Beragam Dialek di Jepang: Keunikan Bahasa dari Setiap Daerah
Jepang adalah negara yang kaya akan budaya, tradisi, dan tentunya bahasa. Selain bahasa Jepang standar (標準語, hyōjungo), yang umumnya diajarkan di sekolah dan digunakan dalam media, Jepang juga memiliki beragam dialek daerah atau yang disebut dengan 方言 (hōgen). Dialek-dialek ini mencerminkan keunikan budaya lokal dan kerap menjadi ciri khas setiap wilayah.
Apa Itu Dialek (方言, Hōgen)?
Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan di wilayah tertentu, baik dari segi pelafalan, kosa kata, maupun tata bahasa. Di Jepang, penggunaan dialek sering kali mencerminkan asal-usul seseorang. Misalnya, seseorang dari Osaka mungkin berbicara dengan Osaka-ben, sementara orang dari Aomori menggunakan Tsugaru-ben.
Kenapa Jepang Memiliki Banyak Dialek?
Keberagaman dialek di Jepang dipengaruhi oleh faktor geografis dan sejarah. Sebagai negara kepulauan, Jepang memiliki banyak daerah yang terisolasi secara alami, seperti pegunungan dan lautan, sehingga setiap wilayah mengembangkan cara berbicara mereka sendiri. Pada zaman Edo, keterbatasan transportasi dan komunikasi memperkuat perbedaan ini.
Beberapa Dialek di Jepang
Jepang adalah negara dengan keanekaragaman budaya yang tercermin tidak hanya dalam tradisi dan makanan, tetapi juga dalam bahasanya. Selain bahasa Jepang standar (Hyoujungo), terdapat banyak dialek lokal yang dikenal sebagai hougen. Dialek-dialek ini memiliki ciri khas masing-masing, mulai dari kosa kata, intonasi, hingga tata bahasa. Berikut adalah beberapa dialek utama di Jepang:
1. Kansai-ben (関西弁)
Kansai-ben adalah salah satu dialek paling terkenal di Jepang yang digunakan di wilayah Kansai, termasuk kota-kota seperti Osaka, Kyoto, dan Kobe. Dialek ini memiliki karakteristik yang berbeda dari bahasa Jepang standar (Hyoujungo), yang membuatnya sering dianggap lebih ekspresif dan ramah.
Ciri Khas Kansai-ben
1. Intonasi dan Aksen:
Kansai-ben memiliki pola intonasi yang berbeda dari bahasa Jepang standar. Nada bicaranya sering terdengar lebih naik-turun dan ekspresif.
2. Kosakata Unik:
- Ookini (おおきに): Terima kasih.
- Akan (あかん): Tidak boleh atau tidak mungkin.
- Nandeyanen (なんでやねん): “Kenapa, sih?” Ekspresi ini sering digunakan untuk bercanda.
- Honma (ほんま): Benar atau sungguh (pengganti hontou).
Partikel Khas:
- Hen digunakan untuk menyatakan negatif. Contoh:
Bahasa standar: Ikanai (行かない) → Kansai-ben: Ikan hen (行かへん). - Yan digunakan untuk memberikan penekanan. Contoh:
Bahasa standar: Sou da ne (そうだね) → Kansai-ben: Sou yan (そうやん).
Nada Bicara:
- Gaya bicara Kansai-ben sering terdengar santai, akrab, dan terkadang penuh humor.
- Kansai-ben juga mencerminkan budaya Kansai yang terkenal dengan tradisi komedinya, seperti Manzai.
Contoh Kalimat dalam Kansai-ben
Ucapan Terima Kasih:
- Bahasa Standar: ありがとう (Arigatou).
- Kansai-ben: おおきに (Ookini).
Menolak dengan Santai:
- Bahasa Standar: 行かないよ (Ikanai yo – Saya tidak pergi).
- Kansai-ben: 行かへんで (Ikan hen de).
Mengungkapkan Kekaguman:
- Bahasa Standar: すごいね (Sugoi ne – Hebat ya).
- Kansai-ben: めっちゃすごいやん (Meccha sugoi yan – Hebat banget!).
Bertanya dengan Nada Heran:
- Bahasa Standar: なんでですか? (Nande desu ka? – Kenapa?).
- Kansai-ben: なんでやねん (Nandeyanen – Kenapa sih?).

Budaya dan Kansai-ben
Kansai-ben sering diasosiasikan dengan keramahan dan humor orang Kansai. Dialek ini juga populer dalam drama, film, dan acara komedi Jepang, menjadikannya salah satu dialek yang paling mudah dikenali oleh orang luar Kansai.
