Belajar Kosakata tentang Penyandang Disabilitas dalam Bahasa Jepang: Mengenal Istilah dan Kehidupan Sosial
Dalam proses belajar bahasa Jepang, kita tidak hanya mempelajari kosakata yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, bekerja, atau bersekolah, tetapi juga kosakata yang mencerminkan nilai sosial dan kemanusiaan. Salah satunya adalah kosakata yang berkaitan dengan penyandang disabilitas.
Memahami istilah-istilah ini bukan hanya membantu kita dalam percakapan sehari-hari, tetapi juga menumbuhkan empati dan rasa hormat terhadap keberagaman. Jepang sendiri dikenal sebagai negara yang berusaha memberikan aksesibilitas luas bagi penyandang disabilitas, baik di ruang publik, transportasi, maupun dunia pendidikan.
Oleh karena itu, mempelajari kosakata tentang disabilitas dalam bahasa Jepang akan membuka wawasan kita tentang budaya inklusif di Jepang sekaligus melatih kemampuan bahasa dalam konteks yang lebih luas dan bermakna.

Istilah Dasar tentang Penyandang Disabilitas dalam Bahasa Jepang
Dalam bahasa Jepang, ada beberapa istilah penting yang digunakan untuk menyebut penyandang disabilitas. Pemilihan kata sangat penting karena ada istilah lama yang kadang dianggap kurang sopan atau menyinggung, sementara istilah baru lebih bersifat netral dan inklusif.
Berikut beberapa istilah dasarnya:
Bahasa Jepang | Romaji | Arti dalam Bahasa Indonesia | Catatan Penggunaan |
障害者 | shōgaisha | Penyandang disabilitas | Istilah umum, netral, paling banyak digunakan. |
障害のある人 | shōgai no aru hito | Orang yang memiliki disabilitas | Lebih sopan dan humanis, menekankan “orang” dulu, baru kondisinya. |
身体障害者 | shintai shōgaisha | Penyandang disabilitas fisik | Digunakan untuk disabilitas tubuh/fisik. |
知的障害者 | chiteki shōgaisha | Penyandang disabilitas intelektual | Umum digunakan dalam konteks medis dan sosial. |
発達障害 | hattatsu shōgai | Disabilitas perkembangan (autisme, ADHD, dll.) | Lebih banyak dipakai di bidang pendidikan dan psikologi. |
障がい者手帳 | shōgaisha techō | Kartu identitas penyandang disabilitas | Dokumen resmi untuk akses fasilitas di Jepang. |
Catatan penting:
- Dahulu ada istilah 身体障害者 (shintai shōgaisha) dan 精神薄弱者 (seishin hakujakusha, orang dengan kelemahan mental), namun istilah hakujakusha kini dianggap tidak pantas karena bernuansa merendahkan.
- Bahasa Jepang modern lebih menekankan penggunaan istilah yang menjaga martabat penyandang disabilitas, misalnya dengan menambahkan 「人」 (hito – orang).
Jenis-Jenis Disabilitas dalam Bahasa Jepang
Dalam bahasa Jepang, penyandang disabilitas dibedakan menjadi beberapa kategori sesuai dengan kondisi yang dialami. Pembagian ini biasanya digunakan dalam dunia medis, pendidikan, maupun sosial. Berikut beberapa jenis disabilitas yang umum dikenal di Jepang:
Bahasa Jepang | Romaji | Arti dalam Bahasa Indonesia | Penjelasan Singkat |
身体障害 (しんたいしょうがい) | shintai shōgai | Disabilitas fisik | Meliputi keterbatasan fungsi tubuh, seperti kelumpuhan, kehilangan anggota tubuh, atau kesulitan bergerak. |
視覚障害 (しかくしょうがい) | shikaku shōgai | Disabilitas penglihatan | Termasuk buta total atau gangguan penglihatan berat. |
聴覚障害 (ちょうかくしょうがい) | chōkaku shōgai | Disabilitas pendengaran | Termasuk tuli total maupun gangguan pendengaran sebagian. |
言語障害 (げんごしょうがい) | gengo shōgai | Gangguan bicara | Kesulitan berbicara atau berkomunikasi secara verbal. |
知的障害 (ちてきしょうがい) | chiteki shōgai | Disabilitas intelektual | Berkaitan dengan keterbatasan kemampuan intelektual dan adaptasi sosial. |
発達障害 (はったつしょうがい) | hattatsu shōgai | Disabilitas perkembangan | Termasuk autisme, ADHD, dan gangguan perkembangan lainnya. |
精神障害 (せいしんしょうがい) | seishin shōgai | Disabilitas mental/psikologis | Berkaitan dengan kesehatan mental, misalnya depresi berat, skizofrenia, dll. |
Catatan:
- Jepang memiliki sistem 障害者手帳 (shōgaisha techō) atau “kartu penyandang disabilitas” yang dikelompokkan sesuai dengan jenis disabilitas di atas.
- Penggunaan istilah biasanya mengikuti konteks formal (dokumen resmi, medis) maupun informal (percakapan sehari-hari).

