber-AC setelah aktivitas di luar
4. Matsuri (Festival) Musim Panas
Meskipun bukan musim ideal untuk imagawayaki panas, festival musim panas tetap menjadi momen penting, di antaranya, yang pertama festival Obon pada Pertengahan Agustus. Imagawayaki dinikmati sebagai bagian dari perayaan. Sering dikombinasikan dengan minuman dingin dan dinikmati menjadi momen keluarga berkumpul.

youpouch.com
Yang kedua, festival kembang api atau Hanabi Taikai. Penjual imagawayaki menjadi bagian dari stand penjualan di festival. Makanan ini bisa dinikmati sambil menunggu atau menonton kembang api. Hal ini menjadi pengalaman nostalgia yang ditunggu-tunggu
5. Festival Musim Dingin
Pada acara iluminasi musim dingin biasanya kota-kota seperti Tokyo, Osaka, dan Sapporo, imagawayaki menjadi “teman” berjalan menikmati lampu-lampu. Rasanya dari kombinasi sempurna antara keindahan visual dan kenikmatan kuliner
Pada festival salju khususnya di daerah Hokkaido dan Tohoku, imagawayaki membantu menghangatkan tubuh. Makanan ini menjadi bagian dari pengalaman wisata musim dingin
6. Acara Sekolah dan Komunitas
Pada acara undokai atau festival olahraga sekolah yang biasanya diadakan musim gugur, imagawayaki dijual di stand penjual makanan di sekitarnya. Hal ini membuat kenangan masa kecil yang berharga saat memakannya. Selain itu, pada acara bunkasai atau festival budaya sekolah, siswa sering menjual imagawayaki hasil buatan sendiri dan menjadi bagian dari pembelajaran kewirausahaan yang diajarkan di sekolah.
7. Ritual Harian dan Momen Personal
Imagayaki bisa dijadikan camilan pulang sekolah. Anak Jepang pulang sekolah sekitar sekitar jam 3 sore. Toko-toko terdekat dari sekolah ramai dikunjungi siswa. Harganya juga murah biasanya ¥100-¥200 per biji. Hal ini juga menjadi tradisi yang diturunkan antargenerasi
Pola konsumsi imagawayaki juga berdasarkan usia. Anak SD biasanya langsung dimakan di depan toko, berbagi dengan teman. Kalau anak SMP sampai SMA dibawa pulang, dinikmati sambil mengerjakan PR. Sedangkan, kalau orang dewas dibeli dalam jumlah banyak untuk keluarga
Imagayaki juga cocok juga pendamping minum teh. Waktu umum untuk meminumnya biasanya antara jam 2-4 sore. Kombinasi dengan berbagai jenis teh dapat meningkatkan mood saat memakan camilan ini. Teh sencha untuk keseimbangan rasa, teh hojicha untuk melawan dengan rasa manis, dan teh matcha untuk pengalaman tradisional yang menarik mata. Saat minum dengan teh, imagawayaki dipotong menjadi empat bagian dan disajikan di piring kecil. Dimakannya bisa. dengan sumpit atau tangan
Camilan ini juga cocok jadi comfort food pada malam hari. Banyak toko yang buka hingga malam hari. Bisa dinikmatif sebagai makanan penutup setelah makan malam dan pilihan alternatif yang lebih ringan dari kue Barat. Selain itu, imagawayaki juga populer di kalangan mahasiswa yang belajar sampai larut malam dan camilan ini sumber energi yang cepat dan murah, serta begadang yang setia.
8, Konteks Sosial dan Budaya
Momen makan imagawayaki bisa untuk momen bersosialisasi juga lho. Saat kumpul keluarga, camilan ini dibeli ketika keluarga berkumpul di akhir pekan. Lalu, dibagikannya sebagai simbol kebersamaan. Hal tersebut sering dikaitkan dengan kunjungan ke kakek-nenek. Sedangkan, pada pertemuan dengan teman, dinikmati sambil mengobrol di kafe khusus. Selain itu, berbagi berbagai rasa untuk mencoba lebih banyak variasi. Hal ini jadi aktivitas rekreatif yang ramah di kantong.
Jika tidak bisa dinikmati bersama, camilan ini bisa dijadikan semacam me-time atau konsumsi pribadi lainnya. Dinikmati sendirian sambil membaca buku dan teman setia perjalanan kereta jarak jauh. Bisa dijadikan juga comfort food setelah hari yang melelahkan.
Bagi perantau yang merindukan kampung halaman, camilan ini jadi pencarian kenangan masa kecil. Healing melalui makanan yang familiar dengan masa kecilnya.
9. Kalender Spesial dan Event Temporer
Pada tahun baru misalnya, di bagian dari Osechi Ryori (makanan khas tahun baru), imagawayaki dibuat dengan variasi khusus dengan bahan-bahan premium dengan kualitas terbaik dan sering diberikan sebagai oleh-oleh. Lalu, pada Golden Week, biasanya dinikmati selama perjalanan wisata dan menyempatkan untuk mencoba imagawayaki khas setiap daerah. Dengan begitu, orang bisa membuat dokumentasi culinary travel.
