Bahasa Jepang,  Culture

Tatemae vs Honne: Memahami Dua Wajah dalam Budaya Jepang

Pernah nggak sih minasan merasa orang Jepang itu super ramah, sopan banget, tapi kadang agak susah ditebak apa mereka benar-benar jujur atau cuma sekadar basa-basi? Nah, kalau minasan pernah ngerasa begitu, minasan  nggak sendirian! Bisa jadi minasan lagi ketemu sama yang namanya Tatemae dan Honne  dua konsep penting dalam budaya Jepang yang bikin interaksi sosial mereka terasa unik (dan kadang membingungkan buat orang asing).

Tatemae (建前) itu kayak “topeng sosial” hal-hal yang diucapkan atau ditunjukkan di depan orang lain demi menjaga keharmonisan. Sementara Honne (本音) adalah perasaan atau pendapat yang sebenarnya, yang kadang disimpan dalam hati atau cuma dibagi ke orang-orang dekat. Di artikel ini, kita bakal ngobrol santai tentang apa sih sebenarnya Tatemae dan Honne itu, kenapa penting banget di budaya Jepang, dan gimana cara orang Jepang menyeimbangkan keduanya dalam kehidupan sehari-hari. Yuk, kita kupas bareng!

Tatemae
Tatemae (建前) dan Honne (本音)

Apa Itu Tatemae dan Honne?

Dalam budaya Jepang, ada dua konsep yang sering banget muncul saat membahas cara orang berkomunikasi dan bersikap, yaitu Tatemae (建前) dan Honne (本音). Meski kelihatannya sederhana, dua istilah ini sebenarnya punya makna yang cukup dalam.

  • Tatemae secara harfiah berarti “muka depan” atau “penampilan luar.” Ini adalah sikap, ucapan, atau tindakan yang ditampilkan seseorang di depan umum  sesuai dengan harapan sosial atau norma yang berlaku. Tujuannya? Supaya semua tetap harmonis dan nggak ada yang merasa tersinggung.
  • Honne berarti “suara hati” atau “perasaan sebenarnya.” Ini adalah apa yang benar-benar dipikirkan atau dirasakan seseorang biasanya nggak diungkapkan secara langsung, kecuali ke orang-orang yang sudah dekat dan dipercaya.

Jadi, bisa dibilang Tatemae adalah versi “ramah tamah” yang ditampilkan ke dunia luar, sementara Honne adalah isi hati yang asli. Keduanya bukan berarti orang Jepang itu palsu, ya tapi lebih ke bagaimana mereka menjaga hubungan sosial dengan baik. Ini semua soal keseimbangan antara kejujuran dan keharmonisan.

 Asal Usul dan Makna Filosofis

Untuk bisa benar-benar paham konsep Tatemae dan Honne, kita juga perlu ngintip sedikit ke latar belakang budaya dan filosofi orang Jepang. Konsep ini nggak muncul begitu saja, tapi tumbuh seiring dengan sejarah dan cara pandang orang Jepang terhadap kehidupan sosial. Sejak dulu, masyarakat Jepang sangat menjunjung tinggi nilai keharmonisan (和, wa).

Dalam budaya mereka, menjaga hubungan baik antarindividu itu penting banget. Daripada menimbulkan konflik atau mempermalukan orang lain, lebih baik menyampaikan sesuatu dengan cara yang halus  meskipun itu artinya harus menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. Nah, di sinilah Tatemae lahir: sebagai “tameng sosial” untuk menjaga ketenangan bersama.

Sementara itu, Honne muncul sebagai sisi personal dan jujur dari setiap individu. Tapi karena masyarakat Jepang sangat kolektif (lebih mementingkan kelompok daripada individu), seringkali honne disimpan rapat-rapat dan hanya keluar di ruang-ruang yang aman, misalnya saat ngobrol dengan sahabat dekat atau di rumah. Filosofi ini juga nyambung banget dengan konsep tatemae sebagai bentuk ‘omotenashi’ (keramahan khas Jepang), dan honne sebagai cerminan kejujuran batin yang dijaga dengan sopan santun.

Dengan kata lain, Tatemae dan Honne itu bukan tentang “berpura-pura” atau “munafik,” tapi tentang bagaimana orang Jepang menyeimbangkan antara diri sendiri dan orang lain, antara perasaan pribadi dan kebutuhan sosial.

