Wagasa (和傘): Payung Tradisional dari Jepang
Saat kita membayangkan suasana Jepang di masa lampau wanita berkimono, jalanan batu yang tenang, dan gerimis lembut yang turun dari langit ada satu benda khas yang melengkapi pemandangan itu: wagasa, payung tradisional Jepang yang terbuat dari kertas dan bambu. Lebih dari sekadar pelindung dari hujan atau sinar matahari, wagasa mencerminkan keindahan, ketelatenan, dan warisan budaya yang mendalam. Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih dekat tentang pesona wagasa, jenis-jenisnya, hingga perannya dalam kehidupan dan seni tradisional Jepang.
Apa Itu Wagasa?
Wagasa (和傘) adalah payung tradisional khas Jepang yang terbuat dari bambu dan kertas washi (kertas Jepang yang kuat dan lentur). Tidak seperti payung modern yang biasanya dibuat dari plastik dan logam, wagasa dibuat secara manual dengan teknik yang diwariskan turun-temurun oleh para pengrajin ahli.
Wagasa biasanya dilapisi dengan minyak alami seperti minyak biji rami agar tahan air, sehingga bisa digunakan saat hujan ringan. Selain itu, warna dan motif pada wagasa sering kali sangat artistik, mencerminkan alam, musim, atau simbol keberuntungan dalam budaya Jepang. Payung ini bukan hanya alat pelindung dari cuaca, tetapi juga merupakan simbol keanggunan, seni, dan tradisi Jepang. Ia sering digunakan dalam upacara minum teh, pertunjukan seni tradisional seperti Kabuki dan tari Buyou, serta festival-festival budaya.

Sejarah Wagasa
Asal-usul wagasa (和傘) dapat ditelusuri hingga abad ke-8, ketika payung pertama kali diperkenalkan ke Jepang dari Tiongkok melalui Korea. Pada awalnya, payung ini hanya digunakan oleh kaum bangsawan dan pejabat tinggi sebagai simbol status dan perlindungan spiritual dalam upacara keagamaan Buddha.
Namun, seiring perkembangan zaman, terutama pada periode Edo (1603–1868), wagasa mulai menyebar ke masyarakat umum dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Di masa ini, wagasa berkembang pesat tidak hanya sebagai alat pelindung dari hujan dan matahari, tetapi juga sebagai bagian penting dalam mode dan seni tradisional, seperti:
- Pertunjukan Kabuki dan Noh
- Tarian tradisional (nihon buyou)
- Upacara minum teh (sado)
Setiap daerah pun mulai mengembangkan gaya wagasa mereka sendiri, seperti Gifu wagasa, Kyoto wagasa, dan Kaga wagasa, dengan teknik dan corak khas masing-masing.
Memasuki era Meiji (1868–1912) dan seterusnya, dengan masuknya teknologi Barat dan munculnya payung modern dari bahan sintetis, popularitas wagasa mulai menurun. Namun hingga kini, wagasa tetap dipertahankan oleh pengrajin tradisional dan digunakan dalam berbagai acara budaya, upacara, dan sebagai dekorasi artistik.
Ciri Khas Wagasa
Wagasa memiliki berbagai ciri khas yang membedakannya dari payung modern. Keunikan inilah yang membuatnya bukan hanya fungsional, tetapi juga bernilai seni tinggi. Berikut beberapa ciri khas wagasa:
1. Bahan Alami
- Rangka wagasa dibuat dari bambu yang ringan dan lentur.
- Bagian penutupnya terbuat dari washi (和紙), yaitu kertas Jepang tradisional yang kuat dan memiliki tekstur khas.
- Setelah dirakit, washi dilapisi dengan minyak alami (biasanya minyak biji rami) agar tahan air.
2. Struktur yang Rinci dan Simetris
- Satu wagasa bisa memiliki 40 hingga 70 batang bambu kecil yang membentuk rangka penyangga.
- Bagian dalam rangkanya tampak seperti jaring-jaring simetris, menciptakan pola indah saat payung dibuka.