Sedangkan, pada hari spesial toko yang menjual imagawayaki, hari jadi toko mereka membuat harga spesial. Ada rasa edisi terbatas khusus hari itu juga dan menyajikan resep jadul dari zaman Showa untuk nostalgia untuk pelanggannya.
10. Hype Tergantung pada Wilayah Masing-Masing
Di daerah perkotaan, ada toko khusus imagawayaki yang buka sepanjang tahun. Variasi rasa lebih banyak dan cepat berubah sesuai dengan event atau musimnya. Namun, harganya sedikit lebih mahal sekitar ¥150-¥250. Di sisi lain, di daerah pedesaan, camilan ini lebih tergantung musimnya saat dikonsumsi dan banyak buka di musim dingin. Harganya lebih terjangkau sekitar ¥80-¥150.

Lokasi yang menjual imagawayaki juga strategis. Misalnya di stasiun kereta, ada kios kecil di dalam atau dekat stasiun. Targetnya adalah orang-orang komuter yang menunggu kereta. Ukuran camilan ini pun lebih praktis untuk dimakan sambil berdiri.
Sedangkan, di pemandian air panas atau Onsen biasanya dinikmati setelah berendam, Camilan ini menjadi lombinasi sempurna antara relaksasi dan kuliner yang sering dengan rasa lokal yang unik. Kalau di taman kota biasa dijadikan tempat orang berpiknik di akhir pekan. Imagawayaki dinikmati sambil menikmati pemandangan dan sekaligus aktivitas bersama keluarga yang hemat.
D. Perbedaan Imagawayaki dan Taiyaki
Bagi yang tidak terbiasa dengan kue Jepang, imagawayaki dan taiyaki mungkin terlihat mirip. Keduanya memang berasal dari tradisi kuliner yang sama, tapi punya perbedaan secara signifikan. Secara bentuk, imagayaki berbentuk bundar, terkadang dengan pola sederhana di permukaannya. Sedangkan, taiyaki berbentuk ikan yang dalam budaya Jepang melambangkan keberuntungan.
Secara tekstur, imagawayaki biasanya lebih tebal dan lebih seperti kue dengan bagian luar yang renyah dan dalam yang lembut. Sedangkan, taiyaki teksturnya cenderung lebih tipis dan renyah, mirip dengan wafel. Untuk isiannya, imagawayaki menawarkan variasi isian yang lebih beragam, baik tradisional maupun modern. Di sisi lain, taiyaki isiannya lebih terbatas pada isian tradisional seperti anko, custard, atau cokelat.

commons.wikimedia.org
Dilihat secara penyajiannya, imagawayaki biasanya dibungkus kertas dan dimakan langsung. Namun, taiyaki seringnya dijual dengan stik atau dibungkus khusus. Jika kita melihat ke belakang dari sejarahnya, imagawayaki umurnya lebih tua, karena muncul pada periode Edo (1603-1868). Sedangkan, taiyaki umurnya relatif lebih baru, karena muncul pada periode Meiji (1909). Meski ada perbedaan ini, kedua kue ini tetap bersaudara dekat dalam dunia wagashi atau kue tradisional Jepang.
E. Asal-Usul dan Sejarah Imagawayaki
Imagawayaki sudah ada di Jepang sejak beratus-ratus tahun lalu. Sejarah panjang ini mewarnai keunikan camilan satu ini. Berikut di bawah ini penjelasannya ya.
1. Akar Sejarah di Periode Edo
Imagawayaki memiliki akar sejarah yang dalam dan dapat ditelusuri kembali ke zaman Edo (1603-1868), periode ketika budaya rakyat jelata mulai berkembang pesat di Jepang. Pada masa ini, imagawayaki muncul sebagai salah satu makanan jalanan yang populer di kalangan masyarakat biasa. Awalnya, camilan ini dikenal dengan nama fuusen-gashi (風船菓子) atau “kue balon” yang menggambarkan bentuknya yang menggelembung saat dimasak. Nama ini secara puitis mencerminkan karakteristik kue yang mengembang seperti balon ketika dipanggang dalam cetakan besi.
2. Teori Imagawabashi: Legenda Urban Tokyo
Teori paling populer dan terima semua kalangan mengenai asal-usul imagawayaki berkaitan dengan kawasan Imagawabashi di Tokyo yang pada zaman Edo merupakan pusat aktivitas perdagangan dan transportasi yang ramai. Menurut catatan sejarah kuliner, sekitar tahun 1804-1830 seorang penjual kue bernama Gobei Konno atau menurut versi lain bernama Heibei mulai menjual kue ini di sekitar jembatan Imagawabashi.