Tatemae: Topeng Sosial dalam Kehidupan Sehari-hari

Bayangin minasan lagi kerja di kantor Jepang. Bos minasan kasih tugas tambahan di menit-menit terakhir, padahal minasan udah mau pulang. Reaksi spontan minasan mungkin: えっ、まじで?(Eh, maji de?) – Aduh, seriusan nih? (Tapi yang keluar dari mulutmya?)
分かりました。頑張ります!(Wakarimashita. Ganbarimasu!) – Baik, akan saya usahakan!

Nah, itulah contoh klasik Tatemae  ekspresi atau sikap yang ditampilkan untuk menjaga hubungan tetap baik dan harmonis, walaupun perasaan aslinya mungkin beda jauh. Tatemae bisa dibilang semacam “topeng sosial” yang dipakai orang Jepang saat berinteraksi, terutama di tempat kerja, sekolah, atau situasi formal lainnya. Ini bukan berarti mereka berpura-pura jahat lho, tapi lebih karena mereka diajarkan sejak kecil bahwa menyampaikan hal secara langsung (apalagi yang bisa menyakiti atau membuat orang nggak nyaman) itu dianggap kurang sopan.

ChatGPT Image 16 Apr 2025 08.22.55
えっ、まじで?(Eh, maji de?) – Aduh, seriusan nih?
(Tapi yang keluar dari mulutnya?)
分かりました。頑張ります!(Wakarimashita. Ganbarimasu!) – Baik, akan saya usahakan!

Contoh lain:

  • Teman ngajak nongkrong padahal minasan capek banget → minasan jawab: “Nanti aku lihat dulu ya” (padahal minasan udah niat rebahan total malam ini).
  • Dikasih hadiah yang minasan nggak suka → minasan tetap bilang: “Wah, terima kasih banyak! Senang banget!”
  • Jadi, Tatemae sering muncul dalam bentuk basa-basi sopan, ungkapan umum yang netral, atau bahkan senyuman di situasi yang kurang nyaman. Ini semua demi menjaga wa (keharmonisan kelompok) dan mencegah konflik.
  • Tapi bukan berarti orang Jepang nggak jujur, ya. Mereka hanya punya cara berbeda untuk menyampaikan perasaan, tergantung pada situasi dan hubungan sosial. Dan buat mereka, kemampuan untuk menyesuaikan diri seperti ini adalah bentuk kedewasaan sosial.

Honne: Suara Hati yang Tak Selalu Terdengar

Kalau Tatemae itu topeng sosial yang ditampilkan ke dunia luar, maka Honne adalah isi hati yang sebenarnya  perasaan, pendapat, dan keinginan yang tulus dari dalam diri seseorang. Tapi kenapa Honne sering nggak ditunjukkan langsung? Jawabannya simpel: karena dalam budaya Jepang, menjaga keharmonisan dan menghindari konflik itu nomor satu. Kalau Honne minsan bisa menyakiti atau bikin orang lain nggak nyaman, maka lebih baik disimpan dulu. Bukan dipendam selamanya, tapi nunggu momen dan tempat yang tepat.

Biasanya Honne baru keluar di situasi yang “aman,” misalnya:

  • Saat ngobrol santai sama sahabat dekat,
  • Ketika sedang curhat dengan keluarga,
  • Atau bahkan di bar setelah kerja sambil minum sake.

Contohnya nih:

  • Di kantor minasan bilang, 私は上司の意見に賛成です。(Watashi wa joushi no iken ni sansei desu. ) -Saya setuju dengan pendapat atasan. (Tatemae). Tapi di rumah minasan bilang, 実は、さっきすごく反対だったけど、ただ喧嘩するのが面倒だっただけだよ。(Jitsu wa, sakki sugoku hantai datta kedo, tada kenka suru no ga mendou datta dake da yo.) – Sebenernya aku nggak setuju banget tadi, cuma males ribut aja. (Honne)
  • Minasan bilang ke teman, 大丈夫だよ、私は何ともないよ (Daijoubu da yo, watashi wa nantomo nai yo.) -Tenang aja, aku nggak apa-apa kok. (Tatemae). Tapi dalam hati minasan ngerasa kecewa atau sedih banget. (Honne)

Honne adalah bentuk kejujuran emosional, tapi tetap dibalut dengan kesadaran sosial. Orang Jepang biasanya tahu kapan harus jujur dan kapan harus menyesuaikan diri bukan karena mereka munafik, tapi karena mereka sangat menghargai suasana hati dan kenyamanan orang lain. Jadi bisa dibilang, menunjukkan Honne itu butuh kepercayaan. Kalau seseorang mau terbuka dan jujur tentang perasaannya ke kamu, berarti kamu udah dianggap orang dekat yang spesial.