Jika minasan berkunjung ke Kansai, mencoba berbicara Kansai-ben akan membuatmu lebih mudah diterima oleh penduduk lokal. Selain itu, mempelajari dialek ini adalah cara yang menyenangkan untuk mengenal budaya Kansai lebih dekat!
2. Hakata-ben (博多弁)
Hakata-ben adalah dialek yang digunakan di wilayah Fukuoka, khususnya di kota Hakata, yang terletak di pulau Kyushu. Dialek ini merupakan bagian dari dialek Kyushu-ben, dan memiliki ciri khas yang sangat berbeda dari bahasa Jepang standar (Hyoujungo). Hakata-ben terkenal karena keunikannya yang ramah dan penuh kehangatan, mencerminkan sifat orang-orang Fukuoka yang dikenal dengan keramahan dan keterbukaan mereka.
Ciri Khas Hakata-ben
1. Partikel Khusus:
To (と): Salah satu ciri khas Hakata-ben adalah penggunaan partikel to untuk memberikan penegasan atau menunjukkan kesan santai. Contoh:
- Bahasa standar: そうだね (Sou da ne – Benar ya).
- Hakata-ben: そうと (Sou to – Benar, kan?).
Yaka (やか): Digunakan untuk penegasan atau untuk bertanya dalam percakapan, mirip dengan ne dalam bahasa Jepang standar. Contoh:
- Bahasa standar: いいですね (Ii desu ne – Bagus ya).
- Hakata-ben: いいやか (Ii yaka).
Buka (ぶか): Digunakan untuk menambahkan penekanan pada kalimat. Misalnya, ketika mengatakan sesuatu yang baru atau mengejutkan:
- Hakata-ben: びっくりぶか!(Bikkuri buka!) – Betul-betul mengejutkan!
2. Kosakata Khas:
- Yokatō (よかとう): Artinya “bagus” atau “terbaik”. Ini adalah kata yang sering digunakan di Hakata-ben untuk menyatakan pujian atau persetujuan.
- Mekuru (めくる): Berarti “datang”, misalnya, mekuru digunakan untuk mengatakan seseorang datang dengan cara yang lebih santai.
- Mizu (水): Di Hakata-ben, kata ini dapat merujuk pada air atau juga digunakan dalam konteks percakapan untuk menambahkan nuansa akrab.
3. Intonasi yang Menyenankan:
- Hakata-ben memiliki nada bicara yang terdengar lebih ramah dan santai, membuat orang merasa nyaman ketika berkomunikasi.
- Kadang-kadang, penggunaan intonasi yang lebih rendah dan pelafalan yang lebih jelas memberikan kesan keakraban dan ketenangan.
Perbedaan dalam Negatif:
Dalam Hakata-ben, kata kerja negatif sering diakhiri dengan -yaken atau -kan, yang berbeda dengan bahasa Jepang standar yang berakhiran -nai.
- Bahasa standar: 行かない (Ikanai – Tidak pergi).
- Hakata-ben: 行かん (Ikan atau 行かんやけん*).
Contoh Kalimat dalam Hakata-ben
Ucapan Terima Kasih:
- Bahasa Standar: ありがとう (Arigatou – Terima kasih).
- Hakata-ben: よかとう (Yokatou – Terima kasih).
Menanyakan Sesuatu:
- Bahasa Standar: 何ですか? (Nandesu ka? – Apa itu?).
- Hakata-ben: なんやねん? (Nanyanen? – Apa itu?).
Menjawab dengan Penegasan:
- Bahasa Standar: そうです (Sou desu – Benar).
- Hakata-ben: そうやけん (Sou yaken – Benar!).
Menawarkan Bantuan:
- Bahasa Standar: 手伝いましょうか (Tetsudaimashou ka? – Apakah saya boleh membantu?).
- Hakata-ben: 手伝おうか (Tetsudao ka? – Boleh bantu?).

Budaya dan Hakata-ben
Hakata-ben sering kali dipandang sebagai dialek yang sangat ramah dan dekat dengan penduduknya. Dialek ini mencerminkan kehangatan orang-orang Fukuoka yang terkenal dengan sifat bersahabat dan tidak segan untuk berbicara dengan orang lain. Di samping itu, Hakata-ben banyak digunakan dalam berbagai acara lokal, seperti festival Hakata Gion Yamakasa, yang merupakan salah satu tradisi paling terkenal di Fukuoka.
Ketika mengunjungi Fukuoka atau kota-kota di sekitar wilayah Kyushu, mendengar dan mencoba berbicara dalam Hakata-ben bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk lebih mendalami budaya lokal dan mempererat hubungan dengan penduduk setempat.