Kosakata Sehari-Hari Terkait Aksesibilitas
Selain istilah dasar dan jenis-jenis disabilitas, penting juga untuk mengetahui kosakata yang berkaitan dengan aksesibilitas di ruang publik. Jepang dikenal sebagai negara yang cukup ramah bagi penyandang disabilitas, terutama dalam transportasi, fasilitas umum, dan layanan sosial.
Berikut beberapa kosakata yang sering ditemui:
Bahasa Jepang | Romaji | Arti dalam Bahasa Indonesia | Contoh Penggunaan |
車いす (くるまいす) | kuruma isu | Kursi roda | 車いすを利用しています。 (Saya menggunakan kursi roda.) |
点字 (てんじ) | tenji | Huruf Braille | 点字ブロックがあります。 (Ada jalur Braille/taktil.) |
点字ブロック | tenji burokku | Jalur pemandu (ubin taktil untuk tuna netra) | 駅に点字ブロックがあります。 (Di stasiun ada jalur pemandu.) |
手すり (てすり) | tesuri | Pegangan tangan | 階段に手すりがあります。 (Ada pegangan tangan di tangga.) |
スロープ | surōpu | Jalur miring/ramp | この建物にはスロープがあります。 (Gedung ini memiliki jalur miring.) |
エレベーター | erebētā | Lift / Elevator | 車いす用のエレベーターがあります。 (Ada lift khusus kursi roda.) |
優先席 (ゆうせんせき) | yūsen seki | Kursi prioritas | 優先席を高齢者に譲りましょう。 (Mari berikan kursi prioritas kepada lansia.) |
補助犬 (ほじょけん) | hojo-ken | Anjing penuntun/anjing pendamping | 補助犬と一緒に入れます。 (Boleh masuk bersama anjing penuntun.) |
バリアフリー | bariā furī | Akses bebas hambatan (barrier-free) | このホテルはバリアフリーです。 (Hotel ini ramah difabel/barrier-free.) |
Catatan:
- Istilah バリアフリー (barrier-free) sangat sering digunakan di Jepang untuk menunjukkan bahwa fasilitas atau tempat sudah ramah dan mudah diakses oleh penyandang disabilitas.
- Simbol aksesibilitas biasanya juga jelas terlihat di stasiun, toilet umum, rumah sakit, dan area publik lainnya.

Istilah Lembaga & Kebijakan Terkait Disabilitas dalam Bahasa Jepang
1. 障害者基本法 (Shōgaisha Kihonhō)
➡ Hukum Dasar Penyandang Disabilitas.
Merupakan undang-undang utama Jepang yang mengatur hak-hak dasar penyandang disabilitas, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi sosial.
2. 障害者差別解消法 (Shōgaisha Sabetsu Kaishōhō)
➡ Undang-Undang Penghapusan Diskriminasi terhadap Penyandang Disabilitas.
Berlaku sejak 2016, undang-undang ini menekankan pentingnya reasonable accommodation (penyesuaian wajar) agar penyandang disabilitas bisa berpartisipasi penuh dalam masyarakat.
3. 障害者雇用促進法 (Shōgaisha Koyō Sokushinhō)
➡ Undang-Undang Promosi Pekerjaan bagi Penyandang Disabilitas.
Mengatur kewajiban perusahaan di Jepang untuk mempekerjakan penyandang disabilitas dalam persentase tertentu.
4. 障害者手帳 (Shōgaisha Techō)
➡ Buku Identitas Penyandang Disabilitas.
Diberikan kepada penyandang disabilitas agar mereka bisa mendapatkan akses layanan kesehatan, bantuan keuangan, transportasi, hingga fasilitas publik.
5. 障害者福祉サービス (Shōgaisha Fukushi Sābisu)
➡ Layanan Kesejahteraan bagi Penyandang Disabilitas.
Mencakup berbagai bentuk dukungan, mulai dari pelayanan medis, bantuan hidup sehari-hari, hingga program pelatihan kerja.
6. 文部科学省 (Monbukagakushō / MEXT)
➡ Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi.
Lembaga ini bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif dan sekolah khusus bagi penyandang disabilitas.
7. 厚生労働省 (Kōseirōdōshō / MHLW)
➡ Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan.
Mengatur kebijakan kesehatan, kesejahteraan sosial, dan ketenagakerjaan untuk penyandang disabilitas.
8. 日本障害者リハビリテーション協会 (Nihon Shōgaisha Rihabiritēshon Kyōkai)
➡ Asosiasi Rehabilitasi Penyandang Disabilitas Jepang.
Organisasi nasional yang mengelola rehabilitasi medis, sosial, dan pendidikan bagi penyandang disabilitas.

Ungkapan Sopan dan Etis saat Berbicara tentang Disabilitas
Dalam bahasa Jepang, penggunaan istilah yang tepat dan sopan sangat penting untuk menunjukkan rasa hormat. Seiring waktu, beberapa istilah lama dianggap kurang pantas karena bernuansa merendahkan. Oleh karena itu, penutur bahasa Jepang kini lebih memilih istilah yang lebih manusiawi dan inklusif.
1. Menyebut Penyandang Disabilitas dengan Sopan
- 障害者 (shōgaisha) → istilah netral, paling umum digunakan.
- 障害のある人 (shōgai no aru hito) → lebih sopan, menekankan “orang” terlebih dahulu.
Contoh:
- 彼は障害者です。(Kare wa shōgaisha desu.) – Dia adalah penyandang disabilitas.
- 彼女は障害のある人です。(Kanojo wa shōgai no aru hito desu.) – Dia adalah seorang dengan disabilitas.
2. Menghindari Istilah Lama yang Menyinggung
Beberapa istilah seperti 精神薄弱者 (seishin hakujakusha – orang dengan kelemahan mental) kini dianggap tidak pantas karena terdengar merendahkan. Penggantinya adalah istilah yang lebih netral:
知的障害者 (chiteki shōgaisha) → penyandang disabilitas intelektual.
3. Ungkapan Sopan dalam Percakapan Sehari-Hari
- お手伝いしましょうか?(Otetsudai shimashō ka?) – Bolehkah saya membantu?
- ご不便をおかけしてすみません。(Gofuben o okake shite sumimasen.) – Maaf telah menyulitkan Anda.
- ご安心ください。(Go anshin kudasai.) – Silakan tenang, jangan khawatir.
4. Prinsip Berbahasa Etis
- Utamakan kata “orang” (人 – hito) sebelum menyebut kondisi.
- Hindari label yang menekankan kekurangan.
- Gunakan nada sopan (keigo) saat berbicara langsung.
Dengan cara ini, bahasa tidak hanya menjadi sarana komunikasi, tetapi juga alat untuk membangun penghargaan, empati, dan rasa hormat kepada semua orang.
Kehidupan Sosial Penyandang Disabilitas di Jepang
Jepang dikenal sebagai salah satu negara yang berusaha memberikan aksesibilitas dan dukungan sosial yang luas kepada penyandang disabilitas. Kehidupan sosial mereka tidak hanya dipengaruhi oleh sikap masyarakat, tetapi juga oleh berbagai kebijakan pemerintah dan fasilitas publik yang ramah disabilitas.
1. Dukungan dari Pemerintah
- Jepang memiliki sistem 障害者手帳 (shōgaisha techō) atau kartu identitas penyandang disabilitas.
- Kartu ini memberikan akses pada layanan medis, transportasi dengan potongan harga, dan fasilitas publik.
- Terdapat UU Dasar Penyandang Disabilitas (障害者基本法 / Shōgaisha Kihon-hō) yang menjamin hak-hak mereka dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sehari-hari.
2. Aksesibilitas di Ruang Publik
- Transportasi umum seperti kereta, bus, dan stasiun dilengkapi dengan lift, ramp, jalur taktil (点字ブロック / tenji burokku), dan kursi prioritas (優先席 / yūsen seki).
- Banyak gedung perkantoran, sekolah, rumah sakit, dan hotel yang sudah menerapkan sistem バリアフリー (barrier-free).
3. Peran Masyarakat
- Masyarakat Jepang relatif terbiasa membantu penyandang disabilitas, misalnya dengan menawarkan bantuan di stasiun atau ruang publik.
- Kampanye sosial dan edukasi di sekolah membantu menumbuhkan kesadaran inklusif sejak dini.
4. Pekerjaan dan Pendidikan
- Pemerintah mendorong perusahaan untuk mempekerjakan penyandang disabilitas melalui sistem kuota tenaga kerja.
- Sekolah menyediakan pendidikan inklusif dan sekolah khusus sesuai kebutuhan.
5. Tantangan yang Masih Dihadapi
- Meski sudah banyak kemajuan, penyandang disabilitas di Jepang masih menghadapi tantangan seperti diskriminasi halus (マイクロアグレッション / microaggression) dan keterbatasan akses di daerah pedesaan.
- Kesadaran masyarakat terus berkembang, namun masih diperlukan perubahan sikap dan kebijakan yang lebih luas.
Kehidupan sosial penyandang disabilitas di Jepang menunjukkan bahwa bahasa, fasilitas, dan sikap masyarakat saling terkait dalam menciptakan lingkungan inklusif. Dengan memahami kosakata yang tepat, kita juga ikut mendukung budaya saling menghormati dan menghargai keberagaman.