Lokasi strategis ini membuat kue tersebut cepat populer di kalangan pedagang, samurai kelas rendah, dan rakyat biasa yang berlalu lalang. Nama “imagawayaki” sendiri secara harfiah berarti “kue panggang Imagawa” yang diambil dari nama daerah tersebut.
3. Pengaruh Kulister Portugis dan Pertukaran Budaya
Teori lain yang cukup kuat menyatakan bahwa imagawayaki merupakan adaptasi dari kue-kue Eropa yang diperkenalkan oleh pedagang Portugis pada abad ke-16. Teknik memasak menggunakan cetakan besi yang dipanaskan memang memiliki kemiripan dengan metode pembuatan waffle atau kue-kue Eropa lainnya.
Namun, orang Jepang berhasil mengadaptasi teknik ini dengan bahan-bahan lokal dan selera tradisional, menciptakan suatu bentuk kuliner yang khas Jepang. Proses adaptasi ini mencerminkan kemampuan kuliner Jepang dalam menerima pengaruh asing dan mentransformasikannya menjadi sesuatu yang benar-benar baru dan unik.
4. Evolusi dari Oban-yaki ke Imagawayaki
Sebelum imagawayaki populer, terdapat kue serupa yang lebih besar dan lebih tebal yang dikenal sebagai Oban-yaki (大判焼き). Oban-yaki yang berarti “kue panggang oban”. Oban merujuk pada koin emas besar zaman Edo memiliki ukuran yang lebih besar dan sering dianggap sebagai pendahulu imagawayaki.

kasho-ikoma.com
Seiring berjalannya waktu, ukuran oban-yaki mengecil untuk membuatnya lebih praktis dijual sebagai camilan jalanan, dan akhirnya berkembang menjadi imagawayaki yang kita kenal sekarang. Proses evolusi ini menunjukkan bagaimana pertimbangan praktis dan ekonomi dapat mempengaruhi perkembangan kuliner.
5. Perkembangan dari Masa ke Masa
5.1 Zaman Edo: Kelahiran sebagai Makanan Rakyat
Pada zaman Edo, imagawayaki menjadi simbol demokratisasi kuliner. Berbeda dengan masakan istana yang rumit dan mahal, imagawayaki dapat dinikmati oleh semua kalangan, dari pedagang kaya hingga rakyat biasa.
Catatan sejarah dari periode ini menunjukkan bahwa imagawayaki dijual dengan harga yang sangat terjangkau biasanya antara 4-8 mon (mata uang zaman Edo) membuatnya dapat diakses oleh hampir semua lapisan masyarakat. Penjual imagawayaki biasanya berkeliling dengan gerobak atau membuka kios sederhana di sudut-sudut jalan yang ramai.
5.2 Periode Meiji (1868-1912): Standardisasi dan Penyebaran
Dengan dimulainya periode Meiji dan modernisasi Jepang, imagawayaki mengalami standardisasi dalam resep dan teknik pembuatan. Pengenalan baking powder sebagai bahan pengembang yang lebih konsisten menggantikan metode fermentasi tradisional yang kurang dapat diandalkan.
Pada masa ini juga terjadi penyebaran imagawayaki ke berbagai daerah di Jepang dengan setiap daerah mengembangkan karakteristik dan nama sendiri-sendiri. Di wilayah Kansai, misalnya imagawayaki lebih dikenal dengan nama “kaitenyaki” (回転焼き), sementara di Nagoya disebut “oban-yaki” (大判焼き).
5.3 Era Taisho hingga Awal Showa (1912-1945): Komersialisasi Awal
Pada era Taisho hingga awal Showa, imagawayaki mulai diproduksi secara lebih komersial. Toko-toko khusus imagawayaki permanen mulai bermunculan, terutama di daerah perkotaan yang sedang berkembang pesat.
Bahan-bahan juga menjadi lebih beragam dengan tersedianya gula dan tepung yang lebih berkualitas. Namun, masa perang dunia kedua membawa tantangan tersendiri, di saat kelangkaan bahan makanan membuat produksi imagawayaki sempat terhenti atau menggunakan bahan pengganti yang tidak ideal.
5.4 Pasca-Perang Dunia II (1945-1970an): Kebangkitan Kembali
Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, imagawayaki mengalami kebangkitan kembali sebagai comfort food di tengah sulitnya kondisi ekonomi. Pada masa ini, camilan ini menjadi simbol ketahanan dan harapan dengan penjualannya yang meningkat pesat meski dengan bahan-bahan yang masih terbatas. Seiring membaiknya ekonomi Jepang pada 1960-an, imagawayaki kembali diproduksi dengan bahan-bahan berkualitas dan menjadi camilan yang dicintai semua generasi.