3. Warna dan Motif Tradisional
Warna wagasa umumnya cerah dan klasik, seperti merah tua, ungu, biru, atau coklat. Motifnya sering berupa simbol khas Jepang, seperti:
- Bunga sakura (simbol musim semi)
- Burung bangau (simbol keberuntungan dan umur panjang)
- Awan dan ombak (simbol alam dan kehidupan)
4. Tidak Otomatis
Berbeda dengan payung modern, wagasa tidak memiliki sistem buka-tutup otomatis. Proses membukanya dilakukan secara manual dan hati-hati agar tidak merusak washi.
5. Nilai Estetika dan Tradisional
Wagasa tidak hanya berfungsi sebagai pelindung dari hujan dan matahari, tetapi juga memiliki nilai estetika yang tinggi. Ia digunakan dalam:
- Tarian tradisional
- Teater klasik Jepang
- Upacara adat
- Dekorasi interior dan fotografi artistik
Tabel Perbandingan: Wagasa vs Payung Modern
Aspek | Wagasa (和傘) | Payung Modern |
Asal & Budaya | Tradisional Jepang, digunakan sejak abad ke-8 | Buatan pabrik, berasal dari Eropa (abad ke-18 ke atas) |
Bahan Utama | Bambu, kertas washi, minyak alami | Logam/plastik, kain sintetis (nilon/polyester) |
Cara Pembuatan | Handmade oleh pengrajin dengan proses rumit | Produksi massal dengan mesin |
Fungsi | Pelindung dari hujan ringan & sinar matahari, estetika | Pelindung utama dari hujan/sinar matahari |
Tampilan | Warna & motif tradisional, artistik & elegan | Desain praktis, cenderung polos atau bergambar ringan |
Cara Buka-Tutup | Manual, tanpa sistem otomatis | Umumnya otomatis dengan tombol atau lipatan cepat |
Kekuatan | Lebih rapuh terhadap angin kencang | Umumnya lebih kuat & tahan angin |
Kegunaan Tambahan | Tarian tradisional, kabuki, dekorasi, upacara budaya | Alat fungsional sehari-hari |
Nilai Budaya/Seni | Tinggi – simbol budaya Jepang | Rendah – lebih pada nilai praktis |
Jenis-Jenis Wagasa
Wagasa tidak hanya satu jenis saja. Ada berbagai tipe wagasa yang dikembangkan untuk fungsi yang berbeda-beda, mulai dari pelindung hujan hingga properti pertunjukan seni. Setiap jenis wagasa memiliki ciri khas dalam bentuk, ukuran, dan kegunaannya.
Berikut beberapa jenis wagasa yang paling dikenal di Jepang:
Jenis Wagasa | Nama Jepang | Fungsi / Penggunaan | Ciri Khas |
Janomegasa | 蛇の目傘 | Umum dipakai sehari-hari atau dekoratif ringan | Warna cerah, memiliki pola lingkaran seperti mata ular (janome = mata ular) |
Bangasa | 番傘 | Digunakan oleh pria atau di luar ruangan saat hujan lebat | Lebih besar dan kuat, warna gelap, struktur tebal |
Higasa | 日傘 | Payung pelindung dari matahari (sunshade) | Ringan, tidak dilapisi minyak, warna cerah |
Maigasa | 舞傘 | Digunakan dalam tarian tradisional seperti Nihon Buyou | Elegan, berwarna cerah, dekoratif dan seimbang untuk pertunjukan |
Geisha no Kasa | 芸者の傘 | Properti untuk geisha atau maiko saat tampil | Halus, dihias indah, kadang dilapisi kain tipis |
Chochin Kasa | 提灯傘 | Dipakai dalam festival rakyat (matsuri) | Mirip lentera, sering digunakan dalam parade malam |
Catatan Menarik
- Janomegasa adalah jenis yang paling ikonik dan banyak dipakai sebagai dekorasi atau properti fotografi karena pola khas lingkarannya.
- Bangasa lebih disukai oleh pria pada zaman Edo karena tampilannya yang kokoh dan maskulin.
- Maigasa dan Geisha no Kasa membutuhkan keseimbangan khusus saat dipakai menari atau berjalan karena harus tampil anggun.

Peran Wagasa dalam Budaya dan Seni Tradisional Jepang
Wagasa (和傘) tidak hanya sekadar alat pelindung dari hujan atau panas, tetapi memiliki makna budaya dan nilai estetika yang mendalam dalam kehidupan masyarakat Jepang, terutama dalam seni tradisional. Di bawah ini adalah beberapa peran penting wagasa dalam budaya Jepang:
1. Simbol Keanggunan dalam Tarian Tradisional
Wagasa digunakan sebagai properti utama dalam tarian tradisional Jepang (Nihon Buyou / 日本舞踊). Gerakan membuka dan memutar wagasa dipadukan dengan langkah tarian yang anggun untuk menciptakan visual yang penuh makna dan keindahan.
Contohnya, dalam tarian maiko dan geisha, wagasa sering digunakan untuk mengekspresikan perasaan, musim, atau suasana tertentu seperti hujan musim semi atau kesedihan yang halus.
2. Properti Penting dalam Teater Kabuki dan Noh
Dalam pertunjukan Kabuki dan Noh, wagasa bukan hanya hiasan, melainkan bagian dari penceritaan visual. Payung ini digunakan untuk menunjukkan situasi seperti:
- Hujan atau salju
- Perjalanan dalam kesendirian
- Emosi tersembunyi seperti rindu atau kesedihan
- Bahkan, warna wagasa bisa disesuaikan dengan karakter dan suasana adegan.
3. Elemen dalam Upacara Minum Teh (茶道 / Sadou)
Dalam upacara minum teh, wagasa sering digunakan untuk melindungi tamu dari matahari atau hujan saat mereka berjalan menuju ruangan teh (chashitsu). Payung ini juga menciptakan nuansa tenang dan tradisional, sesuai dengan filosofi wabi-sabi (keindahan dalam kesederhanaan).
4. Dekorasi dalam Festival dan Ritual
Wagasa sering menjadi hiasan dalam festival (matsuri), baik digantung di jalanan, dipasang di kios makanan, maupun digunakan dalam parade. Payung warna-warni ini menambah kesan meriah dan klasik pada acara tradisional. Di beberapa kuil dan perayaan musim, wagasa juga digunakan dalam ritual keagamaan sebagai simbol pelindung dari hal-hal buruk.
5. Elemen Artistik dalam Fotografi dan Seni Visual
Karena keindahannya yang klasik, wagasa sering dipakai dalam:
- Fotografi kimono dan prewedding bertema Jepang
- Seni lukis dan kaligrafi Jepang
- Instalasi seni kontemporer yang menggabungkan unsur tradisional dan modern
Wagasa di Era Modern: Antara Pelestarian dan Inovasi
Seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya budaya Barat ke Jepang, wagasa mulai tergeser oleh payung modern berbahan plastik dan logam yang lebih ringan, tahan lama, dan murah. Namun, di tengah arus modernisasi, wagasa tidak punah begitu saja. Justru kini, wagasa mengalami kebangkitan kembali sebagai simbol budaya, karya seni, dan produk kreatif yang memadukan tradisi dan inovasi.
Pelestarian oleh Pengrajin Tradisional
Di beberapa daerah seperti Gifu, Kyoto, dan Kanazawa, masih ada pengrajin yang mewarisi teknik pembuatan wagasa secara turun-temurun. Mereka tetap setia pada proses manual yang memakan waktu mulai dari memilih bambu, membuat rangka, menempelkan washi, hingga melapisi dengan minyak alami. Sayangnya, jumlah pengrajin semakin sedikit karena kurangnya penerus muda. Oleh karena itu, berbagai komunitas budaya dan pemerintah lokal mulai mengadakan pelatihan, workshop, dan festival untuk menarik minat generasi muda agar ikut melestarikan warisan ini.
Inovasi dalam Desain dan Fungsi
Wagasa tidak lagi hanya digunakan dalam upacara tradisional atau seni pertunjukan. Kini, banyak seniman dan desainer Jepang yang menggabungkan nilai tradisional wagasa dengan gaya hidup modern, contohnya:
- Wagasa dengan desain kontemporer (motif geometris, warna pastel)
- Wagasa dengan fungsi baru, seperti lampu gantung, peneduh taman, atau elemen interior kafe dan hotel bergaya Jepang
- Wagasa digital yang tampil dalam anime, game, dan video musik, memperkenalkan bentuknya pada generasi muda di seluruh dunia
Populer dalam Dunia Fotografi dan Wisata
Wagasa menjadi salah satu ikon populer dalam dunia pariwisata Jepang. Banyak tempat wisata menyediakan wagasa untuk berfoto bersama kimono, menciptakan pengalaman budaya yang khas dan menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Bahkan, wagasa juga sering digunakan dalam prewedding, cosplay, dan pemotretan bertema tradisional, baik di Jepang maupun di luar negeri.
Produk Kreatif dan Souvenir
Kini wagasa juga dijual sebagai souvenir khas Jepang, baik dalam bentuk asli maupun dalam versi miniatur, gantungan kunci, dan dekorasi rumah. Beberapa produk wagasa bahkan diekspor ke luar negeri sebagai simbol keanggunan budaya Jepang.
Tips dan Rekomendasi Jika Ingin Membeli Wagasa
Membeli wagasa (和傘) bukan seperti membeli payung biasa. Karena wagasa adalah hasil karya tangan dan memiliki nilai budaya yang tinggi, ada beberapa hal yang perlu minasan perhatikan agar mendapatkan wagasa yang asli, berkualitas, dan sesuai kebutuhan. Berikut adalah tips dan rekomendasinya:
1. Pilih Sesuai Kebutuhan
Tentukan tujuan minasan membeli wagasa:
- Untuk dekorasi? Pilih wagasa dengan desain mencolok atau ukuran besar.
- Untuk properti foto atau cosplay? Pilih wagasa berwarna cerah dan ringan.
- Untuk penggunaan fungsional (pelindung dari matahari)? Cari jenis higasa.
- Untuk pelestarian budaya atau koleksi? Pilih wagasa buatan tangan dari pengrajin tradisional.
2. Pastikan Keasliannya
Periksa bahan: wagasa asli menggunakan bambu dan washi, bukan plastik atau kain biasa.
- Cek detail buatan tangan: rangka bambu yang halus, washi yang dirangkai rapi, dan minyak alami sebagai pelapis.
- Hindari produk massal berlabel “Japanese style umbrella” yang sering kali tidak dibuat di Jepang.
3. Beli dari Daerah yang Terkenal dengan Produksi Wagasa
Berikut beberapa daerah penghasil wagasa terbaik di Jepang:
Daerah | Ciri Khas |
Gifu | Terkenal sebagai pusat wagasa terbesar di Jepang, kualitas tinggi |
Kyoto | Desain klasik dan anggun, banyak digunakan oleh maiko dan geisha |
Kanazawa | Motif tradisional dan halus, digunakan dalam upacara teh dan seni |
4. Perhatikan Cara Perawatan
- Jangan lipat saat masih basah keringkan wagasa terlebih dahulu di tempat sejuk dan teduh.
- Simpan di tempat kering untuk mencegah jamur dan kerusakan pada kertas washi.
- Hindari sinar matahari langsung jika disimpan sebagai dekorasi, agar warna tidak pudar.
5. Tempat Membeli Wagasa
- Toko kerajinan tradisional di Kyoto, Gifu, Kanazawa
- Museum budaya lokal atau pusat kerajinan (kōgeikan)
- Toko online resmi pengrajin (jika membeli dari luar Jepang) seperti melalui Etsy, Amazon Jepang, atau website khusus wagasa
Bonus: Miniatur Wagasa
Kalau belum siap membeli ukuran besar, minasa juga bisa membeli miniatur wagasa sebagai hiasan meja, gantungan kunci, atau souvenir murah yang tetap otentik.
Kesimpulan
Wagasa bukan sekadar payung biasa. Ia adalah warisan budaya Jepang yang mencerminkan kehalusan seni, kearifan lokal, dan cinta terhadap keindahan alami. Jika minasan berkesempatan ke Jepang, sempatkanlah melihat atau membeli wagasa bukan hanya sebagai cendera mata, tetapi juga sebagai bagian dari sejarah dan keindahan budaya Jepang.
Ingin tahu lebih banyak tentang budaya Jepang yang unik? Yuk, baca artikel menarik lainnya di Pandaikotoba dan jangan lupa follow Instagram kami untuk update harian seputar bahasa dan budaya Jepang!