Budaya Jepang dan Upaya Inklusivitas
1. Budaya Jepang terhadap Disabilitas
- Masa lalu: Di masa lampau, masyarakat Jepang cenderung menganggap disabilitas sebagai sesuatu yang perlu “disembunyikan.” Hal ini berkaitan dengan budaya malu (haji) dan pandangan tradisional yang melihat disabilitas sebagai beban keluarga.
- Perubahan zaman: Seiring modernisasi, khususnya setelah Perang Dunia II, Jepang mulai memperhatikan hak-hak penyandang disabilitas, meskipun perubahan berlangsung bertahap.
- Nilai sosial: Jepang menjunjung tinggi harmoni sosial (wa). Karena itu, isu inklusivitas sering dikaitkan dengan bagaimana masyarakat menjaga keseimbangan antara individu dan kelompok.
2. Upaya Pemerintah dalam Inklusivitas
- UU dan kebijakan: Jepang mengesahkan Basic Act for Persons with Disabilities (障害者基本法 / Shōgaisha Kihonhō) yang menegaskan hak kesetaraan.
- Aksesibilitas:
- Transportasi umum di Jepang seperti kereta, bus, dan stasiun dilengkapi ramps (landai), lift, dan jalur kuning (tenji burokku) untuk tunanetra.
- Universal Design (ユニバーサルデザイン) diterapkan dalam fasilitas publik, termasuk toilet umum dan mesin tiket.
- Pendidikan inklusif: Sekolah-sekolah menyediakan kelas khusus atau dukungan integrasi bagi anak-anak penyandang disabilitas.
3. Peran Masyarakat dan Budaya Populer
- Relawan (ボランティア文化 / Borantia Bunka): Budaya menjadi relawan cukup kuat, khususnya saat event besar seperti Olimpiade Tokyo 2020, di mana banyak relawan mendukung penyandang disabilitas.
- Media & seni: Anime, drama, dan literatur mulai menampilkan karakter disabilitas secara lebih manusiawi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
- Etika sosial: Budaya Jepang menekankan sopan santun (reigi), sehingga masyarakat semakin terbiasa memberi ruang dan dukungan bagi penyandang disabilitas.
4. Tantangan yang Masih Ada
- Stigma sosial: Meski sudah banyak kemajuan, beberapa kalangan masih memandang penyandang disabilitas dengan rasa iba daripada kesetaraan.
- Kesempatan kerja: Walau ada kebijakan kuota, penyandang disabilitas sering ditempatkan di pekerjaan terbatas.
- Perubahan mindset: Inklusivitas di Jepang masih lebih kuat di level kebijakan dan fasilitas dibandingkan dalam pola pikir sebagian masyarakat.

Contoh Kalimat
- 彼は障害者です。(Kare wa shōgaisha desu.) – Dia adalah penyandang disabilitas.
- 彼女は障害のある人です。(Kanojo wa shōgai no aru hito desu.) – Dia adalah orang dengan disabilitas.
- 彼は視覚障害があります。(Kare wa shikaku shōgai ga arimasu.) – Dia memiliki disabilitas penglihatan.
- 友達は発達障害です。(Tomodachi wa hattatsu shōgai desu.) – Teman saya memiliki disabilitas perkembangan.
- 駅に点字ブロックがあります。(Eki ni tenji burokku ga arimasu.) – Di stasiun ada jalur taktil/Braille block.
- この建物はバリアフリーです。(Kono tatemono wa bariā furī desu.) – Gedung ini ramah difabel/barrier-free.

Gedung ini ramah difabel/barrier-free.
- 車いす用のエレベーターがあります。(Kuruma isu-yō no erebētā ga arimasu.) – Ada lift khusus untuk kursi roda.
- お手伝いしましょうか?(Otetsudai shimashō ka?) – Bolehkah saya membantu?
- ご不便をおかけしてすみません。(Gofuben o okake shite sumimasen.) – Maaf telah menyulitkan Anda.
- 私の町には多くの障害のある人が住んでいます。(Watashi no machi ni wa ōku no shōgai no aru hito ga sundeimasu.) – Di kota saya banyak orang dengan disabilitas yang tinggal.
- 彼女は聴覚障害があります。(Kanojo wa chōkaku shōgai ga arimasu.) – Dia memiliki disabilitas pendengaran.
- 子どもたちは特別支援学校に通っています。(Kodomo-tachi wa tokubetsu shien gakkō ni kayotteimasu.) – Anak-anak itu bersekolah di sekolah khusus penyandang disabilitas.

Dia memiliki disabilitas pendengaran.
- 彼は身体障害者ですが、とても元気です。(Kare wa shintai shōgaisha desu ga, totemo genki desu.) – Dia penyandang disabilitas fisik, tetapi sangat sehat dan bersemangat.
- バスには車いす用のスペースがあります。(Basu ni wa kuruma isu-yō no supēsu ga arimasu.) – Di bus ada ruang khusus untuk kursi roda.
- 駅員が障害者を手伝っています。(Ekiin ga shōgaisha o tetsudatteimasu.) – Petugas stasiun sedang membantu penyandang disabilitas.
- このホテルは補助犬と一緒に泊まれます。(Kono hoteru wa hojo-ken to issho ni tomaremasu.) – Di hotel ini bisa menginap bersama anjing penuntun.
- 必要なら、私が案内します。(Hitsuyō nara, watashi ga annai shimasu.) – Kalau perlu, saya akan menunjukkan jalan.
- ご安心ください。スタッフがサポートします。(Go anshin kudasai. Sutaffu ga sapōto shimasu.) – Tenanglah, staf akan membantu Anda.

Kesimpulan
Mempelajari kosakata tentang penyandang disabilitas dalam bahasa Jepang bukan hanya sekadar menambah wawasan bahasa, tetapi juga membuka pemahaman yang lebih luas tentang nilai kemanusiaan, empati, dan inklusivitas. Dengan mengenal istilah-istilah dasar, jenis disabilitas, kosakata aksesibilitas, serta ungkapan sopan yang digunakan, kita bisa berkomunikasi dengan lebih tepat dan menghargai keberagaman dalam masyarakat Jepang.
Belajar kosakata tentang penyandang disabilitas dalam bahasa Jepang membantu kita tidak hanya memperkaya bahasa, tetapi juga memahami nilai empati dan inklusivitas dalam budaya Jepang. Dengan begitu, kita bisa berkomunikasi dengan lebih sopan, tepat, dan penuh rasa hormat. Kalau minasan ingin belajar lebih banyak kosakata, tata bahasa, dan budaya Jepang lainnya, yuk lanjutkan bacaan seru di Pandaikotoba! Jangan lupa juga untuk follow Instagram @pandaikotoba supaya tidak ketinggalan update kosakata, tips belajar, dan konten menarik seputar bahasa Jepang.