ChatGPT Image 16 Apr 2025 09.40.16
Minasan bilang ke teman, 大丈夫だよ、私は何ともないよ (Daijoubu da yo, watashi wa nantomo nai yo.) -Tenang aja, aku nggak apa-apa kok. (Tatemae). Tapi dalam hati minasan ngerasa kecewa atau sedih banget. (Honne)

Contoh dalam Kehidupan Nyata

Supaya makin kebayang gimana sih Tatemae dan Honne itu diterapkan di kehidupan sehari-hari orang Jepang, yuk kita lihat beberapa contoh yang sering terjadi:

1. Di Tempat Kerja

  • Tatemae: 残業は全然問題ないです。チームのために、私は準備万端です!(Zangyou wa zenzen mondai nai desu. Chiimu no tame ni, watashi wa junbi bantan desu!) – Kerja lembur nggak masalah kok. Demi tim, saya siap!
  • Honne: 実はすごく疲れていて、早く帰りたいけど、断ったら仕事に対する意欲がないって思われそうだから。(Jitsu wa sugoku tsukarete ite, hayaku kaeritai kedo, kotowattara shigoto ni taisuru iyoku ga nai tte omowaresou dakara.) – Sebenarnya capek banget, pengen cepat pulang, tapi kalau nolak nanti dibilang nggak punya semangat kerja.

Di budaya kerja Jepang, sikap profesional dan pengorbanan buat tim itu sangat dihargai. Jadi meskipun dalam hati lelah, mereka tetap jaga sikap supaya kelihatan semangat dan loyal.

2. Pertemanan

  • Tatemae: ごめんね、今日は行けないんだ、家族の用事があるから。(Gomen ne, kyou wa ikenai nda, kazoku no youji ga aru kara.) – Maaf ya, hari ini aku nggak bisa ikut, soalnya ada urusan keluarga.
  • Honne: 実は家で休んでいたいだけなんだ。人に会う気分じゃないんだよね。(Jitsu wa ie de yasunde itai dake nand a. Hito ni au kibun janai nda yo ne.) – Sebenarnya pengen istirahat aja di rumah. Lagi nggak mood ketemu orang.

Menolak ajakan secara blak-blakan bisa dianggap kurang sopan, jadi biasanya alasan yang lebih “aman” dipilih supaya nggak menyakiti hati teman.

3. Menerima Hadiah

  • Tatemae: わぁ、ありがとう!すごく好きだよ!(Wā, arigatou! Sugoku suki da yo!) – Wah, terima kasih ya! Aku suka banget!
  • Honne: うーん…色は私の好みじゃないけど、でも気持ちはありがたいね。(Ūn… iro wa watashi no konomi janai kedo, demo kimochi wa arigatai ne.) – Hmm… warnanya bukan seleraku, sih, tapi tetap harus dihargai niatnya.”

Menjaga perasaan pemberi hadiah adalah hal penting. Bahkan kalau nggak suka pun, yang penting senyum dan berterima kasih duluan.

4. Kritik atau Saran

  • Tatemae: 多分アイデアは面白いけど、もっと考慮する必要があるね。(Tabun aidea wa omoshiroi kedo, motto kouryo suru hitsuyou ga aru ne.) – Mungkin idenya menarik, tapi perlu dipertimbangkan lebih lanjut ya.
  • Honne: なんかアイデアがちょっとおかしい気がするけど、直接批判すると彼が恥ずかしい思いをするから怖いな。(Nanka aidea ga chotto okashii ki ga suru kedo, chokusetsu hihan suru to kare ga hazukashii omoi o suru kara kowai na.) – Kayaknya idenya agak ngawur deh, tapi takut bikin dia malu kalau dikritik langsung.

Daripada menyudutkan orang, lebih baik dibungkus dengan kata-kata yang lebih halus dan netral.