5.5 Akhir Abad 20: Inovasi dan Lebih Beragam
Pada 1980-1990an, imagawayaki mengalami gelombang inovasi besar-besaran. Variasi isian yang sebelumnya didominasi anko (pasta kacang merah) mulai diperluas dengan isian lainnya seperti custard, cokelat, dan berbagai rasa buah.
Toko-toko imagawayaki bereksperimen dengan bahan-bahan premium dan teknik pembuatan yang lebih modern. Periode ini juga menandai mulai populernya imagawayaki dengan isian gurih, meskipun versi manis tetap yang paling dominan.
5.6 Abad 21: Globalisasi dan Revolusi Digital
Memasuki abad ke-21, imagawayaki tidak hanya bertahan tapi terus berkembang. Beberapa toko tradisional yang telah beroperasi selama puluhan tahun bahkan lebih dari satu abad masih bertahan, sementara toko-toko baru dengan konsep modern bermunculan.

nichireifoods.co.jp
Media sosial berperan penting dalam mempopulerkan kembali imagawayaki dengan foto-foto imagawayaki yang fotogenik menjadi tren di platform seperti Instagram dan Twitter. Inovasi terus berlanjut dengan munculnya varian-varian baru seperti imagawayaki rendah gula, gluten-free, dan berbagai kolaborasi dengan brand terkenal.
6. Toko-toko Bersejarah dan Warisan Kuliner
Beberapa toko imagawayaki telah menjadi legenda hidup dalam sejarah kuliner Jepang. Usagiya di Tokyo, yang didirikan pada 1913 masih bertahan hingga sekarang dan menjadi tujuan wisata kuliner. Demikian juga dengan Kobe Fugetsudo yang telah beroperasi sejak periode Meiji. Toko-toko ini mempertahankan resep tradisional dan juga menjadi penjaga warisan budaya kuliner Jepang.
F. Apakah Orang Jepang Menyukai Imagawayaki?
Setelah mengenai imagawayaki seperti apa dan juga asal-usul, kita juga harus tahu alasan orang Jepang menyukai camilan manis ini. Berikut di bawah ini penjelasannya ya
1. Perasaan Nostalgia yang Mengakar Dalam
Bagi masyarakat Jepang, imagawayaki lebih dari camilan biasa dan pintu gerbang menuju kenangan masa kecil yang hangat dan indah. Hubungan emosional antara orang Jepang dengan imagawayaki dapat digambarkan sebagai ikatan yang dalam dan penuh makna yang terbentuk melalui generasi ke generasi.
Bagi mereka yang tumbuh pada era Showa, aroma khas imagawayaki yang sedang dipanggang sering membangkitkan memori tentang festival sekolah, suara gemerincing lonceng penjual keliling, atau saat-saat menunggu di stasiun kereta pada musim dingin yang menusuk. Fenomena psikologis yang dalam budaya Jepang dikenal sebagai “natsukashii” (懐かしい) atau kerinduan akan masa lalu menjadi elemen kunci yang menjelaskan mengapa imagawayaki tetap bertahan di hati masyarakat meskipun zaman telah berubah.
2. Daya Tarik yang Melintas Generasi, Generasi Tua dan Nilai Tradisional
Bagi generasi tua Jepang yang lahir pada periode Showa atau sebelumnya, imagawayaki merupakan simbol ketahanan dan kesederhanaan. Mereka menghargai imagawayaki sebagai bagian dari warisan budaya yang harus dilestarikan dan menjadi penghubung dengan cara hidup tradisional yang semakin terpinggirkan oleh modernisasi.
Bagi kelompok usia ini, menikmati imagawayaki adalah kebiasaan yang mengingatkan mereka pada masa-masa sulit pasca perang ketika makanan sederhana seperti ini menjadi sumber penghiburan dan kekuatan. Mereka cenderung lebih menyukai varian tradisional dengan isian anko tsubuan (kacang merah utuh) yang autentik, dan selalu menjadi pelanggan setia toko-toko imagawayaki tua yang telah beroperasi selama puluhan tahun.
3. Generasi Pertengahan dan Kenangan Masa Kecil
Kelompok usia menengah umur 30-50 tahun memandang imagawayaki melalui sisi nostalgia masa kecil yang manis. Bagi mereka, imagawayaki adalah camilan yang dikaitkan dengan kenangan berharga seperti dibelikan oleh kakek-nenek setelah sekolah, dinikmati bersama teman-teman saat festival musim panas, atau sebagai hadiah setelah berprestasi di sekolah.
Generasi ini menjadi penjaga memori kolektif tentang imagawayaki, sering membawa anak-anak mereka ke toko-toko imagawayaki tradisional untuk memperkenalkan pengalaman yang sama yang mereka dapatkan dulu. Mereka adalah konsumen yang paling seimbang dan menikmati baik varian tradisional maupun inovasi modern.
