Nimono (煮物) – Hidangan Rebus Khas Jepang
Dalam dunia kuliner Jepang yang terkenal dengan kesederhanaan dan keharmonisannya, nimono (煮物) menempati tempat istimewa sebagai salah satu masakan rumahan paling klasik dan menenangkan. Secara harfiah, kata nimono berasal dari kata kerja niru (煮る) yang berarti “merebus,” dan akhiran mono (物) yang berarti “sesuatu” atau “hidangan.” Jadi, nimono dapat diartikan sebagai “makanan yang direbus.”
Ciri khas nimono terletak pada cara memasaknya yang perlahan menggunakan kaldu dashi (出汁) yang lembut, dicampur dengan shoyu (醤油 – kecap asin), mirin (みりん – anggur manis Jepang), sake (酒 – arak Jepang), serta sedikit gula. Perpaduan ini menghasilkan rasa umami yang mendalam, gurih, namun tetap ringan.
Hidangan nimono tidak hanya menonjolkan cita rasa, tetapi juga mencerminkan filosofi washoku (和食)keseimbangan antara rasa, warna, dan nutrisi. Setiap potongan sayur, tahu, ikan, atau daging direbus hingga lembut, meresap sempurna oleh bumbu, dan disajikan dengan tampilan yang menenangkan mata.
Bagi masyarakat Jepang, nimono lebih dari sekadar makanan. Ia adalah simbol kehangatan rumah, kenangan masa kecil, dan rasa syukur atas hasil alam. Dari meja makan keluarga hingga hidangan tradisional kaiseki, nimono selalu hadir membawa keindahan dalam kesederhanaan.

Asal-usul dan Sejarah Nimono (煮物)
Asal-usul nimono dapat ditelusuri jauh ke masa lampau dalam sejarah kuliner Jepang. Sebelum teknik menggoreng dan memanggang berkembang pesat, metode merebus sudah menjadi cara utama orang Jepang dalam mengolah makanan, terutama karena ketersediaan air yang melimpah dan tradisi hidup yang selaras dengan alam.
Pada periode Nara (710–794) dan Heian (794–1185), budaya kuliner Jepang mulai banyak dipengaruhi oleh Tiongkok. Saat itu, teknik niru (merebus) digunakan untuk menyiapkan sayuran dan hasil laut dalam kaldu sederhana, tanpa tambahan bumbu kuat. Namun, rasa makanan masih cenderung hambar karena garam menjadi bahan mahal dan sulit diperoleh.
Memasuki periode Muromachi (1336–1573), muncul bumbu-bumbu baru seperti shoyu (kecap asin) dan miso, yang memberikan rasa gurih alami (umami). Dari sinilah nimono mulai dikenal sebagai masakan rebus berbumbu yang kaya rasa namun tetap lembut.
Pada periode Edo (1603–1868), nimono menjadi bagian penting dari makanan sehari-hari rakyat Jepang. Perkembangan perdagangan membuat bahan seperti gula, mirin, dan sake mudah didapat, sehingga muncul berbagai variasi nimono dengan cita rasa manis-asin yang khas. Di era ini pula lahir beberapa hidangan legendaris seperti Nikujaga (肉じゃが) dan Chikuzenni (筑前煮).
Seiring waktu, nimono tidak hanya dianggap sebagai makanan rumahan, tetapi juga menjadi elemen penting dalam washoku (和食) — kuliner tradisional Jepang yang kini diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Dalam jamuan resmi seperti kaiseki ryouri, nimono hadir sebagai salah satu menu utama yang melambangkan keseimbangan rasa, warna, dan tekstur.
Dengan sejarah panjangnya, nimono tetap bertahan sebagai simbol masakan yang menenangkan dan penuh makna. Dari dapur rumah sederhana hingga restoran tradisional Jepang, semangkuk nimono selalu menghadirkan rasa nostalgia dan kehangatan yang abadi.
Ciri Khas dan Teknik Memasak Nimono (煮物)
Ciri khas utama nimono terletak pada kesederhanaan bahan, ketepatan waktu memasak, dan keseimbangan rasa. Hidangan ini tidak mengandalkan bumbu yang kuat, melainkan pada proses perebusan perlahan yang membuat semua cita rasa alami dari bahan utama dan kaldu berpadu sempurna.
Berikut beberapa ciri khas dan teknik penting dalam memasak nimono:
1. Proses Perebusan Perlahan (煮る・Niru)
Teknik dasar nimono adalah merebus bahan dalam waktu yang cukup lama dengan api kecil. Tujuannya agar bumbu meresap ke dalam bahan tanpa membuatnya hancur. Proses ini juga menjaga tekstur lembut dan rasa alami bahan seperti sayuran atau ikan.
