Fenomena Akiya, Rumah Kosong Saksi Bisu Perubahan
Dalam hampir setiap sudut Jepang, jendela-jendela rumah kosong mengintip kehidupan sehari-hari dalam kesunyian. Fenomena “akiya,” yang merujuk pada rumah-rumah yang ditinggalkan atau tidak terpakai, telah menjadi gambaran yang menonjol dari perubahan demografis dan ekonomi yang terjadi di negeri Matahari Terbit ini.
Sementara kota-kota besar terus berkembang dengan pesat, komunitas-komunitas di pedesaan dan kota-kota kecil menghadapi pemandangan rumah-rumah kosong yang terus bertambah. Fenomena ini mencerminkan lebih dari sekadar masalah perumahan, tetapi juga menyoroti tantangan sosial dan ekonomi yang kompleks yang memengaruhi masyarakat Jepang saat ini.
Kali ini Pandai Kotoba akan mengulas tentang fenomena akiya ini, fenomena yang hendaknya menjadi fokus utama bagi pemerintah dan masyarakat sipil untuk menjaga keberlanjutan komunitas dan memulihkan kehidupan pedesaan.
Apa itu Akiya?
Secara harfiah, “akiya” (空き家) dalam bahasa Jepang memiliki arti “rumah kosong” atau “rumah yang tidak terpakai.” Istilah ini terdiri dari dua karakter kanji, yaitu “aki” (空) yang berarti “kosong” atau “hampa,” dan “ya” (家) yang berarti “rumah” atau “tempat tinggal.”
Dalam konteks yang lebih luas, istilah ini merujuk pada rumah-rumah yang ditinggalkan atau tidak dihuni, dan seringkali digunakan untuk menggambarkan masalah perumahan yang dihadapi oleh masyarakat di Jepang, terutama di daerah pedesaan dan kota-kota kecil.
Sebuah properti dianggap sebagai akiya atau bukan, dinilai dengan cara komprehensif dengan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti intensitas sebuah properti ditempati, termasuk penggunaan listrik, gas, dan air.
Menurut survei yang dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri Jepang, jumlah total properti yang termasuk akiya berjumlah 8,5 juta properti yang tersebar di seluruh Jepang. Dengan kata lain, dari 8 rumah terdapat 1 rumah yang termasuk akiya. Rasio ini mengalami peningkatan yang signifikan di beberapa prefektur di Jepang.
Secara spesifik, akiya digolongkan menjadi empat kategori utama, yaitu rumah disewakan, dijual, rumah kedua dan “lainnya”. Seiring waktu, jumlah properti yang dijual atau disewakan terus mengalami penurunan, sementara jumlah kategori “lainnya” (properti yang benar-benar ditinggalkan) terus mengalami peningkatan.
Mengapa banyak Akiya di Jepang?
Terdapat beberapa alasan mengapa jumlah rumah kosong (akiya) terus mengalami peningkatan di Jepang. Salah satunya terkait masalah sosial seperti penurunan angka kelahiran dan generasi baru yang cenderung memilih hidup di kota-kota besar dan sekitarnya.
Selain itu, orang lanjut usia yang sebelumnya menempati rumah mulai banyak dipindahkan ke panti jompo atau ke apartemen-apartemen di dekat kota-kota besar, alasannya agar lebih mudah diakses dan diawasi oleh keturunannya.
Selain itu, jika orang-orang lanjut usia sebagai pemilik rumah sudah meninggal dunia, maka keturunannya mewarisi akiya. Namun, keturunan yang mewarisinya pun lebih memilih untuk tidak tinggal di rumah akiya karena dianggap terlalu jauh dari tempat bekerja mereka di perkotaan besar. Sehingga rumah akiya tetap dibiarkan kosong. Beberapa akiya disewakan dan dijual. Namun, tak sedikit yang dibiarkan begitu saja.
Untuk lebih jelasnya mengapa banyak akiya di Jepang, berikut beberapa faktor penyebabnya:
1. Perubahan demografis
Jepang telah mengalami penurunan populasi dan penuaan penduduk yang signifikan. Kurangnya pertumbuhan populasi ini menyebabkan penurunan permintaan akan perumahan di beberapa wilayah, sementara masyarakat lebih cenderung bermigrasi ke kota-kota besar.
2. Perubahan gaya hidup
Gaya hidup masyarakat Jepang telah mengalami perubahan yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Banyak generasi muda yang lebih memilih untuk tinggal di kota besar daripada di pedesaan, menyebabkan meningkatnya jumlah akiya di wilayah pedesaan dan kota-kota kecil lainnya.
3. Masalah ekonomi
Krisis ekonomi yang pernah terjadi di Jepang, terutama pada tahun 1990-an, telah meninggalkan beberapa dampak jangka panjang pada sektor perumahan. Beberapa orang dipandang tidak mampu mempertahankan atau merawat properti mereka, menyebabkan peningkatan jumlah akiya.