Dengan keunikan dan daya tariknya, Hakata-ben tetap menjadi bagian penting dari identitas budaya kota Fukuoka dan wilayah Kyushu.
3. Tsugaru-ben (津軽弁)
Tsugaru-ben adalah dialek yang digunakan di wilayah Tsugaru, yang terletak di bagian barat laut Pulau Honshu, tepatnya di Prefektur Aomori. Dialek ini dikenal sebagai salah satu yang paling sulit dipahami di Jepang, bahkan bagi penutur bahasa Jepang asli. Meskipun demikian, Tsugaru-ben memiliki pesona tersendiri dan mencerminkan budaya dan karakter orang Tsugaru yang kuat dan bersemangat.
Ciri Khas Tsugaru-ben
1. Kosakata yang Unik:
- Degoza (でごさ): Digunakan untuk menambahkan nuansa sopan, mirip dengan penggunaan desu dalam bahasa Jepang standar, namun lebih sering digunakan dalam Tsugaru-ben.
- Ippon (いっぽん): Mengganti kata hitotsu yang berarti satu, contohnya untuk satu benda atau objek.
- Uke (うけ): Merujuk pada usui atau tipis dalam bahasa standar, tetapi dalam Tsugaru-ben, ia digunakan lebih luas untuk menyatakan kelemahan atau kekurangan.
- Wakka (わっか): Digunakan untuk mengekspresikan rasa bingung atau kaget, serupa dengan kata nani (apa) dalam bahasa standar.
2. Perbedaan dalam Kalimat Negatif:
Dalam Tsugaru-ben, kalimat negatif biasanya berakhir dengan -n atau -nan. Misalnya, bahasa standar ikimasen (行きません – tidak pergi) akan berubah menjadi ikana (いかん) atau ikann (いかん).
3. Penggunaan Partikel yang Berbeda:
- Bakkari (ばっかり): Menunjukkan “hanya” atau “terus-menerus,” yang lebih sering digunakan dalam Tsugaru-ben.
- Na (な): Partikel ini digunakan untuk memberikan penekanan atau konfirmasi pada akhir kalimat, hampir mirip dengan penggunaan ne dalam bahasa Jepang standar, tetapi lebih tegas.
- Aru (ある): Biasanya digunakan untuk menunjukkan adanya sesuatu, tetapi pengucapan dan cara penggunaan dalam Tsugaru-ben bisa berbeda dengan bahasa standar.
4. Intonasi yang Kuat:
Tsugaru-ben memiliki intonasi yang lebih keras dan tajam dibandingkan dengan banyak dialek Jepang lainnya. Hal ini memberikan kesan ketegasan dan keberanian, yang mencerminkan semangat orang-orang Tsugaru.
Contoh Kalimat dalam Tsugaru-ben
Ucapan Terima Kasih:
- Bahasa Standar: ありがとう (Arigatou – Terima kasih).
- Tsugaru-ben: ありがっさま (Arigassama).
Mengatakan “Tidak Bisa”:
- Bahasa Standar: できません (Dekimasen – Tidak bisa).
- Tsugaru-ben: できん (Dekin).
Bertanya:
- Bahasa Standar: どうしたのですか? (Doushita no desu ka? – Ada apa?).
- Tsugaru-ben: なんだな? (Nanda na? – Ada apa?).
Mengungkapkan Keheranan:
- Bahasa Standar: 本当に? (Hontou ni? – Benarkah?).
- Tsugaru-ben: ほんじゃろ (Hon jaro? – Benarkah?).

Budaya dan Tsugaru-ben
Tsugaru-ben sering dianggap sebagai dialek yang menunjukkan kekuatan dan ketahanan orang-orang Aomori. Dialek ini erat kaitannya dengan kehidupan pedesaan yang keras di daerah Tsugaru, yang memiliki iklim dingin dan kondisi alam yang sulit. Oleh karena itu, Tsugaru-ben berkembang dengan ciri khas yang membedakannya dari dialek lain di Jepang.
Dialek ini juga sering muncul dalam musik tradisional Tsugaru shamisen yang terkenal. Dalam budaya lokal, Tsugaru-ben merupakan simbol identitas masyarakat yang bangga dengan warisan mereka. Meskipun cukup sulit untuk dipahami, Tsugaru-ben tetap menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari dan budaya lokal di daerah tersebut.
Sebagai tambahan, beberapa orang dari luar wilayah Tsugaru mungkin merasa kesulitan untuk memahami dialek ini, bahkan jika mereka sudah terbiasa dengan bahasa Jepang. Namun, bagi mereka yang tinggal di daerah ini, Tsugaru-ben adalah cara untuk menjaga hubungan yang lebih akrab dan dekat dengan komunitas.