Biasanya, urutan memasak dimulai dengan mendidihkan dashi (kaldu Jepang), lalu menambahkan bumbu seperti shoyu, mirin, sake, dan gula sesuai selera. Setelah itu, bahan utama dimasukkan dan direbus hingga kuahnya hampir menyusut.
2. Penggunaan Kaldu Dashi sebagai Dasar Rasa
Kaldu dashi adalah jiwa dari nimono. Dashi dibuat dari perpaduan kombu (rumput laut) dan katsuobushi (serpihan ikan bonito kering) yang memberikan rasa umami mendalam namun tetap ringan.
Dalam beberapa variasi, digunakan juga iriko dashi (dari ikan teri kering) atau shiitake dashi (jamur kering) untuk memberikan aroma dan rasa khas.
3. Keseimbangan Rasa Asin, Manis, dan Gurih
Rahasia nimono terletak pada proporsi bumbu. Kombinasi shoyu (asin), mirin dan gula (manis), serta dashi (gurih) menciptakan harmoni rasa yang lembut. Tidak ada satu rasa yang mendominasi — semuanya seimbang dan menyatu.
4. Pemilihan dan Pemotongan Bahan
Bahan-bahan dalam nimono biasanya dipilih dari sayuran musiman seperti daikon, ninjin (wortel), renkon (akar teratai), atau kabocha (labu Jepang). Pemotongan bahan pun memiliki makna estetika bentuk bulat, segitiga, atau bunga digunakan agar tampilan nimono indah dan menggugah selera.
5. Penggunaan Otoshibuta (Penutup Rebusan)
Salah satu teknik tradisional Jepang adalah memakai otoshibuta tutup kayu atau kertas yang diletakkan langsung di atas bahan rebusan. Fungsinya untuk menjaga suhu merata, mencegah bahan hancur, dan membantu bumbu meresap sempurna.
6. Warna dan Tampilan yang Harmonis
Dalam washoku, tampilan makanan sama pentingnya dengan rasa. Karena itu, warna nimono dibuat seimbang: hijau dari sayuran, oranye dari wortel, cokelat lembut dari kuah, menciptakan kesan alami dan menenangkan mata.

Bahan-bahan Utama dalam Nimono (煮物)
Salah satu pesona nimono terletak pada kesederhanaan bahan-bahannya. Meskipun tampak sederhana, setiap bahan dipilih dengan cermat untuk menciptakan keseimbangan rasa, warna, dan tekstur yang khas dalam filosofi washoku (和食).
Secara umum, bahan dalam nimono terbagi menjadi tiga kelompok utama: bahan utama (shusai 主菜), bahan pelengkap (fukusai 副菜), dan bumbu dasar (choumiryou 調味料).
1. Bahan Utama (主菜 / Shusai)
Bahan utama biasanya menjadi pusat rasa dan tekstur dalam hidangan. Berikut contoh yang sering digunakan:
| Jenis | Contoh Bahan | Keterangan |
|---|---|---|
| Daging (肉類 / Nikurui) | Sapi (gyuu niku), ayam (tori niku), babi (buta niku) | Umum digunakan pada Nikujaga atau Chikuzenni. |
| Ikan dan hasil laut (魚介類 / Gyokairui) | Ikan makarel (saba), ikan buri, udang, cumi | Digunakan dalam Saba no Misoni dan hidangan laut rebus lainnya. |
| Tahu dan olahannya (豆腐 / Tōfu) | Momen-dōfu, atsuage, ganmodoki | Memberikan tekstur lembut dan menyerap bumbu dengan baik. |
| Sayuran akar (根菜 / Konsai) | Lobak (daikon), wortel (ninjin), akar teratai (renkon), burdock (gobou) | Memberikan rasa manis alami dan warna kontras. |
2. Bahan Pelengkap (副菜 / Fukusai)
Bahan pelengkap digunakan untuk menambah warna, aroma, dan keseimbangan nutrisi.
| Jenis | Contoh Bahan | Keterangan |
|---|---|---|
| Sayuran hijau (青菜 / Aona) | Bayam Jepang (hourensou), kacang panjang (ingen), daun bawang (negi) | Menambah warna dan kesegaran. |
| Bahan khas Jepang | Konnyaku, shiitake, kikurage, kabocha | Menambah variasi tekstur dan rasa umami alami. |
| Tambahan musiman | Takenoko (rebung), satoimo (talas), jamur musiman | Menghadirkan cita rasa khas sesuai musim. |
3. Bumbu Dasar (調味料 / Choumiryou)
Bumbu dalam nimono sederhana namun harus seimbang. Kombinasi inilah yang menciptakan rasa umami lembut khas Jepang.