5. Percakapan di Restoran

  • Pelayan: お料理はお口に合いましたか?(Oryōri wa okuchi ni aimashita ka?) – Apakah makanannya sesuai selera?
  • Pelanggan (Tatemae): はい、美味しかったです!(Hai, oishikatta desu!) – Iya, enak kok! (ucapan sopan yang diucapkan) (padahal rasanya biasa aja — Honne)

Orang Jepang jarang langsung mengeluh, apalagi ke pelayan restoran. Mereka lebih memilih bersikap ramah agar tidak merusak suasana.

ChatGPT Image 16 Apr 2025 10.26.47
Pelayan: (Oryōri wa okuchi ni aimashita ka?) – Apakah makanannya sesuai selera?
Pelanggan (Tatemae): (Hai, oishikatta desu!) – Iya, enak kok! (ucapan sopan yang diucapkan) (padahal rasanya biasa aja — Honne)

Tatemae dan Honne dalam Bahasa dan Ekspresi Jepang

Kalau minasan  belajar bahasa Jepang, minasan bakal nemu banyak ekspresi yang sekilas terdengar ramah, tapi ternyata bisa punya makna yang beda tergantung konteks  di sinilah Tatemae dan Honne sering main peran!

Yuk kita bahas beberapa contoh ekspresi yang sering dipakai:

1. “考えておきます” (Kangaete okimasu) – Nanti akan saya pikirkan.

  • Tatemae: わかりました、考えてみます。(Wakarimashita, kangaete mimasu.) – Oke, saya akan pertimbangkan.
  • Honne: うーん、ちょっと無理かな。でも、断るのは気まずいから。(Uun, chotto muri kana. Demo, kotowaru no wa kima-zui kara.) – Kayaknya nggak deh, tapi nggak enak nolak langsung.

Kalimat ini sering dipakai saat ingin menolak secara halus tanpa bilang “tidak” secara langsung.

2. “また今度ね!” (Mata kondo ne!) – Lain kali ya!

  • Tatemae: 今度会おうね!(Kondo aou ne!) – Lain kali kita ketemu ya!
  • Honne: もう会わない気がするけどね…(Mou awanai ki ga suru kedo ne..) –  Kayaknya nggak akan ketemu lagi deh…

Ini ekspresi umum yang terdengar ramah, tapi bisa jadi kode halus untuk menghindar atau menolak ajakan tanpa menyakiti hati.

3. “勉強になります” (Benkyou ni narimasu) – Saya belajar banyak dari ini.

  • Tatemae: わあ、この知識はとても役に立ちますね!(Waa, kono chishiki wa totemo yaku ni tachimasu ne!) – Wah, ilmunya bermanfaat banget!
  • Honne: Kadang ini juga dipakai sebagai pujian netral waktu nggak tahu harus komentar apa. Bisa tulus, bisa juga sekadar sopan.

4. “仕方ないですね” (Shikata nai desu ne) – Ya mau bagaimana lagi.

 Ini bisa jadi ekspresi Tatemae untuk menerima sesuatu yang nggak sesuai harapan, sambil menyembunyikan kekecewaan di balik senyum pasrah.

5. “少し考えさせてください” (Sukoshi kangaesasete kudasai) – Boleh saya pikir-pikir dulu?

Terdengar sopan dan terbuka, tapi bisa jadi Honne-nya adalah penolakan halus yang nggak ingin menyakiti perasaan orang lain.

Kenapa Ini Penting?

Dalam budaya Jepang, cara menyampaikan sesuatu sering kali lebih penting daripada apa yang disampaikan. Karena itulah, ekspresi sehari-hari penuh dengan “lapisan makna.” Kita harus jeli membedakan mana yang Tatemae (kesopanan luar) dan mana yang Honne (perasaan asli), terutama dalam komunikasi bisnis, kerja tim, atau pergaulan sosial. Kalau minasan tinggal atau kerja di Jepang, memahami perbedaan ini bisa bantu minasan lebih peka terhadap situasi dan lebih dihargai oleh orang Jepang.

Dampak Psikologis dan Sosial

Nah, meskipun Tatemae dan Honne itu bagian penting dari budaya Jepang dan bikin hubungan sosial jadi lebih “lancar,” tapi ternyata dua konsep ini juga bisa membawa dampak baik secara psikologis maupun sosial. Yuk, kita bahas bareng-bareng!