4. Okinawa-ben (沖縄弁)
Okinawa-ben adalah dialek yang digunakan di Okinawa, sebuah kepulauan di selatan Jepang. Dialek ini berbeda dengan dialek-dialek Jepang lainnya karena memiliki pengaruh bahasa Ryukyu, yang merupakan bahasa asli Okinawa dan pulau-pulau di sekitarnya sebelum pengaruh Jepang modern datang. Okinawa-ben sering dianggap sebagai bahasa yang lebih kaya dalam nuansa budaya lokal, dengan banyak kata dan ekspresi yang tidak ditemukan dalam bahasa Jepang standar.
Ciri Khas Okinawa-ben
1. Pengaruh Bahasa Ryukyu:
Okinawa-ben dipengaruhi oleh bahasa Ryukyu, yang memiliki akar yang sangat berbeda dari bahasa Jepang standar. Banyak kosakata dan struktur kalimat yang berasal dari bahasa Ryukyu yang lebih kuno, dan meskipun banyak dialek Okinawa sudah dipengaruhi oleh bahasa Jepang, banyak kata-kata asli yang masih digunakan.
Contohnya, kata “hā”, yang digunakan dalam Okinawa-ben untuk menyatakan persetujuan atau penguatan, mirip dengan “hai” (はい) dalam bahasa Jepang standar, tetapi lebih informal dan lebih sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.
2. Penggunaan Partikel yang Unik:
- -naka (なか): Di akhir kalimat, partikel ini sering digunakan dalam Okinawa-ben untuk menunjukkan penegasan atau pertanyaan. Ini mirip dengan ne (ね) dalam bahasa Jepang standar, tetapi lebih sering digunakan untuk menunjukkan ketertarikan atau penekanan.
Contoh: それ、いいんかななか? (Sore, iin kana naka? – Apakah itu baik?).
- -ya (や): Partikel ini digunakan untuk menambahkan penekanan pada kalimat atau sebagai penghubung antar kata, mirip dengan partikel ya (や) dalam dialek Kansai, tetapi lebih kuat dalam Okinawa-ben.
Contoh: おお、すごいや (Ooh, sugoiya – Wah, itu luar biasa!).
3. Kosakata Khusus:
- Chura (ちゅら): Kata ini sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang indah atau cantik, seperti dalam frasa chura umi (ちゅら海) yang berarti laut yang indah.
- Nanji (なんじ): Berarti kapan dalam bahasa Jepang standar, tetapi lebih sering digunakan dalam Okinawa-ben.
- Umi (うみ): Kata ini berarti laut dalam bahasa Jepang standar, tetapi lebih sering digunakan dalam Okinawa-ben untuk merujuk pada laut yang luas dan terkenal di pulau Okinawa.
4. Intonasi dan Kecepatan Bicara:
- Okinawa-ben memiliki intonasi yang lebih ringan dan cepat dibandingkan dengan banyak dialek Jepang lainnya. Pengucapan cenderung lebih ringan dan kadang-kadang terdengar lebih terputus-putus.
- Pada beberapa kata, bunyi vokal dan konsonan bisa terdengar lebih lembut dan teredam.
Penggunaan Kalimat Negatif yang Berbeda:
Dalam Okinawa-ben, kalimat negatif biasanya diakhiri dengan -n atau -ya. Contoh:
行かない (ikanai – tidak pergi) dalam bahasa standar akan menjadi 行かん (ikan) dalam Okinawa-ben.
Contoh Kalimat dalam Okinawa-ben
Mengatakan Terima Kasih:
- Bahasa Standar: ありがとう (Arigatou – Terima kasih).
- Okinawa-ben: ありがとさん (Arigato san – Terima kasih).
Mengungkapkan Kekaguman:
- Bahasa Standar: すごいね (Sugoi ne – Luar biasa, ya).
- Okinawa-ben: すごいや (Sugoi ya – Luar biasa!).
Menanyakan Sesuatu:
- Bahasa Standar: 何をしているのですか? (Nani wo shite iru no desu ka? – Apa yang sedang kamu lakukan?).
- Okinawa-ben: なにしよんどーや? (Nani shion do ya? – Apa yang kamu lakukan?).
Menanyakan Waktu:
- Bahasa Standar: 何時ですか? (Nanji desu ka? – Jam berapa?).
- Okinawa-ben: なんじーや? (Nanji ya? – Jam berapa?).

Budaya dan Okinawa-ben
Okinawa-ben tidak hanya merupakan cara berbicara, tetapi juga merupakan bagian penting dari identitas budaya Okinawa. Dialek ini mencerminkan warisan sejarah Okinawa yang panjang, yang dipengaruhi oleh budaya lokal, pengaruh Cina, serta hubungan mereka dengan Jepang. Okinawa-ben juga menunjukkan kedekatan masyarakat Okinawa yang dikenal sangat ramah, penuh semangat, dan memiliki rasa kebersamaan yang kuat.
Dialek ini juga sering digunakan dalam lagu-lagu tradisional Okinawa, seperti dalam musik kunkun dan sanshin, yang menambah kedalaman budaya Okinawa. Banyak orang Okinawa bangga menggunakan dialek mereka, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam seni dan hiburan.
Namun, seiring dengan globalisasi dan pengaruh bahasa Jepang standar, Okinawa-ben semakin jarang digunakan oleh generasi muda. Beberapa upaya sedang dilakukan untuk menjaga dan melestarikan dialek ini, termasuk pengajaran Okinawa-ben di sekolah-sekolah dan media yang menampilkan bahasa ini.
Bagi pengunjung yang datang ke Okinawa, mempelajari dan memahami sedikit Okinawa-ben bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk lebih mengenal budaya dan tradisi lokal. Menggunakan beberapa frasa dalam Okinawa-ben juga dapat membantu menciptakan hubungan yang lebih dekat dengan penduduk setempat.
5. Tohoku-ben (東北弁)
Tohoku-ben adalah dialek yang digunakan di wilayah Tohoku, yang terletak di bagian utara Pulau Honshu, Jepang. Wilayah ini meliputi provinsi seperti Aomori, Iwate, Akita, Miyagi, Yamagata, dan Fukushima. Tohoku-ben dikenal dengan intonasinya yang khas, pengucapan yang sedikit lebih lambat, dan penggunaan kata-kata yang sering dianggap kasar atau tidak formal oleh orang dari wilayah lain. Meskipun demikian, Tohoku-ben mencerminkan kebanggaan dan identitas masyarakat setempat yang kuat, serta memiliki nuansa yang ramah dan santai.
Ciri Khas Tohoku-ben
1. Pengucapan yang Lebih Lambat dan Tegas:
Salah satu ciri khas dari Tohoku-ben adalah cara berbicara yang lebih lambat dan terkadang lebih teratur dibandingkan dengan dialek-dialek lain di Jepang. Ini memberikan kesan berbicara dengan lebih tenang dan tegas. Hal ini sering dianggap sebagai bagian dari sifat orang Tohoku yang pekerja keras dan tekun.
2. Penggunaan Partikel Khusus:
- -べ (-be): Partikel ini digunakan di akhir kalimat untuk memberikan penekanan atau menyatakan ketegasan, mirip dengan ne (ね) dalam bahasa Jepang standar, tetapi lebih sering dipakai di Tohoku-ben.
Contoh: それ、いいべ? (Sore, iibe? – Itu bagus, kan?).
- -だべ (-dabe): Ini adalah bentuk lain dari partikel -be yang lebih sering digunakan dalam bentuk kalimat negatif atau pertanyaan.
Contoh: 行かないだべ? (Ikanai dabe? – Kamu tidak pergi, kan?).

3. Penggunaan Pengganti Kata Ganti Orang:
Di Tohoku-ben, kata ganti orang sering kali berubah. Misalnya, orang yang menggunakan bahasa Jepang standar akan menggunakan ore (俺) atau watashi (私) untuk “saya,” tetapi di Tohoku-ben, -otta atau -wara sering digunakan untuk merujuk pada diri sendiri.
Contoh: 俺行くべ (Ore iku be – Saya akan pergi) dalam bahasa Jepang standar bisa berubah menjadi わたし行くべ (Watashi iku be) dalam Tohoku-ben.
4. Perbedaan dalam Pengucapan Konsonan:
Tohoku-ben cenderung memiliki perubahan bunyi dalam pengucapan konsonan tertentu. Misalnya, pengucapan s bisa berubah menjadi sh dan t bisa menjadi ch dalam beberapa kata.
Contoh: tasuki (たすき) menjadi tashiki (たしき).
5.Penggunaan Kalimat Negatif yang Berbeda:
Dalam Tohoku-ben, kalimat negatif sering berakhiran dengan -n atau -ne.
Contoh: 行かない (ikanai – tidak pergi) dalam bahasa Jepang standar bisa menjadi 行かん (ikan) dalam Tohoku-ben.
Contoh Kalimat dalam Tohoku-ben
Menanyakan Waktu:
- Bahasa Standar: 何時ですか? (Nanji desu ka? – Jam berapa?).