4. Ketertarikan pada Generasi Muda Modern
Generasi muda Jepang khususnya Generasi Z dan Milenial menemukan imagawayaki dalam konteks yang sama sekali baru. Bagi mereka, imagawayaki selain menjadi camilan nostalgia, tapi juga sebuah memori untuk eksplorasi rasa dan estetika. Media sosial memainkan peran penting dalam memopulerkan imagawayaki di kalangan generasi muda dengan foto-foto “imagawayaki melt” yang viral dan variasi warna-warni yang instagrammable.
Generasi ini lebih terbuka terhadap inovasi, menyukai varian dengan isian kekinian seperti matcha latte, tiramisu, atau bahkan rasa gurih seperti kari Jepang. Namun menariknya, meskipun menikmati inovasi, mereka justru menemukan pesona baru dalam elemen tradisional yang dihadirkan dengan kemasan modern.
5. Data dan Survei yang Mengungkap Preferensi
Berdasarkan survei komprehensif yang dilakukan oleh All Japan Confectionery Association (AJCA) pada tahun 2023, terungkap data yang menarik tentang preferensi masyarakat Jepang terhadap imagawayaki. Sebanyak 78% responden mengaku menyukai imagawayaki dengan tingkat kesukaan tertinggi berada pada kelompok usia 40-60 tahun (85%) diikuti kelompok 20-40 tahun (76%) dan remaja 10-20 tahun (72%).

carehome.co.jp
Survei yang melibatkan 5.000 responden dari berbagai wilayah di Jepang ini juga mengungkap bahwa 65% responden membeli imagawayaki setidaknya sekali selama musim dingin, sementara 45% mengonsumsi imagawayaki sepanjang tahun tanpa terpengaruh musim.
Data tentang preferensi isian menunjukkan bahwa anko tsubuan (kacang merah utuh) tetap menjadi favorit dengan 45% pemilih, diikuti oleh custard (25%), anko koshian (kacang merah halus, 15%), dan variasi modern seperti coklat dan matcha (15%). Yang menarik, meskipun varian modern banyak mendapatkan perhatian di media sosial, varian tradisional tetap mendominasi preferensi aktual konsumen.
6. Aksesibilitas dan Daya Terjangkau
Salah satu alasan fundamental mengapa imagawayaki tetap populer adalah karena aksesibilitas dan harganya yang terjangkau. Dengan harga rata-rata antara ¥120-¥250 per biji, imagawayaki dapat dinikmati oleh hampir semua kalangan tanpa membebani kantong. Kemudahan akses juga menjadi faktor penting bahwa camilan ini dapat ditemukan mulai dari toko khusus, kios di stasiun kereta, supermarket, hingga festival-festival lokal.
7. Adaptasi dengan Gaya Hidup Modern
Imagawayaki berhasil bertahan karena kemampuannya beradaptasi dengan gaya hidup modern. Banyak toko yang sekarang menawarkan imagawayaki beku yang dapat dipanaskan di rumah, memenuhi kebutuhan konsumen yang sibuk. Beberapa toko bahkan mengembangkan varian sehat dengan reduced sugar atau gluten-free untuk menjawab tren kesehatan yang sedang berkembang.
8. Pengalaman Rasa yang Unik
Pengalaman menikmati imagawayaki adalah sebuah perjalanan rasa yang lengkap. Dari suara desisan saat adonan dituang ke cetakan panas, aroma manis yang menggoda, tekstur renyah di luar dan lembut di dalam, hingga kehangatan yang menyebar saat digigit, semua elemen ini menciptakan pengalaman yang sulit ditiru oleh camilan modern lainnya.
9. Peran dalam Konteks Sosial dan Budaya, Pemersatu Keluarga dan Komunitas
Imagawayaki selalu berperan sebagai pemersatu dalam konteks keluarga dan komunitas. Tradisi membeli imagawayaki untuk dinikmati bersama keluarga di akhir pekan, atau berbagi imagawayaki dengan tetangga saat festival lokal ini telah mengakar kuat dalam banyak komunitas di Jepang. Aktivitas ini selain tentang menikmati makanan, tapi juga tentang memperkuat ikatan sosial.
10. Simbol Ketahanan Budaya Lokal
Di banyak daerah, toko imagawayaki tua telah menjadi landmark lokal dan simbol ketahanan budaya. Toko-toko ini seringkali menjadi kebanggaan masyarakat setempat, dengan resep turun-temurun yang diwariskan melalui generasi. Masyarakat lokal dengan bangga akan merekomendasikan toko imagawayaki favorit mereka kepada pengunjung dan menunjukkan bagaimana imagawayaki telah menjadi bagian dari identitas komunitas.
11. Tantangan dan Masa Depan
Meskipun secara umum disukai, imagawayaki menghadapi tantangan dalam mempertahankan relevansinya di era modern. Persaingan dengan camilan impor dan makanan ngetren, perubahan pola konsumsi, dan menurunnya jumlah pengrajin tradisional menjadi ancaman serius. Namun, banyak toko imagawayaki yang merespons tantangan ini dengan inovasi kreatif mulai dari kolaborasi dengan karakter anime populer, pengembangan varian premium dengan bahan-bahan impor berkualitas, hingga memanfaatkan platform digital untuk pemasaran.