| Bumbu Jepang | Penjelasan |
|---|---|
| 出汁 (Dashi) | Kaldu dasar dari kombu dan katsuobushi yang menjadi fondasi utama rasa. |
| 醤油 (Shoyu) | Kecap asin Jepang yang memberi rasa gurih dan aroma khas. |
| みりん (Mirin) | Anggur manis Jepang yang memberikan kilau dan rasa manis lembut. |
| 酒 (Sake) | Arak Jepang untuk menghilangkan bau amis dan memperkaya aroma. |
| 砂糖 (Satou) | Gula secukupnya untuk menyeimbangkan rasa asin, gurih, dan umami. |
Dengan kombinasi bahan yang tepat dan perhatian terhadap detail, nimono mampu menghadirkan rasa yang mendalam tanpa perlu bumbu berlebihan. Setiap bahan berperan penting dari dashi yang menjadi dasar rasa hingga potongan sayuran yang memberi sentuhan warna alami semuanya berpadu harmonis dalam satu mangkuk hangat yang penuh makna.
Jenis-jenis Nimono Populer di Jepang
Di Jepang, nimono memiliki banyak variasi tergantung pada bahan utama, daerah, dan musimnya. Setiap jenis nimono mencerminkan karakter rasa yang berbeda ada yang manis gurih, ringan, atau kaya aroma miso. Meski berbeda, semuanya memiliki satu kesamaan: rasa lembut yang menenangkan dan tampilan yang penuh keseimbangan.
Berikut beberapa jenis nimono yang paling populer di Jepang
1. Nikujaga (肉じゃが)
Hidangan rumahan klasik Jepang yang terdiri dari daging sapi (gyuuniku), kentang (jagaimo), dan bawang bombai (tamanegi) yang direbus dalam campuran shoyu, mirin, sake, dan gula.
Rasanya manis gurih dan aromanya khas sering disebut sebagai “masakan ibu” di Jepang karena menjadi simbol kehangatan rumah.
Contoh kalimat:
お母さんの作った肉じゃがはとても懐かしい味です。(Okaasan no tsukutta nikujaga wa totemo natsukashii aji desu.) – Nikujaga buatan ibu memiliki rasa yang sangat nostalgia.
2. Chikuzenni (筑前煮)
Masakan tradisional dari wilayah Kyushu, berisi potongan ayam, wortel, rebung (takenoko), akar teratai (renkon), dan konnyaku yang direbus bersama.
Warna dan teksturnya beragam, menjadikannya populer sebagai hidangan perayaan Tahun Baru (osechi ryouri).
Contoh kalimat:
お正月に筑前煮を食べるのが楽しみです。(Oshougatsu ni chikuzenni o taberu no ga tanoshimi desu.) – Saya menantikan makan chikuzenni saat Tahun Baru.
3. Saba no Misoni (鯖の味噌煮)
Ikan makarel (saba) direbus dengan miso, sake, dan mirin. Kuahnya kental dan harum, dengan perpaduan rasa gurih dan sedikit manis.
Masakan ini terkenal sebagai menu sehat tinggi protein dan rendah lemak.
Contoh kalimat:
鯖の味噌煮はご飯によく合います。(Saba no misoni wa gohan ni yoku aimasu.) – Saba no Misoni sangat cocok dimakan bersama nasi putih.
4. Kabocha no Nimono (かぼちゃの煮物)
Labu Jepang (kabocha) direbus dengan dashi, shoyu, mirin, dan gula hingga lembut. Rasa manis alami dari labu berpadu harmonis dengan bumbu gurih, menjadikannya hidangan sederhana namun sangat disukai.
Contoh kalimat:
かぼちゃの煮物は優しい甘さが人気です。(Kabocha no nimono wa yasashii amasa ga ninki desu.) – Kabocha no nimono populer karena rasa manisnya yang lembut.
5. Daikon no Nimono (大根の煮物)
Lobak Jepang (daikon) direbus dalam kaldu dashi hingga transparan dan lembut. Sering disajikan dengan sedikit karashi (mustard Jepang) atau sebagai pelengkap oden.
Rasa umami-nya kuat dan cocok disantap hangat di musim dingin.
Contoh kalimat:
冬になると大根の煮物が食べたくなります。(Fuyu ni naru to daikon no nimono ga tabetakunarimasu.) – Saat musim dingin tiba, saya jadi ingin makan daikon no nimono.
6. Oden (おでん)
Meski tergolong nimono, oden adalah versi khas yang direbus lama dengan berbagai bahan seperti daikon, konnyaku, telur rebus, chikuwa, dan tahu goreng (atsuage).
Disajikan panas dengan kuah kaldu dashi, oden sangat populer di musim dingin, baik di rumah maupun toko-toko jalanan.
Contoh kalimat:
寒い日はおでんを食べると体が温まります。(Samui hi wa oden o taberu to karada ga atatamarimasu.) – Di hari yang dingin, makan oden bisa membuat tubuh hangat.

Rahasia Rasa Umami dalam Nimono (煮物)
Salah satu alasan mengapa nimono begitu digemari di Jepang adalah karena rasa umami (うま味) yang khas rasa gurih alami yang lembut, mendalam, dan menenangkan. Umami adalah “rasa kelima” dalam kuliner Jepang, selain asin, manis, asam, dan pahit. Dalam nimono, keseimbangan rasa umami inilah yang menjadi kunci kelezatannya.
Berikut rahasia di balik rasa umami dalam nimono:
1. Dashi (出汁) — Jiwa dari Umami Jepang
Rasa dasar nimono berasal dari dashi, yaitu kaldu khas Jepang yang menjadi fondasi banyak hidangan tradisional.
Jenis dashi yang paling umum digunakan adalah:
| Jenis Dashi | Bahan Utama | Ciri Rasa |
|---|---|---|
| Kombu Dashi (昆布だし) | Rumput laut kering (kombu) | Lembut dan halus, kaya glutamat alami. |
| Katsuobushi Dashi (かつおぶしだし) | Serpihan ikan bonito kering | Memberi aroma asap dan rasa gurih mendalam. |
| Awase Dashi (合わせだし) | Campuran kombu dan katsuobushi | Paling umum untuk nimono, karena rasanya seimbang. |
| Shiitake Dashi (しいたけだし) | Jamur shiitake kering | Cocok untuk nimono vegetarian, rasa umami alami dan aroma tanah. |
Kombinasi kombu (sumber asam glutamat) dan katsuobushi (sumber inosinic acid) menciptakan sinergi rasa yang memperkuat umami secara alami.
2. Keseimbangan Bumbu: Shoyu, Mirin, dan Sake
Bumbu dalam nimono tidak hanya menambah rasa, tetapi juga membantu memperkuat umami.
- Shoyu (醤油) memberi rasa asin gurih yang memperkaya aroma.
- Mirin (みりん) menambahkan manis lembut dan kilau pada bahan.
- Sake (酒) membantu menghilangkan bau amis serta menonjolkan rasa alami bahan.
- Gula (砂糖) digunakan secukupnya untuk menyeimbangkan rasa asin dan pahit.
Proporsi keempat bumbu ini disebut aji no sanshou (味の三調) — “tiga penyeimbang rasa” yang menjadi dasar harmoni washoku.
3. Pemanfaatan Rasa Alami dari Bahan
Bahan seperti daikon, kabocha, shiitake, dan tōfu memiliki umami alami. Saat direbus perlahan dalam dashi, rasa gurih dan manisnya keluar perlahan, menciptakan kuah yang kaya namun tetap ringan.
Bahkan minyak dari daging atau ikan yang dimasak bersama kaldu turut menambah kedalaman rasa tanpa membuatnya berat.
4. Teknik Merebus Perlahan (弱火で煮る・Yowabi de Niru)
Kunci utama nimono adalah waktu dan kesabaran. Proses perebusan dengan api kecil memungkinkan bumbu meresap perlahan, sementara umami dari bahan dan kaldu berpadu sempurna.
Teknik ini menjaga keseimbangan rasa tanpa menguapkan aroma halus dari dashi.
5. Harmoni Umami dan Keindahan Sederhana
Rasa umami dalam nimono bukan sekadar gurih melainkan rasa yang menenangkan jiwa.
Ketika semua bahan berpadu harmonis tanpa saling mendominasi, itulah esensi sejati nimono: keindahan dalam kesederhanaan.
“Nimono tidak berteriak dengan rasa yang kuat, tapi berbisik lembut dengan kehangatan.”
Nimono dalam Kehidupan Sehari-hari Jepang
Bagi masyarakat Jepang, nimono (煮物) bukan sekadar hidangan rebus ia adalah simbol kehangatan rumah, kesederhanaan hidup, dan kasih sayang keluarga. Dari meja makan sehari-hari hingga perayaan tradisional, nimono selalu hadir sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan orang Jepang.
1. Hidangan Rumahan yang Menenangkan (家庭の味 / Katei no Aji)
Di Jepang, nimono dikenal sebagai salah satu katei ryouri (masakan rumahan) yang paling klasik. Setiap keluarga memiliki resep rahasianya sendiri perbandingan shoyu, mirin, dan gula yang khas.
Rasanya yang lembut dan akrab sering disebut sebagai ofukuro no aji (おふくろの味) — “rasa masakan ibu.”
Ketika seseorang merantau atau tinggal jauh dari rumah, mencium aroma nimono seringkali membangkitkan rasa rindu kampung halaman.
Contoh kalimat:
おふくろの煮物を思い出すと懐かしい気持ちになります。(Ofukuro no nimono o omoidasu to natsukashii kimochi ni narimasu.) – Saat teringat nimono buatan ibu, muncul perasaan nostalgia.
2. Menu Harian yang Bergizi dan Seimbang
Karena bahan utamanya berupa sayur, tahu, dan sedikit daging atau ikan, nimono dianggap sebagai hidangan bergizi dan ringan.
Kandungan serat dari daikon, konnyaku, dan renkon membantu pencernaan, sementara kaldu dashi memberi rasa gurih tanpa harus menambahkan banyak minyak.
Tak heran, nimono sering dijadikan lauk pendamping utama dalam set makan siang Jepang (teishoku) atau menu bento sekolah.
Contoh kalimat:
昼ごはんのお弁当に煮物を入れました。(Hirugohan no obentou ni nimono o iremashita.) – Saya memasukkan nimono ke dalam bekal makan siang.
3. Hidangan Istimewa untuk Hari Raya
Selain masakan harian, nimono juga hadir dalam perayaan dan upacara penting.
Misalnya dalam Osechi Ryouri (おせち料理) makanan khas Tahun Baru Jepang terdapat berbagai nimono seperti chikuzenni dan konbu maki yang melambangkan keberuntungan dan kesejahteraan.
Warna dan bentuk setiap bahan dipilih dengan makna simbolis, seperti wortel berbentuk bunga (hana ninjin) yang melambangkan kebahagiaan.
Contoh kalimat:
お正月には色とりどりの煮物を食べます。(Oshougatsu ni wa irotoridori no nimono o tabemasu.) – Saat Tahun Baru, kami makan berbagai macam nimono berwarna-warni.
4. Disesuaikan dengan Musim (四季折々 / Shiki-odoroki)
Di Jepang, nimono juga mencerminkan keindahan empat musim.
- Musim semi: Takenoko no nimono (rebung rebus)
- Musim panas: Nasu no nimono (terong rebus ringan)
- Musim gugur: Kabocha no nimono (labu rebus manis)
- Musim dingin: Daikon no nimono atau Oden yang hangat
Setiap musim menghadirkan bahan segar yang berbeda, membuat nimono selalu terasa baru dan selaras dengan alam.
5. Cerminan Nilai Budaya Jepang
Lebih dari sekadar makanan, nimono mencerminkan nilai-nilai penting dalam budaya Jepang:
- Kesabaran (我慢 / Gaman) → Proses memasak perlahan mengajarkan ketenangan.
- Kesederhanaan (質素 / Shisso) → Menghargai cita rasa alami tanpa berlebihan.
- Kehangatan (温かさ / Atatakasa) → Makanan yang menyatukan keluarga di meja makan.

Nimono dan Filosofi Washoku (和食)
Dalam budaya kuliner Jepang, nimono bukan sekadar masakan rebus ia adalah cerminan filosofi washoku (和食), yaitu seni memasak yang menekankan keselarasan antara rasa, warna, dan musim. Washoku secara harfiah berarti “makanan Jepang,” namun di balik kata tersebut tersimpan nilai-nilai mendalam tentang kehidupan, keseimbangan, dan rasa hormat terhadap alam.
Salah satu prinsip utama dalam washoku adalah konsep “ichi ju san sai” (一汁三菜), yang berarti “satu sup dan tiga lauk.” Dalam susunan ini, nimono sering hadir sebagai salah satu lauk utama karena teksturnya lembut, rasanya menenangkan, dan kandungannya bergizi seimbang. Dengan bahan-bahan alami seperti sayuran musiman, ikan, atau tahu, nimono melambangkan kehormatan terhadap anugerah alam yang diolah tanpa berlebihan.
Selain itu, nimono juga mencerminkan kesederhanaan dan ketulusan (素朴・soboku) — dua nilai penting dalam budaya Jepang. Proses memasak nimono membutuhkan waktu, kesabaran, dan perhatian terhadap detail, mulai dari memotong bahan hingga menjaga panas agar rasa kaldu (dashi) meresap sempurna. Inilah bentuk kokoro wo komete (心を込めて) — memasak dengan hati.
Dalam filosofi washoku, setiap elemen dalam hidangan memiliki makna. Warna-warna pada nimono hijau dari sayuran, cokelat dari kecap asin, oranye dari wortel, dan putih dari tahu menghadirkan keseimbangan visual dan simbolik, melambangkan harmoni antara lima elemen alam (go shiki dan go mi — lima warna dan lima rasa).
Dengan demikian, nimono tidak hanya memuaskan lidah, tetapi juga menenangkan jiwa. Ia mengajarkan bahwa makanan bukan hanya soal rasa, melainkan cara untuk bersyukur kepada alam dan menjaga keseimbangan hidup, sejalan dengan inti dari washoku itu sendiri.
Variasi Regional Nimono di Jepang
Setiap daerah di Jepang memiliki karakteristik bahan, cita rasa, dan cara memasak yang unik — hal ini juga berlaku pada hidangan nimono. Variasi regional ini muncul karena perbedaan iklim, hasil bumi, dan budaya lokal, menjadikan nimono sebagai representasi kekayaan kuliner Jepang dari utara hingga selatan. Berikut beberapa variasi terkenal dari berbagai daerah:
1. Kanto no Nimono (関東の煮物) – Wilayah Tokyo dan Sekitarnya
Cita rasa nimono di Kanto cenderung kuat dan asin, karena banyak menggunakan koikuchi shoyu (kecap asin pekat). Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang menyukai rasa gurih intens.
- Contoh: Nikujaga (肉じゃが) – daging sapi dan kentang direbus dalam campuran shoyu, gula, dan mirin.
- Contoh lain: Chikuzenni (筑前煮) – rebusan ayam dan sayur akar yang kaya rasa.
2. Kansai no Nimono (関西の煮物) – Osaka, Kyoto, Kobe
Berbeda dengan Kanto, nimono di Kansai memiliki rasa yang lebih lembut dan ringan. Penggunaan usukuchi shoyu (kecap asin terang) bertujuan mempertahankan warna alami bahan makanan, selaras dengan filosofi keindahan visual dalam masakan Kyoto.
- Contoh: Kyo Nimono (京煮物) – khas Kyoto, menonjolkan keindahan warna dan bentuk bahan seperti takenoko (rebung) atau kabocha (labu Jepang).
- Contoh lain: Nasu no Nimono (茄子の煮物) – terong direbus lembut dengan kaldu dashi dan sedikit kecap.
3. Tohoku no Nimono (東北の煮物) – Wilayah Utara Jepang
Karena iklimnya dingin, nimono dari Tohoku biasanya lebih gurih dan sedikit manis untuk memberikan efek menghangatkan tubuh.
- Contoh: Imoni (芋煮) – sup rebusan kentang satoimo, daging sapi, dan sayuran, sangat populer saat musim gugur di Yamagata.
4. Kyushu no Nimono (九州の煮物) – Pulau Selatan Jepang
Masakan dari Kyushu dikenal dengan rasa lebih manis, karena penggunaan gula dan mirin yang lebih banyak.
- Contoh: Buta no Kakuni (豚の角煮) – potongan daging babi direbus lama dengan kecap, gula, dan sake, menghasilkan tekstur lembut dan rasa manis gurih.
5. Hokkaido no Nimono (北海道の煮物)
Di wilayah utara yang kaya hasil laut, nimono sering menggunakan ikan, kerang, atau sayur khas Hokkaido.
- Contoh: Ikameshi (いか飯) – cumi-cumi isi nasi direbus dengan kecap dan gula, menciptakan cita rasa laut yang khas.
Cara Menyajikan dan Menikmati Nimono
Menyajikan nimono bukan sekadar meletakkan makanan di atas meja dalam budaya Jepang, setiap detail dalam penyajian mencerminkan rasa hormat terhadap makanan dan orang yang menikmatinya. Karena itu, nimono disajikan dengan memperhatikan warna, bentuk, suhu, dan keseimbangan rasa agar menghadirkan pengalaman makan yang tenang dan harmonis.
1. Penyajian yang Menonjolkan Keindahan Alami
Nimono biasanya disajikan dalam mangkuk kecil atau sedang (碗・wan) dengan tutup, agar aroma dashi tetap terjaga hingga saat dibuka. Penataan bahan di dalam mangkuk pun diperhatikan dengan seksama warna sayuran hijau seperti ingen (buncis) atau mitsuba (seledri Jepang) sering ditambahkan di atas untuk menciptakan kesan segar dan seimbang secara visual.
Filosofi: Keindahan dalam kesederhanaan (wabi-sabi) menyajikan tanpa berlebihan, tetapi tetap indah.
2. Disajikan Hangat atau Suam-Suam Dingin
Suhu penyajian nimono bervariasi tergantung musim:
- Pada musim dingin, nimono disajikan hangat untuk memberi rasa nyaman.
- Pada musim panas, beberapa jenis seperti nasu no nimono (rebusan terong) sering disajikan suam-suam dingin, agar terasa ringan dan menyegarkan.