4. Masalah warisan
Banyak rumah warisan yang dibiarkan kosong karena ahli waris tidak berniat untuk menempatinya. Ketika properti ini tidak dipelihara atau diperbaiki, maka lambat laun akan rusak.
5. Tingginya Biaya Pembongkaran
Sebenarnya ada opsi untuk menyerahkan akiya pada pemerintah, agar pewaris rumah tidak harus lagi membayar pajak di setiap tahunnya. Namun, salah satu syarat agar pemerintah mau untuk mengakuisisi akiya adalah mesti dibongkar terlebih dahulu.
Biaya pembongkaran akiya tergantung pada struktur bangunan, ukuran, dan biaya per meter persegi yang bervariasi. Namun relatif tidak murah. Sebagai contoh, pembongkaran rumah berkerangka beton seluas 100 meter persegi dapat menghabiskan biaya antara ¥350.000 hingga ¥700.000 (atau 32 juta hingga 70 jutaan rupiah).
6. Peningkatan Pajak Properti untuk Tanah Kosong
Meratakan bangunan menjadi sebuah lahan kosong ternyata memiliki pajak properti dan pajak tata kota yang lebih tinggi. Pasalnya, pengurangan pajak hanya berlaku untuk lahan yang sudah memiliki bangunan.
7. Banyak yang Memilih Rumah Baru
Di Jepang, jumlah permintaan untuk rumah baru lebih tinggi dibandingkan permintaan terhadap rumah-rumah kosong seperti akiya. Menurut laporan tahun 2019 dari Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi, dan Pariwisata, sekitar 980.000 rumah baru dibangun, sedangkan hanya sekitar 170.000 rumah akiya yang terjual.
Memilih untuk pembangunan rumah baru dibandingkan rumah yang sudah ada semakin berkontribusi terhadap masalah Akiya.
Di Mana Banyak Terdapat Akiya?
Menurut data dari Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi, prefektur dengan akiya terbanyak adalah:
- Yamanashi (Honshu) 17,2%.
- Ehime (Shikoku) 16,9
- Kochi (Shikoku) 16,8
- Tokushima (Shikoku) 16,6%
- Kagawa (Shikoku) 16,6%
Prefektur di atas menyumbang lebih dari 80% dari total jumlah Akiya di Jepang. Sementara sisanya tersebar di prefektur lainnya.
Dampak yang Dikhawatirkan karena Fenomena Akiya
Lantas, apa dampak negatifnya sehingga akiya seakan-akan menjadi problem besar bagi pemerintah Jepang? Toh, ini hanya rumah kosong saja.
Nah, ada beberapa dampak yang dikhawatirkan dapat timbul dari fenomena akiya di Jepang antara lain:
- Risiko keamanan: Akiya yang dibiarkan terbengkalai rentan terhadap tindakan kriminal, seperti perampokan, vandalisme, atau bahkan penggunaan oleh penghuni ilegal. Hal ini dapat mengancam keselamatan dan keamanan lingkungan sekitar.
- Risiko kesehatan masyarakat: Akiya yang dibiarkan terbengkalai rentan menjadi tempat berkembangnya hama, penyakit, atau bahkan sarang hewan liar. Hal ini dapat meningkatkan risiko kesehatan masyarakat di sekitarnya.
- Risiko kebakaran: Akiya yang tidak terawat sering kali menjadi tempat berkumpulnya material yang mudah terbakar, seperti kayu dan kertas. Kondisi ini meningkatkan risiko kebakaran, yang dapat menyebar ke lingkungan sekitarnya.
- Penurunan nilai properti: Adanya akiya di sekitar suatu wilayah dapat menurunkan nilai properti di sekitarnya, mengakibatkan dampak negatif pada pemilik properti lainnya.
- Kerusakan lingkungan: Akiya yang dibiarkan terbengkalai dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan baik, terutama jika terdapat limbah berbahaya atau material beracun di dalamnya.
Solusi Fenomena Akiya
Untuk mengatasi masalah fenomena akiya di Jepang, berbagai solusi telah diajukan dan diterapkan oleh pemerintah, lembaga swasta, dan masyarakat. Beberapa solusi yang telah telah dipertimbangkan, di antaranya:
- Program revitalisasi dan regenerasi. Pemerintah telah meluncurkan program revitalisasi dan regenerasi untuk membangun kembali dan menghidupkan kembali komunitas yang terdampak oleh fenomena akiya. Program ini mencakup insentif bagi pemilik properti untuk merenovasi atau membangun kembali rumah kosong.
- Pengembangan konsep akiya bank. Beberapa wilayah telah mengadopsi konsep “akiya bank” yang bertujuan untuk mencocokkan pemilik rumah yang tidak terpakai dengan calon pembeli atau penyewa yang berminat. Akiya bank bertindak sebagai penghubung antara pemilik properti dan individu yang mencari tempat tinggal, memfasilitasi transaksi yang menguntungkan kedua belah pihak.
- Inisiatif komunitas lokal. Berbagai inisiatif masyarakat lokal telah muncul untuk mengatasi fenomena akiya, termasuk proyek-proyek kolaboratif yang melibatkan warga lokal untuk memperbaiki dan mengelola rumah-rumah kosong, atau mengubahnya menjadi ruang komunitas, pusat seni, atau tempat usaha kecil.
- Peningkatan akses pembiayaan. Pemerintah juga telah berupaya meningkatkan akses pembiayaan bagi individu atau kelompok yang berencana untuk membeli atau merenovasi rumah kosong. Langkah-langkah ini bertujuan untuk mendorong investasi dalam memperbaiki rumah-rumah yang terbengkalai dan memulihkan pasar properti di wilayah-wilayah terdampak.
- Kampanye kesadaran masyarakat. Kampanye kesadaran masyarakat juga menjadi bagian penting dari solusi untuk fenomena akiya, dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang dampak negatif dari rumah kosong terbengkalai dan mendorong partisipasi aktif dalam mengatasi masalah tersebut.
Pajak-Pajak Ketika Membeli Akiya
Tertarik untuk membeli akiya seperti beberapa youtuber asing yang fenomenal itu? Sebelumnya, mari kita lihat pajak-pajak apa saja yang harus dilunasi ketika membeli properti akiya.
Dalam konteks pembelian rumah akiya di Jepang, terdapat beberapa pajak yang terkait dengan transaksi properti. Berikut ini adalah beberapa istilah terkait pajak dalam bahasa Jepang yang mungkin terkait dengan pembelian rumah akiya:
- 消費税 (Shouhizei) – Pajak Konsumsi: Pajak yang dikenakan pada sebagian besar pembelian barang dan jasa di Jepang, termasuk pada transaksi properti.
- 不動産取得税 (Fudousan Shutokuzei) – Pajak Transaksi Properti: Pajak yang dikenakan saat seseorang membeli properti di Jepang. Tarif pajak ini bervariasi tergantung pada nilai transaksi properti.
- 登録免許税 (Toukibo Menkyozei) – Pajak Pendaftaran: Pajak yang dibayarkan saat properti didaftarkan atas nama pembeli. Tarif pajak ini didasarkan pada nilai properti yang terdaftar.
- 固定資産税 (Kotei Shisanzei) – Pajak Harta Tetap: Pajak properti yang dibayarkan setiap tahun oleh pemilik properti. Besaran pajak ini bergantung pada nilai properti yang dimiliki.
- 印紙税 (Inshi Zei) – Pajak Cap: Pajak yang dikenakan pada pembelian dokumen hukum, seperti kontrak pembelian properti. Besaran pajak ini tergantung pada nilai transaksi atau nilai dokumen.
Setelah memiliki properti, juga terdapat pajak-pajak yang harus dibayarkan untuk properti yang sudah kita miliki, beberapa di antaranya adalah:
- 固定資産税 (Kotei Shisanzei) – Pajak Harta Tetap: Pajak ini dikenakan setiap tahun berdasarkan nilai aset properti yang dimiliki. Besaran pajak ini dihitung berdasarkan penilaian properti yang dilakukan oleh otoritas pajak setempat.
- 都市計画税 (Toshi Keikakuzei) – Pajak Perencanaan Kota: Pajak ini dibayarkan kepada pemerintah setempat dan digunakan untuk mendukung perencanaan dan pengembangan kota.
- 住民税 (Juminzei) – Pajak Penduduk: Pajak ini dikenakan kepada penduduk Jepang berdasarkan pendapatan dan kepemilikan properti. Besarannya dapat bervariasi tergantung pada kota atau prefektur tempat properti tersebut berada.
- 耐用年数延長特別控除 (Taiyounensu Encho Tokubetsu Kōjo) – Potongan Pajak Perpanjangan Masa Pemakaian: Pemilik properti dapat memperoleh potongan pajak jika melakukan perbaikan atau pemeliharaan pada properti untuk memperpanjang usia pakainya.
Selain pajak-pajak tersebut, ada juga biaya lain yang terkait dengan pengelolaan properti, seperti biaya perawatan dan perbaikan, biaya asuransi, dan biaya administrasi lainnya.
Nah demikian Minasan sekilas tentang fenomena Akiya bagi kamu yang bertanya-tanya kenapa banyak rumah kosong di Jepang.
Fenomena akiya di Jepang tidak hanya sekadar masalah perumahan, tetapi juga menandakan dinamika sosial, ekonomi, dan demografis yang terus berkembang seiring waktu.
Bagaimana tertarik membeli rumah kosong akiya? Jika iya, persiapkan dirimu ketika tinggal di rumah kosong akiya, jikalau terdengar langkah-langkah kaki misterius saat malam tiba atau ada penampakan-penampakan hantu Jepang yang selama ini hanya bisa kamu lihat di film. :-))
Bagi Minasan yang ingin tahu lebih banyak tentang dunia Jepang, ikuti juga konten-konten menarik dan edukatif di Instagram Pandai Kotoba dan channel Youtube Pandai Kotoba.
Mata!