Dampak Positif

Menjaga Keharmonisan Sosial

  • Tatemae bikin suasana jadi lebih damai dan minim konflik. Orang jadi lebih hati-hati dalam berbicara, demi menghargai perasaan orang lain.

Sikap Sopan dan Penuh Pertimbangan

  • Dalam budaya Jepang, kesopanan adalah segalanya. Dengan Tatemae, komunikasi jadi terasa lebih lembut, dan nggak langsung to the point kayak di beberapa budaya lain.

Privasi Terjaga

Dengan memisahkan Honne dan Tatemae, orang Jepang bisa menyimpan pendapat pribadi tanpa harus merasa terpaksa membaginya ke semua orang.

Dampak Negatif

1. Tekanan Mental

Menyembunyikan Honne terlalu sering bisa bikin stres. Karena nggak bisa bicara jujur, orang bisa merasa “terkekang” dan lelah secara emosional.

2. Kesulitan Membangun Hubungan Mendalam

Karena terlalu banyak ‘topeng sosial’, hubungan jadi terasa permukaan aja. Susah buat benar-benar tahu perasaan dan pikiran asli seseorang.

3. Komunikasi Tidak Transparan

Dalam lingkungan kerja atau pertemanan, terlalu banyak Tatemae bisa bikin miskomunikasi. Apa yang dikatakan belum tentu benar-benar dimaksudkan.

4. Kesepian Sosial (孤独 kodoku)

Banyak orang Jepang yang merasa kesepian meskipun dikelilingi banyak orang, karena mereka nggak bisa benar-benar menunjukkan diri mereka yang sebenarnya.

Jadi Gimana Baiknya?

Seperti hal lain dalam hidup, semua tentang keseimbangan. Tatemae penting untuk menjaga kesopanan dan harmoni sosial, tapi Honne juga penting untuk menjaga kesehatan mental dan membangun hubungan yang jujur. Mungkin, tantangannya adalah kapan harus pakai Tatemae, dan kapan boleh membiarkan Honne muncul ke permukaan  tergantung situasi, tempat, dan orangnya.

Bagaimana Orang Asing Memahami Konsep Ini?

Buat orang asing yang baru pertama kali datang ke Jepang baik untuk liburan, belajar, kerja, atau bahkan tinggal konsep Tatemae dan Honne bisa terasa membingungkan. Kadang minasan bakal merasa bingung kenapa orang Jepang bilang “iya” tapi sebenarnya “tidak”, atau tersenyum tapi sebenarnya sedang tidak setuju. Nah, ini bukan berarti mereka bermuka dua, lho. Justru, ini adalah bagian dari seni komunikasi dalam budaya Jepang, di mana menjaga harmoni sosial lebih penting daripada mengutarakan pendapat secara blak-blakan.

Apa yang Sering Dirasakan Orang Asing?

“Kok jawabannya nggak jelas, ya?”

Orang asing mungkin merasa frustrasi karena jawaban orang Jepang terdengar terlalu “mengambang”. Tapi sebenarnya itu bentuk sopan santun dan kehati-hatian mereka.

“Aku pikir dia setuju, ternyata nggak…”

Karena Tatemae dipakai untuk menghindari konflik, sering kali kata-kata setuju hanyalah bentuk kesopanan. Honne-nya bisa beda, tapi nggak langsung diungkapkan.

“Sulit menebak perasaan sebenarnya.”

Yap! Ini tantangan terbesar. Butuh waktu dan pengalaman untuk bisa ‘membaca udara’ alias kuuki wo yomu (空気を読む), salah satu keterampilan sosial penting di Jepang.

ChatGPT Image 16 Apr 2025 11.12.38
Sulit menebak perasaan sebenarnya.

Tips Menavigasi Tatemae dan Honne Bagi Orang Asing

Untuk orang asing yang baru memasuki dunia budaya Jepang, memahami konsep Tatemae dan Honne bisa menjadi tantangan. Namun, dengan sedikit pemahaman dan perhatian, minasan bisa menavigasi perbedaan ini dengan lancar dan menjaga hubungan baik dengan orang Jepang. Berikut beberapa tips praktis yang bisa kamu coba!

1. Perhatikan Konteks dan Situasi

Sebelum minasan menilai apakah seseorang sedang menggunakan Tatemae atau Honne, perhatikan situasi di sekitarnya. Apakah minasan sedang dalam pertemuan formal? Atau mungkin percakapan santai di antara teman-teman dekat? Tatemae lebih sering muncul dalam konteks yang lebih formal, seperti di kantor atau acara-acara publik, sementara Honne lebih sering keluar dalam situasi santai atau saat sudah ada rasa saling percaya.