Yang lebih menggembirakan lagi, munculnya minat generasi muda terhadap makanan tradisional Jepang dalam beberapa tahun terakhir memberikan angin segar bagi masa depan imagawayaki. Banyak anak muda yang justru menemukan pesona dalam makanan tradisional seperti camilan ini sebagai bentuk penyeimbang terhadap dominasi makanan Barat.
G. Eksistensi Imagawayaki di Jepang Saat Ini
Bagaimana eksistensi camilan manis ini di Jepang sekarang? Untuk tahu jawabannya, kita simak lagi penjelasan di bawah ini.
1. Transformasi dalam Lanskap Kuliner Kontemporer
Di tengah gempuran tren kuliner global dan perubahan perilaku konsumen, imagawayaki dapat bertahan dan justru mengalami transformasi yang luar biasa dalam masyarakat Jepang modern. Keberadaannya kini melampaui camilan tradisional biasa, berkembang menjadi fenomena budaya yang terus berevolusi sambil mempertahankan esensi historisnya. Eksistensi imagawayaki di era kontemporer dapat diamati melalui berbagai dimensi yang saling terkait, mulai dari strategi bisnis inovatif hingga reposisi dalam kesadaran kolektif masyarakat Jepang.
2. Toko Khusus dan Warisan Keluarga: Penjaga Tradisi di Era Modern
Toko-toko imagawayaki tradisional yang telah beroperasi selama beberapa generasi tetap bertaham dan banyak yang berkembang menjadi destinasi wisata kuliner yang signifikan. Tempat wisata legendaris seperti Usagiya di distrik Asakusa Tokyo yang berdiri sejak 1913 telah berhasil mempertahankan resep asli sambil mengadaptasi operasional mereka untuk memenuhi tuntutan zaman.
Yang menarik lagi, banyak dari toko-toko tua ini justru mengalami kebangkitan popularitas berkat minat generasi muda terhadap “retro food” dan “authentic experiences“. Mereka memanfaatkan nilai sejarah mereka sebagai unique selling point dengan beberapa toko mempertahankan desain interior zaman Showa yang otentik dan menciptakan atmosfer nostalgia yang justru menjadi daya tarik modern.
Adaptasi bisnis yang dilakukan toko-toko tradisional ini mencerminkan kecerdasan kewirausahaan dalam menaggapi perubahan pasar. Banyak yang mulai mengadopsi sistem manajemen modern, memperluas jam operasional, mengembangkan lini dengan produk beku untuk distribusi nasional, dan membuka cabang di pusat perbelanjaan modern tanpa mengorbankan kualitas tradisional. Beberapa toko bahkan menerapkan sistem waralaba terbatas dengan kontrol kualitas yang ketat untuk menjaga konsistensi rasa.
3. Inovasi dan Adaptasi: Menjawab Tuntutan Zaman
Mengembangkan kembali imagawayaki di Jepang modern merupakan contoh sempurna tentang bagaimana tradisi dapat beradaptasi tanpa kehilangan jati diri. Inovasi terjadi pada berbagai level mulai dari bahan baku, teknik produksi, hingga konsep penyajian. Penggunaan bahan-bahan premium menjadi tren yang semakin kuat dengan banyak toko sekarang menawarkan varian spesial menggunakan kacang merah dari Hokkaido, matcha grade ceremonial dari Uji, atau telur organik yang secara signifikan meningkatkan kualitas akhir produk.

nichireifoods.co.jp
Variasi rasa telah berkembang secara meluas, mencerminkan globalisasi rasa konsumen Jepang. Selain varian tradisional yang tetap populer, sekarang dapat ditemukan imagawayaki dengan isian seperti white chocolate matcha, cheesecake oreo, atau bahkan kombinasi gabungan seperti mentaiko mayonnaise untuk varian gurih. Inovasi ini tidak hanya mengikuti tren, tapi merupakan hasil eksperimen kreatif yang memperkaya khazanah rasa tanpa meninggalkan akar tradisional.
Konsep limited edition dan kolaborasi telah menjadi strategi pemasaran yang efektif. Banyak toko yang secara rutin meluncurkan varian musiman atau edisi khusus hasil kolaborasi dengan brand ternama, karakter anime populer, atau bahkan artis lokal. Pendekatan ini menciptakan buzz media sosial dan juga mendorong untuk membeli lagi dari konsumen yang penasaran dengan inovasi terbaru.
5. Presensi di Ritel Modern: Dari Supermarket hingga Convenience Store
Ekspansi imagawayaki ke kanal distribusi modern merupakan perkembangan krusial dalam eksistensinya di Jepang modern. Sekarang produk imagawayaki beku atau siap panaskan dapat dengan mudah ditemukan di rak-rak supermarket besar seperti AEON, Ito-Yokado, atau Seiyu, serta di jaringan convenience store seperti 7-Eleven, FamilyMart, dan Lawson. Keberadaan di ritel modern ini memperluas jangkauan demografis dan juga mengubah pola konsumsi. Camilan ini sekarang dapat dinikmati kapan saja di rumah, bukan hanya sebagai camilan jalanan.
Produk-produk imagawayaki di ritel modern telah mengalami berbagai adaptasi teknis untuk memenuhi standar produksi massal dan daya tahan simpan, sambil berusaha mempertahankan karakteristik rasa dan tekstur yang diharapkan konsumen. Beberapa brand berinvestasi signifikan dalam research and development untuk menciptakan produk beku yang dapat mendekati kualitas versi fresh, dengan teknologi seperti quick freezing yang menjaga kualitas dan tekstur produknya.
6. Media Sosial dan “Instagrammability” dalam Fenomena Digital
Revolusi digital telah memberikan dimensi baru bagi eksistensi imagawayaki. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter menjadi medium powerful dalam memperkenalkan imagawayaki kepada audiens yang lebih muda dan global. Estetika visual imagawayaki dengan bentuknya yang simetris, tekstur golden brown yang menarik, dan momen “filling burst” saat dibelah menjadikannya subjek yang ideal untuk konten kuliner di media sosial.
Banyak toko secara aktif mengkurasi pengalaman konsumen mereka untuk optimalisasi media sosial, menciptakan “photo spots” yang menarik di dalam toko, mengembangkan kemasan yang bagus secara aesthethic, atau bahkan merancang varian khusus dengan warna dan bentuk yang unik untuk tujuan fotografi. Beberapa viral challenge seperti “imagawayaki melt video” atau “first bite reaction” berkontribusi signifikan dalam meningkatkan brand awareness di kalangan demografi muda.
Meskipun konten media sosial sering fokus pada varian-varian inovatif, justru konten tentang pengalaman menikmati imagawayaki tradisional di toko tua juga mendapatkan tempat tersendiri/ Hal ini mencerminkan apresiasi terhadap keaslian di tengah arus modernisasi.
7. Pendidikan dan Pelestarian Budaya, Investasi untuk Masa Depan
Kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan kuliner tradisional telah mendorong berbagai inisiatif edukasi yang melibatkan imagawayaki. Banyak sekolah dasar di Jepang yang memasukkan pengenalan makanan tradisional seperti imagawayaki dalam kurikulum pendidikan mereka dengan kegiatan praktis seperti kunjungan lapangan ke toko imagawayaki atau workshop membuat imagawayaki sederhana.
Organisasi seperti Tokyo Wagashi Association secara aktif menyelenggarakan seminar dan pelatihan untuk memastikan transfer knowledge kepada generasi muda pembuat kue tradisional. Beberapa prefektur bahkan telah mengembangkan program sertifikasi khusus untuk pengrajin imagawayaki untuk menjaga standar kualitas dan juga untuk meningkatkan prestise profesi ini di mata masyarakat.
Inisiatif-inisiatif pendidikan ini selain berfungsi sebagai pelestarian budaya, tapi juga sebagai investasi untuk memastikan keberlangsungan penerus di masa depan, mengatasi tantangan populasi menua dan menurunnya minat generasi muda terhadap profesi tradisional.
8. Wisata Kuliner: Dari Camilan Lokal menjadi Daya Tarik Turis
Imagawayaki telah berevolusi menjadi salah satu elemen penting dalam pengalaman wisata kuliner di Jepang. Banyak turis domestik maupun internasional yang secara spesifik mencari toko-toko imagawayaki terkenal sebagai bagian dari itinerary perjalanan mereka. Beberapa toko legendaris seperti Kobe Fugetsudo atau Ginza Usagiya telah menjadi landmark kuliner yang setara dengan atraksi wisata konvensional.
Pemerintah lokal dan organisasi pariwisata semakin menyadari potensi imagawayaki sebagai daya tarik wisata. Banyak festival makanan yang sekarang secara khusus menampilkan imagawayaki sebagai highlight, sementara beberapa daerah bahkan mengembangkan “imagawayaki trail” atau peta kuliner yang menuntun pengunjung kepada toko-toko terbaik di wilayah tersebut.
Adaptasi terhadap pasar turis juga terlihat dari perkembangan varian-varian yang mempertimbangkan preferensi pelancong internasional, seperti reduced sweetness atau incorporation rasa yang lebih familiar bagi selera global sambil tetap mempertahankan karakter tradisionalnya.
9. Tren Kesehatan dan Kesadaran Lingkungan
Sebagai respons terhadap meningkatnya kesadaran kesehatan dan lingkungan, banyak produsen imagawayaki yang mulai menawarkan varian-varian yang sesuai dengan nilai-nilai modern. Varian rendah gula, gluten-free, atau menggunakan bahan organik semakin umum ditemui. Beberapa toko bahkan mengembangkan varian vegan yang menggantikan bahan hewani dengan alternatif nabati tanpa mengorbankan tekstur dan rasa.
Isu keberlanjutan juga mulai mendapatkan perhatian, dengan banyak toko beralih ke kemasan ramah lingkungan, mengurangi sisa makanan melalui sistem pre-order, atau menerapkan program daur ulang. Inisiatif-inisiatif ini memenuhi tuntutan konsumen modern dan memperkuat posisi imagawayaki sebagai produk yang relevan dengan nilai-nilai masa kini.
10. Kolaborasi dan Pengembangan yang Lebih Kreatif
Fenomena menarik dalam eksistensi imagawayaki modern adalah maraknya kolaborasi kreatif dengan berbagai sektor lain. Kita dapat menemukan imagawayaki dengan rasa yang terinspirasi dari minuman bubble tea terkenal, kolaborasi dengan brand luxury untuk edisi spesial, atau bahkan integrasi dengan dunia seni kontemporer melalui desain kemasan limited edition oleh artis ternama.

retty.news
Beberapa kafe modern telah mengadopsi imagawayaki sebagai bagian dari menu mereka dengan interpretasi yang lebih kontemporer sambil mempertahankan elemen-elemen esensial. Pengembangan yang lebih kreatif seperti ini memperkenalkan imagawayaki kepada audiens baru dan mengangkat statusnya dari camilan biasa menjadi bagian dari bentang kuliner yang lebih premium.
11. Ketahanan di Masa Pandemi
Pandemi COVID-19 yang lalu menciptakan tantangan signifikan bagi banyak bisnis kuliner, termasuk toko-toko imagawayaki. Namun, banyak yang berhasil beradaptasi melalui strategi seperti penguatan layanan takeaway dan delivery, pengembangan kit DIY untuk dibuat di rumah, atau optimalisasi pemasaran digital. Kemampuan beradaptasi ini menunjukkan ketahanan bisnis imagawayaki dalam menghadapi disrupsi.
Pasca-pandemi banyak toko yang mempertahankan inovasi-inovasi yang dikembangkan selama krisis dan menciptakan model bisnis yang lebih tahan dan beragam. Model hybrid yang menggabungkan penjualan offline dengan online atau menawarkan keduanya produk baru matang dan produk beku menjadi semakin umum.
12. Masa Depan Antara Tradisi dan Inovasi
Eksistensi imagawayaki di Jepang modern adalah cerita tentang keseimbangan yang berhasil antara mempertahankan tradisi dan merangkul inovasi. Di satu sisi, akar historis dan nilai nostalgia tetap menjadi fondasi yang kuat. Di sisi lain, kemampuan beradaptasi dengan tren terkini memastikan relevansinya terus berlanjut.
Masa depan imagawayaki tampak cerah dengan generasi baru pengusaha dan pengrajin yang membawa fresh perspective sambil menghormati warisan tradisi. Teknologi seperti AI untuk optimisasi resep, automation dalam produksi, dan augmented reality untuk pengalaman konsumen, berpotensi membawa camilan ini ke level berikutnya tanpa mengorbankan jiwa tradisionalnya.
Yang paling penting adalah eksistensi berkelanjutan imagawayaki dalam masyarakat Jepang modern membuktikan bahwa dalam dunia kuliner yang terus berubah. Ada tempat abadi untuk rasa, tekstur, dan pengalaman yang mampu membangkitkan kenangan sekaligus menciptakan yang baru. Hal ini menjadi warisan kuliner yang hidup, bernapas, dan terus berevolusi bersama zaman.
Imagawayaki adalah simbol ketahanan budaya, penjaga kenangan, dan bukti bahwa hal sederhana selalu yang paling berarti. Dari kios pinggir jalan di periode Edo hingga toko modern dengan variasi rasa inovatif, imagawayaki telah membuktikan kemampuannya untuk bertahan dan berkembang.
Setiap gigitan imagawayaki yang hangat tidak hanya memuaskan lidah, tapi juga menyampaikan cerita tentang Jepang dari musimnya, festivalnya, orang-orangnya, dan warisan kuliner yang terus hidup. Jadi, jika Minasan sedang berada di Jepang, sempatkan juga untuk mencoba imagawayaki ini ya. Dijamin rasanya enak deh.
Nah, itu dia artikel mengenai camilan imawagayaki yang manis mirip dengan taiyaki. Jika Minasan ingin tahu tentang kuliner Jepang lainnya, di website ini tersedia banyak. Ada salah satu rekomendasinya nih: Tare, Saus Khas Jepang yang Membuat Panggangan Jadi Istimewa. Klik untuk membacanya ya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!