- Keseimbangan suhu ini mencerminkan prinsip shun (旬) — menikmati bahan makanan sesuai musim terbaiknya.
3. Sebagai Bagian dari Set Makanan Tradisional (一汁三菜・Ichiju Sansai)
Dalam susunan makan tradisional Jepang, nimono berperan sebagai salah satu lauk utama (okazu) yang melengkapi nasi dan sup miso. Biasanya disandingkan dengan:
- Yakimono (hidangan panggang),
- Sunomono (hidangan asam), dan
- Tsukemono (acar).
- Kombinasi ini menciptakan keseimbangan rasa gurih, manis, asam, dan segar yang khas dari washoku.
4. Menikmati dengan Perlahan dan Penuh Apresiasi
Dalam budaya Jepang, menikmati makanan dilakukan dengan kesadaran penuh (ichigo ichie 一期一会) menghargai setiap momen dan rasa yang hadir. Saat menikmati nimono, orang Jepang biasanya mencicipinya perlahan, dimulai dari bahan yang menyerap paling banyak kaldu, sambil menikmati aroma dashi yang lembut.
5. Sentuhan Musiman dalam Penyajian
Wadah dan hiasan yang digunakan untuk menyajikan nimono pun mengikuti musim, misalnya:
- Musim semi: motif bunga sakura
- Musim panas: wadah berwarna biru muda yang menyejukkan
- Musim gugur: hiasan daun maple merah
- Musim dingin: mangkuk berwarna hangat seperti cokelat atau oranye
Detail kecil ini membuat nimono tidak hanya lezat, tetapi juga menjadi pengalaman estetika yang mencerminkan keindahan empat musim Jepang

Resep Dasar Nimono Sederhana (煮物の基本レシピ)
Untuk memahami kelezatan nimono, tidak ada cara yang lebih baik selain mencoba membuatnya sendiri. Resep dasar ini cocok untuk pemula sederhana, sehat, dan tetap mencerminkan cita rasa klasik Jepang: gurih, manis, dan lembut.
Bahan-bahan (untuk 2–3 porsi)
| Jenis Bahan | Nama Jepang | Jumlah / Keterangan |
|---|---|---|
| Kentang | じゃがいも (jagaimo) | 2 buah |
| Wortel | にんじん (ninjin) | 1 buah |
| Konnyaku (opsional) | こんにゃく | ½ bungkus |
| Tahu goreng (aburaage) | 油揚げ | 1 lembar |
| Kaldu dasar (dashi) | だし | 300 ml |
| Kecap asin | 醤油 (shouyu) | 2 sdm |
| Gula | 砂糖 (satou) | 1 sdm |
| Mirin | みりん | 1 sdm |
| Sake masak | 料理酒 (ryouri-shu) | 1 sdm |
| Sayuran hijau (hiasan) | いんげん / みつば | Secukupnya |
Cara Membuat
1. Persiapan bahan:
Kupas dan potong kentang serta wortel menjadi ukuran sedang. Potong konnyaku dan tahu goreng sesuai selera. Rebus konnyaku sebentar untuk menghilangkan aroma khasnya.
2. Merebus bahan utama:
Dalam panci, panaskan dashi. Setelah mendidih, masukkan kentang dan wortel. Rebus selama 5–7 menit hingga agak empuk.
3. Menambahkan bumbu:
Tambahkan sake, mirin, dan gula terlebih dahulu. Setelah gula larut, masukkan shoyu dan aduk perlahan agar bumbu meresap.
4. Memasak dengan api kecil:
Kecilkan api dan tutup panci sebagian. Biarkan mendidih perlahan selama 15–20 menit hingga kuah berkurang dan bahan menyerap rasa.
Tips: Gunakan otoshibuta (tutup kayu atau aluminium) untuk menjaga agar bahan tidak hancur dan rasa meresap merata.
5. Penyelesaian:
Setelah kuah hampir habis dan bahan matang sempurna, matikan api. Diamkan selama beberapa menit agar rasa semakin dalam.
6. Penyajian:
Sajikan nimono dalam mangkuk kecil, tambahkan sayuran hijau di atasnya sebagai hiasan. Nikmati selagi hangat dengan nasi putih dan sup miso.
Catatan dan Variasi:
- Untuk rasa lebih kaya, bisa tambahkan ayam, ikan, atau daging sapi.
- Gunakan sayuran musiman seperti daikon (lobak putih), kabocha (labu Jepang), atau renkon (akar teratai).
- Jika ingin versi vegetarian, gunakan kombu dashi (kaldu rumput laut) tanpa ikan.