- Tohoku-ben: なんじだべ? (Nanji dabe? – Jam berapa?).
Memberi Perintah atau Saran:
- Bahasa Standar: これを見てください (Kore o mite kudasai – Tolong lihat ini).
- Tohoku-ben: これ見なよ (Kore mina yo – Lihat ini).
Mengungkapkan Kekaguman:
- Bahasa Standar: すごいね (Sugoi ne – Luar biasa ya).
- Tohoku-ben: すげぇべ (Sugee be – Luar biasa, ya).
Mengatakan Terima Kasih:
- Bahasa Standar: ありがとう (Arigatou – Terima kasih).
- Tohoku-ben: ありがど (Arigado – Terima kasih).

Budaya dan Tohoku-ben
Tohoku-ben bukan hanya sebuah dialek, tetapi juga sebuah simbol identitas bagi masyarakat Tohoku. Wilayah ini dikenal dengan keindahan alamnya yang melimpah, seperti pegunungan, danau, dan musim dingin yang sangat bersalju. Masyarakat Tohoku juga dikenal dengan sifat mereka yang ramah dan pekerja keras, dan dialek Tohoku-ben mencerminkan kualitas-kualitas ini.
Dialek ini sering kali dianggap kasar atau kurang sopan oleh orang luar, tetapi di Tohoku, penggunaan Tohoku-ben justru menunjukkan kedekatan dan keakraban. Selain itu, Tohoku-ben juga sering digunakan dalam budaya pop Jepang, seperti dalam anime, drama, dan lagu-lagu daerah, yang membantu mempopulerkan dialek ini di kalangan generasi muda.
Namun, seperti banyak dialek lainnya di Jepang, Tohoku-ben juga menghadapi tantangan dalam mempertahankan eksistensinya, terutama di kalangan generasi muda yang lebih cenderung menggunakan bahasa Jepang standar. Meski demikian, ada upaya untuk melestarikan Tohoku-ben melalui pendidikan dan promosi budaya lokal.
6. Nagoya-ben (名古屋弁)
Nagoya-ben adalah dialek yang digunakan di kota Nagoya, ibu kota Prefektur Aichi, yang terletak di wilayah Chubu, Jepang. Nagoya merupakan kota terbesar ketiga di Jepang setelah Tokyo dan Osaka, dan Nagoya-ben mencerminkan karakteristik unik dari kota ini, serta identitas budaya dan sejarahnya yang panjang. Dialek ini sering kali dianggap sebagai campuran antara dialek Kansai dan dialek Kanto, namun memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari dialek lainnya.
Ciri Khas Nagoya-ben
1. Penggunaan Partikel Khusus:
- Nagoya-ben memiliki beberapa partikel yang berbeda dari bahasa Jepang standar. Salah satunya adalah -ya yang digunakan di akhir kalimat, mirip dengan penggunaan -ne dalam bahasa Jepang standar.
Contoh: これはおいしいや (Kore wa oishii ya – Ini enak, ya).
- -to juga sering digunakan untuk menambahkan penekanan atau memberikan kesan informal pada kalimat.
Contoh: 行くと (Iku to – Akan pergi).
2. Penggunaan Verba Khusus:
- Salah satu ciri khas Nagoya-ben adalah penggunaan bentuk kata kerja yang sedikit berbeda. Misalnya, kata kerja “suru” (する – melakukan) dalam bahasa Jepang standar sering digantikan dengan “sasu” (さす) dalam Nagoya-ben.
Contoh: それをさす (Sore o sasu – Melakukan itu).
- Selain itu, kata kerja “aru” (ある – ada) yang digunakan untuk benda atau objek mati, sering digantikan dengan “aruya” dalam Nagoya-ben.
Contoh: それ、あるや (Sore, ariya – Itu ada).
3. Penggunaan Kosakata Lokal:
- Nagoya-ben juga memiliki kosakata yang khas, yang tidak umum digunakan di daerah lain. Misalnya, untuk menyatakan “baik” atau “bagus,” orang Nagoya sering menggunakan kata “i” (い).
Contoh: これはいい (Kore wa ii – Ini bagus).
- Untuk mengatakan “makan,” orang di Nagoya menggunakan kata “taberu” yang lebih umum, tetapi sering pula digunakan “meshi” sebagai bentuk slang.
Contoh: ご飯、食べる? (Gohan, taberu? – Makan, tidak?).
4. Penggunaan Bentuk Pengucapan yang Santai:
Nagoya-ben cenderung lebih santai dan informal dibandingkan dengan bahasa Jepang standar. Kata-kata sering dipendekkan atau diubah menjadi bentuk yang lebih santai, memberikan kesan lebih akrab atau tidak terlalu formal.
5. Pengucapan yang Khas:
Nagoya-ben memiliki cara pengucapan yang lebih tegas dan lebih cepat daripada dialek lain, dengan sedikit aksen yang terasa sangat kental di kalangan penutur asli.
Contoh Kalimat dalam Nagoya-ben
Menanyakan Waktu:
- Bahasa Standar: 何時ですか? (Nanji desu ka? – Jam berapa?).
- Nagoya-ben: なんじやねん? (Nanji yan? – Jam berapa sih?).
Memberi Perintah atau Saran:
- Bahasa Standar: これを見てください (Kore o mite kudasai – Tolong lihat ini).
- Nagoya-ben: これ見てみいや (Kore mite miya – Lihat ini, deh).
Mengungkapkan Terima Kasih:
- Bahasa Standar: ありがとう (Arigatou – Terima kasih).
- Nagoya-ben: ありがとさん (Arigato-san – Terima kasih).
Mengatakan Tidak:
- Bahasa Standar: いいえ (Iie – Tidak).
- Nagoya-ben: ちゃう (Chau – Tidak, salah).

Budaya dan Nagoya-ben
Nagoya-ben mencerminkan kebanggaan masyarakat Nagoya atas kota mereka yang modern, tetapi juga penuh dengan sejarah. Sebagai kota yang kaya akan budaya, sejarah, dan industri, Nagoya memiliki banyak warisan yang terkait dengan dialek ini.
Dialek ini digunakan dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari percakapan kasual hingga di tempat kerja.
Masyarakat Nagoya terkenal dengan kebanggaan mereka terhadap kota mereka, dan ini tercermin dalam cara mereka berbicara menggunakan Nagoya-ben. Dialek ini sering dianggap lebih “kasar” atau lebih tegas dibandingkan dengan dialek lain di Jepang, tetapi ini juga menunjukkan kehangatan dan keakraban antara pembicara. Bagi orang luar, mendengar Nagoya-ben bisa terasa sedikit asing, tetapi bagi orang Nagoya, dialek ini adalah simbol dari identitas mereka yang unik.
7. Hiroshima-ben (広島弁)
Hiroshima-ben adalah dialek yang digunakan di Hiroshima, sebuah kota yang terkenal secara internasional karena sejarahnya yang terkait dengan Perang Dunia II, tetapi juga kaya akan budaya dan tradisi. Dialek ini adalah bagian dari grup dialek Chugoku, yang mencakup wilayah Chugoku di bagian barat Pulau Honshu. Hiroshima-ben memiliki ciri khas dalam intonasi, kosakata, dan tata bahasanya yang membedakannya dari bahasa Jepang standar (標準語・Hyoujungo) maupun dialek lainnya.
Ciri Khas Hiroshima-ben
1. Penggunaan Partikel Khusus:
- Salah satu ciri utama Hiroshima-ben adalah penggunaan “じゃ” di akhir kalimat, yang setara dengan “だ” dalam bahasa Jepang standar untuk menyatakan kepastian atau penegasan.
Contoh: それはいいじゃ (Sore wa ii ja – Itu bagus, kan?).
- Partikel “けぇ” sering digunakan untuk menunjukkan alasan, menggantikan “から” dalam bahasa Jepang standar.
Contoh: もう帰るけぇ (Mou kaeru ke – Saya pulang karena sudah waktunya).
2. Penggantian Akhiran Kata Kerja:
Dalam Hiroshima-ben, bentuk “-nai” (negatif) sering digantikan dengan “-ん”.
Contoh:
- Bahasa Standar: 食べない (Tabenai – Tidak makan).
- Hiroshima-ben: 食べん (Taben – Tidak makan).
- Bahasa Standar: 行かない (Ikanai – Tidak pergi).
- Hiroshima-ben: 行かん (Ikan – Tidak pergi).
3. Intonasi yang Khas:
Intonasi Hiroshima-ben cenderung lebih datar dan pelan dibandingkan dengan dialek Kansai, tetapi memiliki nuansa yang terdengar santai dan hangat.
4. Kosakata Khas:
Hiroshima-ben memiliki kata-kata unik yang jarang ditemukan di daerah lain:
- “ぶち” digunakan untuk menggantikan “とても” atau “すごく” dalam bahasa Jepang standar, artinya “sangat” atau “benar-benar.”
Contoh: ぶち楽しい (Buchi tanoshii – Sangat menyenangkan). - “たいぎい” berarti “merepotkan” atau “melelahkan.”
Contoh: それはたいぎいじゃ (Sore wa taigii ja – Itu merepotkan sekali).

5. Frasa Santai dan Kasual:
Hiroshima-ben sering digunakan dalam situasi santai atau kasual, sehingga terdengar lebih akrab dibandingkan dengan bahasa Jepang standar yang cenderung formal.
Contoh Kalimat dalam Hiroshima-ben
Mengungkapkan Kepastian:
- Bahasa Standar: 本当に楽しかったよ (Hontou ni tanoshikatta yo – Itu benar-benar menyenangkan).
- Hiroshima-ben: ぶち楽しかったじゃ (Buchi tanoshikatta ja – Itu benar-benar menyenangkan).
Memberi Penjelasan atau Alasan:
- Bahasa Standar: もう行くからね (Mou iku kara ne – Aku pergi dulu, ya).
- Hiroshima-ben: もう行くけぇ (Mou iku ke – Aku pergi dulu, ya).
Memberi Tanggapan Negatif:
- Bahasa Standar: できない (Dekinai – Tidak bisa).
- Hiroshima-ben: できん (Dekin – Tidak bisa).
Mengeluh tentang Sesuatu:
- Bahasa Standar: 疲れた (Tsukareta – Lelah).
- Hiroshima-ben: たいぎいじゃ (Taigii ja – Melelahkan).

Keunikan Budaya Hiroshima-ben
Hiroshima-ben mencerminkan kehangatan dan keramahan masyarakat Hiroshima. Dialek ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, terutama di kalangan orang tua dan masyarakat lokal yang bangga dengan tradisi mereka. Di sisi lain, Hiroshima-ben juga mendapatkan perhatian dari generasi muda karena dianggap sebagai bagian penting dari identitas lokal mereka.
Selain itu, Hiroshima adalah daerah yang kaya akan masakan lokal, seperti okonomiyaki Hiroshima, yang sering disebut dalam percakapan sehari-hari menggunakan Hiroshima-ben. Dialek ini memberikan nuansa lokal yang unik dalam berinteraksi dengan budaya Hiroshima yang kaya.
Keunikan Dialek Jepang
Setiap dialek tidak hanya mencerminkan identitas budaya lokal, tetapi juga cara masyarakat setempat berkomunikasi. Dialek-dialek ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari dan media seperti film, drama, dan lagu. Bagi orang asing, memahami dialek bisa menjadi tantangan, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang keragaman Jepang.
Mempelajari dialek dapat memperkaya kemampuan bahasa Jepang sekaligus menciptakan hubungan yang lebih dekat dengan masyarakat lokal. Jadi, dialek mana yang ingin minasan pelajari?
Mengapa Dialek Penting?
Dialek adalah bagian tak terpisahkan dari identitas daerah. Mereka tidak hanya memperkaya bahasa Jepang, tetapi juga menjadi cara bagi masyarakat untuk menunjukkan kebanggaan lokal. Selain itu, mengenal dialek membantu memahami budaya Jepang secara lebih mendalam dan memberikan nuansa unik saat berbicara dengan penduduk setempat.
Tips Belajar Dialek Jepang
- Tonton Media Lokal: Menonton drama atau acara TV dari daerah tertentu bisa membantu menangkap intonasi dan kosa kata.
- Bicara dengan Penutur Asli: Jika berkunjung ke Jepang, coba berbicara dengan penduduk lokal menggunakan dialek mereka.
- Gunakan Sumber Belajar Online: Banyak platform menyediakan video atau panduan tentang dialek daerah Jepang.
Kesimpulan
Dialek di Jepang, seperti Kansai-ben, Hakata-ben, hingga Okinawa-ben, memperkaya keberagaman bahasa dan budaya negeri ini. Setiap daerah memiliki ciri khasnya sendiri, mencerminkan tradisi lokal dan karakter masyarakatnya. Mempelajari dialek-dialek ini bukan hanya soal bahasa, tetapi juga cara untuk lebih memahami keunikan budaya Jepang secara mendalam.
Baik sebagai penutur atau pembelajar, menjelajahi dialek Jepang adalah pengalaman yang menyenangkan dan membuka wawasan. Dengan memahami keberagaman ini, kita dapat lebih menghargai kompleksitas dan keindahan bahasa Jepang. Yuk, terus semangat latihan dan jangan malu buat coba-coba berbagai contoh kalimat!
Sampai ketemu lagi di materi seru berikutnya bareng Pandaikotoba. Oh iya, jangan lupa follow Instagram-nya juga ya, Minasan!
Belajar bahasa Jepang itu asyik banget, lho. がんばってね!!