2. Tunggu dan Amati Sebelum Berbicara

Orang Jepang sering kali butuh waktu untuk memutuskan kapan harus membuka Honne mereka. Jadi, jika minasan baru mengenal seseorang, jangan terburu-buru untuk mencari kejujuran langsung. Cobalah untuk mengamati interaksi mereka dengan orang lain, perhatikan bahasa tubuh dan ekspresi wajah, karena ini sering kali memberikan petunjuk tentang perasaan asli mereka.

3. Bangun Hubungan yang Mendalam dan Tumbuhkan Kepercayaan

Ketika minasan semakin dekat dengan seseorang, terutama dalam konteks sosial atau profesional, orang Jepang lebih cenderung menunjukkan Honne mereka. Hal ini berlaku untuk teman dekat, rekan kerja yang sudah lama bekerja sama, atau bahkan pasangan hidup. Kunci utamanya adalah kepercayaan. Semakin minasan dipercaya, semakin besar kemungkinan mereka untuk membuka diri dan berbagi pendapat yang lebih jujur.

4. Hindari Pertanyaan yang Terlalu Langsung

Di Jepang, komunikasi yang terlalu langsung bisa dianggap kasar. Jika kamu ingin tahu pendapat seseorang, gunakan pendekatan yang lebih halus, seperti:

  • このことについてあなたの考えが気になります。何か付け加えたいことはありますか?(Kono koto ni tsuite anata no kangae ga ki ni narimasu. Nanika tsukekuwaetai koto wa arimasu ka?) – Saya penasaran dengan pandanganmu tentang ini, apakah ada sesuatu yang ingin kamu tambahkan?

Pendekatan ini memberi ruang bagi mereka untuk memilih apakah akan memberikan Honne atau tetap dengan Tatemae.

ChatGPT Image 16 Apr 2025 10.35.03
このことについてあなたの考えが気になります。何か付け加えたいことはありますか?(Kono koto ni tsuite anata no kangae ga ki ni narimasu. Nanika tsukekuwaetai koto wa arimasu ka?) – Saya penasaran dengan pandanganmu tentang ini, apakah ada sesuatu yang ingin kamu tambahkan?

5. Pahami Bahwa Tidak Semua Harus Diungkapkan

Tatemae bukan berarti mereka tidak jujur. Sebaliknya, ini adalah cara mereka untuk menghindari konflik atau menyakiti perasaan orang lain. Pahami bahwa terkadang, dalam budaya Jepang, menjaga keharmonisan sosial lebih penting daripada mengungkapkan pendapat pribadi. Jadi, kalau seseorang tidak langsung memberi jawaban yang jujur, itu mungkin karena mereka lebih memilih menjaga perasaan orang di sekitarnya.

6. Jangan Terlalu Terbawa Perasaan

Terkadang, minasan mungkin merasa bingung atau kecewa karena tidak mendapatkan jawaban yang langsung. Tapi jangan merasa terabaikan atau merasa orang Jepang tidak jujur. Ini adalah cara mereka menjaga kedamaian dalam hubungan sosial. Jika minasan merasa bingung, cobalah untuk mendekat secara perlahan dan lihat bagaimana mereka bertindak dalam konteks yang lebih santai.

7. Bersabar dan Terbuka untuk Belajar

Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam berinteraksi. Jadi, jangan takut untuk bertanya atau mengonfirmasi sesuatu jika kamu merasa bingung. Namun, lakukan dengan cara yang halus dan tidak memaksa. Ini juga bisa menjadi kesempatan untuk belajar lebih dalam tentang budaya Jepang dan cara orang Jepang menghargai hubungan mereka.

Tatemae dan Honne di Era Modern dan Media Sosial

Zaman sekarang, semua serba digital. Orang Jepang pun, seperti kita semua, nggak lepas dari media sosial dari Twitter (sekarang X), Instagram, hingga LINE. Tapi, menariknya, konsep Tatemae dan Honne juga ikut “bermain” di dunia maya!