Kosakata Jepang Terkait Nimono
Agar lebih memahami dunia nimono dan cara orang Jepang membicarakan masakan ini, penting untuk mengenal kosakata khas yang sering muncul dalam resep, percakapan, maupun menu makanan Jepang. Berikut daftar kosakata beserta arti dan penggunaannya:
Kata Dasar dan Istilah Utama
| Kosakata Jepang | Romaji | Arti dalam Bahasa Indonesia |
|---|---|---|
| 煮物 | nimono | Masakan rebus khas Jepang |
| 煮る | miru | Merebus (dengan bumbu hingga matang) |
| 煮込み | nikomi | Rebusan lama, dimasak hingga lembut |
| 出汁 | dashi | Kaldu dasar Jepang |
| 具材 | guzai | Bahan isi (sayur, daging, tahu, dll.) |
| 味付け | ajitsuke | Bumbu atau cara membumbui |
| 煮汁 | nijiru | Kuah rebusan |
| 落とし蓋 | otoshibuta | Tutup kayu/logam untuk menekan bahan |
| 火加減 | hikagen | Pengaturan besar–kecilnya api |
| 柔らかい | yawarakai | Lembut (tekstur makanan setelah direbus) |
Bumbu dan Kaldu
| Kosakata Jepang | Romaji | Arti dalam Bahasa Indonesia |
|---|---|---|
| 醤油 | shouyu | Kecap asin Jepang |
| 砂糖 | satou | Gula |
| みりん | mirin | Anggur beras manis untuk memasak |
| 酒 | sake / ryouri-shu | Sake untuk memasak |
| 味噌 | miso | Pasta fermentasi kedelai |
| 塩 | shio | Garam |
| だし汁 | dashijiru | Kuah kaldu (dashi liquid) |
Bahan-Bahan Umum untuk Nimono
| Kosakata Jepang | Romaji | Arti dalam Bahasa Indonesia |
|---|---|---|
| じゃがいも | jagaimo | Kentang |
| にんじん | ninjin | Wortel |
| だいこん | daikon | Lobak putih |
| れんこん | renkon | Akar teratai |
| しいたけ | shiitake | Jamur shiitake |
| こんやく / こんにゃく | konnyaku | Agar/jeli dari umbi konnyaku |
| 鶏肉 | toriniku | Daging ayam |
| 牛肉 | gyuuniku | Daging sapi |
| 豚肉 | butaniku | Daging babi |
| 油揚げ | aburaage | Tahu goreng tipis |
| 木綿豆腐 | momen doufu | Tahu padat (firm tofu) |

Ungkapan Umum dalam Memasak Nimono
| Ungkapan Jepang | Romaji | Arti / Terjemahan |
|---|---|---|
| 味がしみる | aji ga shimiru | Rasa bumbu meresap ke bahan |
| 煮立つ | nitatsu | Mulai mendidih |
| 煮詰める | nitsumeru | Merebus hingga kuah mengental |
| 火を止める | hi wo tomeru | Mematikan api |
| そのまま冷ます | sono mama samasu | Mendinginkan tanpa diaduk |
| 盛り付ける | moritsukeru | Menyajikan / menata di piring |
| 彩りを添える | irodori wo soeru | Menambahkan warna, misalnya sayur hijau sebagai hiasan |
Kesimpulan
Nimono (煮物) bukan sekadar hidangan rebus dalam kuliner Jepang ia adalah wujud keseimbangan antara rasa, keindahan, dan filosofi hidup orang Jepang. Melalui perpaduan lembut antara dashi, shoyu, mirin, dan bahan-bahan alami, nimono menghadirkan cita rasa umami yang menenangkan, sederhana namun sarat makna.
Dari sejarah panjangnya sejak zaman kuno hingga kini, nimono tetap menjadi simbol masakan rumahan yang penuh kehangatan. Di setiap rumah, rasa dan gaya nimono bisa berbeda, namun semuanya berbagi nilai yang sama: menghargai bahan, kesabaran dalam memasak, dan kasih sayang bagi yang menikmati.
Dari setiap rebusan lembut dalam nimono, kita belajar bahwa keindahan kuliner Jepang terletak pada keseimbangan dan ketulusan. Masakan ini bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang waktu, perhatian, dan cinta yang dimasukkan ke dalam setiap langkah memasaknya. Tak heran, nimono tetap menjadi salah satu simbol klasik yang menggambarkan jiwa washoku sederhana, alami, dan penuh rasa syukur terhadap alam.
Kalau minasan ingin mengenal lebih banyak tentang budaya, bahasa, dan kuliner Jepang lainnya, jangan lupa untuk terus membaca artikel menarik di Pandaikotoba, dan ikuti Instagram-nya untuk update harian seputar kosakata, budaya, dan filosofi hidup ala Jepang yang inspiratif.