Tatemae di Dunia Digital: Tampil Sempurna di Feed

Di media sosial, banyak orang Jepang (dan kita juga sih sebenarnya ) cenderung menampilkan sisi terbaik dari hidup mereka: makanan enak, jalan-jalan, selfie dengan senyum manis, atau postingan sopan dan ramah. Ini adalah Tatemae versi online  wajah yang ingin ditunjukkan ke dunia, demi menjaga citra dan keharmonisan sosial, bahkan di ranah digital. Bahkan, dalam dunia kerja, banyak yang menggunakan akun khusus yang “bersih” untuk dilihat rekan kerja atau atasan. Isinya? Ya tentu yang rapi, positif, dan sopan. Semuanya demi menjaga hubungan tetap aman dan profesional.

Honne: Disuarakan Lewat Akun Anonim

Nah, di sisi lain, muncul juga akun-akun anonim alias “sub-akun” (サブ垢/sabuaka)  yang jadi tempat pelampiasan perasaan asli atau Honne. Di sana, orang bisa curhat, marah, kecewa, atau berbagi pendapat yang nggak berani mereka ungkapkan di dunia nyata. Kadang isinya bisa super jujur dan menyentuh, karena ya akhirnya mereka bisa jadi diri sendiri. Honne ini jadi semakin penting, karena tekanan sosial makin tinggi. Banyak orang merasa lebih bebas jadi diri mereka lewat dunia maya yang anonim, tanpa takut merusak hubungan di dunia nyata.

Batas yang Semakin Tipis

Menariknya, di era modern ini, batas antara Tatemae dan Honne makin kabur. Kadang, apa yang terlihat sebagai Tatemae bisa saja mencerminkan sebagian dari Honne, dan sebaliknya. Apalagi dengan generasi muda Jepang yang mulai berani menyuarakan pendapat secara lebih terbuka, baik tentang pekerjaan, mental health, maupun isu sosial.

Contoh Percakapan

Situasi: Teman Mengundang ke Pesta Ulang Tahun

Tatemae (yang diucapkan):

Ami:
今週の土曜日、誕生日パーティーするんだけど、来られる?(Konshuu no doyoubi, tanjoubi paatii surun dakedo, korareru?) – Hari Sabtu ini aku adain pesta ulang tahun, bisa datang nggak?

Yuki:
うん、行けたら行くね!楽しそう!(Un, iketara iku ne! Tanoshisou!) – Iya, kalau bisa aku datang ya! Kayaknya seru!

Tatemae-nya: Jawabannya terdengar positif dan sopan, walau sebenarnya belum tentu datang.

ChatGPT Image 16 Apr 2025 11.18.56 1
Ami: (Konshuu no doyoubi, tanjoubi paatii surun dakedo, korareru?) – Hari Sabtu ini aku adain pesta ulang tahun, bisa datang nggak?
Yuki: (Un, iketara iku ne! Tanoshisou!) – Iya, kalau bisa aku datang ya! Kayaknya seru!

Honne (yang dirasakan / dibicarakan ke teman dekat):

Yuki (ke sahabatnya):
正直、今週ちょっと疲れてるし、あんまり行きたくないんだよね…(Shoujiki, konshuu chotto tsukareteru shi, amari ikitakunain da yo ne…) – Sejujurnya sih, minggu ini aku capek banget dan sebenernya nggak terlalu pengen pergi…

Honne-nya: Dia merasa lelah dan enggan datang, tapi nggak langsung bilang begitu ke Ami demi menjaga perasaan.

Kesimpulan

Tatemae dan Honne adalah dua sisi penting dalam budaya komunikasi Jepang yang satu menjaga keharmonisan, yang lain menyuarakan kejujuran. Keduanya sering bertabrakan, tapi justru di sanalah letak keseimbangannya. Bagi orang asing, memahami perbedaan keduanya bisa membingungkan di awal. Tapi kalau sudah terbiasa, kita bisa lebih menghargai cara orang Jepang berinteraksi.


Intinya, tahu kapan harus bersikap sopan dan kapan harus jujur itu seni komunikasi yang nggak cuma berlaku di Jepang, tapi juga di kehidupan kita sehari-hari. Yuk, terus semangat latihan dan jangan malu buat coba-coba berbagai contoh kalimat! Sampai ketemu lagi di materi seru berikutnya bareng Pandaikotoba. Oh iya, jangan lupa follow Instagram-nya juga ya, Minasan!

Belajar bahasa Jepang itu asyik banget, lho. がんばってね!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *